Ilias: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(19 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 39:
}}
{{Perang Troya}}
'''''Ilias''''' ({{lang-grc|Ἰλιάς|Iliás}}, artinya "[syair] tentang [[Troya|Ilion]]") adalah salah satu dari dua [[wiracarita]] [[Yunani Kuno]] yang diyakini sebagai hasil karya pujangga [[Homeros]]. Wiracarita ini adalah salah satu tinggalan karya sastra tertua yang masih banyak diminati khalayak modern. Sama seperti ''[[Odisseia|Odiseya]]'', wiracarita ini terbagi menjadi 24 [[bab|parwa]] dan dianggit seturut kaidah [[heksameter daktilik|heksameter daktilis]]. Versinya yang berterima umum terdiri atas 15.693 larik. Dengan latar suasana menjelang kesudahan [[Perang Troya]], [[pengepungan|perang pengepungan]] kota [[Troya]] selama satu dasawarsa oleh persekutuan negara-negara kota [[Peradaban Mikenai|Yunani Mikene]], wiracarita ini mengisahkan kejadian-kejadian penting pada minggu-minggu terakhir perang itu, khususnya tentang pertengkaran sengit Raja [[Agamemnon]] dengan [[Akhiles]],
Agaknya ''Ilias'' maupun ''Odiseya'' ditulis dalam [[bahasa Yunani Homeros]], bahasa sastra bauran [[bahasa Yunani Ionia|bahasa Yunani dialek Yonia]] dengan dialek-dialek lainnya, kemungkinan besar sekitar akhir abad ke-8 atau permulaan abad ke-7 Pramasehi. Pada [[zaman Klasik]], jarang sekali ada orang yang meragukan bahwa kedua wiracarita itu adalah hasil karya pujangga Homeros, tetapi dewasa ini para sarjana [[Penyoalan Homeros|pada umumnya menduga]] bahwa ''Ilias'' dan ''Odiseya'' bukanlah hasil karya satu orang pujangga yang sama, dan kisah-kisah yang terangkum di dalamnya merupakan bagian dari suatu [[tradisi lisan]] yang panjang. Wiracarita ini dilantunkan oleh para pelantun syair Homeros profesional yang disebut ''[[rapsoidos]]''.
Baris 66:
({{Ilias|en|4}}) Karena tekanan Dewi [[Hera]] yang benci kepada Troya, Dewa Zeus membuat [[Pandaros]] memanah Menelaos. Dengan demikian Pihak Troya telah melanggar sumpah gencatan senjata. Agamemnon mengumandangkan aba-aba serbu, dan pertempuran pun pecah.
=== Perang tanding
({{Ilias|en|5}}) [[Diomedes]] berhasil menewaskan banyak pejuang Troya, termasuk Pandaros, dan mengalahkan [[Aineias]]. Dewi Afrodite turun menyelamatkan Aineias, tetapi Diomedes malah menyerang dan melukai sang dewi. Dewa Apolon menghadang Diomedes dan memperingatkannya akan bahaya memerangi para dewa. Sejumlah pahlawan dan panglima ikut terjun ke kancah pertempuran, termasuk [[Hektor]]. Dewa-dewi pun ikut campur dengan mendukung pihak pilihan masing-masing, dan berusaha mempengaruhi jalannya pertempuran. Karena disemangati Dewi Atena, Diomedes memberanikan diri melukai Dewa [[Ares]] agar tidak dapat bertempur membela pihak Troya.
Baris 73:
({{Ilias|en|7}}) Hektor berduel melawan [[Aias|Ayas]] tetapi tidak sampai tuntas, karena pertempuran harus ditunda bilamana hari berganti malam. Pihak Akhaya sepakat memperabukan mayat pejuang-pejuang mereka dan membangun tembok untuk melindungi kapal-kapal dan perkemahan mereka, sementara pihak Troya mempertengkarkan usulan untuk memulangkan Helene. Paris menyatakan kesediaanya untuk menyerahkan harta kekayaan sebagai ganti rugi, tetapi tidak akan memulangkan Helene. Kedua belah pihak menyepakati gencatan senjata selama satu hari untuk memperabukan mayat-mayat para pejuang yang gugur. Waktu gencatan senjata juga dimanfaatkan pihak Akhaya untuk membangun tembok dan menggali parit.
===
({{Ilias|en|8}}) Pagi hari berikutnya, Dewa Zeus melarang dewa-dewi ikut campur, dan pertempuran kembali pecah. Pihak Troya terbukti unggul tanpa bantuan dewa-dewi. Pihak Akhaya terdesak sampai ke tembok yang baru dibangun, tetapi Dewi Hera dan Dewi Atena dilarang membantu mereka. Hari keburu berganti malam sebelum pihak Troya berhasil menerobos tembok pertahanan Akhaya. Mereka berkemah di padang agar dapat langsung menyerbu perkemahan Akhaya begitu fajar menyingsing, dan api-api unggun yang mereka nyalakan di padang untuk berjaga-jaga terlihat seperti bintang-bintang di angkasa malam.
Baris 98:
({{Ilias|en|18}}) Akhiles tidak kuasa menahan kesedihannya mendengar berita kematian Patroklos. Ia bersumpah untuk membalas dendam kepada Hektor. Ibu Akhiles, Tetis, juga berdukacita karena sudah mengetahui bahwa Akhiles ditakdirkan mati muda jika menewaskan Hektor. Akhiles didesak membantu usaha pengambilan mayat Patroklos tetapi pakaian tempurnya sudah hilang. Dengan sekujur tubuh bermandi cahaya gemilang dari Dewi Atena, Akhiles berdiri di dekat tembok Akhaya dan meraung-raung meluapkan kemarahannya. Pihak Troya terperangah melihat penampilannya sehingga pejuang-pejuang Akhaya berkesempatan melarikan mayat Patroklos. Polidamas sekali lagi mendesak Hektor untuk mundur ke dalam kota, tetapi Hektor sekali lagi tidak mengindahkan kata-katanya. Ketika hari berganti malam, angkatan bersenjata Troya malah berkemah di padang. Selagi Akhiles meratapi kematian Patroklos, Tetis meminta Dewa [[Hefaistos]] membuat seperangkat pakaian tempur baru untuk akhiles, termasuk sebuah [[Perisai Akhiles|perisai yang sangat mengagumkan]].
===
({{Ilias|en|19}}) Pagi hari berikutnya, Agamemnon menyerahkan semua hadiah yang dijanjikannya kepada Akhiles, termasuk [[Briseis]], tetapi tidak dihiraukan Akhiles. Akhiles berpantang makan minum sementara pejuang-pejuang Akhaya melahap makanan mereka. Ia mengenakan pakaian tempur barunya lalu mengambil tombaknya. [[Balios dan Ksantos|Ksantos]], salah seekor kuda penarik keretanya, meringkikkan nubuat kematian Akhiles. Dengan mengendarai kereta, Akhiles memasuki kancah pertempuran.
Baris 111:
({{Ilias|en|24}}) Dewa Zeus masygul melihat Akhiles terus-menerus menista mayat Hektor, sehingga memutuskan bahwa mayat Hektor harus diserahkan kepada Raja Priamos. Dituntun Dewa [[Hermes]], Priamos meninggalkan kota Troya sambil mengemudikan sebuah pedati, lalu menyusuri padang sampai ke perkemahan pihak Akhaya tanpa disadari orang. Sambil mendekap erat lutut Akhiles, Priamos memohon kesudiannya menyerahkan mayat Hektor. Akhiles menangis terharu dan bersama-sama Priamos meratapi orang-orang terkasih yang gugur di medan laga. Seusai bersantap, Priamos menaikkan mayat anaknya ke dalam pedati lalu kembali ke kota. Mayat Hektor dikubur, dan seisi kota berkabung.
==
[[File:Hypnos Thanatos BM Vase D56 full.jpg|thumb|
▲[[File:Hypnos Thanatos BM Vase D56 full.jpg|thumb|Dewa kembar [[Hipnos]] dan [[Thanatos|Tanatos]] membawa keluar mayat [[Sarpedon]] dari medan perang, lukisan pada [[lekitos|bejana]] [[teknik latar putih|latar putih]] [[Atikos]], ''[[circa|ca.]]'' 440 Pramasehi]]
=== Dewa-dewi yang disembah bangsa Yunani ===
[[Agama Yunani Kuno|Agama bangsa Yunani Kuno]] tidak memiliki tokoh
===
Di dalam [[Perang Troya]] sastrawi ''Ilias'',
[[Mary Lefkowitz]] (2003)<ref name=":3" /> discusses the relevance of divine action in the ''Iliad'', attempting to answer the question of whether or not divine intervention is a discrete occurrence (for its own sake), or if such godly behaviors are mere human character metaphors. The intellectual interest of Classic-era authors, such as [[Thucydides]] and [[Plato]], was limited to their utility as "a way of talking about human life rather than a description or a truth", because, if the gods remain religious figures, rather than human metaphors, their "existence"—without the foundation of either dogma or a bible of faiths—then allowed Greek culture the intellectual breadth and freedom to conjure gods fitting any religious function they required as a people.<ref name=":3">Lefkowitz, Mary (2003). ''Greek Gods, Human Lives: What We Can Learn From Myths''. New Haven, Connecticut: [[Yale University Press]].</ref><ref>[[Oliver Taplin|Taplin, Oliver]] (2003). "Bring Back the Gods". ''[[The New York Times]]'' (14 December).</ref>
=== Dewa-dewi ===▼
▲Di dalam ''Ilias'', baik [[12 Dewa Olimpus|dewa-dewi tingkat tinggi]] maupun dewa-dewi rendahan bertempur satu sama lain dan mencampuri peperangan umat manusia, sering kali dengan cara menghasut manusia melawan dewa-dewi lain. Berbeda dari penggambaran mereka di dalam agama bangsa Yunani Kuno, penggambaran dewa-dewi ala Homeros selaras dengan tujuan penceritaannya. Dewa-dewi di dalam fikrah turun-temurun orang Athena pada abad ke-4 tidak berbicara kepada manusia dengan cara maupun kata-kata seperti yang dijabarkan Homeros.<ref name=":2">{{Cite book|title=Honor Thy Gods: Popular Religion in Greek Tragedy|url=https://archive.org/details/honorthygodspopu0000mika|last=Mikalson|first=Jon|publisher=Chapel Hill: University of North Carolina Press|year=1991}}</ref> Menurut [[Herodotos]], sejarawan Yunani pada zaman Klasik, Homeros dan [[Hesiodos]], rekan sezamannya, adalah pujangga-pujangga pertama yang memberi nama dan menggambarkan rupa serta watak dewa-dewi.<ref>[http://ablemedia.com/ctcweb/netshots/homer.htm Homer's Iliad], Classical Technology Center.</ref>
Psychologist [[Julian Jaynes]] (1976)<ref name=":4" /> uses the ''Iliad'' as a major piece of evidence for his theory of the [[Bicameral mentality|Bicameral Mind]], which posits that until about the time described in the ''Iliad'', humans had a far different mentality from present-day humans. He says that humans during that time were lacking what is today called consciousness. He suggests that humans heard and obeyed commands from what they identified as gods, until the change in human mentality that incorporated the motivating force into the conscious self. He points out that almost every action in the ''Iliad'' is directed, caused, or influenced by a god, and that earlier translations show an astonishing lack of words suggesting thought, planning, or introspection. Those that do appear, he argues, are misinterpretations made by translators imposing a modern mentality on the characters.<ref name=":4">Jaynes, Julian. (1976) ''The Origin of Consciousness in the Breakdown of the Bicameral Mind''. p. 221</ref>
▲Agama bangsa Yunani Kuno tidak memiliki tokoh pendiri dan bukan ciptaan seorang guru yang mendapatkan ilham sebagaimana lazimnya agama-agama lain di dunia.<ref>{{Cite book|title=Modern Greek Folklore and Ancient Greek Religion:A Study in Survivals|last=Lawson|first=John|publisher=Cambridge University Press|year=2012|page=2}}</ref> Tiap-tiap pemeluknya bebas untuk mempercayai apa saja sekehendak hati mereka, karena agama Yunani lahir dari mufakat masyarakat. Kepercayaan-kepercayaan tersebut cocok dengan gagasan-gagasan tentang dewa-dewi di dalam agama Yunani yang bersifat politeistis. Adkins dan Pollard (2020/1998), mengungkapkan kesepahaman mereka dengan gagasan ini lewat pernyataan mereka bahwa "bangsa Yunani terdahulu mempersonifikasi tiap aspek dari dunia mereka, baik aspek alam maupun aspek budaya, serta pengalaman-pengalaman mereka di dalam dunia tersebut. Bumi, laut, gunung, sungai, adat (''[[themis|temis]]''), maupun jatah dan kemaslahatan yang didapatkan seseorang sebagai anggota masyarakat semuanya dipandang sebagai suatu pribadi sekaligus unsur alam."<ref>{{Cite encyclopedia|title=Greek religion|date=Mar 2, 2020|first1=A. W. H.|last1=Adkins|last2=Pollard|first2=John R. T.|encyclopedia=Encyclopædia Britannica|url=https://www.britannica.com/topic/Greek-religion|orig-year=1998}}</ref>
{{see also|Deception of Zeus}}
Some scholars believe that the gods may have intervened in the mortal world because of quarrels they may have had among each other. [[Homer]] interprets the world at this time by using the passion and emotion of the gods to be determining factors of what happens on the human level.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Kullmann|first=Wolfgang|date=1985|title=Gods and Men in the Iliad and the Odyssey|journal=Harvard Studies in Classical Philology|volume=89|pages=1–23|doi=10.2307/311265|jstor=311265}}</ref> An example of one of these relationships in the ''Iliad'' occurs between [[Athena]], [[Hera]], and Aphrodite. In the final book of the poem Homer writes, "He offended Athena and Hera—both goddesses."<ref name=":1">{{Cite book|last=Homer|title=The Iliad|publisher=Penguin Books|year=1998|location=New York|page=589|translator-last=Fagles|translator-first=Robert|translator-last2=Knox|translator-first2=Bernard}}</ref> Athena and Hera are envious of Aphrodite because of a beauty pageant on Mount Olympus in which [[Paris (mythology)|Paris]] chose Aphrodite to be the most beautiful goddess over both Hera and Athena. Wolfgang Kullmann further goes on to say, "Hera's and Athena's disappointment over the victory of Aphrodite in the [[Judgement of Paris]] determines the whole conduct of both goddesses in ''The Iliad'' and is the cause of their hatred for Paris, the Judge, and his town Troy."<ref name=":0" />
Hera and Athena then continue to support the Achaean forces throughout the poem because Paris is part of the Trojans, while Aphrodite aids Paris and the Trojans. The emotions between the goddesses often translate to actions they take in the mortal world. For example, in Book 3 of the ''Iliad'', Paris challenges any of the Achaeans to a single combat and [[Menelaus]] steps forward. Menelaus was dominating the battle and was on the verge of killing Paris. "Now he'd have hauled him off and won undying glory but Aphrodite, Zeus's daughter, was quick to the mark, snapped the rawhide strap."<ref name=":1" /> Aphrodite intervened out of her own self-interest to save Paris from the wrath of Menelaus because Paris had helped her to win the beauty pageant. The partisanship of Aphrodite towards Paris induces constant intervention by all of the gods, especially to give motivational speeches to their respective protégés, while often appearing in the shape of a human being they are familiar with.<ref name=":0" /> This connection of emotions to actions is just one example out of many that occur throughout the poem.{{citation needed|date=February 2019}} -->
▲Pemikiran semacam inilah yang menyebabkan tiap dewa maupun dewi di dalam agama Yunani yang politeistis sifatnya itu dikaitkan dengan aspek tertentu dari dunia manusia. Sebagai contoh, [[Poseidon]] dipuja sebagai dewa laut, [[Afrodit|Afrodite]] dipuja sebagai dewi kecantikan, [[Ares]] dipuja sebagai dewa perang, dan demikian seterusnya untuk dewa-dewi selebihnya. Hal ini menunjukkan bagaimana budaya Yunani terbentuk, manakala banyak orang Athena merasakan kehadiran dewa-dewi pujaan mereka melalui intervensi ilahi pada peristiwa-peristiwa penting di dalam kehidupan mereka. Sering kali peristiwa-peristiwa tersebut mereka rasakan misterius dan tak terjelaskan.<ref name=":2" />
== Tema-tema ==
Baris 298 ⟶ 230:
[[File:Wrath of Achilles2.jpg|thumb|upright=1.15|''Murka Akhiles'' (1819), karya Michel Drolling]]
Kata pembuka cerita, {{lang|grc|μῆνιν}} (''mēnin''; [[kasus akusatif|aku.]] {{lang|grc|μῆνις}}, ''mēnis'', artinya "amarah, murka"), menjadi tema utama ''Ilias'', yakni "Murka Akhiles".<ref>Rouse, W.H.D. (1938). ''The Iliad.'' hlm. 11.</ref> Amarah pribadi dan harga diri keprajuritannya yang terluka menggulirkan cerita, karena mengakibatkan terpojoknya pihak Akhaya di medan perang, tewasnya Patroklos dan Hektor, serta kejatuhan kota Troya. Di dalam parwa 1, tema
<blockquote>
Baris 343 ⟶ 275:
''[[Editio princeps]]'' atau edisi cetak perdana ''Ilias'', disunting [[Demetrios Khalkokondiles]] dan diterbitkan Bernardus Nerlius bersama Demetrios Damilas di [[Firenze]] pada tahun 1488/1489.<ref>{{cite web | title = Homerus, ''[Τὰ σωζόμενα]'' | website = Onassis Library | url = http://onassislibrary.gr/en/collection/items/39018_en/ | access-date = 03 September 2017}}</ref>
=== Sebagai tradisi
Pada Abad Kuno, [[bangsa Yunani]] menjadikan ''Ilias'' dan ''Odiseia'' sebagai dasar-dasar [[pedagogi]]. Sastra merupakan unsur utama dari fungsi budaya-didik [[rhapsode|''rapsoidos'']] keliling (sahibul hikayat), yang menghasilkan wiracarita-wiracarita ''konsisten'' dari ingatan dan improvisasi, serta menyebarluaskannya lewat nyanyian dan tembang di persinggahan-persinggahan sepanjang pengembaraan maupun di ajang pesta krida [[Kejuaraan Panatenaya|Panatenaya]], yakni kejuaraan atletik, pentas musik, pergelaran seni bersyair, dan upacara persembahan korban yang diselenggarakan untuk memperingati hari jadi [[Athena (mitologi)|Dewi Atena]].<ref>''[[Columbia Encyclopedia|The Columbia Encyclopedia]]'' (edisi ke-5) (1994). hlm. 173.</ref>
Mula-mula para klasikawan menganggap
Di dalam ''Ilias'', ketidakkonsistenan sintaktis mungkin saja adalah suatu tradisi lisan. Sebagai contoh, Dewi
===
== Penggambaran peperangan ==
=== Penggambaran laga prajurit pejalan kaki ===
He stood beneath the shield of Ajax, son of Telamon.<br />
As Ajax cautiously pulled his shield aside,<br />
Baris 380 ⟶ 312:
their chests full of that style and spirit.<ref>Homer, ''Iliad'' 4.301–09 (translated by Ian Johnston).</ref></blockquote>Although Homer's depictions are graphic, it can be seen in the very end that victory in war is a far more somber occasion, where all that is lost becomes apparent. On the other hand, the funeral games are lively, for the dead man's life is celebrated. This overall depiction of war runs contrary to many other{{Citation needed|date=June 2010}} ancient Greek depictions, where war is an aspiration for greater glory.
=== Rekonstruksi perisai, senjata, dan gaya tempur ===
Few modern (archeologically, historically and Homerically accurate) reconstructions of arms, armor and motifs as described by Homer exist. Some historical reconstructions have been done by Salimbeti et al.<ref>http://www.salimbeti.com/micenei/armour5.htm</ref>-->
===
Meskipun belum tentu merupakan karya sastra yang diluhurkan bangsa Yunani Kuno, hampir dapat dipastikan bahwa syair-syair Homeros (khususnya ''Ilias'') dipandang sebagai tuntunan yang penting bagi pemahaman intelektual semua anak bangsa Yunani yang berpendidikan. Terbukti dari kenyataan bahwa menjelang akhir abad ke-5 Pramasehi, "kemampuan menyitir ayat-ayat ''Ilias'' dan ''Odiseus'' di luar kepala merupakan salah satu ciri orang terpandang."<ref name=":6">Lendon, J.E. (2005). ''Soldiers and Ghosts: A History of Battle in Classical Antiquity''. New Haven, CT: Yale University Press.</ref>{{Rp|36}} Selain itu, boleh dikata peperangan yang digambarkan di dalam ''Ilias'', maupun cara penggambarannya, meninggalkan dampak yang mendalam dan terlacak pada cara-cara berperang bangsa Yunani pada umumnya. Pada khususnya, dampak-dampak dari sastra wiracarita dapat dibedakan menjadi tiga kategori: [[taktik militer|taktik]], [[ideologi]], dan [[pola pikir]] para panglima. Supaya dapat memahami dampak-dampak tersebut, orang perlu mencermati beberapa contoh dari tiap-tiap kategori.
Sebagian besar pertarungan yang diuraikan secara terperinci di dalam ''Ilias'' adalah pertarungan tertata satu-lawan-satu yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pahlawan. Malah, seperti di dalam ''Odiseus'', ada rangkaian ritual khusus yang harus dilakukan di dalam tiap-tiap pertarungan tersebut. Sebagai contoh, jika seorang pahlawan besar berhadap-hadapan dengan seorang pahlawan kroco, maka pahlawan kroco diperkanalkan terlebih dahulu, dilanjutkan dengan saling melontarkan ancaman, dan diakhiri dengan ditewaskannya pahlawan kroco. Sering kali pemenang melucuti baju zirah dan perlengkapan ketentaraan dari jenazah lawan.<ref name=":6" />{{Rp|22–3}} Berikut ini adalah salah satu contoh uraian ritual tersebut dan pertarungan satu-lawan-satu di ''Ilias'':<blockquote>
Di sana Ayas anak Telamon memukul jatuh putra Antemion,<br />
Simoeisios muda rupawan,
terlahir dari kandungan Ida di tepian sungai Simoeis<br />
tatkala ikut bapa dan biyung menggembalakan kawanan domba.
Baris 398 ⟶ 330:
</blockquote><!--
The biggest issue in reconciling the connection between the epic fighting of the ''
One example of this is the [[Sparta]]n tale of 300 picked men fighting against 300 picked [[Argives]]. In this battle of champions, only two men are left standing for the Argives and one for the Spartans. Othryades, the remaining Spartan, goes back to stand in his formation with mortal wounds while the remaining two Argives go back to Argos to report their victory. Thus, the Spartans claimed this as a victory, as their last man displayed the ultimate feat of bravery by maintaining his position in the phalanx.<ref>{{Anabasis|6|5|17}}</ref>
In terms of the ideology of commanders in later Greek history, the ''
<blockquote>
I know how to storm my way into the struggle of flying horses; I know how to tread the measures on the grim floor of the war god. Yet great as you are I would not strike you by stealth, watching for my chance, but openly, so, if perhaps I might hit you.<ref>Homer, ''Iliad'' 7.237–43 (Lattimore 2011)</ref></blockquote>
Baris 412 ⟶ 344:
Menurut Hans van Wees, kurun waktu yang berkaitan dengan riwayat peperangan tersebut dapat ditentukan secara spesifik, yaitu pada paro pertama abad ke-7 Pramasehi.<ref>Van Wees, Hans. ''Greek Warfare: Myth and Realities.'' hlm. 249.</ref>
==
{{Main|Perang Troya dalam budaya populer}}
''Ilias'' sudah dihargai sebagai salah satu karya sastra standar yang sangat penting pada zaman [[Yunani Klasik]] dan masih terus dihargai pada zaman [[periode Hellenistik|Helenistis]] dan zaman [[Kekaisaran Romawi Timur]]. Para penulis naskah drama sangat gemar menggarap subjek-subjek dari Perang Troya.<!-- Trilogi [[Aeschylus]], the ''[[Oresteia]]'', comprising ''Agamemnon'', ''The Libation Bearers'', and ''The Eumenides'', follows the story of Agamemnon after his return from the war. Homer also came to be of great influence in European culture with the resurgence of interest in Greek antiquity during the [[Renaissance]], and it remains the first and most influential work of the [[Western canon]]. In its full form the text made its return to Italy and Western Europe beginning in the 15th century, primarily through translations into Latin and the vernacular languages.
Baris 428 ⟶ 360:
Menurut [[Sulaiman Albustani]], pujangga abad ke-19 yang pertama kali menerjemahkan ''Ilias'' ke dalam bahasa Arab, wiracarita ini mungkin sudah beredar luas dalam versi terjemahan [[Syriac language|Suryani]] dan [[Middle Persian|Pahlawi]] pada awal Abad Pertengahan. Sulaiman Albustani credits [[Theophilus of Edessa]] with the Syriac translation, which was supposedly (along with the Greek original) widely read or heard by the scholars of [[Baghdad]] in the prime of the [[Abbasid Caliphate]], although those scholars never took the effort to translate it to the official language of the empire; Arabic. The Iliad was also the first full epic poem to be translated to Arabic from a foreign language, upon the publication of Al-Boustani's complete work in 1904.<ref>{{Cite book|title=الإلياذة (Iliad)|last=Al-Boustani|first=Suleyman|publisher=Hindawi|year=2012|isbn=978-977-719-184-5|location=Cairo, Egypt|pages=26–27}}</ref>-->
===
* [[Simone Weil]] menulis esai berjudul ''"[[The Iliad or the Poem of Force]]"'' pada tahun 1939, tak lama sesudah [[Perang Dunia II]] meletus. Esai ini menjabarkan betapa ''Ilias'' memperlihatkan bagaimana tindak kekerasan dilakukan seekstrem mungkin di dalam perang, merendahkan harkat korban maupun pelaku kekerasan ke taraf budak dan automaton yang tidak bernalar.<ref>{{cite book |author=Bruce B. Lawrence and Aisha Karim |title=On Violence: A Reader|year=2008 |page=377 |isbn=978-0-8223-3769-0 |publisher=Duke University Press}}</ref>
* ''[[The Golden Apple (teater musikal)|The Golden Apple]]'', [[teater musikal|teater musikal Broadway]] tahun 1954, karya penulis naskah [[John Treville Latouche]] dan komponis [[Jerome Moross]], adalah hasil adaptasi bebas wiracarita ''Ilias'' dan ''Odiseia'', dengan mengganti latar peristiwanya dengan negara bagian [[Washington]] di [[Amerika Serikat]] pada masa [[Perang Spanyol-Amerika]]. Babak pertama menampilkan adegan-adegan yang terinspirasi wiracarita ''Ilias'', sementara adegan-adegan yang terinspirasi wiracarita ''Odiseia'' ditampilkan pada babak ke-2.
Baris 437 ⟶ 369:
* [[Marion Zimmer Bradley]]'s 1987 novel ''[[The Firebrand (Bradley novel)|The Firebrand]]'' retells the story from the point of view of [[Kassandra|Kasandra]], Putri Troya sekaligus nabiah yang dikutuk [[Apollo|Dewa Apolon]].-->
===
* ''[[Age of Bronze (komik)|Age of Bronze]]'', serial karya [[Eric Shanower]] yang diterbitkan [[Image Comics]] sejak tahun 1998, menceritakan kembali legenda Perang Troya.<ref>A Thousand Ships (2001, {{ISBN|1-58240-200-0}})</ref><ref>Sacrifice (2004, {{ISBN|1-58240-360-0}})</ref><ref>Betrayal, Part One (2008, {{ISBN|978-1-58240-845-3}})</ref>
* ''[[Ilium (novel)|Ilium]]'', novel fiksi ilmiah bertema kepahlawanan karangan [[Dan Simmons]] yang dirilis pada tahun 2003, mendapatkan penghargaan [[Locus Award]] untuk novel fiksi ilmiah terbaik tahun 2003.{{Citation needed|date=January 2017}}
Baris 444 ⟶ 376:
* ''Memorial'' (terbit tahun 2011), bunga rampai puisi [[Alice Oswald]] yang keenam,<ref name=oswaldmem2011>{{cite book |first=Alice |last=Oswald |title=Memorial: An Excavation of the Iliad |publisher=Faber & Faber |location=London |year=2011 |isbn=978-0-571-27416-1 |url=http://www.faber.co.uk/work/memorial/9780571274161/ |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20120606191424/http://faber.co.uk/work/memorial/9780571274161/ |archive-date=2012-06-06 }}</ref> didasarkan pada, tetapi keluar dari, bentuk [[puisi naratif|naratif]] ''Ilias'', agar lebih fokus kepada, dan dengan demikian mengenang kembali, tokoh-tokoh orang pribadi yang disebutkan namanya dan dikisahkan ajalnya di dalam ''Ilias''.<ref name=holland20111017>{{cite news |first=Tom |last=Holland |title=The Song of Achilles by Madeline Miller / Memorial by Alice Oswald. Surfing the rip tide of all things Homeric. |work=The New Statesman |url=http://www.newstatesman.com/books/2011/10/homer-achilles-iliad-miller-2 |publisher=New Statesman |location=London |date=17 October 2011 |access-date=1 Juni 2012}}</ref><ref name=kellaway20111002>{{cite news |first=Kate |last=Kellaway |title=Memorial by Alice Oswald – review |work=The Observer |url=https://www.theguardian.com/books/2011/oct/02/memorial-alice-oswald-review |publisher=Guardian News and Media Limited |location=London |date=2 October 2011 |access-date=1 Juni 2012}}</ref><ref name=higgins20111028>{{cite news |first=Charlotte |last=Higgins |title=The Song of Achilles by Madeline Miller, and more – review |work=The Guardian |url=https://www.theguardian.com/books/2011/oct/28/song-achilles-madeline-miller-iliad |publisher=Guardian News and Media Limited |location=London |date=28 October 2011 |access-date=1 Juni 2012}}</ref> Pada bulan Oktober 2011, ''Memorial'' masuk ke dalam daftar pendek calon pemenang penghargaan [[T. S. Eliot Prize]],<ref name=flood20111020>{{cite news |first=Alison |last=Flood |title=TS Eliot prize 2011 shortlist revealed |work=The Guardian |url=https://www.theguardian.com/books/2011/oct/20/ts-eliot-prize-2011-shortlist |publisher=Guardian News and Media Limited |location=London |date=20 October 2011 |access-date=1 Juni 2012}}</ref> tetapi Alice Oswald meminta bukunya dikeluarkan dari daftar tersebut pada bulan Desember 2011<ref name=Telegraph20111206>{{cite news |first=Florence |last=Waters |title=Poet withdraws from TS Eliot prize over sponsorship |url=https://www.telegraph.co.uk/culture/books/booknews/8938343/Poet-withdraws-from-TS-Eliot-prize-over-sponsorship.html |work=The Telegraph |publisher=Telegraph Media Group Limited |location=London |date=6 December 2011 |access-date=13 Februari 2012}}</ref><ref name=Guardian20111206>{{cite news |first=Alison |last=Flood |title=Alice Oswald withdraws from TS Eliot prize in protest at sponsor Aurum |url=https://www.theguardian.com/books/2011/dec/06/alice-oswald-withdraws-ts-eliot-prize |work=The Guardian |publisher=Guardian News and Media Limited |location=London |date=6 December 2011 |access-date=13 Februari 2012}}</ref> seraya menyuarakan keprihatinannya terhadap etika pihak sponsor penghargaan tersebut.<ref name=Guardian20111212>{{cite news |first=Alice |last=Oswald |title=Why I pulled out of the TS Eliot poetry prize |url=https://www.theguardian.com/commentisfree/2011/dec/12/ts-eliot-poetry-prize-pulled-out |work=The Guardian |publisher=Guardian News and Media Limited |location=London |date=12 December 2011 |access-date=13 Februari 2012}}</ref>
* ''The Rage of Achilles'', karya [[Terence Hawkins]], penulis Amerika dan pengasas Konferensi Penulis Yale, menceritakan kembali ''Iliad'' dalam bentuk novel dengan gaya bahasa modern dan kadang-kadang dengan bahasa grafis. Dengan pengetahuan tentang teori [[alam pikiran bikameral]] [[Julian Jaynes]] dan historisitas [[Perang Troya]], sang penulis menghadirkan tokoh-tokoh ''Ilias'' di dalam novelnya sebagai manusia-manusia sejati, dan penampakan-penampakan dewa-dewi hanyalah halusinasi mereka atau suara-suara perintah pada masa-masa peralihan yang mendadak dan menyakitkan menuju kesadaran modern.{{Citation needed|date=January 2017}}
=== Di bidang ilmu pengetahuan ===
* Psikiater [[Jonathan Shay]] menulis dua buku, yaitu ''Achilles in Vietnam: Combat Trauma and the Undoing of Character'' (1994)<ref>[[Jonathan Shay|Shay, Jonathan]]. ''Achilles in Vietnam: Combat trauma and the undoing of character''. Scribner, 1994. {{ISBN|978-0-684-81321-9}}</ref> dan ''Odysseus in America: Combat Trauma and the Trials of Homecoming'' (2002),<ref>Shay, Jonathan. ''Odysseus in America: Combat Trauma and the Trials of Homecoming''. New York: Scribner, 2002. {{ISBN|978-0-7432-1157-4}}</ref> yang menghubungkan ''Ilias'' dan ''Odiseya'' dengan [[gangguan stres pascatrauma]] dan [[luka moral]] yang didapati di dalam riwayat-riwayat rehabilitasi pasien-pasien veteran yang pernah terjun langsung ke medan tempur.
== Naskah-naskah ==
Baris 461 ⟶ 396:
* [[Heinrich Schliemann]]
==
=== Keterangan ===
{{Reflist|group=lower-roman}}
===
{{Reflist}}
|