A.P.T. Pranoto: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
PeragaSetia (bicara | kontrib) Memperbaiki keterangan mengenai penahanan Pranoto |
PeragaSetia (bicara | kontrib) |
||
(52 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox officeholder
| name = A.P.T. Pranoto
| image =
| caption =
| office = Gubernur Kalimantan Timur
Baris 11:
| successor = Prodjosoemarto (pj.)<br>[[Abdoel Moeis Hassan|Abdul Muis Hassan]]
| birth_name = Aji Addin
| birth_date = {{birth date|1906|
| birth_place = [[Tenggarong]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1976|6|19|1906|
| death_place = [[
| party = [[Partai Persatuan Indonesia Raya|PIR-Hazairin]]<br>
| profession = [[Politisi]]
| spouse = Aji Maisarah gelar Aji Raden Puspo Kusumo
| footnotes =
| parents = [[Aji Muhammad Alimuddin]] (ayah)
| office1 = [[Daftar Gubernur Kalimantan Timur|Residen Kalimantan Timur]]
| termstart1 = 25 September 1954
| termend1 = 9 Januari 1957
| predecessor1 = [[Achmad Arief]]
| successor1 = Jabatan dihapuskan
| alma_mater = [[Universitas Leiden]]
}}
'''Aji Pangeran Tumenggung''' '''Pranoto'''
Pranoto kemudian menjabat sebagai Residen Kalimantan Timur pada tahun 1956, sebelum menjadi gubernur pada tahun berikutnya. Dia juga anggota [[Partai Persatuan Indonesia Raya|Partai Persatuan Indonesia Raya (PIR) Hazairin]], lalu beralih menjadi anggota [[Nahdlatul Ulama|Partai Nahdhatul Ulama (NU)]] setelah PIR dibubarkan.{{sfn|Magenda|2010|p=149}} Masa jabatannya berakhir ketika dia ditahan pada tahun 1961 atas tuduhan [[korupsi]]. Pranoto ditahan di [[Kota Balikpapan|Balikpapan]], lalu dipindahkan ke [[Jakarta]], di mana kelak dia meninggal dunia pada tahun 1976 akibat kondisi penjara yang buruk.{{sfn|Magenda|2010|p=93-94}}▼
▲Pranoto kemudian menjabat sebagai Residen Kalimantan Timur pada tahun 1956, sebelum menjadi gubernur pada tahun berikutnya. Dia juga anggota [[Partai Persatuan Indonesia Raya|Partai Persatuan Indonesia Raya (PIR) Hazairin]], lalu beralih menjadi anggota [[Nahdlatul Ulama|Partai Nahdhatul Ulama (NU)]] setelah PIR dibubarkan.{{sfn|Magenda|2010|p=149}} Masa jabatannya berakhir ketika dia ditahan pada tahun 1961 atas tuduhan [[korupsi]]. Pranoto ditahan di [[Kota Balikpapan|Balikpapan]], lalu dipindahkan ke [[Jakarta]]
== Awal kehidupan ==
Pranoto lahir di [[Tenggarong, Kutai Kartanegara|Tenggarong]] pada tanggal 14 September 1906 dengan nama Aji Addin. Dia merupakan putra ketujuh dari Sultan [[Aji Muhammad Alimuddin]] dan saudara tiri dari [[Aji Muhammad Parikesit]], sultan Kutai yang terakhir.<ref name=":1" /><ref name=":0">{{Cite news|last=Khaidir|first=Muh.|date=2007-03-11|title=APT Pranoto, Gubernur Kaltim yang Terlupakan|url=https://web.archive.org/web/20070311082216/http://www.tribunkaltim.com/viewweb2.php?id=12225/|work=Tribun Kaltim|access-date=21 Februari 2024}}</ref> Pranoto
== Kehidupan di Masa Revolusi ==
Pada masa [[Revolusi Nasional Indonesia|Revolusi Nasional]], Pranoto menjabat sebagai kepala kepolisian Kesultanan Kutai. Namun, akibat simpatinya terhadap kemerdekaan [[Indonesia]],
Meski demikian, Pranoto tidak pernah menentang [[Belanda]] secara terang-terangan. Bahkan,
Selain itu, Pranoto juga melanjutkan studinya di Fakultas
== Karir politik ==
=== Menaiki tangga birokrasi ===
Berkat simpatinya terhadap kemerdekaan Indonesia, Pranoto dapat menaiki tangga birokrasi dengan mudah. Dia diangkat sebagai
[[Berkas:IndonesiaBorneoProvince.png|jmpl|Peta [[Kalimantan (provinsi)|Provinsi Kalimantan]] sebelum dimekarkan menjadi tiga provinsi pada tahun 1957.]]
Melalui bantuan dari [[Adji Raden Djokoprawiro|Djokoprawiro]] dan [[Hazairin]]
=== Karir sebagai Gubernur ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht over de Baai van Balikpapan met olietanks en steigers van de Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) TMnr 60051464.jpg|jmpl|Kilang minyak BPM di Balikpapan, 1950-an.]]
Selain itu, Pranoto juga harus menghadapi isu penyelundupan [[kopra]]. Menurut laporan dari pemerintah daerah, selama bulan Juni hingga Juli 1958, kurang lebih 10.000 ton kopra diselundupkan dari Kalimantan Timur ke [[Tawau]]. Perdagangan gelap ini memerlukan setidaknya 500 kapal untuk menjalankan operasinya dan membuat pemerintah pusat mengalami kerugian sebesar Rp 4 juta. Pranoto, yang sejak lama menentang praktik ini, berupaya untuk menindak tegas dengan meminta bantuan tambahan [[kapal patroli]] dari pemerintah pusat.<ref name=":2">{{Cite news|date=1957-10-03|title=Tarakan wordt vrijhaven: Poolse en Amerikaanse hulp voor provincie Oost-Borneo|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22A.P.T.+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&page=1&identifier=ddd:010475883:mpeg21:a0017&resultsidentifier=ddd:010475883:mpeg21:a0017&rowid=7|work=Het Nieuwsblad voor Sumatra|access-date=22 Februari 2024}}</ref><ref>{{Cite journal|date=16 Agustus 1958|title=Koprasmokkel|url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKITLV3:002502007:00025&query=%22A.P.T.+Pranoto%22&coll=dts&sortfield=date&rowid=1|journal=ANP Indonesische Documentatie Dienst|volume=13|issue=33|pages=548}}</ref>
Masa pemerintahannya juga diwarnai beberapa kemajuan. Untuk memajukan perekonomian daerah, Pranoto berhasil memperoleh izin untuk menetapkan [[Kota Tarakan|Tarakan]] sebagai pelabuhan terbuka. Selain itu, dia juga berhasil meneken perjanjian dagang dengan [[Republik Rakyat Polandia|Polandia]] untuk ekspor [[kopra]] dengan imbalan bantuan pinjaman materiil untuk pembangunan pabrik dan empat buah kapal dagang, masing-masing berkapasitas 600 ton. Pranoto juga mengadakan perjanjian konsesi ekstraksi minyak dengan [[Amerika Serikat]].<ref name=":2" /> Dia juga berjasa dalam mendirikan
=== Persaingan kekuasaan ===
Kedudukan Pranoto sebagai Gubernur sangat menguntungkan golongan bangsawan Kutai. Dia mengangkat [[Aji Raden Padmo]], sesama bangsawan dan anggota PIR, sebagai Bupati [[Kabupaten Kutai]] yang pertama pada tanggal 20 Januari 1960. Pada hari yang sama, Pranoto juga mengangkat beberapa kepala daerah yang hampir semua berasal dari kalangan bangsawan, seperti [[Aji Raden Sayid Mohammad]] sebagai [[Daftar Wali Kota Balikpapan|Wali Kota Balikpapan]], [[Aji Raden Muhammad Ayub
Menguatnya kedudukan bangsawan tidak disukai oleh golongan pejuang yang antifeodal dan terpusat di [[Kota Balikpapan|Balikpapan]] dan [[Kota Samarinda|Samarinda]]. Mereka terlibat dalam persaingan politik dengan para bangsawan. Sebagian besar dari para pejuang di Samarinda tergabung dalam PNI
== Pemenjaraan dan kematian ==
[[Berkas:Soehario Padmodiwirio (Hario Kecik) 1964.jpg|jmpl|Kolonel [[Soehario Padmodiwirio]], Pangdam IX/Mulawarman yang menentang Pranoto.]]
Selain golongan pejuang, Pranoto juga tidak disukai oleh pihak militer, terutama [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Pangdam IX/Mulawarman]],
Untuk menggantikan Pranoto, Soehario mengusulkan [[Abdoel Moeis Hassan]], salah seorang calon yang diusung PNI, kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) [[Ipik Gandamana]].{{sfn|Kecik|2009|p=181}} Pranoto akhirnya dibebaskan dari tahanan pada awal masa [[Orde Baru]] dan kembali ke [[Kota Samarinda|Samarinda]]. Di sana, dia tinggal di Perumahan Voorfo bersama keluarganya. Ia meninggal di kediamannya pada tanggal 19 Juni 1976.{{sfn|Sarip|2023|p=228}}<ref name=":0" />
== Kehidupan pribadi ==
Pranoto menikah dengan seorang wanita bernama Aji Maisarah gelar Aji Raden Puspo Kusumo. Pasangan tersebut dikaruniai 17 anak. Di kalangan masyarakat, Pranoto dikenal sebagai pribadi yang ramah dan kooperatif. Menurut putrinya, Aji Juwita Kirana, dia selalu mengulurkan tangannya untuk memberi bimbingan kepada siapa pun, termasuk keluarganya. Selain itu, Pranoto juga selalu berusaha untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri.<ref name=":
== Kontroversi ==
=== Kasus penganiayaan ===
Saat masih menjabat sebagai kepala distrik [[Kota Bangun, Kutai Kartanegara|Kota Bangun]], Pranoto terlibat dalam penganiayaan seorang mandor bernama Salman bin Hadji Demang di [[Tenggarong, Kutai Kartanegara|Tenggarong]]. Kejadian tersebut berlangsung pada malam tanggal 14 Februari 1928 di kediaman seorang Raden Soedjono sekitar pukul delapan hingga sembilan malam.<ref name=":5" /> Saat kejadian, Salman hendak mencari anak buahnya untuk mengangkut muatan perahu seperti yang diperintahkan atasannya. Sebab itu, dia hendak menemui salah seorang kenalannya, Soemo, di kediaman Raden Soedjono. Setibanya di sana, dia ditahan oleh empat orang, termasuk Pranoto yang saat itu membawa sebilah [[mandau]]. Mereka menahannya dengan dalih perselisihan di masa lalu antara Salman dengan keluarga sultan.<ref name=":6">{{Cite news|date=1930-11-04|title=Laffe mishandeling|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Adji+Adin%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=MMKB15:000102053:mpeg21:a00021&resultsidentifier=MMKB15:000102053:mpeg21:a00021&rowid=5|work=Deli Courant|access-date=9 April 2024}}</ref>
Tak lama kemudian, terjadi bentrok antara kedua belah pihak. Salman ditahan oleh salah seorang tersangka, lalu dipukul oleh [[Aji Pangeran Soemantri]] (bernama asli Aji Mohammad Ilyasin), dengan sebalok kayu hingga kakinya patah. Setelah jatuh ke tanah, dia ditendang lagi oleh tersangka yang lain, Aji Bambang Mohammad Saleh. Kemudian, datang beberapa orang ke lokasi, termasuk [[Aji Muhammad Parikesit|sultan]] sendiri dan seorang bernama Bambang Djanidin. Djanidin mengejek Salman dengan mengatakan bahwa dia akan mati pada malam itu, dan seandainya mereka bertemu pada hari kemarin, dia seharusnya mati saat itu juga. Salman lalu tak sadarkan diri, sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit dan berhasil siuman.<ref name=":5" /><ref name=":6" />
Setelah dua tahun berlalu, kasus ini akhirnya dibawa ke meja hijau. Saat persidangan, Soemantri berdalih bahwa dia hanya menahan Salman, bukan memukulnya. Soemantri juga mengatakan bahwa dia mendengar dari Pranoto bahwa ada seorang tahanan yang kabur dan bersembunyi di kolong rumah Raden Soedjono. Karena itu, dia langsung bergegas untuk mencari Salman dan keduanya terlibat cekcok. Pranoto lalu pergi mencari bantuan dan setelah kembali, menemui keduanya sudah jatuh ke tanah. Dia membangunkan Soemantri dan karena tidak mengenali Salman di kegelapan, menendangnya berkali-kali.<ref name=":6" />
Namun, ketika ditanya oleh jaksa penuntut mengenai apa yang ia pikir dilakukan oleh Salman di bawah rumah Soedjono, dia tidak bisa menjawab. Dia juga tak bisa menjelaskan mengapa Salman dianiaya jika tidak ada dasar yang jelas. Jaksa juga menunjukkan bahwa kaki Salman patah bukan karena ditendang, tetapi karena pukulan balok kayu. Awalnya, Pranoto dituntut dua bulan penjara oleh jaksa. Akan tetapi, oleh pengadilan di [[Kota Surabaya|Surabaya]] dia hanya divonis bayar denda sebesar ƒ200 (dua ratus [[Gulden Hindia Belanda|gulden]]).<ref name=":6" /><ref>{{Cite news|date=1930-10-29|title=Perkara penganiajahan di bilangan Koetei|url=https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Terbitan%20Berkala/SWARA_PUBLIEK_No_240_Tahun_69_1930_10_29_001.pdf|work=Swara Publiek|access-date=9 April 2024}}</ref><ref>{{Cite news|date=1930-11-07|title=Mishandelingzaak|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Adji+Adin%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=ddd:010361937:mpeg21:a0144&resultsidentifier=ddd:010361937:mpeg21:a0144&rowid=6|work=De Sumatra Post|access-date=9 April 2024}}</ref>
=== Kasus penggelapan uang ===
Pada tahun 1932, Pranoto dibuang oleh pemerintah kolonial bersama dengan dua orang lainnya, [[Adji Pangeran Afloes|Aji Raden Afloes]] dan Aji Bambang Hassan, karena terbukti melakukan penggelapan uang. Pranoto dan Hassan dibuang ke [[Muara Teweh]], sedangkan Afloes dibuang ke [[Kuala Kurun (kota)|Kuala Kurun]]. Mereka tiba di [[Kota Banjarmasin|Banjarmasin]] pada tanggal 21 Juni 1932 setelah diangkut dengan kapal SS Van Diemen.<ref>{{Cite news|date=1932-06-21|title=Verbannen Sultanszonen|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Joedo+pernato%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=ddd:011109414:mpeg21:a0090&resultsidentifier=ddd:011109414:mpeg21:a0090&rowid=1|work=Soerabaijasch Handelsblad|access-date=9 April 2024}}</ref><ref>{{Cite news|date=1932-06-22|title=Poetra Sultan Bikin Penggelapan Oeang|url=https://gpa.eastview.com/crl/sean/?a=d&d=djwa19320622-01.1.3&srpos=1&e=-------en-25--1--img-txIN-%22Joedo+pernato%22---------|work=Djawa Tengah|access-date=9 April 2024}}</ref>
== Warisan ==
Baris 69 ⟶ 90:
== Penghargaan ==
*[[File: Order of Orange-Nassau ribbon.svg|70px]] Kesatria [[Orde Oranye-Nassau]] dengan Pedang (1947)<ref name=":3" />
== Catatan ==
{{notelist}}
== Referensi ==
Baris 74 ⟶ 98:
== Daftar Pustaka ==
*{{Cite book|last=
*{{Cite book|last=Departemen Penerangan|date=1956|url=https://books.google.co.id/books?id=_1YdAQAAIAAJ&pg=PA461&dq=%22A.A.+Adiwidjaja%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwj8ou_T6O2GAxXyxjgGHfy6B94Q6AF6BAgKEAI#v=onepage&q=%22A.A.%20Adiwidjaja%22&f=false|title=Mimbar Penerangan|location=Jakarta|publisher=Departemen Penerangan Republik Indonesia|volume=7|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Departemen Penerangan|date=1961|url=https://books.google.co.id/books?id=_4lbX0TdF10C&pg=PA413&dq=%22Fachrul+Baraqbah%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjpxOnz-b6EAxUGxTgGHZNoBUkQ6AF6BAgGEAI#v=onepage&q=%22Pranoto%22&f=false|title=Almanak Lembaga-Lembaga Negara dan Kepartaian|location=Jakarta|publisher=Departemen Penerangan Republik Indonesia|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Kecik|first=Hario|date=2009|url=https://books.google.co.id/books?id=hIz8DQAAQBAJ&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false|title=Pemikiran Militer 2: Sepanjang Masa Bangsa Indonesia|location=Jakarta|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=978-979-461-719-9|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Lubis|first=Mochtar|date=1988|title=Catatan Subversif|location=Jakarta|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=979-461-006-2|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|date=2010|url=https://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q=%22Pranoto%22&f=false|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|location=Singapura|publisher=Equinox Publishing|isbn=978-602-8397-21-6|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Sarip|first=Muhammad|date=2023|title=Histori Kutai: Peradaban Nusantara di Timur Kalimantan dari Zaman Mulawarman hingga Era Republik|location=Samarinda|publisher=RV Pustaka Horizon|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Tim Penulis|date=1992||title=Sejarah Pemerintahan di Kalimantan Timur dari Masa ke Masa|location=Samarinda|publisher=Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Timur|isbn=979-9222-88-5|ref=harv|url-status=live}}
{{S-start}}
Baris 86 ⟶ 115:
{{Gubernur Kalimantan Timur}}
{{lifetime|1906|1976|Pranoto}}
[[Kategori:Tokoh Kutai]]
[[Kategori:Gubernur Kalimantan Timur]]▼
[[Kategori:Bangsawan Kutai]]
[[Kategori:Tokoh Kalimantan Timur]]
[[Kategori:Tokoh dari Kutai Kartanegara]]
[[Kategori:
▲[[Kategori:Gubernur Kalimantan Timur]]
[[Kategori:Kelahiran 1906]]
[[Kategori:Kematian 1976]]
[[Kategori:Koruptor Indonesia]]
|