Sejarah Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Claralarisa (bicara | kontrib) k Pemulihan sumber dan halaman. |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(11 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Sejarah Indonesia}}{{Tambah referensi|date=Mei 2022}}
'''Sejarah Indonesia''' meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman [[prasejarah]] berdasarkan penemuan "[[Manusia Jawa]]" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Indonesia memiliki banyak suku salah satunya adalah suku Batak. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial/Era kerajaan, saat munculnya kerajaan-kerajaan [[Hindu]]-[[Buddha]] dan [[Islam]] di [[Jawa]], [[Sumatra]], dan [[Kalimantan]] yang sangat mengandalkan perdagangan; Era [[kolonialisme|Kolonial]], masuknya orang-orang [[Eropa]] (terutama [[Imperium Belanda|Belanda]], [[Imperium Portugal|Portugis]], dan [[Imperium Spanyol|Spanyol]]) yang menginginkan [[rempah-rempah]] mengakibatkan [[penjajahan]] oleh [[Belanda]] selama sekitar 350 tahun antara awal [[abad ke-17]] hingga pertengahan [[abad ke-20]]; Era Kemerdekaan Awal, pasca-[[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] (1945) sampai jatuhnya [[Soekarno]] (1966); Era [[Orde Baru]], 32 tahun masa pemerintahan [[Soeharto]] (1966–1998); serta Era Orde [[Sejarah Indonesia (1998-sekarang)|Reformasi]] yang berlangsung
== Prasejarah ==
{{utama|Nusantara pada periode prasejarah}}
[[Berkas:Sangiran 17-02.JPG|jmpl|jmpl|Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali ditemukan di Sangiran]]
Secara geologi, wilayah [[Indonesia]] modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut [[Nusantara]]) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: [[Lempeng Eurasia]], [[Lempeng Indo-Australia]], dan [[Lempeng Pasifik]] (lihat artikel [[Geologi Indonesia]]). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya [[es]] setelah berakhirnya [[Zaman Es]]
Pada masa [[Pleistosen]], ketika masih terhubung dengan [[Asia]] Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-fosil ''[[Homo erectus]]'' [[manusia Jawa]] dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (''[[Homo floresiensis]]'')<ref>Masih diperdebatkan, apakah termasuk ''H. erectus'' atau ''H. sapiens''</ref> di [[Liang Bua]], [[Flores]], membuka kemungkinan masih bertahannya ''H. erectus'' hingga masa [[Zaman Es]] terakhir.<ref>Swisher et al. 1996 (cit. Capelli et al. 2001. ''Am. J. Hum. Genet.'' 68:432-443) menyebutkan hingga 25.000 tahun yang lalu.</ref>
''[[Homo sapiens]]'' pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai [[Asia]] dari Asia Barat, dan pada sekitar 60.000 sampai 70.000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.<ref>Roberts 1990.</ref> Mereka, yang [[fenotipe|berfenotipe]] kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli [[Melanesia]] (termasuk [[Papua]] sekarang) dan membawa kultur kapak lonjong ([[Paleolitikum]]). Gelombang pendatang [[bahasa Austronesia|berbahasa Austronesia]] dengan kultur [[Neolitikum]] datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui [[Formosa]] dan [[Filipina]] membawa kultur beliung persegi ([[kebudayaan Dongson]]). Proses migrasi ini merupakan bagian dari [[pendudukan Pasifik]]. Kedatangan gelombang penduduk berciri [[Mongoloid]] ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk [[Maluku]] serta [[Nusa Tenggara]]. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik [[pertanian]], termasuk bercocok tanam [[padi]] di [[sawah]] (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), [[peternakan|beternak]] [[kerbau]], pengolahan [[Zaman Perundagian|perunggu]] dan [[Zaman Perundagian|besi]], teknik [[tenun ikat]]
▲''[[Homo sapiens]]'' pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai [[Asia]] dari Asia Barat, dan pada sekitar 60.000 sampai 70.000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.<ref>Roberts 1990.</ref> Mereka, yang [[fenotipe|berfenotipe]] kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli [[Melanesia]] (termasuk [[Papua]] sekarang) dan membawa kultur kapak lonjong ([[Paleolitikum]]). Gelombang pendatang [[bahasa Austronesia|berbahasa Austronesia]] dengan kultur [[Neolitikum]] datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui [[Formosa]] dan [[Filipina]] membawa kultur beliung persegi ([[kebudayaan Dongson]]). Proses migrasi ini merupakan bagian dari [[pendudukan Pasifik]]. Kedatangan gelombang penduduk berciri [[Mongoloid]] ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk [[Maluku]] serta [[Nusa Tenggara]]. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik [[pertanian]], termasuk bercocok tanam [[padi]] di [[sawah]] (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), [[peternakan|beternak]] [[kerbau]], pengolahan [[Zaman Perundagian|perunggu]] dan [[Zaman Perundagian|besi]], teknik [[tenun ikat]]. Praktik-praktik [[megalitikum]], serta pemujaan roh-roh ([[animisme]]) serta benda-benda keramat ([[dinamisme]]). Pada abad pertama 25000 SM sudah terbentuk permukiman-permukiman serta kerajaan-kerajaan kecil pertama zaman 2500 SM, Bukti fisik awal berada di lereng Bukit Bakar Batu Brak museum di Indonesia<ref name='saewanbumi'/> dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari [[India]] akibat hubungan perdagangan pada zaman 200 M.<ref name='saewanbumi'/>
== Era Kerajaan-Kerajaan di Nusantara ==
=== Sejarah awal ===
{{lihat pula|Sejarah Nusantara}}
Para cendekiawan [[India]] telah menulis tentang [[Dwipantara]] atau kerajaan [[Hindu]] [[Jawa Dwipa]] di Pulau [[Jawa]] dan
[[Nusantara]] telah mempunyai warisan peradaban berusia ratusan tahun dengan dua kekaisaran besar, yaitu [[Sriwijaya]] di [[Sumatra]] pada [[abad ke-7]]
▲[[Nusantara]] telah mempunyai warisan peradaban berusia ratusan tahun dengan dua kekaisaran besar, yaitu [[Sriwijaya]] di [[Sumatra]] pada [[abad ke-7]] tahun 650 M hingga [[abad ke-13]] dan [[Majapahit]] Hindu-Buddha [[Jawa]] pada [[abad ke-13]] tahun 1222 sampai tahun 1288 pada [[abad ke-16|16]] M Erupsi Gunung Sinabung di Dataran Tinggi Karo, pada tahun 1507 M Aceh menjadi kesultanan Islam ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang seringkali menjadi vassal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perkawinan dan perdagangan (seperti di [[Maluku]]). Hal tersebut telah terjadi sebelum [[Eropa Barat]] mengalami masa [[Abad Renaisans|Renaisans]] pada [[abad ke-16]].<ref name='saewanbumi'/>
<gallery mode="packed" widths="170" heights="170">
Unknown Indonesian Burial Mask, Javanese, 5th century CE or earlier.jpg|Topeng kubur dari Indonesia, sebelum abad ke-5.
Baris 25 ⟶ 28:
{{utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha}}
[[Berkas:Prasasti tugu.jpg|jmpl|200px|Prasasti Tugu peninggalan Raja [[Purnawarman]]]]
Pada [[abad ke-4]] hingga [[abad ke-7]] di wilayah [[Jawa Barat]] terdapat kerajaan bercorak Hindu-Buddha, yaitu [[Tarumanegara|Kerajaan Tarumanagara]] yang dilanjutkan dengan [[Kerajaan Sunda]] sampai [[abad ke-16]]. Pada [[abad ke-7]] hingga [[abad ke-
=== Kerajaan & Kesultanan Islam ===
{{utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam}}
[[Kesultanan]] sebagai sebuah pemerintahan oleh [[khalifah|penguasa Muslim]] hadir di Indonesia sekitar [[abad ke-12]] dan membangun [[peradaban|tamadun]]. Namun, sebenarnya [[Islam]] sudah masuk ke [[Indonesia]]
Menurut sumber-sumber [[Berita Tiongkok|Cina]] zaman Dinasti Tang, menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang [[Bangsa Arab|Arab]] menjadi pemimpin permukiman Arab [[Muslim]] di pesisir pantai
[[Islam]] terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama [[Kesultanan Peureulak]] didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah [[Kesultanan Ternate]]. Islam masuk ke kerajaan di [[Kepulauan Maluku]] ini tahun [[1440]].
▲Menurut sumber-sumber [[Berita Tiongkok|Cina]] zaman Dinasti Tang, menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang [[Bangsa Arab|Arab]] menjadi pemimpin permukiman Arab [[Muslim]] di pesisir pantai bagian selatan [[Sumatra]]. [[Islam]] pun memberikan pengaruh kepada institusi integritas yang ada. Hal ini tampak pada tahun 100 [[Hijriah|H]] (718 M) suku kedatuan [[Sriwijaya]] kayangan yang bernama [[Srindrawarman]] mengirim surat kepada [[Khalifah]] [[Umar bin Abdul Aziz]] dari [[Kekhalifahan Umayyah]] meminta dikirimkan [[mubalig]] yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, harimau yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu buntu, wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan [[Allah]] SWT dan Nabi Muhammad SAW utusan Alla SWT serta berpedoman dengan AL-QUR'AN. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang takbegitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan.<ref name='saewanbumi'/> Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya Mujahit yang dapat mengajarkan [[Islam]] kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula beragama Animisme dan [[Hindu]], menjadi [[mualaf|masuk Islam]]. Sriwijaya Kayangan pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'.<ref name='saewanbumi'/>
[[Kerajaan Islam di Indonesia|Kesultanan Islam]] kemudian semakin menyebarkan berbagai ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan
Penyebaran Islam
▲[[Kerajaan Islam di Indonesia|Kesultanan Islam]] kemudian semakin menyebarkan berbagai ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Animisme dan Hindu-Buddha sebagai kepercayaan utama pada akhir [[abad ke-16]] di [[Jawa]] dan [[Sumatra]]. Terkecuali [[Bali]] yang tetap mempertahankan mayoritas [[Hindu]]-Buddha. Di kepulauan-kepulauan di Timur, rohaniawan-rohaniawan [[Kristen]] dan [[Islam]] diketahui sudah aktif pada [[abad ke-16]] dan [[abad ke-17|17]], dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua [[agama]] di kepulauan-kepulauan tersebut.<ref name='saewanbumi'/>
▲Penyebaran Islam abad ke-16 dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar [[Nusantara]]; hal ini, karena para penyebar [[dakwah]] atau [[mubalig]] merupakan utusan Muslim yang datang dan dari luar maritim Asian Tenggara ([[Indonesia]]),<ref name='saewanbumi'/> maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para [[mubalig]] ini bekerja melalui cara [[berdagang]], para mubalig inipun menyebarkan Islam kepada para [[pedagang]] dari [[pribumi-Indonesia|penduduk pribumi]] daerah-daerah tersebut, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaanlah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: [[Kesultanan Demak]], [[Kerajaan Djipang]], [[Kerajaan Samudera Pasai]], [[Kesultanan Banten]] yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara [[Eropa]], [[Kesultanan Mataram]], [[Kerajaan Iha|Kesultanan Iha]], [[Kesultanan Gowa]], [[Kesultanan Gorontalo]], [[Kesultanan Ternate]], dan [[Kesultanan Tidore]] di [[Maluku]].<ref name='saewanbumi'/>
== Era kolonial ==
Baris 56 ⟶ 60:
Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari [[India Portugis]], Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari [[Goa]], ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan armada [[Kerajaan Malaka|Malaka]] pada 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.
== Periode
Sekitar tahun 1511-1526, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatra, Jawa, Banda, dan Maluku.
Baris 446 ⟶ 450:
== Lihat pula ==
{{Portal|Indonesia|Sejarah}}
* [[Sejarah nama Indonesia]]
* [[Sejarah Lembaga Kepresidenan Indonesia]]
|