Pura Mangkunagaran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sam Hidayat (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Arsitektur: perbaikan saltik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(10 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Tambah rujukan}}{{Infobox building
| native_name = {{jav|ꦦꦸꦫ​ꦩꦁ​ꦏꦸꦤꦒꦫꦤ꧀ꦦꦸꦫꦩꦁꦏꦸꦤꦒꦫꦤ꧀}}<br>{{sub|Purå Mangkunagaran}}
| image = Grand Pendopo, Mangkunegaran Palace.jpg
| image_size = 280px
| logo = Royal cypher of Mangkunagaran.svg
| logo_size = 160px
| caption = Bagian depan ''PendopoPendhapa Ageng'' Pura Mangkunegaran.
| location = [[Keprabon, Banjarsari, Surakarta|Kelurahan Keprabon]], [[Banjarsari, Surakarta|Kecamatan Banjarsari]], [[Kota Surakarta]], [[Jawa Tengah]]
| location_country = Indonesia
Baris 39:
}}
 
'''Pura Mangkunegaran''' ({{lang-jv|ꦦꦸꦫ​ꦩꦁ​ꦏꦸꦤꦒꦫꦤ꧀ꦦꦸꦫꦩꦁꦏꦸꦤꦒꦫꦤ꧀|Purå Mangkunagaran}}) adalah [[istana]] resmi [[Kadipaten Mangkunegaran]] dan tempat kediaman para [[Mangkunagara|Adipati Mangkunegaran]]. Bangunan ini berada di [[Kota Surakarta|Surakarta]]. IstanaBangunan asli istana ini mulaimulanya dibangunmerupakan kediaman Patih Sindureja (seorang patih [[Kesunanan Surakarta]]),<ref>{{cite web|title=Plengkung Kepatihan, Menyimpan Sejarah Panjang Kampung Kepatihan|author=Pemerintah Kota Surakarta|website=Surakarta.go.id|year=2023|accssdate=18 Agustus 2024|url=https://surakarta.go.id/?p=29211}}</ref> yang setelah [[Perjanjian Salatiga]] pada tahun [[1757]] olehdiserahkan kepada [[Mangkunegara I]] dan kemudian dibangun serta diperbesar dengan mengikuti model keraton.<ref>{{Cite web |url=http://surakarta.go.id/konten/pura-mangkunegaran-0 |title=Portal Informasi Kota Surakarta: Pura Mangkunegaran |access-date=2015-08-05 |archive-date=2015-07-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150717103915/http://www.surakarta.go.id/konten/pura-mangkunegaran-0 |dead-url=yes }}</ref> Ditempatinya istana ini oleh [[Raden Mas Said|Mangkunegara I]] mengawali pendirian [[Kadipaten Mangkunegaran]], sebagai realisasi dari Perjanjian Salatiga ditandatangani oleh kelompok Raden Mas Said, [[Pakubuwana III|Sunan Pakubuwana III]], [[Hamengkubuwana I|Sultan Hamengkubuwana I]], dan [[VOC]] pada tahun [[1757]]. Pangeran Sambernyawa, julukan bagi Raden Mas Said, diangkat menjadi seorang "Pangeran Adipati Miji" dengan gelar Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.
 
Secara arsitektur kompleks bangunannya memiliki bagian-bagian yang menyerupai [[keraton]], seperti memiliki ''pamédan'', ''pendapapendhapa'', ''pringgitan'', ''dalem'', dan ''keputrèn''. Seluruh kompleks dikelilingi oleh tembok, hanya bagian ''pamédan'' yang diberi pagar besi. Sebagaimana bangunan utama di [[Keraton Surakarta]] dan [[Keraton Yogyakarta]], Pura Mangkunegaran mengalami beberapa perubahan. Perubahan ini tampak pada ciri dekorasi Eropa yang populer saat itu.
 
Pura ini dibangun setelah [[Perjanjian Salatiga]] yang mengawali pendirian [[Kadipaten Mangkunegaran]] ditandatangani oleh kelompok [[Raden Mas Said]], Pangeran Mangkubumi (Sultan [[Hamengkubuwana I]]), Sunan Pakubuwana III, dan VOC pada tahun [[1757]]. Pangeran Sambernyawa, julukan bagi Raden Mas Said, diangkat menjadi "Pangeran Adipati" bergelar Mangkunegara I.
 
Sebagaimana bangunan utama di [[Keraton Surakarta]] dan [[Keraton Yogyakarta]], Pura Mangkunegaran mengalami beberapa perubahan. Perubahan ini tampak pada ciri dekorasi Eropa yang populer saat itu.
 
== Arsitektur ==
Baris 51 ⟶ 47:
[[File:Metal ornaments in the Mangkunegaran Palace.jpg|thumb|Hiasan logam di Pura Mangkunegaran, Surakarta]]
 
Penggunaan arsitektur Eropa dapat dilihat dari beberapa hal. Pertama, adanya ''gable'' (struktur atap yang tersusun dari dua bidang atap yang saling berlawanan arah) dan ''dormer'' (jendela atau lubang angin yang ditambatkan pada bagian atap) pada seluruh bangunan Pura Mangkunegaran. Kedua, penggunaan sususansusunan atap bersegi banyak pada bagian sayap ''Pringgitan'' dan ''Pracimayasa''. Ketiga, penggunaan tiang besi bergaya kolonial sebagai penahan tambahan bagi atap emperan di semua bagian Pura Mangkunegaran. Keempat, penggunaan ornamen hias yang cenderung ditemukan di gedung-gedung berarsitektur Eropa seperti relief malaikat, kaca patri, lampu gantung, dan hiasan-hiasan bergaya Eropa. Kelima, orientasi bangunan utama yang menghadap ke halaman yang luas serta orientasi bangunan penunjang yang menghadap ke bangunan utama dengan tujuan agar raja bisa mengawasi langsung bagaimana pegawainya bekerja.<ref name=":0" />
 
Sementara itu, arsitekur Jawa pada Pura Mangkunegaran dapat dilihat dari beberapa hal. Pertama, penggunaan ornamen-ornamen arsitektur Jawa, seperti bentuk atap, tiang saka, dan ragam hias Jawa. Kedua, penggunaan konsep ''aling-aling'' yang berfungsi sebagai perintang agar orang luar tidak bisa melihat bagian dalam Pura Mangkunegaran secara langsung. Ketiga, penggunaan kosmologi Jawa dalam fisik Pura Mangkunegaran. Posisi bangunan utama Pura Mangkunegaran di bagian inti menggambarkan posisinya sebagai pusat dari ''mandala''. Bangunan Pura Mangkunegaran yang menghadap ke selatan, arah yang diasosiasikan dengan [[Ratu Laut Selatan|Ratu kidul]] sebagai penguasa Laut Selatan, melambangkan hubungan istana dengan entitas gaib. Hubungan ini memliki dua fungsi, yaitu sebagai bentuk legitimasi politik dan meminta perlindungan non-fisik. Keempat, pembagian ruang dalam Pura Mangkunegaran yang berdasarkan arsitektur Jawa. Dalam arsitektur Jawa, pembagian ruangan sebuah rumah dibagi berdasarkan tingkat privasi. Semakin dalam sebuah ruang maka semakin tinggi privasinya. Pembagian ruangan pada Pura Mangkunegaran dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: ''Pendhapa Ageng'' dan bangunan kantor yang dapat dikunjungi orang biasa, kemudian ada ''Pringgitan'' yang hanya dapat dikunjungi oleh tamu, dan ''Dalem Ageng'' yang hanya dapat dimasuki oleh keluarga Mangkunegara dan [[abdi dalem]].<ref name=":0" />
Baris 61 ⟶ 57:
Setelah pintu gerbang utama akan tampak ''pamedan'', yaitu lapangan perlatihan prajurit pasukan Mangkunegaran.<ref>{{Cite web |url=http://www.thearoengbinangproject.com/pura-mangkunegaran-solo/ |title=Bagian-Bagian Pura Mangkunegaran Solo |access-date=2015-08-05 |archive-date=2015-08-22 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150822232215/http://www.thearoengbinangproject.com/pura-mangkunegaran-solo/ |dead-url=yes }}</ref> Di sebelah timur pamedan terdapat markas pasukan infanteri dan kavaleri [[Legiun Mangkunegaran]] yang memiliki semacam bangunan benteng.
 
Pintu gerbang kedua menuju halaman dalam tempat tempat berdirinya ''PendopoPendhapa Ageng'' yang berukuran 3.500 meter persegi. Pendopo yang dapat menampung lima sampai sepuluh ribu orang orang ini, selama bertahun-tahun dianggap pendopo yang terbesar di Indonesia. Tiang-tiang kayu berbentuk persegi yang menyangga atap joglo diambil dari pepohonan yang tumbuh di Alas Kethu, hutan yang dahulu dimiliki Mangkunegaran, di perbukitan [[Wonogiri]]. Seluruh bangunan ini didirikan tanpa menggunakan paku.
 
Warna kuning dan hijau yang mendominasi pendopo adalah warna ''pariparé anom'' yang merupakan warna khas keluarga Mangkunegaran. Hiasan langit-langit pendopo yang berwarna terang melambangkan [[astrologi]] Hindu-Jawa dan di langit-langit ini tergantung deretan lampu gantung antik. Pada mulanya orang-orang yang hadir di pendopo duduk bersila di lantai. Kursi baru diperkenalkan pada akhir abad ke-19 waktu pemerintahan [[Mangkunegara VI]]. Di dalam pendopo terdapat gamelan-gamelan pusaka, antara lain gamelan ''Kyai Seton'', gamelan ''Kyai Kanyut Mesem'', dan gamelan ''Lipur Sari'', yang masing-masing hanya dimainkan pada saat-saat tertentu.<ref>[http://terminaltechno.blog.uns.ac.id/2009/06/16/8/ SEJARAH SINGKAT MANGKUNEGARAN]{{Pranala mati|date=Juli 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
Tempat di belakang pendopo terdapat sebuah beranda terbuka, yang bernama ''Pringgitan'', yang mempunyai tangga menuju ''Dalem Ageng'', sebuah ruangan seluas 1.000 meter persegi, yang secara tradisional merupakan ruang tidur pengantin kerajaan, sekarang berfungsi sebagai museum. Selain memamerkan ''petanen'' (tempat persemayaman [[Dewi Sri]]) berlapiskan tenunan [[sutera]] yang menjadi pusat perhatian pengunjung, museum ini juga memamerkan perhiasan, senjata-senjata, pakaian-pakaian, medali-medali, perlengkapan wayang, uang logam, gambar adipati-adipati Mangkunegaran serta berbagai benda-benda seni.
 
Di bagian tengah Pura Mangkunegaran di belakang ''Dalem Ageng'', terdapat tempat kediaman keluarga Mangkunegaran. Tempat ini, yang masih memiliki suasana tenang seperti rumah pedesaan milik para bangsawan, sekarang digunakan oleh para keluarga keturunan pangeran adipati. Taman di bagian dalam yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbunga dan semak-semak hias, juga merupakan [[cagar alam]] dengan sangkar berisi burung, patung-patung klasik bergaya Eropa, serta kolam air mancur. Menghadap ke taman terbuka, terdapat sebuah bangunan bernama ''Beranda Dalem'' (atau sering disebut ''PracimoyasaPracimayasa'') yang bersudut delapan, di mana di dalam bangunan terdapat tempat lilin dan perabotan Eropa yang indah. Kaca-kaca berbingkai emas terpasang berjejer di dinding. Dari beranda menuju ke dalam tampak ruang makan dengan jendela kaca berwarna yang menggambarkan pemandangan alam di Jawa, ruang ganti dan rias para putri pangeran adipati, serta kamar mandi yang indah.
 
Selain itu, di dalam lingkungan Pura Mangkunegaran juga terdapat [[Perpustakaan Rekso Pustoko]] yang didirikan pada tahun [[1867]] oleh [[Mangkunegara IV]].<ref>[http://www.jalansolo.com/wisata-sejarah-museum-pura-mangkunegaran-surakarta.html Wisata Sejarah Museum Pura Mangkunagaran Surakarta]</ref> Perpustakaan tersebut terletak dilantai dua, diatas Kantor Dinas Urusan Istana di sebelah kiri ''pamedan''. Perpustakaan yang daun jendela kayunya dibuka lebar-lebar agar sinar matahari dapat masuk, sampai sekarang masih digunakan oleh para sejarawan dan pelajar. Mereka dapat menemukan manuskrip yang bersampul kulit, buku-buku berbagai bahasa terutama [[Bahasa Jawa]], banyak koleksi-koleksi foto yang bersejarah dan data-data mengenai perkebunan dan pemilikan Mangkunegaran yang lain.
Baris 87 ⟶ 83:
 
{{Topik Surakarta}}
{{Templat:Istana di Indonesia}}
 
[[Kategori:Arsitektur Jawa]]