Sulaiman dari Banjar: Perbedaan antara revisi
[revisi tidak terperiksa] | [revisi terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Ariandi Lie (bicara | kontrib) Menambahkan {{pp-vandalism}}(Tw) |
||
(20 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{pp-vandalism|small=yes}}
{{Infobox royalty
|name = Sulaiman dari Banjar
Baris 28 ⟶ 29:
|successor = [[Adam dari banjar]]
| full name = Panembahan Sepuh, Pangeran Muda Sulaiman al-Mu'tamid Ala Allah
| birth_date = 16 Januari 1761
| birth_place =[[Kesultanan Banjar]]
| death_date = {{death date and age|1825|06|03|1761|df=yes}}
Baris 83 ⟶ 84:
}}</ref><ref>{{Cite web |url=http://web.raex.com/~obsidian/seasiaisl.html#Bandjarmasin |title=Regnal Chronologies Southeast Asia: the Islands |access-date=2008-09-05 |archive-date=2018-01-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180111003919/http://web.raex.com/~obsidian/seasiaisl.html#Bandjarmasin |dead-url=yes }}</ref> [[Kesultanan Banjar]] terletak di [[Kalimantan Selatan]], [[Indonesia]]. Adiknya Pangeran Mangku Dilaga dilantik sebagai [[mangkubumi]] dengan gelar Ratu Anum Mangkubumi Sukma Dilaga atau [[Ratu Anom Ismail]] (Pangeran Ismail). Belakangan Ratu Anum Mangku Dilaga ditahan kemudian dibunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga akan melakukan kudeta. Jabatan mangkubumi kemudian dipegang oleh Pangeran Husein dengan gelar Pangeran Mangkubumi Nata putera Sultan Sulaiman sendiri.<ref name="tutur candi">{{id icon}}{{cite book|first=Mohamad Idwar|last=Saleh|title=Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah|year=1986}}</ref><ref>[http://www.worldstatesmen.org/Indonesia_princely_states2.html#Banjarmasin Daftar Sultan Banjar dalam Indonesian Traditional States II]</ref>
'''Pengangkatan Putra Mahkota di Kesultanan Banjar: Gelar Pangeran Ratu'''
-Pengangkatan Pangeran Sulaiman Saidullah II
Pada tahun [[1767]], Sultan Tahmidilah II - Sunan Nata Alam mengangkat putranya yang berusia 6 tahun lahir pada tahun [[1761]] yang merupakan tahun mangkatnya Sultan Muhammad Aminullah [[16 Januari]] [[1761]].Pangeran Sulaiman Saidullah II dengan gelar [[Pangeran Ratu]] [[Putra Mahkota]] Sulaiman Saidullah II sebagai penggantinya kelak.[[Pangeran Ratu]] Sulaiman yang dianggap sebagai pewaris Ratu Lawiyah Putri Sultan [[Muhammad dari Banjar]] Aliuddin Aminullah bin Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / [[Hamidullah dari Banjar]] (Sultan Kuning). Jadi Sunan Nata Alam atau Tahmidillah II merupakan Anak Mantu Sultan [[Muhammad dari Banjar]] Aliuddin Aminullah bin Sulthan Chamiedoela / Chamidullah / [[Hamidullah dari Banjar]] (Sultan Kuning). Pengangkatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa penerus tahta Kesultanan Banjar tetap berada dalam garis keturunan langsungnya.Sultan Tahmidilah II - Sunan Nata Alam kemudian memberi gelar kepada putera sulungnya [[Pangeran Ratu]] Sultan Soleman menjadi Sulthan Sleeman Schahidullach / '''Sultan Sulaiman Saidullah II''' dan ia sendiri selanjutnya bergelar sunan yang dianggapnya sebagai gelar yang lebih tinggi sehingga menjadi '''Sunan Sulaiman Saidullah I''' <ref>{{nl icon}} {{cite journal|author=Tijdschrift voor Nederlandsch Indië|url=http://books.google.co.id/books?id=ZxkmAQAAIAAJ&dq=panembahan%20Marrhoem&pg=PA199#v=onepage&q=panembahan%20Marrhoem&f=false|title=Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)|volume= 23|publisher=Ter Lands-drukkerij|year= 1861|pages=199}}</ref><ref name="Tijdschrift 23">{{en}} {{cite journal
| author=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië
|url=http://books.google.co.id/books?id=sAxBAAAAcAAJ&dq=sulthan%20Acihhat-ollah%20VI&pg=RA1-PA198#v=onepage&q=sulthan%20Acihhat-ollah%20VI&f=false
|title=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië
|volume= 23
|issue=1-2
|pages=198
|publisher=Nederlandsch-Indië
|year=1861
}}</ref>
-Pengangkatan Pangeran Adam al-Watsiq Billah
Lima belas tahun kemudian, pada tahun [[1782]], Sultan Tahmidilah II - Sunan Nata Alam kembali mengangkat cucunya yang baru lahir [[1782]] dengan gelar Pangeran Ratu Adam al-Watsiq Billah. Gelar ini diberikan kepada Pangeran Adam sebagai pewaris atau Putra Mahkota Banjar sejak tahun 1782.<ref name="Kerajaan Banjar">{{cite book
| authorlink= Ahmad Gazali Usman
| first= Ahmad
| last= Gazali Usman
| language= id
| title= Kerajaan Banjar:Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam
| location= Banjarmasin
| publisher= Lambung Mangkurat Press
| year= 1994
| url=
| isbn=
}}</ref>
Proses pengangkatan [[Pangeran Ratu]] ini menunjukkan pentingnya menjaga keberlanjutan dan kestabilan dinasti dalam Kesultanan Banjar, dengan memastikan bahwa penerus tahta telah dipersiapkan sejak dini.
== Masa Muda ==
[[Susuhunan Nata Alam]] memberikan gelar "[[Sultan Muda|Sultan]]" kepada Pangeran Sulaiman sejak tahun [[1767]] ketika ia masih berusia 6 tahun. Hal ini untuk menjamin agar penerusnya tetap pada garis keturunannya. Dalam Proklamasi [[13 Agustus]] [[1787]], Pangeran Sulaiman disebut '''Pangeran Ratu Sultan Sulaiman'''. [[Pangeran Ratu]] merupakan sebutan untuk [[Putra Mahkota]] pada masa itu. Demikian juga cucu [[Susuhunan Nata Alam]] atau putera dari [[Sultan Sulaiman]] yaitu Pangeran Adam juga telah diberikan gelar "[[Sultan Muda|Sultan]]" pada tahun [[1782]] dalam usia 11 tahun. Dalam Proklamasi [[13 Agustus]] [[1787]], Pangeran Adam sudah disetujui oleh [[Willem Arnold Alting]] sebagai Pangeran Ratu berikutnya disebut Prins Sultan Adam.<ref name="Bandjermasin (Sultanate)"/>
== Memerintah (1801–1825) ==
Baris 90 ⟶ 123:
=== Suksesi ===
Panembahan Batu ([[Sunan Nata Alam]]) yang sudah sepuh melantik Pangeran Ratu Sultan Sulaiman menjadi Sultan Sulaiman Saidullah (ke-2)
Pada tahun [[1806]], Belanda kembali membuat perjanjian dengan Sultan Sulaiman yang menitikberatkan pada usaha pemeliharaan kebun [[lada]], agar lada dapat berproduksi sebagaimana diharapkan oleh Belanda. Dalam perjanjian itu Belanda tetap mengakui kedaulatan [[Sultan Banjar]] dan tidak menyinggung tentang masalah pemerintahan termasuk hubungan [[dagang]] ke [[luar negeri]].<ref name="Kerajaan Banjar">{{cite book
| authorlink= Ahmad Gazali Usman
Baris 116 ⟶ 149:
=== Mangkubumi ===
Setelah
# [[Ratu Anom Ismail]] (Pangeran Ismail bin Sunan Nata Alam) mengundurkan diri pada tahaun 1801; dihukum bunuh pada tahun 1805 oleh Sultan Sulaiman.
# Pangeran Perabu Anum, anak sultan Sulaiman menjabat mangkubumi sejak 1801.<ref name="Malay Seal Inscriptions">{{cite journal
Baris 383 ⟶ 416:
=== Kontrak Perjanjian Karang Intan ===
[[Berkas:Willem I in kroningsmantel.jpg|ka|jmpl| [[Willem I dari Belanda
Sultan Sulaiman Al-Mu'tamid 'Alâ Allâh membuat kontrak perjanjian pada tanggal [[1 Januari]] [[1817]] (12 [[Safar]] 1232 [[Hijriyah]]) yang merupakan '''Kontrak Persetujuan Karang Intan I''' antara Sultan Sulaiman dengan [[Hindia Belanda]] diwakili Residen [[Aernout van Boekholzt]]. Kemudian sekali lagi pada tanggal [[13 September]] [[1823]] (7 [[Muharam]] 1239 [[Hijriyah]]) penandatanganan '''Kontrak Persetujuan Karang Intan II''' antara Sultan Sulaiman dengan Hindia Belanda diwakili [[Residen]] Mr. Tobias.<ref name="Kerajaan Banjar"/>
Baris 394 ⟶ 427:
== Kematian ==
[[Berkas:Sultan Sulaiman - Makam 001.jpg|jmpl|Makam Sultan Sulaiman]]
Sultan Sulaiman mangkat pada tanggal
| url= http://books.google.co.id/books?id=ivFAAAAAcAAJ&dq=radja%20batoe%20litjin&pg=PR61#v=onepage&q=radja%20batoe%20litjin&f=true
| language= nl
Baris 404 ⟶ 437:
| publisher= Joh. Noman
| year= 1854
}}</ref> Ia dimakamkan di Kompleks Makam Sultan Sulaiman di desa [[Lihung, Karang Intan, Banjar|Lihung]], kecamatan [[Karang Intan, Banjar|Karang Intan]], [[kabupaten Banjar]], provinsi [[Kalimantan Selatan]]. Ketika Sulaiman meninggal
== Keluarga ==
Baris 469 ⟶ 502:
# [[Pangeran Tahmid]]
# Goesti Hadidjah (Ratu Mastruda) bergelar Ratoe Masoöd (Mas'ud), karena menikahi Pangeran Masoöd (orang tua [[Pangeran Antasari]]).
== Referensi ==
|