R. Mohammad Zuhdan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 19:
'''Drs. R. Moh. Zuhdan''' ({{lahirmati|[[Kauman, Yogyakarta]]|3|9|1931|[[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]]|24|6|1986}}) adalah seorang pejuang, pendidik, guru, ulama, dan politisi Sumatera Barat yang ditempa dan dibesarkan di lingkungan [[Muhammadiyah]] Kauman Yogyakarta dan Kauman [[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]], [[Sumatera Barat]]. Nama lengkapnya adalah '''Raden Mohammad Zuhdan''' yang disingkat menjadi '''R. Moh. Zuhdan'''. R. Moh. Zuhdan mempersunting gadis [[Orang Minangkabau|minang]] bernama Anidar Kusaini dari Nagari [[Pandai Sikek, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Pandai Sikek]], [[Kabupaten Tanah Datar]], Sumatera Barat, menjadi ''urang sumando'' Pandai Sikek dan diberi gelar adat St. Mudo. '''R. Moh. Zuhdan St. Mudo''' berdakwah dan berjuang memajukan pendidikan di Sumatera Barat melalui profesinya sebagai guru, seniman, ulama, dan pegiat organisasi sosial Muhammadiyah. Di Nagari Pandai Sikek dia merintis membesarkan Muhammadiyah melalui pendirian lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), yaitu mendirikan [[Taman kanak-kanak|Taman Kanak-Kanak]] Aisyiyah Bustanul Athfal (TKABA), menjadi ulama, seniman, dan guru. Drs. R. Moh. Zuhdan menjabat sebagai ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pandai Sikek (1968-1975), Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah [[Sepuluh Koto, Tanah Datar|Kecamatan X Koto]] (1975-1979), Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Padang Panjang, [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]], X Koto (1979-1982), dan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Padang Panjang, Batipuh, dan X Koto (1982-1986). Di dunia Pendidikan, Drs. R. Moh. Zuhdan terakhir menjabat sebagai Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Gunung Padang Panjang, Sumatera Barat.
 
== BiografiRiwayat Hidup ==
R. Moh. Zuhdan adalah anak keenam dari tujuh bersaudara, anak dari Atmopertomo (ayah) dan Rr. Sukinah (Raden Nganten Atmopertomo) (ibu) yang memiliki garis keturunan ke 6 dari [[Hamengkubuwana II|Sri Sultan Hamengku Buwono II]]. Masa remaja dialaminya di Kauman, Yogyakarta, tempat lahirnya Muhammadiyah. Pada usia remaja saat masa [[Agresi Militer Belanda II|agresi militer tahun 1949]], Zuhdan ikut bertempur melawan tentara kolonial Belanda, dan mendapat “Surat Tanda Djasa” dari Comdi Pertempuran R.K. Kauman yang dikeluarkan pada 17 Agustus 1950.
R. Moh. Zuhdan adalah anak keenam dari tujuh bersaudara, anak dari Atmopertomo (ayah) dan Rr. Sukinah (Raden Nganten Atmopertomo) (ibu) yang memiliki garis keturunan ke 6 dari [[Hamengkubuwana II|Sri Sultan Hamengku Buwono II]]. Masa remaja dialaminya di Kauman, Yogyakarta, tempat lahirnya Muhammadiyah. Pada usia remaja, masa agresi tahun 1949, Zuhdan ikut bertempur melawan tentara kolonial Belanda, dan mendapat “Surat Tanda Djasa” dari ComdiPertempuran R.K. Kauman yang dikeluarkan pada 17 Agustus 1950. R. Moh. Zuhdan diangkat menjadi guru PGAN Pekalongan pada tahun 1954 dan kemudian pindah tugas menjadi guru PGAN Yogyakarta tahun 1962. Setelah menyelesaikan Pendidikan Sarjana (Drs) di [[Universitas Negeri Yogyakarta|IKIP Yogyakarta]] pada tahun 1968, Drs. R. Moh. Zuhdan mengabdikan dirinya di kampung halaman istrinya, Anidar Kusaini, di [[Pandai Sikek, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Pandai Sikek]], Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Dari kampung kecil di lereng gunung Singgalang inilah Drs. Moh. Zuhdan berjuang menjadi pendidik, guru, ulama, dan politisi melalui profesi guru dan seni. Beliau mendirikan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (Taman Kanak-Kanak Bustanul Athfal Pandai Sikek), lembaga pendidikan setingkat taman kanak-kanak pertama yang ada di desa, dan beliau juga adalah salah seorang pendiri perguruan tinggi Muhammadiyah di Kota Padang Panjang, yaitu Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah di Kauman, Padang Panjang (1983), yang kemudian berubah menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB), dan memimpin Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Gunung Padang Panjang disamping tugasnya sebagai pendidik, ulama, dan aktifis organisasi Muhammadiyah. Delapan anak Drs. R. Moh. Zuhdan telah berhasil manapaki kariernya di berbagai bidang, yaitu Drs. Syamsul Hidayat (Wartawan), Drs. Ahmad Diponegoro, M.M. (Swasta/Konsultan Pendidikan), [[Muhammad Zaim|Prof. Dr, M. Zaim, M.Hum]] (Dosen UNP, Dekan FBS UNP 2011-2015 dan 2015-2019, Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Barat 2007-2011, dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Panjang 2004-2007), Afifah Asriati, B.A., S.ST., M.A. (Dosen UNP), Rahimah Dwiyanti (PNS Kementerian Agama), Dr. Hamdi Aniza Pertama, S.E. Akt., M.Si. (Kemeterian Keuangan), Tri Handayani, S.Pd., M.Pd (PNS/Guru SMA), dan Yuni Setiawan, S.Ag. (Pengusaha). Pada tahun 2019, sebuah buku biografi tentang Drs. R. Moh. Zuhdan yang ditulis oleh wartawan senior Sumatera Barat, Anwar Thahar, telah diterbitkan oleh Universitas Hamka (UHAMKA Press) Jakarta dengan judul Drs. R. Moh Zuhdan: Berjuang di Tanah Seberang yang prolognya ditulis oleh Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Maarif, tokoh nasional dan tokoh Muhammadiyah yang bermukim di Yogyakarta yang berasal dari ranah minang.<ref>{{Cite web|url=http://www.suaramuhammadiyah.id/2019/06/13/bedah-buku-tentang-moh-zuhdan-dihadiri-rektor-dan-dosen-tiga-universitas/|title=Bedah Buku Tentang Moh Zuhdan Dihadiri Rektor dan Dosen Tiga Universitas|date=2019-06-13|website=Suara Muhammadiyah|language=en-US|access-date=2020-03-25|archive-date=2020-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20200325105007/http://www.suaramuhammadiyah.id/2019/06/13/bedah-buku-tentang-moh-zuhdan-dihadiri-rektor-dan-dosen-tiga-universitas/|dead-url=yes}}</ref>
 
=== Karir Akademik ===
R. Moh. Zuhdan diangkat menjadi guru PGAN Pekalongan pada tahun 1954 dan kemudian pindah tugas menjadi guru PGAN Yogyakarta tahun 1962. Setelah menyelesaikan Pendidikan Sarjana (Drs) di [[Universitas Negeri Yogyakarta|IKIP Yogyakarta]] pada tahun 1968, Drs. R. Moh. Zuhdan mengabdikan dirinya di kampung halaman istrinya, Anidar Kusaini, di [[Pandai Sikek, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Pandai Sikek]], Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Dari kampung kecil di lereng gunung Singgalang inilah Drs. Moh. Zuhdan berjuang menjadi pendidik, guru, ulama, dan politisi melalui profesi guru dan seni. Beliau mendirikan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (Taman Kanak-Kanak Bustanul Athfal Pandai Sikek), lembaga pendidikan setingkat taman kanak-kanak pertama yang ada di desa, dan beliau juga adalah salah seorang pendiri perguruan tinggi Muhammadiyah di Kota Padang Panjang, yaitu Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah di Kauman, Padang Panjang (1983), yang kemudian berubah menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), [[Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat]] (UMSB), dan memimpin Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Gunung Padang Panjang disamping tugasnya sebagai pendidik, ulama, dan aktifis organisasi Muhammadiyah.
 
== Kehidupan Pribadi ==
Delapan anak Drs. R. Moh. Zuhdan telah berhasil menapaki kariernya di berbagai bidang antara lain:
 
# Drs. Syamsul Hidayat (Wartawan),
# Drs. Ahmad Diponegoro, M.M. (Swasta/Konsultan Pendidikan),
# [[Muhammad Zaim|Prof. Dr, M. Zaim, M.Hum]] (Dosen UNP, Dekan FBS UNP 2011-2015 dan 2015-2019, Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Barat 2007-2011, dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Panjang 2004-2007),
# Afifah Asriati, B.A., S.ST., M.A. (Dosen UNP),
# Rahimah Dwiyanti (PNS Kementerian Agama),
# Dr. Hamdi Aniza Pertama, S.E. Akt., M.Si. (Kemeterian Keuangan),
# Tri Handayani, S.Pd., M.Pd (PNS/Guru SMA),
# Yuni Setiawan, S.Ag. (Pengusaha).
 
Pada tahun 2019, sebuah buku biografi tentang Drs. R. Moh. Zuhdan yang ditulis oleh wartawan senior Sumatera Barat, Anwar Thahar, telah diterbitkan oleh Universitas Hamka (UHAMKA Press) Jakarta dengan judul Drs. R. Moh Zuhdan: Berjuang di Tanah Seberang yang prolognya ditulis oleh Prof. Dr. H. [[Ahmad Syafi'i Ma'arif|Ahmad Syafi’i Maarif]], tokoh nasional dan tokoh Muhammadiyah yang bermukim di Yogyakarta yang berasal dari ranah minang.<ref>{{Cite web|url=http://www.suaramuhammadiyah.id/2019/06/13/bedah-buku-tentang-moh-zuhdan-dihadiri-rektor-dan-dosen-tiga-universitas/|title=Bedah Buku Tentang Moh Zuhdan Dihadiri Rektor dan Dosen Tiga Universitas|date=2019-06-13|website=Suara Muhammadiyah|language=en-US|access-date=2020-03-25|archive-date=2020-03-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20200325105007/http://www.suaramuhammadiyah.id/2019/06/13/bedah-buku-tentang-moh-zuhdan-dihadiri-rektor-dan-dosen-tiga-universitas/|dead-url=yes}}</ref>
 
== Riwayat Pendidikan ==
Baris 59 ⟶ 76:
# Seni Grafis (1968)
# Relief di PGAN Putri Bukittinggi (MAN 2 Bukittinggi)
# Relief di PGAN 6 Tahun Padang Panjang di Koto Baru (<<[[MAN/MAPK Padang Panjang>>]] di Koto Baru)
# Cerpen “Insyaf” (1951), “Karena Siasat Sendiri” (1952) dan “Cerita tentang orang Utas” (1952)
# Puisi “Melepas Kawan”, “Antara Pagi dan Senja”, “Candi”, “Awan Bararak”, “Pernyataan”, “Permintaan”, “Tanda Tanya”, “Cermin”, “Hidup Abadi”, dan “Resolusi”.
Baris 89 ⟶ 106:
 
[[Kategori:Guru Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Muhammadiyah]]
[[Kategori:Tokoh dari Yogyakarta]]
[[Kategori:Alumni Universitas Negeri Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh dari Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Muhammadiyah]]
[[Kategori:Tokoh Himpunan Mahasiswa Islam]]
[[Kategori:Tokoh PII]]