Masjid Gholo Bayat Klaten: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(5 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
| image
| caption
| building_name
| location
| religious_affiliation = Islam
| architect
| coordinates = 7°47'3.5" LS 110°37'55.7"
| architecture_style
| established
| year_completed
| construction_cost =
| capacity
| length
| width
| dome_quantity
| minaret_quantity
| minaret_height =
}}
'''Masjid''' '''Gholo''',<ref>{{Cite web|title=Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre - Masjid Gholo Bayat Klaten|url=https://duniamasjid.islamic-center.or.id/1310/masjid-gholo-bayat-klaten/|access-date=2024-03-17}}</ref> atau '''Gala''',
== Sejarah ==
Kisah masjid ini diawali dari [[Wali Sanga]] yang mencari pengganti [[Siti Jenar]], dan berdasarkan musyawarah dipilihlah seorang bupati Semarang masa itu. Sunan Kalijaga menguji bupati yang terkenal kikir itu dengan menyamar sebagai pengemis. Setelah menyadari sifat buruknya itu, ia belajar kepada Sunan Kalijaga hingga menjadi alim dan mampu berdakwah.{{sfn|Zein|1999|p=264-267}} Menurut ''Babad Demak'', sunan baru itu melakukan perjalanan hingga tiba di suatu tempat yang bernama Tembayat yang tandus dan menemukan sebuah masjid di puncak bukit Jabalkat. Orang-orang yang tinggal di sana harus turun gunung demi mendapatkan air. Sang sunan kemudian 'membuat' telaga di sana dan melaksanakan salat Jumat di masjid tersebut.
==
Dari segi struktur fisikya, masjid yang berdiri di perbukitan ini tidak seperti masjid besar tradisional Jawa yang pada umumnya mempunyai serambi dan pawestren (tempat khusus perempuan). Kemungkinan besar hal ini disebabkan masjid ini dibangun di tengah-tengah pemukiman.{{sfn|Romli et al|1992|p=4}} Pintu masuk sebelah timur juga memiliki unsur gapura{{sfn|Romli et al|1992|p=46}}. Masjid juga mempunyai struktur tradisional Jawa dengan tiang saka dan atap
tumpang 2 tingkat, sedangkan mihrab di bagian barat terbuat dari batu yang atapnya terlihat datar dari luar tetapi melengkung di dalam.<ref>{{Cite journal|last=Pratama|first=Rizal Adi|date=2017|title=Islamisasi Sunan Pandanaran Di Bayat, Klaten, Jawa Tengah Abad XV|journal=Risalah|volume=4|issue=1|pages=132-150}}</ref>{{sfn|Romli et al|1992|p=46}}
== Referensi ==
{{reflist}}
== Daftar Pustaka ==
*{{cite book
|title=Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia
|last=Zein
|first=Abdul Baqir
|year=1999
|publisher=Gema Insani
|place=Jakarta
|id=ISBN 979-561-567-X
|ref={{sfnRef|Zein|1999}}
|url=http://books.google.co.id/books?id=-NnF9Ryal0IC
}}
*{{cite book
|title=Masjid Gala, Bayat dan pemugarannya
|last=Romli et al.
|first=Inayati Adrisiyanti R
|year=1992
|publisher=Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah
|place=Semarang
|id=
|ref={{sfnRef|Romli et al|1992}}
|url=http://books.google.co.id/books?id=-NnF9Ryal0IC
}}
[[Kategori:Masjid di Indonesia]]
|