Muhammad dari Banjar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Ariandi Lie (bicara | kontrib) |
||
(30 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Monarch
|name
|title= SULTAN BANJAR X
| full name =
Baris 7:
3. Mohammad Iyauddin Aminullah<br />
4. Mohammad Iyauddin Amirulati<ref>{{Cite web |url=http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/raja-banjar-sejak-sultan-suriansyah.html |title=Salinan arsip |access-date=2014-05-18 |archive-date=2014-05-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140518173304/http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/raja-banjar-sejak-sultan-suriansyah.html |dead-url=yes }}</ref>
|coronation =[[3 Agustus]] [[1759]]
|reign =[[3 Agustus]] [[1759]]- Wafat [[16 Januari]] [[1761]]
Baris 19 ⟶ 17:
1. ♀ [[Permaisuri]] Ratoe Muhammad binti [[Sultan Tamjidullah I]]
2. ♀
}}
|royal house =[[Dinasti Banjarmasin]]
|father =Paduka Seri Sultan Chamidullah [[Hamidullah dari Banjar]] sultan kuning bin Sultan Tahmidullah 01 [[Suria Alam dari Banjar]] bin Sultan Amarullah (Amru'llah) Bagus Kasuma atau Sultan Tahlilullah/Tahirullah [[Suria Angsa dari Banjar]]
|place of birth =[[Martapura]], [[Kesultanan Banjar|Banjar]]
|date of death =[[16 Januari]] [[1761]]
|issue =
1. ♀ '''Ratu Lawiyah'''(
''
2. ♂ '''
3. ♂ '''Pangeran Abdoe'llah Amirul Mukminin'''( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I)
4. ♂ '''Pangeran Rahmat Bergelar
Pangeran Tumenggung Rahmat'''( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I) ''(Rahmat / Rachmat tewas karena dicekik meninggalnya secara tidak wajar)'''{{br}}''<ref>https://jaringansantri.com/kerajaan-kusan-kalimantan-selatan/</ref>
5. ♀ '''Ratu Rabiah'''( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I)
6. ♂ '''Pangeran Amir''' ( Anak dari Adik kandung Gusti Kasim Aroeng Trawee radja Terawej Bugis Paser) <ref>https://jaringansantri.com/kerajaan-kusan-kalimantan-selatan/</ref>
|residence = Martapura
Baris 53 ⟶ 48:
|}}
Ia merupakan saudara ipar dari [[Panembahan Batu]].<ref>{{cite book
Baris 90 ⟶ 85:
Pangeran Muhammad <ref name="tutur candi"/> atau Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah adalah putera dari Sultan Hamidullah/Sultan Kuning. Muhammad yang berhasil naik tahta setelah mengkudeta pamannya yang sebenarnya adalah Wali Sultan. Sultan Muhammad wafat pada [[16 Januari]] [[1761]], dengan meninggalakan puteranya yaitu Abdullah yang masih berumur tujuh tahun.<ref>{{nl}} {{cite book|pages=43|url=http://books.google.co.id/books?id=EAtXAAAAMAAJ&q=Tamdjidoellah&dq=sultan+salehman&source=gbs_word_cloud_r&cad=5|title=Bandjarmasin en de Compagnie in de tweede helft der 18de eeuw|first=Johannes|last=Cornelis Noorlander|publisher=M. Dubbeldeman|year=1935}}</ref> Di samping dibantu oleh Mangkubumi [[Sunan Nata Alam|Pangeran Wira Nata]] (sepupu Sultan Muhammad), Sultan Muhammad juga dibantu oleh dua orang keponakannya Pangeran Jiwakusuma dan Pangeran Jiwanegara sebagai menteri dalam negeri yang masing disebut Mantri Panganan (Bentara kanan) dan Mantri Pangiwa (Bentara kiri), dan saudara tiri Sultan Muhammad bernama Gusti Wiramanggala dilantik sebagai salah seorang ''mantri sikap''<ref>{{Cite web |url=http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2011-08-04 |archive-date=2012-01-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120118065114/http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf |dead-url=yes }}</ref>
'''Pangeran Abdoe'llah Amirul Mukminin'''( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I)
''Pangeran Abdoe'llah x Ratu Siti Aermas anak dari Pangeran Wira nata Kusuma dikenal sunan Nata alam atau Tahmidilah II''<ref>https://jaringansantri.com/kerajaan-kusan-kalimantan-selatan/</ref>menikahi ♀ Ratu Siti Aer Mas binti [[Pangeran Mangkubumi]] [[Sunan Nata Alam]] Pangeran Abdulah tidak meninggal mengasingkan diri ke Lampung sumatra selatan
'''Ratu Lawiyah'''( anak Ratu Muhammadillah I putri Sultan Tamjidilah I) ''menikahi [[Pangeran Wira Nata Kusuma - Tahmidillah II [[Sunan Nata Alam]])<ref>https://jaringansantri.com/kerajaan-kusan-kalimantan-selatan/</ref>
'''Pangeran Amir''' ( Anak dari Adik kandung Gusti Kasim Aroeng Trawee radja Terawej Bugis Paser) ia pergi ke [[Tanah Bumbu]] Ratu Intan I menikah dengan Sultan Pasir, Sultan Dipati Anom Alamsyah Aji Dipati (1768-1799). Dengan dukungan bibinya Pangeran Amir mengembangkan kerajaan Kusan yang dibangun ayah nya pangeran Muhamadilah Raja Kusan I dan Pangeran Amir menjadi Raja Kusan II.<ref>https://jaringansantri.com/kerajaan-kusan-kalimantan-selatan/</ref> di Kalimantan Tenggara mendatangi saudara ibunya yaitu [[Ratu Intan I]],[[Ratu Intan I]] yang jadi penguasa di [[Cantung]] dan [[Batu Licin]]. [[Ratu Intan I]] adalah anak [[Ratu Mas dari Tanah Bumbu]] binti Pangeran Mangu bin [[Pangeran Dipati]] Tuha II . Sultan Amir tertangkap pada 14 Mei 1787, kemudian diasingkan ke Srilangka.
== Keluarga ==
Menurut manuskrip Tutur Candi isteri Sultan Muhammad Aminullah disebut atau bergelar Ratu Sultan Muhammad (ibunda Pangeran Abdullah), yang nama aslinya tidak diketahui. Isteri kedua merupakan adik dari Arung Turawe (Petta Torawe).
Keturunan Sultan Muhammad Aminullah:<ref name="Sejarah Kotabaru">{{cite book
| authorlink= Abdurrahman Hakim
| first= Abdurrahman
| last= Hakim
| language= id
| title= Sejarah Kotabaru
| location= Bandung
| publisher= Rekayasa Sains
| year=
| isbn= 978-979-3784-46-5
| year=
}}</ref>
# Gusti Rabeah bergelar Ratu Rabeah
# Pangeran Abdullah, menikah dengan Ratu Siti Air Mas binti [[Sunan Nata Alam|Panembahan Batu]])<ref>Pangeran Abdullah mati diracun oleh mertuanya sendiri ([[Sunan Nata Alam]]) pada [[17 Maret]] [[1776]]</ref>
# Pangeran Tumenggung atau Pangeran Muhammad atau Rahmad atau Achmad (Ia dibunuh di daerah pegunungan di [[Distrik Tabanio|Pelaihari]] atas perintah [[Sunan Nata Alam|Panembahan Batu]])<ref name="Koninklijk 14">{{cite book | language= nl
|pages=383
|url=https://books.google.co.id/books?id=CpNUAAAAcAAJ&pg=PA384&dq=Pangerans+Abdulla,+Achmat+en+Amir&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjUppLN-t_fAhXI6Y8KHenyBC4Q6AEIKDAA#v=onepage&q=Pangerans%20Abdulla%2C%20Achmat%20en%20Amir&f=false
Baris 104 ⟶ 119:
# Gusti Kusin
==Menjadi Putra Mahkota==
Setelah kematian ayahnya, Muhammad Aminullah tidak bisa dilantik menjadi Sultan Banjar sebab usianya belum genap 18 tahun.
Kemangkatan [[Sultan Hamidullah]]/Sultan Kuning tahun [[1734]], menimbulkan pertentangan kepentingan perebutan kekuasaan sebab putra mahkotanya belum dewasa pada saat Sultan mangkat. Sesuai dengan tradisi, maka wali dipegang oleh pamannya atau adik Sultan Kuning yaitu pangeran Tamjidillah I, sehingga kelak jika putra mahkota telah dewasa, barulah tahta kerajaan akan diserahkan. Pangeran Tamjidillah I sebagai wali sultan mempunyai siasat yang lebih jauh, yaitu berkeinginan menjadikan hak kekuasaan politik berada dalam tangannya dan keturunannya. Untuk itu, Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah yang telah dewasa menjadi menantunya. Dengan perkawinan tersebut, putra mahkota tentunya tidak sampai hati meminta bahkan merebut kekuasaan dari mertuanya, yang berarti sama dengan ayahnya sendiri. Kenyataan memang demikian, sehingga putra mahkota tidak begitu bernafsu, untuk meminta kembali hak atas tahta kesultanan Banjarmasin. Oleh sebab itu, Pangeran Tamjidillah I berhasil berkuasa selama 25 tahun dan mengangkat dirinya menjadi Sultan dengan gelar Sultan Sepuh (1734-1759).<ref name="Kerajaan Banjar">{{cite book
| authorlink= Ahmad Gazali Usman
Baris 121 ⟶ 138:
== Tahmidillah I ==
Menurut [[Anggraini Antemas]] (1971:54), Pangeran Muhammad bergelar Sultan '''Tahmidillah I''', sedangkan [[
| authorlink= Anggraini Antemas
| first= Anggraini
Baris 134 ⟶ 151:
}}</ref> atau disebut juga Sultan '''Tamhidillah''' (dalam kitab Sabilal Muhtadin).
Menurut wasiat Sultan Tahmidillah I yang harus mengantikan ia menjadi [[Sultan]] ([[ahli waris takhta]]) yaitu Pangeran Abdullah anak yang nomor 2 dan sementara putera itu masih dibawah umur (belum berumur 18 tahun), maka kerajaan Banjar diperintahkan oleh [[ahli waris sementara]] [[Pangeran Nata]] bergelar Sultan Tahmidillah II.<ref name="suluh">{{cite book
| authorlink= Amir Hasan Kiai Bondan
| first= Amir Hasan
Baris 147 ⟶ 164:
== Tamjidillah II==
Sultan Mohamed Amin Oelah juga disebut Sultan '''Tamdjid Illah II''', sedangkan penggantinya [[Sunan Nata Alam|Pangeran Natta]] disebut Sultan '''Tahmid Illah II'''<ref name="De Indische gids 23">{{cite book
| pages= 926
| title= De Indische gids
Baris 172 ⟶ 189:
== Dihapuskan namanya dalam daftar Sultan Banjar ==
Sultan Muhammad
Tertulis dalam ''Notulen van de Algemeene en Directie-vergaderingen van het [[Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen]]'' (1864:315) menyebutkan:
Baris 220 ⟶ 237:
[[Berkas:Jacob Mossel 1704-1761.jpg|ka|jmpl|[[Jacob Mossel]], Gubernur Jenderal VOC tahun 1750-1761]]
| pages= 70
| url= http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20393402-Surat-surat%20perdjandjian%20antara%20kesultanan%20%20bandjarmasin%20dengan%20pemerintah2%20V.O.C.,%20bataafse%20republik,%20Inggris%20dan%20hindia~1.pdf
Baris 243 ⟶ 260:
}}</ref>
Sebuah perjanjian ditandatangani oleh Paduka Seri Sultan Tamjidullah (ke-1) di [[Kayu Tangi]] dalam halaman kediaman Seri Sultan pada tahun seribu tujuh ratus lima puluh enam hari [[Rabu|Arba]] dua puluh hari bulan Oktober. Pada [[20 Oktober]] [[1756]] telah dibuat Perjanjian antara Paduka Seri Sultan Tamjidullah (ke-1)/Sultan Sepuh dengan [[VOC]], tetapi seminggu kemudian terjadi lagi perjanjian yang dibuat oleh Tuan Almusyarafat Pangeran Ratu Anom adalah gelar dari Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah, menantu Paduka Seri Sultan Tamjidullah (ke-1) dan juga keponakan Seri Sultan dengan Kompeni Belanda
]] mewakili [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] [[Jacob Mossel]]. Perjanjian itu ditandatangani di [[benteng Tatas]] (Banjarmasin) pada [[27 Oktober]] [[1756]]. Perjanjian ini dibuat atas inisiatif sendiri dari [[Ratu Anum|Tuan Pangeran Ratu Anom]] dalam usahanya memperoleh tahta dari mertuanya, sesuai dengan perjanjian bahwa Paduka Seri Sultan Tamjidullah (ke-1) sebetulnya hanya berfungsi sebagai wali (Pemangku Raja), sementara Pangeran Ratu Anom belum digenapi umur 18 tahun. Pasal yang kedua dari perjanjian yang dibuatnya, menjelaskan usahanya merebut kekuasaan dan juga kekuasaan yang sekarang dipegang oleh Paduka Seri Sultan Tamjidullah (ke-1) adalah perbuatan seorang jahil yang hendak melenyapkan asal keturunan [[Sultan Banjar]] yang sah. Pasal yang kedua dari perjanjian itu berbunyi:<br /><ref name="Kerajaan Banjar"/><ref name="Bandjermasin (Sultanate)"/>
''Tuan Yang Maha Mulia yang tersebut sesungguhnya perikutan yang benar dan betul dari tahta kerajaan Banjar dengan sangat kesukaran dipandang yang kerajaan ini dengan tiada patut adalah memegang mana tahta kerajaan nenek moyangnya sampai bapanya yang telah wafat '''Paduka Seri Sultan Chamidullah''' selama beberapa dalam suatu juga asal keturunan yang benar dan diperintahkan maka pada sekarang ini telah diambil tahta kerajaan Tuan Yang Maha Mulia oleh seorang jahil dengan tiada patut serta memecahkan janjinya di atas bilik ketiduran bapa Tuan Yang Maha Mulia tatkala pulang kerahmatullah, mana kala Tuan Yang Maha Mulia digenapi '''umur delapan belas tahun''' akan menyerahkan tahta kerajaan Banjar...''<ref name="Bandjermasin (Sultanate)"/>
Kelanjutan dari perjanjian yang dibuat bahwa nanti kalau berhasil Pangeran Ratu Anom menjadi [[Sultan Banjar]] dia berjanji akan menyerahkan Kesultanan Banjar kepada Kompeni Belanda dan [[jabatan]]nya sebagai [[Sultan]] merupakan kerajaan pinjaman dari kompeni. Sebagai Kerajaan pinjaman Pangeran Ratu Anom berjanji akan menyerahkan tiap tahun pada kompeni berupa: [[1000]] pikul [[lada hitam]], [[10]] pikul [[lada putih]], [[11]] [[karat]] batu [[intan]], dan [[100]] real halus.<ref name="Kerajaan Banjar"/>
Baris 325 ⟶ 344:
== Dinasti Tamjidullah I ==
Siasat Tamjidillah I berhasil, karena Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah mangkat pada tanggal [[16 Januari]] [[1761]],<ref name="kardiyat">{{id}}A. Kardiyat Wiharyanto; Sejarah Indonesia madya abad XVI-XIX, [[Universitas Sanata Dharma]], 2006</ref> sementara [[Putera Mahkota]] masih kecil, karena itulah jabatan [[mangkubumi]] kembali berada di tangannya sebagai wali Sultan yang belum [[dewasa]], dan Tamjidullah I menunjuk puteranya sendiri yaitu Pangeran Nata Dilaga sebagai wali sultan yang kemudian terkenal sebagai [[Sunan Nata Alam]], [[raja]] dari kesultanan Banjarmasin yang terbesar dalam abad ke-18. Cerita lama yang pernah dialami oleh Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah setelah ayahnya Sultan Chamidullah/[[Sultan Kuning]] mangkat, kembali terulang setelah Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah mangkat. Wali Sultan Nata Alam berusaha agar [[tahta]] tetap dipegangnya dan [[ahli waris]] berada pada garis keturunannya. Sunan Nata Alam/Sulaiman Saidullah I mulai mengatur siasat untuk melaksanakan ambisinya. Pertama-tama dia berusaha memperoleh dukungan kaum [[bangsawan]], dan ternyata dukungan dengan mudah diperolehnya. Selanjutnya dia mengangkat puteranya sebagai penggantinya kelak dengan gelar Pangeran Ratu Sultan Sulaiman
== Kematian tahun 1761==
Baris 348 ⟶ 367:
}}</ref>
Namun fakta sebenarnya Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah telah mangkat pada tanggal [[16 Januari]] [[1761]] dan [[ahli waris takhta]] atau Putra Mahkotanya, Pangeran Abdullah wafat pada tanggal [[17 Maret]] [[1776]].
Pada hari pemakaman
== Rujukan ==
* Arsip Nasional, Surat-Surat Perjanjian antara Kesultanan Bandjarmasin, dengan Pemerintahan VOC, Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia Belanda 1835-1860, Jakarta, 1965.
== Referensi ==
|