Kerajaan Bali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan lebih banyak kategori
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
M. Adiputra (bicara | kontrib)
 
(13 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
| conventional_long_name = Kerajaan Bali
| common_name = Bali
| native_name = {{unicodescript/Bali|height=2.5em|ᬓ᭄ᬭᬚᬵᬦ᭄ᬩᬮᬶ}} ([[Bahasa Bali|Bali]])<br>बली राज्य ([[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]])
| religion = • [[Hindu Bali|Hindu]] (resmi)<br>• [[Buddha Mahayana]]<br>• [[animisme]]
| p1 = Prasejarah Indonesia
| p2 = Kerajaan Medang
| p3 = Kerajaan Panjalu
| s1 = KeresidenanHindia Bali dan LombokBelanda
| flag_s1 = Flag of the Netherlands.svg
| year_start = 914
Baris 66:
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
'''Kerajaan Bali''' ([[Aksara Bali]]: {{unicodeScript/Bali|ᬓ᭄ᬭᬚᬵᬦ᭄ᬩᬮᬶ}} translit. ''krajaan Bali'') merupakan istilah untuk serangkaian kerajaan [[Hindu]]-[[Budha]] yang pernah memerintah di [[Bali]], di [[Kepulauan Sunda kecil|Kepulauan Sunda Kecil]], [[Indonesia]]. Adapun kerajaan-kerajaan tersebut terbagi dalam beberapa masa sesuai dinasti yang memerintah saat itu. Dengan sejarah kerajaan asli Bali yang terbentang dari awal abad ke-10 hingga awal abad ke-20, kerajaan Bali menunjukkan budaya istana Bali yang luhur, di mana unsur-unsur spiritual penghormatan kepada arwah leluhur dikombinasikan dengan pengaruh ajaran [[Agama Hindu|Hindu]], yang diadopsi dari India melalui perantara Jawa kuno, berkembang, memperkaya, dan membentuk budaya Bali.
 
Karena kedekatan dan hubungan budaya yang erat dengan [[pulau Jawa]] yang berdekatan selama periode [[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha|Hindu-Budha]] Indonesia, sejarah Kerajaan Bali sering terjalin dan sangat dipengaruhi oleh kerajaan di Jawa, dari kerajaan Medang pada abad ke-9 sampai ke kerajaan Majapahit pada abad ke-13 hingga 15. [[Budaya]], [[bahasa]], [[seni]], dan [[arsitektur]] di pulau Bali dipengaruhi oleh Jawa. Pengaruh dan kehadiran orang Jawa semakin kuat dengan jatuhnya [[Majapahit|kerajaan Majapahit]] pada akhir abad ke-15. Setelah kekaisaran jatuh di bawah Kesultanan Muslim Demak, sejumlah abdi dalem Hindu, [[bangsawan]], [[pendeta]], dan pengrajin, menemukan tempat perlindungan di pulau Bali. Akibatnya, Bali menjadi apa yang digambarkan oleh sejarawan Ramesh Chandra Majumdar sebagai benteng terakhir budaya dan peradaban Indo-Jawa. Kerajaan Bali pada abad-abad berikutnya memperluas pengaruhnya ke pulau-pulau tetangga. Kerajaan Gelgel Bali misalnya memperluas pengaruh mereka dan mendirikan [[koloni]] di wilayah Blambangan di ujung timur Jawa, pulau tetangga Lombok, hingga bagian barat pulau [[Sumbawa, Sumbawa|Sumbawa]], sementara Karangasem mendirikan [[Koloni]] mereka di [[Kabupaten Lombok Barat|Lombok Barat]] pada periode selanjutnya.
Baris 163:
Di [[Jawa Timur]], [[Majapahit]] di bawah pemerintahan Ratu [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]] dan Perdana Menteri [[Gajah Mada]] yang cakap dan ambisius, menyaksikan perluasan armada Majapahit ke pulau-pulau tetangga di kepulauan Indonesia termasuk Bali yang berdekatan. Menurut naskah Babad Arya Tabanan, pada tahun 1342 pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada dibantu oleh jendralnya [[Arya Damar]], bupati Palembang, mendarat di Bali. Setelah tujuh bulan pertempuran, pasukan Majapahit mengalahkan raja Bali di Bedulu (Bedahulu) pada tahun 1343. Setelah penaklukan Bali, Majapahit mendistribusikan otoritas pemerintahan Bali di antara saudara-saudara muda Arya Damar; [[Arya Kenceng]], Arya Kutawaringin, Arya Sentong dan Arya Belog. Arya Kenceng memimpin saudara-saudaranya untuk memerintah Bali di bawah panji Majapahit, ia menjadi leluhur raja-raja Bali dari trah kerajaan Tabanan dan Badung.
 
CantoPupuh 14 [[Nagarakretagama]], disusun pada masa pemerintahan [[Hayam Wuruk]] pada tahun 1365, menyebutkan beberapa tempat di Bali; Bedahulu dan ''Lwa Gajah'' (diidentifikasikan sebagai [[Goa Gajah]]) sebagai tempat di bawah kekuasaan Majapahit. Ibu kota Majapahit di Bali didirikan di [[Samplangan, Gianyar, Gianyar|Samprangan]] dan kemudian [[Gelgel, Klungkung, Klungkung|Gelgel]]. Menyusul kematian Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki periode penurunan yang stabil dengan konflik atas suksesi, di antaranya adalah [[perang Paregreg]] (1405 hingga 1406).<ref name=ricklefs>{{Cite book|isbn = 9780804721950|last = Ricklefs|first = Merle Calvin|title = A history of modern Indonesia since c. 1300|year = 1993|publisher = Stanford University Press/Macmillans|edition = 2nd}}</ref>
 
Pada tahun 1468, Pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Raja [[Singhawikramawardhana]] dan menguasai [[Trowulan]]. Singhawikramawardhana yang kalah pergi dari ibu kota lebih jauh ke pedalaman ke [[Daha]] (bekas ibu kota Kadiri), secara efektif membagi Majapahit menjadi dua pusat kekuasaan; Trowulan dan Daha. Pada tahun 1474 Singhawikramawardhana meninggal dan digantikan oleh [[Dyah Ranawijaya]], yang memerintah dari Daha. Untuk menjaga pengaruh Majapahit dan kepentingan ekonomi, Kertabhumi menganugerahi hak dagang pedagang Muslim di pantai utara Jawa, sebuah tindakan yang mengarah pada [[kesultanan Demak]] dalam beberapa dekade berikutnya. Kebijakan ini meningkatkan ekonomi dan pengaruh Majapahit, tetapi melemahkan posisi Hindu-Budha sebagai agama utama, karena Islam mulai menyebar lebih cepat dan bebas di Jawa. Keluhan pengikut Hindu-Buddha kemudian mendesak Ranawijaya untuk mengalahkan Kertabhumi.
Baris 193:
[[Berkas:Kaart van het eiland Bali.jpg|jmpl|ka|Peta sembilan kerajaan Bali, sekitar tahun 1900]]
 
Setelah tahun 1651, kerajaan Gelgel mulai terpecah karena konflik internal. Pada tahun 1686, sebuah singgasana kerajaan baru didirikan di Klungkung, empat kilometer utara Gelgel. Para penguasa Klungkung, yang dikenal dengan sebutan [[Dewa Agung]], tidak mampu mempertahankan kekuasaan atas Bali. Pulau itu selanjutnya terbagi menjadi sembilan kerajaan kecil; [[Kabupaten Klungkung|Klungkung]], [[Kabupaten Buleleng|Buleleng]], [[Kabupaten Karangasem|Karangasem]], [[Mengwi, Badung|Mengwi]], [[Kabupaten Badung|Badung]], [[Kabupaten Tabanan|Tabanan]], [[Kabupaten Gianyar|Gianyar]], [[Kabupaten Bangli|Bangli]] dan [[Kabupaten Jembrana|Jembrana]]. Kerajaan-kerajaan kecil ini mengembangkan dinasti mereka sendiri, membangun Puri mereka sendiri (kompleks istana Bali) dan mendirikan pemerintahan mereka sendiri. Namun demikian, sembilan kerajaan di Bali ini mengakui kepemimpinan Klungkung,; bahwa raja-raja Dewa Agung Klungkung adalah [[primus inter pares]] mereka di antara raja-raja Bali, dan pantas menerima titulergelar terhormatkehormatan sebagai raja"Raja Bali". Sebagian besar kerajaan ini, saat ini,kini membentuk basis dan batas-batas [[Daftar kabupaten dan kota di Bali|Kabupaten di Bali]]. Pada abad-abad berikutnya, berbagai kerajaan akandi Bali ini berperang berturut-turut di antara mereka sendiri, meskipun mereka memberi Dewa Agung status simbolis terpenting di Bali. Hal ini menyebabkan hubungan yang rumit di antara penguasa Bali, karena ada banyak raja di Bali. Situasi ini berlangsung hingga kedatangan Belanda pada abad ke-19.
 
== Intervensi asing ==