Muhammad bin Tughj al-Ikhsyid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(9 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox royalty
| name = Muhammad bin Tughj al-Ikhshid
| title =
| type =
| image =
| caption =
| reign = 26 Agustus 935 – 24
| reign-type =
| predecessor =
| pre-type =
| successor = [[Abu'l-Qasim Unujur
| spouse =
| spouse-type =
| issue =
| issue-link =
| issue-pipe =
| house = [[Dinasti
| house-type = Dinasti
| father = [[Tughj
| mother =
| birth_date
| birth_place = [[Baghdad]]
| death_date
| death_place = [[Damaskus]]
| burial_date =
| burial_place = [[Yerusalem]]
| religion = [[Islam Sunni]]
| occupation =
| signature_type =
| signature =
}}
Putra dari [[Tughj bin Juff]], seorang jenderal
▲'''Ibnu Tughj''', bernama lengkap '''Abū Bakar Muḥammad bin Ṭughj bin Juff bin Yiltakīn bin Fūrān bin Fūrī bin Khāqān''' ({{lahirmati||8|2|882||24|6|946}}M), yang lebih dikenal dengan [[Laqab|gelarnya]] '''al-Ikhsyīd''' ({{lang-ar|الإخشيد}}) setelah tahun 939 M, adalah seorang komandan dan gubernur [[Abbasiyyah]] yang menjadi penguasa otonomi [[Mesir Abad Pertengahan|Mesir]] dan sebagian [[Bilad al-Sham|Suriah]] (atau [[Syam]]) dari tahun 935 M sampai kematiannya pada 946 M. Ia adalah pendiri dari [[Dinasti Ikhsyidiyah]], yang berkuasa di wilayah tersebut sampai kemudian ditaklukkan oleh [[Fatimiyyah|Fatimiyah]] pada tahun 969 M.
Sepanjang masa
▲Putra dari [[Tughj bin Juff]], seorang jenderal berdarah [[Suku bangsa Turkic|Turkik]] yang mengabdikan diri, baik kepada Abbasiyah maupun penguasa-penguasa otonom [[Tuluniyah|Thuluniyah]] di Mesir dan Suriah, Muhammad bin Tughj lahir di [[Sejarah Baghdad#Pusat pengetahuan (abad ke-8 sampai ke-9)|Baghdad]], tetapi dibesarkan di Suriah dan memperoleh pengalaman administratif dan militer pertamanya dari ayahnya. Awal karirnya penuh gejolak: bersama ayahnya, ia dipenjarakan oleh pihak Abbasiyah pada tahun 905, lalu dibebaskan pada tahun 906. Ia kemudian berpartisipasi dalam pembunuhan [[wazir]] [[al-Abbas bin al-Hasan al-Jarjara'i]] pada tahun 908, dan melarikan diri ke [[Sejarah Irak#Abad Pertengahan|Irak]] untuk mengabdi kepada gubernur Mesir, [[Takin al-Khazari]]. Hingga akhirnya, ia memperoleh sokongan dari beberapa pembesar Abbasiyyah yang berpengaruh, terutama panglima besar yang berkuasa, [[Mu'nis al-Muzaffar]]. Hubungan ini membuatnya diangkat menjadi gubernur [[Jund Filastin|Palestina]], lalu [[Damaskus]]. Pada tahun 933 M, ia juga diangkat menjadi gubernur Mesir, tetapi jabatan tersebut dicabut setelah kematian Mu'nis, dan ia pun mesti berjuang, bahkan untuk mempertahankan jabatan gubernurnya di Damaskus. Pada tahun 935, ia diangkat kembali menjadi gubernur di Mesir yang ia dengan cepat memukul mundur invasi Fatimiyah dan menstabilkan negara yang sedang bergejolak saat itu. Masa pemerintahannya menandai periode perdamaian dalam negeri yang jarang terjadi, stabilitas, dan pemerintahan yang berjalan dengan baik dalam sejarah Mesir Islam awal. Pada tahun 938, Khalifah [[al-Radi]] mengabulkan permintaannya untuk mendapatkan gelar ''al-[[Ikhshid|Ikhsyid]]'', yang selama ini dipegang oleh para penguasa dari daerah leluhurnya di [[Lembah Farghana]]. Dengan gelar inilah ia dikenal setelahnya.
▲Sepanjang masa kegubernurannya, al-Ikhsyid terlibat dalam konflik dengan sejumlah penguasa regional lainnya dalam memperebutkan kekuasaan atas Suriah, yang tanpanya Mesir menjadi rentan terhadap invasi dari timur. Namun, tidak seperti dengan kebanyakan pemimpin Mesir lainnya, terutama Thuluniyah sendiri, al-Ikhsyid bersedia untuk mengulur waktu dan berkompromi dengan para pesaingnya. Meskipun pada awalnya dia memegang kendali atas keseluruhan Suriah, dia kemudian terpaksa menyerahkan setengah bagian utara-nya kepada bin Ra'iq di antara tahun 939 dan 942. Setelah Ibnu Ra'iq terbunuh, al-Ikhsyid menegaskan kembali kekuasaannya atas Suriah utara, tetapi kemudian ditentang oleh [[Dinasti Hamdaniyah|Hamdaniyah]]. Pada tahun 944, al-Ikhsyid menemui Khalifah al-Muttaqi di [[Ar-Raqqah|Raqqa]]; sang khalifah melarikan diri ke sana dari berbagai pihak berkepentingan yang berlomba-lomba untuk menculiknya demi mengendalikan kekhalifahan di Baghdad. Meskipun gagal dalam membujuk sang khalifah untuk datang ke Mesir, Ibnu Tughj berhasil menerima pengakuan atas kekuasaan turun-temurun terhadap Mesir, Suriah, dan [[Hijaz]] selama tiga puluh tahun. Setelah kepergiannya ke Raqqa, pangeran Hamdaniyah yang penuh ambisi, Saifud-Daulah, merebut [[Aleppo]] dan Suriah utara pada musim gugur tahun 944. Meskipun pada tahun berikutnya, Saifud-Daulah berhasil dikalahkan dan diusir keluar dari Suriah oleh Ibnu Tughj sendiri. Pada bulan oktober, sebuah perjanjian yang membagi wilayah tersebut sesuai dengan garis persetujuan dengan Ibnu Ra'iq disepakati. Ibnu Tughj meninggal sembilan bulan kemudian, dan dimakamkan di [[Yerusalem]]. Putranya, yakni [[Unujur]], mewarisi wilayah kekuasaannya, di bawah pengawasan [[Orang kasim|kasim]] berkulit hitam yang berpengaruh, [[Abu al-Misk Kafur]].
== Asal muasal dan kehidupan awal ==
[[Berkas:Tulunids 893.svg|jmpl|ka|300px|Peta domain
Menurut kamus biografi yang disusun oleh [[Ibnu Khallikan]], Muhammad bin Tughj lahir di [[Baghdad]] pada tanggal 8 Februari 882, di sebuah jalan yang menuju Gerbang [[Kufah]].{{sfn|McGuckin de Slane|1868|p=220}}{{sfn|Bacharach|1993|p=411}} Keluarganya berasal dari bangsa [[Suku bangsa Turk|Turk]] dari [[Lembah Farghana]] di [[Transoxiana]], dan mengklaim memiliki darah bangsawan; nama leluhurnya, "[[Khaqan]]", adalah sebuah gelar kerajaan Turk.{{sfn|McGuckin de Slane|1868|pp=217, 219–220}}{{sfn|Gordon|2001|pp=158–159}} Kakek Muhammad, Juff meninggalkan Farghana untuk bergabung sebagai prajurit militer di istana [[Kekhalifahan Abbasiyyah|Abbasiyyah]] di [[Samarra]], seperti yang dilakukan ayahnya, [[Ahmad bin Tulun|Ibnu Thulun]], pendiri [[dinasti Tuluniyyah|dinasti Thuluniyyah]].{{sfn|Kennedy|2004|p=311}}{{sfn|Bacharach|1975|p=588}} Juff dan putranya, yang merupakan ayah Muhammad, [[Tughj bin Juff|Tughj]], sama-sama mengabdi kepada Abbasiyyah, tetapi Tughj kemudian mengabdi kepada Thuluniyyah, yang sejak tahun 868 telah menjadi para penguasa [[Otonomi|otonom]] [[Mesir pada Abad Pertengahan|Mesir]] dan [[Bilad al-Sham|Suriah]].{{sfn|Kennedy|2004|p=311}}{{sfn|Bacharach|1975|p=588}} Tughj mengabdikan diri kepada
Setelah kematian putra Ibnu Thulun, [[Khumarawayh bin Ahmad bin Tulun|Khumarawayh]], pada tahun 896, negara Thuluniyah dengan cepat mulai goyah dari arah dalam, dan gagal memberikan perlawanan yang serius ketika Abbasiyyah berupaya untuk
Di Suriah, Muhammad bin Tughj bekerja dengan seorang pengawas pajak dari provinsi-provinsi setempat, Abu'l-Abbas al-Bistam. Dia segera mengikuti atasan barunya ke Mesir, dan setelah kematian al-Bistam pada bulan Juni tahun 910, dia melanjutkan
Ketika Takin al-Khazari kembali ke Mesir sebagai gubernur pada tahun 923, Ibnu Tughj menyertainya ke sana, tetapi keduanya kemudian berselisih pada tahun 928 karena penolakan Takin untuk memberikan jabatan gubernur [[Iskandariyah]] kepada Ibnu Tughj.{{sfn|Bacharach|1975|p=590}} Ibnu Tughj lalu melarikan diri dari ibu kota [[Fustat]] dengan sebuah tipu muslihat, dan berhasil mendapatkan pengangkatan dirinya menjadi gubernur [[Palestina (wilayah)|Palestina]] dari Baghdad; gubernur yang sedang menjabat,
== Mengambil alih Mesir ==
[[Berkas:CairoFustatMashhadAlTabataba1.jpg|jmpl|300x300px|Mashhad (Mausoleum) al-Tabataba, didirikan pada tahun 943 Masehi pada masa pemerintahan Muhammad Ibnu Tughj al-Ikhsyid di [[Kairo]], adalah satu-satunya monumen yang tersisa dari periode Ikhsyid.<ref>{{cite book|last1=Kadi|first1=Galila El|last2=Bonnamy|first2=Alain|date=2007|url=https://books.google.com/books?id=7OJ0-tXE_9MC&pg=PA96|title=Architecture for the Dead : Cairo's Medieval Necropolis|publisher=American Univ in Cairo Press|isbn=978-977-416-074-5|page=96, 297|language=en}}</ref>]]
Ahmad bin Kayghalagh kemudian terbukti tidak mampu memulihkan kondisi di provinsi yang semakin bergejolak. Pada tahun 935, pasukan tentara melakukan pemberontakan karena tidak mendapatkan gaji yang cukup, dan perampokan-perampokan dari suku Badui pun kembali terjadi. Pada saat yang sama, putra Takin, Muhammad, dan pejabat keuangan [[Abu Bakar Muhammad bin Ali al-Madhara'i|Abu Bakar Muhammad bin Ali al-Madhara'i—]]<nowiki/>pewaris [[Al-Madhara'i|dinasti birokrat]] yang telah menangani keuangan provinsi sejak masa Ibnu Thulun dan berhasil mengumpulkan kekayaan yang sangat besar{{sfn|Bianquis|1998|pp=97, 105, 111}}{{sfn|Gottschalk|1986|p=953}}—merongrong Ahmad bin Kayghalagh dan mengincar posisinya.{{sfn|Bacharach|1975|pp=592–593}} Pertikaian pecah antara pasukan yang berasal dari orang-orang Timur (''Masyariqa''), terutama tentara Turki, yang mendukung Muhammad bin Takin, dan orang-orang Barat (''Maghariba''), kemungkinan orang [[Orang Berber|Berber]] dan orang [[Orang kulit hitam Afrika|Afrika berkulit Hitam]], yang mendukung Ahmad bin Kayghalagh.{{sfn|Brett|2001|p=161}} Dengan dukungan dari mantan wazir dan inspektur jenderal provinsi-provinsi barat, [[al-Fadhl bin Ja'far bin al-Furat]], yang putranya menikah dengan salah satu putri Ibnu Tughj, Ibnu Tughj kembali ditunjuk sebagai gubernur Mesir. Tidak mau mengambil risiko, Ibnu Tughj mengorganisir sebuah invasi ke negara
Dengan ibu kota di bawah kendalinya, Ibnu Tughj sekarang harus berhadapan dengan Fatimiyah. ''Maghariba'' yang menolak untuk tunduk kepada Ibnu Tughj lalu melarikan diri ke Aleksandria dan kemudian ke [[Barqa]] di bawah kepemimpinan Habasyi bin Ahmad, dan mengajak penguasa Fatimiyah, [[Al-Qa'im
== Pemerintahan di Mesir ==
Baris 59 ⟶ 57:
Dalam suratnya kepada Khalifah [[ar-Radhi]] (m. 934-940) pada tahun 936, Muhammad bin Tughj dapat menyajikan laporan yang sangat memuaskan: invasi Fatimiyah telah berhasil dipukul mundur dan upaya-upaya awal untuk memperbaiki situasi keuangan di provinsi tersebut telah dilakukan. Sang Khalifah pun mengukuhkan jabatannya dan mengirimkan jubah kehormatan kepadanya.{{sfn|Bacharach|1975|p=595}} Sebagaimana yang ditulis [[Hugh N. Kennedy]], "Dalam beberapa aspek, ancaman Fatimiyah sebenarnya justru menguntungkan Ibnu Tughj". Karena selama ia membela Abbasiyyah, "para khalifah siap memberikan restu kepada pemerintahannya sebagai imbalannya".{{sfn|Kennedy|2004|p=312}} Pada tahun 938, kedudukannya di istana Abbasiyyah yang cukup baginya untuk meminta gelar kehormatan ([[laqab]]) al-[[Ikhshid|Ikhsyid]], yang awalnya dipegang oleh raja-raja dari tanah leluhurnya, Farghana. Khalifah ar-Radi mengabulkan permintaan tersebut, walaupun pengakuan resmi tertunda hingga bulan Juli 939. Setelah menerima konfirmasi resmi, Ibnu Tughj meminta agar ia selanjutnya hanya disapa dengan gelar barunya.{{sfn|Bianquis|1998|p=112}}{{sfn|Kennedy|2004|p=312}}{{sfn|Bacharach|1975|pp=595–596}}
Sangat sedikit yang diketahui tentang kebijakan-kebijakan dalam negeri al-Ikhsyid.{{sfn|Bacharach|1993|p=411}} Namun
== Kebijakan luar negeri dan perjuangan untuk Suriah ==
Sebagai komandan dan penguasa di Mesir, al-Ikhsyid adalah orang yang sabar dan berhati-hati. Dia mencapai tujuannya melalui diplomasi dan hubungan dengan tokoh-tokoh yang berkuasa di rezim Baghdad. Ia bahkan cenderung menghindari konfrontasi militer langsung jika memungkinkan. Konfliknya dengan Ahmad bin Kayghalagh adalah indikasi dari metode pendekatannya tersebut: ketimbang pertempuran secara langsung, kesepakatan gencatan senjata di antara keduanya memberikan waktu bagi al-Ikhsyid untuk mengamati situasi di Mesir sebelum mengambil tindakan.{{sfn|Bacharach|1975|pp=594–595}} Kendati mengikuti jejak Ibnu Thulun, ambisinya lebih sederhana dan tujuannya lebih praktis, seperti yang terlihat jelas dalam kebijakannya terhadap Suriah dan wilayah kekhalifahan lainnya.{{sfn|Kennedy|2004|p=312}} Secara historis, penguasaan atas Suriah, dan khususnya Palestina, merupakan tujuan kebijakan luar negeri bagi banyak penguasa Mesir
=== Konflik dengan Ibnu Ra'iq ===
[[Berkas:Syria in the 9th century.svg|jmpl|ka|250px|Peta wilayah Suriah dan provinsi-provinsinya di bawah kekuasaan Abbasiyah]]
Setelah pengusiran Fatimiyah dari Mesir, al-Ikhsyid memerintahkan pasukannya untuk menduduki seluruh Suriah sampai Aleppo
Ketika ''amir al-umara'' [[Muhammad bin Ra'iq|bin Ra'iq]] berkuasa di Baghdad (936–938) dengan teman lama al-Ikhsyid, al-Fadl bin Ja'far bin al-Furat sebagai wazir,
Dari [[Raqqa|Raqqah]], pasukan Ibnu Ra'iq dengan cepat mengambil alih distrik-distrik di Suriah utara
=== Konflik dengan Hamdaniyah ===
Perdamaian tersebut tak berlangsung lama, karena kekacauan politik di Baghdad yang terus berlanjut. Pada bulan September 941, Ibnu Ra'iq sekali lagi menjabat sebagai ''amir al-umara'' atas tawaran Khalifah [[al-Muttaqi]] (memerintah 940–944), tetapi tidak seberkuasa sebelumnya. Karena tak mampu menghentikan pergerakan pasukan lainnya yang dipimpin oleh [[Abu'l-Husayn al-Baridi|Abu'l-Husain al-Baridi]] dari [[Basra|Basrah]], Ibnu Ra'iq dan sang khalifah terpaksa meninggalkan Baghdad dan mencari perlindungan kepada penguasa [[dinasti Hamdaniyah|Hamdaniyah]] dari [[Mosul]]. Ibnu Ra'iq akhirnya terbunuh oleh penguasa Mosul pada bulan April 942 yang kemudian menggantikan Ibnu Ra'iq dalam jabatan ''amir al-umara'' dengan ''laqab'' [[Nasir al-Dawla|Nasir ad-Daulah]].{{sfn|Bacharach|1975|p=601}} Al-Ikhsyid memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menduduki kembali Suriah untuk dirinya sendiri, bergabung dengan pasukannya secara langsung pada bulan Juni 942, dan bergerak sampai ke Damaskus, sebelum kembali ke Mesir pada bulan Januari tahun 943. Hamdaniyah juga mengklaim atas wilayah Suriah pada
Pada masa itu, al-Muttaqi dengan Saif ad-Daulah melarikan diri ke Raqqah sebelum serangan Tuzun, tetapi khalifah semakin curiga dengan Hamdaniyah, dan menulis surat kepada al-Ikhsyid (diyakini pada awal musim dingin tahun 943), untuk meminta bantuan.{{sfn|Bacharach|1975|p=602}} Hal tersebut kemudian ditanggapi oleh al-Ikhsyid dengan memimpin pasukan ke Suriah. Pasukan Hamdaniyah menarik diri sebelum itu, dan pada September 944, al-Ikhsyid mencapai Raqqah. Karena tidak mempercayai Hamdaniyah, mengingat perlakuan mereka terhadap Ibnu Ra'iq, ia menunggu sampai Saif ad-Daulah meninggalkan kota tersebut sebelum memasukinya untuk menemui khalifah. Al-Ikhsyid berupaya membujuk al-Muttaqi untuk ikut bersamanya ke Mesir, atau setidaknya tinggal di Raqqah
Seperti yang terjadi, al-Muttaqi didatangi oleh para utusan Tuzun, yang menentang loyalitasnya, untuk kembali ke Irak
[[Berkas:Fragmentation of the Abbasid Caliphate.jpg|jmpl|ka|300px|Peta fragmentasi [[Kekhalifahan Abbasiyah]] pada abad ke-9 dan ke-10]]
Setelah pertemuannya dengan al-Muttaqi, al-Ikhsyid kembali ke Mesir, meninggalkan medan perang yang terbuka bagi Saif ad-Daulah. Pasukan Ikhsyid yang ditinggalkan di Suriah relatif lemah, dan pemimpin Hamdaniyah, yang mendapatkan dukungan dari Banu Kilab, tidak mengalami kesulitan dalam menaklukan Aleppo pada 29 Oktober 944. Ia kemudian mulai memperluas kekuasaannya atas provinsi-provinsi utara Suriah sampai Hims.{{sfn|Bianquis|1998|p=113}}{{sfn|Bacharach|1975|p=607}}{{sfn|Kennedy|2004|p=273}} Al-Ikhsyid lalu mengirim pasukan di bawah kasim [[Abu al-Misk Kafur]] dan Fatik melawan Hamdaniyah, tetapi pasukan ini dikalahkan di dekat [[Hamat]] dan mundur kembali ke Mesir, meninggalkan Damaskus dan Palestina di tangan Hamdaniyah.{{sfn|Bacharach|1975|p=608}} Al-Ikhsyid kemudian memaksakan satu perang lagi pada bulan April tahun 945, tetapi pada saat yang sama, ia mengirim utusan-utusan kepada Saif ad-Daulah untuk mengadakan perjanjian
Namun, pada bulan Oktober, kedua belah pihak mencapai kesepakatan, yang secara garis besar sama dengan usulan al-Ikhsyid sebelumnya: al-Ikhsyid mengakui kekuasaan Hamdaniyah atas utara Suriah dan bahkan setuju untuk mengirim upeti tahunan sebagai imbalan atas penolakan Saif ad-Daulah terhadap semua klaim wilayah atas Damaskus. Penguasa Hamdaniyah juga harus menikahi salah satu putri atau kemenakan al-Ikhsyid.{{sfn|Bacharach|1975|p=608}} Bagi al-Ikhsyid, mempertahankan Aleppo tidak terlalu penting ketimbang selatan Suriah dengan Damaskus, yang merupakan gerbang timur Mesir (sebagai benteng pertahanan Mesir di bagian timur). Asalkan wilayah-wilayah tersebut tetap berada di bawah kekuasaannya, ia lebih
== Kematian dan warisan ==
Pada pertengahan musim semi tahun 946, al-Ikhsyid mengirim utusan ke [[Kekaisaran Romawi Timur|Bizantium]] untuk pertukaran tahanan lagi (yang akhirnya berhasil dilakukan di bawah bantuan [[Sayf al-Dawla|Saif ad-Daulah]] pada bulan Oktober). Kaisar [[Konstantinus VII]] (memerintah antara 913–959) mengirimkan sebuah kedutaan yang dipimpin [[John Mystikos]] sebagai tanggapan,yang tiba di Damaskus pada 11 Juli.{{sfn|PmbZ|loc=Muḥammad b. Ṭuġǧ al-Iḫšīd (#25443)}} Pada 24 Juli 946, al-Ikhsyid wafat di Damaskus.{{sfn|Bacharach|1975|p=609}} Jasadnya dibawa untuk dimakamkan di [[Yerusalem]], di dekat Gerbang suku-suku di Bukit Bait Suci. [[Suksesi]] putranya, [[Abu'l-Qasim Unujur bin al-Ikhshid|Unujur]], berlangsung damai dan tanpa perselisihan, berkat pengaruh dari kekuasaan komando tertinggi yang kuat dan berbakat, [[Abu al-Misk Kafur|Kafur]]
Para sejarawan abad pertengahan mencatatkan banyaknya kesamaan antara al-Ikhsyid dan para pendahulunya dari [[Dinasti Thuluniyah|Thuluniyah]], khususnya [[Khumarawayh bin Ahmad bin Tulun|Khumarawayh]]. Ibnu Sa'id bahkan mencatatkan bahwa menurut [[astrologi dalam Islam abad pertengahan|para astrolog Mesir]], kedua orang tersebut memasuki Mesir pada hari yang sama pada tahun itu dan dengan bintang yang sama dalam posisi [[rasi bintang]] yang sama.{{sfn|Bacharach|1975|p=610}} Namun, terdapat perbedaan mencolok: al-Ikhsyid tidak se-"flamboyan" ([[Hugh N. Kennedy|Hugh Kennedy]]), seperti yang dimiliki oleh kaum Thuluniyah.{{sfn|Kennedy|2004|p=312}} Sikap kehati-hatian dan menahan diri Al-Ikhsyid dalam sudut pandang kebijakan luar negerinya juga berseberangan dengan tokoh-tokoh yang semasa dengannya dan para penguasa Mesir lainnya, baik para pendahulu maupun pengikutnya, sehingga membuatnya memiliki reputasi sebagai orang yang sangat berhati-hati, yang sering kali disalahartikan sebagai penakut oleh orang-orang yang semasa dengannya.{{sfn|Bacharach|1975|pp=610–612}} Ia juga dianggap kurang berbudaya dibandingkan dengan pendahulunya Ibnu Thulun.{{sfn|Bianquis|1998|p=113}} Tak seperti Ibnu Thulun, yang membangun ibu kota baru di [[al-Qatta'i]] dan sebuah [[Masjid Ibnu Tulun|masjid terkenal]]
== Referensi ==
{{reflist|
== Sumber ==
|