Perang Padri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Terbalik Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(18 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
|conflict = Perang Padri
|partof =
|image = [[
|caption =
|date = 1803–1837
|place = [[Sumatera Barat]], [[Sumatera Utara]] dan [[Riau]]
|casus = Pertikaian [[Kaum Padri]] melawan [[Kaum Adat]], kemudian melibatkan Belanda.
|result =
* ''Perjanjian Masang''
|combatant1 = Perang [[1803]]–[[1821]]:{{br}}[[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|tepi]] [[Kaum Adat]]{{br}} Perang [[1821]]–[[1833]]:{{br}}[[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|tepi]] [[Kaum Adat]]{{br}}{{flag|Belanda}}{{br}}Perang [[1833]]–[[1838]]:{{br}}{{flag|Belanda}}{{br}}▼
----
'''Kedua (1831–37):'''<br>{{ubl|Kemenangan Belanda}}
*[[Imam Bonjol]] diasingkan ke [[Cianjur]], kemudian ke [[Ambon]], dan kemudian diasingkan ke Lotta, dekat [[Manado]].
▲|combatant1 = Perang [[1803]]–[[1821]]:{{br}}[[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|tepi]] [[Kaum Adat]]{{
|combatant2 = Perang [[1803]]
|commander1 = [[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|tepi]] [[Sultan Muning Alamsyah|Rajo Alam]]{{br}} [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Frans David Cochius|Mayor Jendral Cochius]]{{br}} [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers|Kolonel Stuers]]{{br}} [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Antoine Theodore Raaff|Letnan Kolonel Raaff]]{{br}}[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Cornelis Pieter Jacob Elout|Letnan Kolonel Elout]]{{br}}[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Ferdinand Vermeulen Krieger|Letnan Kolonel Krieger]]{{br}} [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Johan Heinrich Conrad Bauer|Letnan Kolonel Bauer]]{{br}} {{nowrap|[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Andreas Victor Michiels|Letnan Kolonel Michiels]]}}{{br}}[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Frans Laemlin|Mayor Laemlin]]{{KIA}}{{br}}[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Franciscus Fredericus Prager|Mayor Prager]]{{br}}[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Leonardus Cornelis du Bus|Mayor du Bus]]{{br}} [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Toontje Poland|Kapten Poland]]{{br}} [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Hendrik Merkus Lange|Kapten Lange]]{{br}}
Baris 28 ⟶ 32:
Kaum Padri, seperti halnya para jihadis sezaman di [[Kekhalifahan Sokoto]] di [[Afrika Barat]], adalah kaum puritan Islam yang telah menunaikan ibadah [[haji]] ke [[Makkah]] dan kembali<ref>The port where they embarked and disembarked, Pedir, Sumatra, gave them their name.</ref> dengan terinspirasi untuk membawa [[Al-Qur'an|Al-Quran]] dan [[Syariat Islam|syariah]] ke posisi yang lebih besar pengaruhnya di Sumatera. Gerakan Padri terbentuk pada awal abad ke-19 dan berusaha untuk membersihkan budaya dari tradisi dan kepercayaan yang dipandang oleh para pengikutnya sebagai tidak Islami.
Pada tahun 1820-an, Belanda belum mengkonsolidasikan kepemilikan mereka di beberapa bagian Hindia Belanda (kemudian menjadi Indonesia) setelah memperolehnya kembali dari Inggris. Hal ini terutama terjadi di pulau Sumatera, di mana beberapa daerah tidak berada di bawah kekuasaan Belanda sampai abad ke-20.
== Perang Padri I 1803-1825 ==
Baris 35 ⟶ 39:
Sepulangnya tiga orang [[Ulama Minangkabau|alim ulama]] dari [[Mekkah]] sekitar tahun 1803, yaitu [[Haji Miskin]], [[Haji Sumanik]] dan [[Haji Piobang]], mereka mengungkapkan keinginan mereka yang ingin menyempurnakan penerapan syariat Islam di masyarakat [[Minangkabau]].<ref>Azra, Azyumardi (2004). ''The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern 'Ulama' in the Seventeenth and Eighteenth Centuries''. University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-2848-8.</ref> Mengetahui hal tersebut, [[Tuanku Nan Renceh]] sangat tertarik lalu ikut mendukung keinginan ketiga orang ulama. Bersama dengan ulama lain, delapan tokoh ini dikenal sebagai Harimau Nan Salapan (Harimau yang Delapan).<ref>Ampera Salim, Zulkifli (2005). ''Minangkabau Dalam Catatan Sejarah yang Tercecer''. Citra Budaya Indonesia. ISBN 979-3458-03-8.</ref>
Harimau Nan Salapan kemudian meminta [[Tuanku Lintau]] yang memiliki kedekatan dan kekerabatan dengan [[Raja Pagaruyung|Yang Dipertuan Pagaruyung]] [[Muningsyah dari Pagaruyung|Sultan Arifin Muningsyah]] untuk mengajak Kaum Adat agar meninggalkan beberapa kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Dalam beberapa kali perundingan tidak ada kata sepakat antara Kaum Padri dengan Kaum Adat. Konflik ini mendorong terjadinya gejolak di antara beberapa [[nagari]] dalam Kerajaan Pagaruyung, sampai pada 1815, Kaum Padri di bawah pimpinan [[Tuanku Pasaman|Tuanku Lintau]] menyerang
=== Keterlibatan Belanda 1821-1825 ===
|