Ketelanjangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Srakatundra (bicara | kontrib)
.
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Skirtiot (bicara | kontrib)
Mengembalikan gambar ke kondisi semula.
Tag: Pengembalian manual VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(14 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pp-protected|reason=Suntingan yang tidak berguna secara berulang-ulang|small=yes}}
{{sensor}}{{multiple image
{{Expand language|topic=|langcode=en|otherarticle=Nudity|date=Maret 2024}}
| total_width = 400
{{sensor}}
| image1 = Foto aku bugil.jpg
[[Berkas:FYN 04.jpg|jmpl|Dua orang sedang telanjang di sungai]]
| caption1 = Seorang [[Laki-laki|lelaki]] telanjang.
'''Ketelanjangan''' adalah keadaan saat manusia tidak mengenakan [[pakaian]].<ref>{{cite web|url=http://dictionary.reference.com/browse/nudity |title=nudity – Definitions from Dictionary.com |publisher=Dictionary.reference.com |date= |accessdate=17 October 2009}}</ref> Mengenakan pakaian secara eksklusif merupakan karakteristik manusia,. Jumlah pakaian yang dikenakan tergantung pada pertimbangan fungsional (seperti kebutuhan akan kehangatan atau perlindungan dari berbagai unsur) dan pertimbangan sosial. Dalam beberapa situasi jumlah minimum pakaian atau pakaian tidak sama sekali dapat diterima secara sosial, sementara di lain pakaian jauh lebih diharapkan.
| image2 = Nude Indonesian woman standing after bathing.jpg
| caption2 = Seorang [[perempuan]] telanjang.
}}
 
Norma sosial modern mengenai ketelanjangan sangat bervariasi, mencerminkan ambiguitas budaya terhadap tubuh dan seksualitas, dan konsepsi yang berbeda tentang apa yang merupakan ruang publik versus ruang pribadi. Sementara sebagian besar masyarakat mengharuskan pakaian yang layak di sebagian besar situasi, yang lain mengakui ketelanjangan non-seksual sebagai hal yang pantas untuk beberapa kegiatan rekreasi dan sosial, dan menghargai ketelanjangan dalam pertunjukan dan media yang dianggap mewakili nilai-nilai positif. Beberapa masyarakat dan kelompok terus menolak ketelanjangan tidak hanya di depan umum tetapi juga secara pribadi. Norma dikodifikasi ke berbagai tingkat oleh hukum yang mendefinisikan pakaian yang pantas dan paparan yang tidak senonoh.
'''Ketelanjangan''' atau '''kebugilan''' adalah perihal '''telanjang''', yakni keadaan manusia tidak [[pakaian|berpakaian]].<ref>{{cite web|date=|title=ketelanjangan – Hasil Pencarian KBBI Daring|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/telanjang|publisher=Kamus Besar Bahasa Indonesia|accessdate=17 October 2009}}</ref> Tidak mengenakai pakaian sama sekali sehingga menampakkan seluruh permukaan kulit termasuk [[Alat kelamin|kemaluan]] disebut '''telanjang bulat''' atau '''bugil'''. Tidak mengenakai pakaian atasan disebut [[telanjang dada|'''telanjang dada''']]. Secara kiasan, seseorang juga dapat dikatakan telanjang apabila tidak mengenakan perhiasan, riasan, dan lain-lain.
 
Pada dasarnya, ketelanjangan adalah keadaan yang normal. Semua makhluk di muka bumi telanjang. Manusia telanjang sampai 170.000 tahun yang lalu. Kendati menjadi keadaan biologis yang normal, manusia dalam proses evolusinya banyak kehilangan rambut pada tubuhnya sehingga kebiasaan berpakaian menjadi kebutuhan pokok untuk perlindungan tubuh. Hilangnya bulu tubuh merupakan salah satu ciri fisik yang menandai [[evolusi]] biologis manusia modern dari nenek moyang hominininya. Adaptasi yang berkaitan dengan kebotakan berkontribusi pada peningkatan ukuran otak, bipedalisme, dan variasi warna kulit manusia. Sementara perkiraan bervariasi, setidaknya selama 90.000 tahun manusia modern secara anatomis tidak mengenakan pakaian, penemuan yang merupakan bagian dari transisi dari tidak hanya secara anatomi tetapi juga perilaku modern.
Ketelanjangan adalah hal yang biasa terjadi saat [[mandi]], bertukar pakaian, berhubungan seksual, dan terkadang saat tidur, berenang, berjemur, tindakan medis, dan lain sebagainya. Ketelanjangan juga menjadi satu tema dalam seni, fotografi, dan film.
 
Ketika masyarakat berkembang dari pemburu-pengumpul menjadi agraris, pakaian dan perhiasan tubuh lainnya menjadi bagian dari evolusi budaya ketika individu dan kelompok menjadi dibedakan berdasarkan status, kelas, dan identitas individu. Kebiasaan menggunakan pakaian baru dimulai dengan peradaban. Sepanjang sebagian besar sejarah sampai awal era modern, orang-orang tidak berpakaian di depan umum karena kebutuhan atau kenyamanan baik ketika terlibat dalam aktivitas berat, termasuk tenaga kerja dan atletik; atau saat mandi atau berenang. Ketelanjangan fungsional seperti itu terjadi dalam kelompok yang tidak selalu dipisahkan berdasarkan jenis kelamin.
Bagi manusia, ketelanjangan dapat menimbulkan perasaan menyenangkan seperti [[Libertas|perasaan bebas]] dan percaya diri, namun dapat pula menimbulkan ketidaknyamanan seperti perasaan malu. Perasaan ini bergantung pada apakah ketelanjangan itu terjadi secara sukarela atau terpaksa, juga bergantung dari didikan yang peroleh oleh seseorang sesuai dengan nilai di masyarakat.
 
Di era kolonial budaya Kristen dan Muslim lebih sering ditemui masyarakat adat daerah tropis yang menggunakan pakaian untuk keperluan dekoratif atau seremonial tetapi sering telanjang, tidak memiliki konsep malu tentang tubuh. Selain itu, iklim hangat dan cara hidup kondusif untuk ketelanjangan fungsional. Perbedaan budaya berlanjut karena beberapa masyarakat yang sebelumnya terjajah mempertahankan atau menegaskan kembali praktik tradisional mereka dalam kehidupan sehari-hari atau untuk acara-acara khusus yang merayakan warisan mereka. Pakaian tradisional dapat mencakup ketelanjangan, atau wanita dan pria bertelanjang dada.
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret van een Balinese familie TMnr 10005098.jpg|jmpl|Potret suatu keluarga Bali, diambil tahun 1929.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Twee Kenyah-Dajaks met een penis-staafje de linker heeft tevens een oorbel van houtsnijwerk Borneo' TMnr 10005628.jpg|jmpl|Potret dua pemuda Dayak Kenyah, sekitar tahun 1920-an]]
 
Pada dasarnya, ketelanjangan adalah keadaan yang normal. Semua makhluk di muka bumi telanjang. Manusia telanjang sampai 170.000 tahun yang lalu. Kendati menjadi keadaan biologis yang normal, manusia dalam proses evolusinya banyak kehilangan rambut pada tubuhnya sehingga kebiasaan berpakaian menjadi kebutuhan pokok untuk perlindungan tubuh. Hilangnya bulu tubuh merupakan salah satu ciri fisik yang menandai [[evolusi]] biologis manusia modern dari nenek moyang hominininya. Adaptasi yang berkaitan dengan kebotakan berkontribusi pada peningkatan ukuran otak, bipedalisme, dan variasi warna kulit manusia. Sementara perkiraan bervariasi, setidaknya selama 90.000 tahun manusia modern secara anatomis tidak mengenakan pakaian, penemuan yang merupakan bagian dari transisi dari tidak hanya secara anatomi tetapi juga perilaku modern.
 
Mengenakan pakaian secara eksklusif merupakan karakteristik manusia, tergantung pada pertimbangan fungsional (seperti kebutuhan akan kehangatan atau perlindungan dari berbagai unsur) dan pertimbangan sosial. Dalam beberapa situasi jumlah minimum pakaian atau pakaian tidak sama sekali dapat diterima secara sosial, sementara di lain pakaian jauh lebih diharapkan.
 
Norma sosial modern mengenai ketelanjangan sangat bervariasi, mencerminkan ambiguitas budaya terhadap tubuh dan seksualitas, dan konsepsi yang berbeda tentang apa yang merupakan ruang publik versus ruang pribadi. Sementara sebagian besar masyarakat mengharuskan pakaian yang layak di sebagian besar situasi, yang lain mengakui ketelanjangan non-seksual sebagai hal yang pantas untuk beberapa kegiatan rekreasi dan sosial, dan menghargai ketelanjangan dalam pertunjukan dan media yang dianggap mewakili nilai-nilai positif. Beberapa masyarakat dan kelompok terus menolak ketelanjangan tidak hanya di depan umum tetapi juga secara pribadi. Norma dikodifikasi ke berbagai tingkat oleh hukum yang mendefinisikan pakaian yang pantas dan paparan yang tidak senonoh.
 
Masyarakat seperti di [[Jepang]] dan [[Finlandia]] mempertahankan tradisi ketelanjangan komunal yang memberikan alternatif seksualisasi berdasarkan penggunaan mandi dan [[sauna]].
 
Secara umum, norma sosial yang berkaitan dengan ketelanjangan untuk [[pria]] berbeda dengan [[wanita]]. Baru pada abad ke-17 di Eropa payudara wanita menjadi bagian tubuh yang wajib ditutupi di depan umum. Hanya di era modern ketelanjangan anak-anak digambarkan sebagai kepolosan. Individu dapat dengan sengaja melanggar norma yang berkaitan dengan ketelanjangan; mereka yang tidak memiliki kekuasaan dapat menggunakan ketelanjangan sebagai bentuk protes, dan mereka yang memiliki kekuasaan dapat memaksakan ketelanjangan pada orang lain sebagai bentuk hukuman.
 
=== Pakaian adat ===
== Adat dan kebudayaan ==
 
=== Pakaian adat ===
Pertemuan antara budaya asli Afrika, Amerika dan Oseania dengan orang Eropa memiliki pengaruh yang signifikan pada kedua budaya.{{sfn|Masquelier|2005a|loc=Introduction}} Ambivalensi Barat dapat diekspresikan dengan menanggapi ketelanjangan penduduk asli sebagai tanda seksualitas yang merajalela atau kepolosan yang mendahului [[Kejatuhan manusia|Kejatuhan]].{{sfn|Wiener|2005|p=66}}
{{Gallery
| title = KetelanjanganPakaian dalam budayaadat
| File:Acharya5.jpg
| alt1=Acharya Vidyasagar, a contemporary Digambara Jain monk
Baris 46 ⟶ 34:
| Dua wanita dari suku [[Zo'é]] di [[Negara Bagian Pará]], [[Brasil]]
| File:Reed Dance Festival 2006-001.jpg
| alt5=Two women of the Zo'é tribe of Pará State, Brazil
| Keluarga peburu-peramu di Afrika bagian selatan, biasa disebut [[Orang San]]
| File:Bushman-family.jpg
| alt6=A Swazi woman at the Reed Dance ceremony - 2006
| Seorang wanita [[Swazi people|Swazi]] yang berpartisipasi dalam upacara Umhlanga di [[Eswatini]] - 2006
Baris 59 ⟶ 44:
}}
 
== Sejarah ==
Baru kemudian timbul keinginan untuk menghias diri, untuk menandai status, peran, kepemilikan, dan lain sebagainya. Dari kebiasaan berpakaian ini kemudian pandangan akan ketelanjangan menjadi beragam menurut sosial, budaya, dan etika yang berkembang dalam masyarakat.
 
Ketika masyarakat berkembang dari pemburu-pengumpul menjadi agraris, pakaian dan perhiasan tubuh lainnya menjadi bagian dari evolusi budaya ketika individu dan kelompok menjadi dibedakan berdasarkan status, kelas, dan identitas individu. Kebiasaan menggunakan pakaian baru dimulai dengan peradaban. Sepanjang sebagian besar sejarah sampai awal era modern, orang-orang tidak berpakaian di depan umum karena kebutuhan atau kenyamanan baik ketika terlibat dalam aktivitas berat, termasuk tenaga kerja dan atletik; atau saat mandi atau berenang. Ketelanjangan fungsional seperti itu terjadi dalam kelompok yang tidak selalu dipisahkan berdasarkan jenis kelamin.
 
Di era kolonial budaya Kristen dan Muslim lebih sering ditemui masyarakat adat daerah tropis yang menggunakan pakaian untuk keperluan dekoratif atau seremonial tetapi sering telanjang, tidak memiliki konsep malu tentang tubuh. Selain itu, iklim hangat dan cara hidup kondusif untuk ketelanjangan fungsional. Perbedaan budaya berlanjut karena beberapa masyarakat yang sebelumnya terjajah mempertahankan atau menegaskan kembali praktik tradisional mereka dalam kehidupan sehari-hari atau untuk acara-acara khusus yang merayakan warisan mereka. Pakaian tradisional dapat mencakup ketelanjangan, atau wanita dan pria bertelanjang dada.
== Referensi ==
{{Reflist|30em}}