Manuskrip Sana'a: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Toonyf (bicara | kontrib)
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 182.0.140.102 (bicara) ke revisi terakhir oleh Toonyf
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(Satu revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 11:
==Sejarah==
=== Penemuan ===
Pada tahun 1972, pekerja bangunan yang merenovasi dinding di loteng Masjid Agung Sana'a di Yaman, menemukan sejumlah besar manuskrip dan perkamen tua. Banyak diantaranya ditemukan dalam kondisi rusak. Karena tidak menyadari pentingnya dokumen tersebut, para pekerja mengumpulkan dokumen-dokumen tersebut, mengemasnya ke dalam sekitar 20 karung kentang, dan meninggalkannya di tangga salah satu menara masjid.[5]{{sfn|Lester|1999}}
 
Isma'il al-Akwa' bin Ali, yang saat itu menjabat sebagai presiden Otoritas Purbakala Yaman, menyadari pentingnya temuan tersebut. Al-Akwa' kemudian mencari bantuan internasional dalam memeriksa dan melestarikan fragmen tersebut, dan pada tahun 1979 berhasil menarik minat seorang sarjana Jerman yang berkunjung, yang kemudian membujuk pemerintah [[Jerman Barat]] kala itu untuk mengatur dan mendanai proyek restorasi.[5] {{sfn|Lester|1999}}Fragmen yang diawetkan terdiri dari materi Alquran dan non-Quran.[6]{{sfn|Sadeghi|Goudarzi|2012|p=9}}
 
=== Proyek restorasi ===
Pemulihan fragmen perkamen tersebutSanaa dimulai pada tahun 1980 di bawah pengawasan [[Departemen Purbakala Yaman]] dan didanai oleh Bagian Kebudayaan Kementerian Luar Negeri Jerman. Temuan tersebut mencakup 12.000 pecahan perkamen Alquran. Semuanya, kecuali 1500–2000 fragmen, dimasukkan ke dalam 926 manuskrip Alquran yang berbeda pada tahun 1997. Tidak ada yang lengkap dan banyak di antaranya hanya berisi beberapa filepotongan saja.{{sfn|Sadeghi|Goudarzi|2012}} Kala itu, Albrecht Noth ([[Universitas Hamburg]]) adalah direktur dari proyek restorasi ini. Proyek pengerjaan di lapangan dimulai pada tahun 1981 dan berlanjut hingga akhir tahun 1989 saat proyek dihentikan seiring dengan berakhirnya pendanaan. [[Gerd R. Puin]] ([[Universitas Saarland]]) menggantikan menjadi direkturnya mulai tahun 1981. Keterlibatannya berakhir pada tahun 1985, ketika [[Hans-Caspar Graf von Bothmer]] (Universitas Saarland) mengambil alih posisi sebagai direktur lokal. Bothmer meninggalkan Ṣan'ā' pada tahun berikutnya, tetapi terus menjalankan proyek tersebut dari Jerman dan melakukan perjalanan ke lokasi tersebutSanaa hampir setiap tahun.
 
Mulai tahun 1982, Ursula Dreibholz menjabat sebagai konservator untuk proyek ini, dan bekerja penuh waktu di Ṣan'ā' hingga akhir tahun 1989. Ia akhirnya menyelesaikan restorasi manuskrip tersebut. Dia juga merancang tempat penyimpanan permanen untuk temuan manuskrip ini, menyusun banyak potongan perkamen untuk mengidentifikasi manuskrip Alquran yang berbeda, danserta mengarahkan para staf lokal Yaman dalamuntuk tugasmengerjakan yangkonservasi samaini. Naskah-naskah tersebut terletak di Rumah Naskah, bernama Dār al-Makhṭūṭāt (DAM), di Ṣan'ā', Yaman. Setelah tahun 1989, Bothmer mengunjungi koleksi tersebut secara berkala. Pada musim dingin tahun 1996–197, dia memfilmkan semua fragmen perkamen yang telah dimasukkan ke dalam manuskrip Alquran yang berbeda. Dari 1500–2000 fragmen yang tersisa, ia memfilmkan 280 fragmen secara mikrofilm. Mikrofilm tersebut tersedia di Ṣan'ā' di HouseRumah ofManuskrip ManuscriptsDAM.{{sfn|Sadeghi|Goudarzi|2012}} Sebanyak 651 gambar fragmen terpilih dari Sana'a - termasuk beberapa dari DAM 01-27.1, telah diterbitkan dalam CD-ROM melalui program 'Memory of the World' UNESCO.
 
Sana'a Palimpsest diberi nomor katalog DAM 01-27.1, yang menunjukkan sebuah manuskrip dengan baris-baris yang bervariasi pada halaman (maka ditulis '01'), panjang baris tertulis kira-kira. 27  cm (11"), dan dengan indikator urutan '1'. Pada tahun 2015, sekitar 38 lembar fragmen telah diidentifikasi kemungkinan besar berasal dari naskah khusus ini. Sejak tahun 2007, tim gabungan Italia-Prancis di bawah pimpinan [[Sergio Noja Noseda]] dan Christian Robin berusaha untuk menghasilkan gambar digital baru beresolusi tinggi dari DAM 01-27.1 (dan manuskrip terpilih lainnya yang disimpan dalam cachetempat khusus), di bawah cahaya alami dan ultra-violet, yang sejak ituserta telah menjalani pasca-pemrosesan komputerisasi ekstensif oleh Alba Fedeli untuk memisahkan teks bagian atas dan bawah. Gambar resolusi tinggi menjadi dasar untukdari edisiserial penelitian yang dilakukan Sadeghi dan Goudarzi, danserta Asma Hilali.{{sfn|Hilali|2017|p= xv}}
 
== Isi manuskrip ==
Baris 41:
 
=== Teks lama ===
Teks lama atau di bagian bawah yang masih ada dari 36 lembar di HouseRumah of ManuscriptsManuskrip, bersama dengan teks bagian bawah dari yang dilelang di luar negeri, diterbitkan pada bulan Maret 2012 dalam sebuah esai panjang oleh [[Behnam Sadeghi]] (Profesor Studi Islam di Universitas Stanford) dan [[Mohsen Goudarzi]] ( mahasiswa PhD di Universitas Harvard).{{sfn|Sadeghi|Goudarzi|2012}} Sebelumnya, pada tahun 2010, Sadeghi telah menerbitkan studi ekstensif terhadap empat folio yang dilelang di luar negeri, dan menganalisis variannya menggunakan metode kritis tekstual.{{sfn|Sadeghi|Bergmann|2010}} Ilmuwan Jerman Elizabeth Puin (dosen di Universitas Saarland), yang suaminya adalah direktur lokal proyek restorasi hingga tahun 1985, juga telah menyalin teks lamadari beberapa folio dalam lima publikasi berturut-turut.{{sfn|Puin|2008}}{{sfn|Puin|2009}}{{sfn|Puin|2010}}{{sfn|Puin|2011}} Teks bagian bawah dari lembaran palimpsest di Perpustakaan Timur belum dipelajari atau diterbitkan, dan tidak diketahui berapa banyak dari lembaran-lembaran ini yang mungkin memiliki teks bagian bawah yang sama dengan yang ada di Rumah Naskah; namun, tampaknya empat folio yang dilelang (yang teks bawahnya telah dipelajari, dan tampaknya merupakan teks bawah yang sama) berasal dari bagian naskah ini, dan bukan dari DAM 01-27.1. Meskipun transkripsi dari foto-foto Hamdoun merupakan tantangan yang sangat sulit, Hythem Sidky telah berhasil mengidentifikasi urutan tekstual yang lebih rendah dari sebagian besar lembaran di Perpustakaan Timur.<ref name="Cellard2021" />
 
Teks bagian bawah memang telah dihapus dan ditulis ulang di atasnya, namun karena adanya kandungan logam di dalam tinta teks lama, teks bagian bawah ini muncul kembali, dan kini muncul dalam warna coklat muda, yang visibilitasnya dapat ditingkatkan menggunakan sinar ultra-violet.{{sfn|Sadeghi|Bergmann|2010}} Perkamen kala itu memang dikenal mahal dan tahan lama, sehingga merupakan praktik yang umum untuk mengikis tulisan dari teks yang tidak terpakai dan rusak agar dapat digunakan kembali. Namun meskipun terdapat beberapa contoh Al-Qur'an bekas yang digunakan kembali untuk teks-teks lain, hanya ada beberapa contoh Al-Qur'an baru yang ditulis menggunakan perkamen bekas, dan semua contoh ini diyakini berasal dari temuan Al-Qur'an di Sana'a. Penggunaan kembali dalam kasus ini mungkin semata-mata karena alasan ekonomi. Standarisasi teks Al-Quran dilakukan sekitar tahun 650 M oleh 'Utsmān yang mungkin telah menyebabkan teks yang dianggap tidak sesuai standar menjadi usang dan dihapus sesuai dengan instruksi resmi mengenai hal tersebut.{{sfn|Sadeghi|Goudarzi|2012|p=27}}
Baris 49:
Meskipun surah-surah di teks lama tidak mengikuti urutan kanonik, namun, dengan hanya dua pengecualian, dalam setiap surah, teks lama yang masih ada menyajikan ayat-ayat dalam urutan yang sama dengan Al-Qur'an standar – pengecualiannya ada di surah 20, di mana Sadeghi dan Goudarzi menemukan bahwa ayat 31 dan 32 tertukar, dan di surah 9, di mana Sadeghi dan Goudarzi menemukan bahwa keseluruhan ayat 85 tidak ada, yang ia jelaskan sebagai "perumpamaan, suatu bentuk kesalahan penulisan yang membuat mata melompat dari satu teks ke teks serupa".<ref>{{Cite book|title=Ṣan'ā' 1 and the Origins of the Qur'ān, Behnam Sadeghi & Mohsen Goudarzi|publisher=Walter de Gruyter|year=2012|quote=Another exception concerns verse 85 of sūra 9, which is missing. At sixteen words, this omission is found to be an outlier when compared to the sizes of other missing elements in C-1, which are much shorter. The anomaly may be explained by the common phenomenon of parablepsis, a form of scribal error in which the eye skips from one text to a similar text, in this case, from the instance of ūna followed by a verse separator and the morpheme wa at the end of verse 84 to the instance of ūna followed by a verse separator and the morpheme wa at the end of verse 85.}}</ref> Tak satu pun dari bagian teks bawah ini ada dalam lembaranyang menurut Asma Hilali dapat terbaca. Beberapa varian antara teks bawah dan Al-Qur'an standar dikemukakan oleh Sadeghi dan Goudarzi di bawah ini.{{sfn|Sadeghi|Goudarzi|2012|pp=41-129}} Terlihat jelas bahwa teks lama atau teks bawah ini memiliki banyak variasi kata dan frasa dibandingkan dengan teks Al-Qur'an standar saat ini, namun hal tersebut dirasa tidak menyimpang dari makna mendasar yang ingin disampaikan oleh teks tersebut.
 
==Sorotan Sikap Yaman media==
[[File:SanaaQuoranDoubleVersions.jpg|thumb|right|250px|Sebuah fragmen yang menunjukkan bagian dari [[Surah Ṭa Ha]]]]
Lebih dari 15.000 lembar teks Qur'an dari Yaman sudah diratakan, dibersihkan, diurutkan, dan ditata. Teks ini akan diteliti lebih lanjut di Perpustakaan manuskrip Yaman. Namun pemerintah seperti tidak mau mengizinkan. Puin mengatakan "Mereka tidak mau menarik banyak perhatian pada hal ini, sama seperti kami, walaupun dengan alasan yang berbeda."<ref name=lester1999 />
Puin dan koleganya Graf von Bothmer, seorang ahli sejarah Islam, telah mempublikasikan esai-esai pendek tentang penemuan ini. Von Bothmer pada tahun 1997 telah memfoto 35.000 gambar perkamen itu dengan microfilmmikrofilm, dan telah membawa gambar-gambar tersebut ke Jerman. Teks ini akan diteliti lebih lanjut dan hasil penelitiannya akan dipublikasi secara bebas. Dalam wawancara tahun 1999 dengan Toby Lester, editor eksekutif situs ''[[The Atlantic Monthly]]'', Puin menulis:mendeskripsikan fragmen Sanaa sebagai berikut:
 
<blockquote>"Begitu banyak Muslim yang percaya bahwa semua yang tertulis di Qur'an adalah kata-kata langsung dari Allah. Mereka seringkerap mengutip teks ilmiah yang menunjukan bahwa [[Alkitab]] (kitabpunya nasrani) mempunyairunututan sejarah dansehingga tidakbukan turunjatuh dari langit, namunsecara hinggalangsung, sekarangsedangkan Qur'an tidak pernahpunya dianggap punyariwayat sejarah. SatuKini, satu-satunya cara untuk menghancurkanmeruntuhkan dindingsekat inipemahaman itu adalah dengan membuktikan bahwa Qur'an juga punya sejarahsejarahnya. Dokumen-dokumen Sana'a akan membantu kami dalam mencapai hal tersebut."{{sfn|Lester|1999}}</blockquote>
Puin dan koleganya Graf von Bothmer, seorang ahli sejarah Islam, telah mempublikasikan esai-esai pendek tentang penemuan ini. Von Bothmer pada tahun 1997 telah memfoto 35.000 gambar perkamen itu dengan microfilm, dan telah membawa gambar-gambar tersebut ke Jerman. Teks ini akan diteliti lebih lanjut dan hasil penelitiannya akan dipublikasi secara bebas. Puin menulis:
 
{{quote|<blockquote>"Menurut saya Al-Qur'an mulanya adalah semacam campuran teks yang tidak semua dapat dipahami, bahkan pada zaman Muhammad. Banyak dari mereka bahkan mungkin sudah ada ratusan tahun lebih dulu daripada Islam sendiri. Bahkan dalam tradisi Islam ada banyak informasi yang kontradiktif, termasuk substrat Kristiani dalam jumlah yang signifikan. Seseorang dapat menemukan sejarah yang bertentangan di dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an mengklaim bahwa Al-Qur'an sempurna atau bersih, tetapi kalau anda membacanya, anda akan melihat bahwa setiap sekitar 5lima kalimat ada 1satu kalimat yang tidak masuk akal. Banyak orang Muslim yang akan memberitahu anda sebaliknya, tentu saja, tetapi faktanya seperlima bagian dari teks Qur'an tidak dapat dimengerti. Hal ini yang telah mengakibatkan kecemasan yang ada dari dulu mengenaiterkait proses terjemahan. Jika Al-Qur'an tidak dapat dipahami, tidak dapat dimengerti dalam bahasa Arab, maka Al-Qur'an tidak dapat diterjemahkan ke bahasa apapun. Oleh karena itulah para Muslim takut. Karena Al-Qur'an berkali-kali mengklaim bahwa tulisan didalamnya jelas, padahal tidak. Ada kontradiksi yang sangat jelas dan serius. Pasti ada sesuatu yang lain yang terjadi."{{sfn|Lester|1999}}</blockquote>
<blockquote>"Begitu banyak Muslim yang percaya bahwa semua yang tertulis di Qur'an adalah kata-kata Allah. Mereka sering mengutip teks ilmiah yang menunjukan bahwa Alkitab (kitab nasrani) mempunyai sejarah dan tidak turun dari langit, namun hingga sekarang Qur'an tidak pernah dianggap punya sejarah. Satu-satunya cara untuk menghancurkan dinding ini adalah dengan membuktikan bahwa Qur'an juga punya sejarah. Dokumen-dokumen Sana'a akan membantu kami dalam mencapai hal tersebut."{{sfn|Lester|1999}}</blockquote>
 
Puin mengatakan bahwa pemerintah Yaman tidak terlalu terbuka menyikapi temuan ini. "Mereka tidak mau menarik banyak perhatian pada hal ini, sama seperti kami, walaupun dengan alasan yang berbeda."{{sfn|Lester|1999}}
== Komentar dan kesimpulan Puin ==
Pada tahun 1999 di sebuah artikel Atlantic Monthly, Gerd Puin mengatakan:<ref name=lester1999/>
{{quote|Menurut saya Al-Qur'an adalah semacam campuran teks yang tidak semua dapat dipahami, bahkan pada zaman Muhammad. Banyak dari mereka bahkan mungkin sudah ada ratusan tahun lebih dulu daripada Islam sendiri. Bahkan dalam tradisi Islam ada banyak informasi yang kontradiktif, termasuk substrat Kristiani dalam jumlah yang signifikan. Seseorang dapat menemukan sejarah yang bertentangan di dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an mengklaim bahwa Al-Qur'an sempurna atau bersih, tetapi kalau anda membacanya, anda akan melihat bahwa setiap sekitar 5 kalimat ada 1 kalimat yang tidak masuk akal. Banyak orang Muslim yang akan memberitahu anda sebaliknya, tentu saja, tetapi faktanya seperlima bagian dari teks Qur'an tidak dapat dimengerti. Hal ini yang telah mengakibatkan kecemasan yang ada dari dulu mengenai terjemahan. Jika Al-Qur'an tidak dapat dipahami, tidak dapat dimengerti dalam bahasa Arab, maka Al-Qur'an tidak dapat diterjemahkan ke bahasa apapun. Oleh karena itulah para Muslim takut. Karena Al-Qur'an berkali-kali mengklaim bahwa tulisan didalamnya jelas, padahal tidak. Ada kontradiksi yang sangat jelas dan serius. Pasti ada sesuatu yang lain yang terjadi.}}
 
Pada tahun 2000, ''[[The Guardian]]'' mewawancara sejumlah akademisi untuk tanggapanmenanggapi merekaklaim terhadap klaimtemuan Puin, termasuk Dr [[Tarif Khalidi]], dan Professor [[Allen Jones]], pengajar studi Qur'an di Universitax Oxford. Terhadap klaim Puin bahwa beberapa kata dan pengucapan di Qur'an tidak distandardisasi sampai abad ke sembilan, artikel tersebut menuliskan.{{sfn|Taher|2000}}
== Respon ==
Pada tahun 2000, ''[[The Guardian]]'' mewawancara sejumlah akademisi untuk tanggapan mereka terhadap klaim Puin, termasuk Dr [[Tarif Khalidi]], dan Professor [[Allen Jones]], pengajar studi Qur'an di Universitax Oxford. Terhadap klaim Puin bahwa beberapa kata dan pengucapan di Qur'an tidak distandardisasi sampai abad ke sembilan, artikel tersebut menuliskan.{{sfn|Taher|2000}}
 
{{quote|<blockquote>Jones mengakui bahwa ada perubahan yang "tidak penting" pada revisi Uthmanera [[Utsman bin Affan]]. Khalidi mengatakan kepercayaan Muslim tentang penulisan Qur'an masih kurang lebih betulbenar. 'Saya belum melihat sesuatu yang bisa mengubah pandangan saya secara radikal,' katanya. [Jones] meyakini bahwa Al-Qur'an Sana'a bisa saja merupakan salinan yang salah yang digunakan oleh orang-orang yang belum menggunakan teks versi Usman. "Bukan hal yang tidak mungkin setelah penyeragaman ke teks Usman, butuh waktu yang lama untuk proses penyaringannya.'{{sfn|Taher|2000}}</blockquote>
 
[Jones] meyakini bahwa Al-Qur'an Sana'a bisa saja merupakan salinan yang salah yang digunakan oleh orang-orang yang belum menggunakan teks Uthmanic. "Bukan hal yang tidak mungkin setelah penyeragaman ke teks Uthman, butuh waktu yang lama untuk penyaringan.'}}
Selain itu artikelArtikel tersebut juga menuliskanmencatat beberapa reaksi positif dari Muslimumat Islam terhadap penelitian Puin. Salah satunya adalah Salim Abdullah, direktur arsipArsip IslamiIslam Jerman, yang berafiliasi dengan [[Liga Dunia Islam]], berkomentar ketika diberikandia peringatandiperingatkan mengenaitentang kontroversi yang bisamungkin dihasilkanditimbulkan oleh penelitiantemuan Puin berkomentar, "Saya menantikan diskusi semacam ini untuk topik ini."{{sfn|Taher|2000}}
 
Terkait sikap pemerintah Yaman yang dinilai cenderung menghalang-halangi atau menutupi, Sadeghi dan Goudarzi mempertanyakan klaim Puin. Keduanya mempertanyakan komentar Puin bahwa orang Yaman tidak ingin orang lain mengetahui bahwa penelitian sedang dilakukan terhadap manuskrip tersebut. Misalnya, mereka mencatat bahwa pada tahun 2007, [[Sergio Noja Noseda]] (seorang peneliti Italia) dan Christian Robin (seorang arkeolog Perancis) diizinkan mengambil gambar palimpsest Sana'a. Mereka menulis bahwa menurut Robin, rekan-rekannya "diberikan akses yang lebih besar daripada yang mungkin diberikan di beberapa perpustakaan Eropa."{{sfn|Sadeghi|Goudarzi|2012|p=36}} Mereka melaporkan pandangan serupa dari Ursula Dreibholz, konservator proyek restorasi, yang menggambarkan masyarakat Yaman sebagai orang-orang yang mendukung penelitian Quran tersebut{{sfn|Sadeghi|Goudarzi|2012|p=36}} Mereka juga mengutip Dreibholz yang mengatakan bahwa orang Yaman "membawa anak-anak sekolah, mahasiswa, delegasi asing, pemuka agama, dan kepala negara, seperti François Mitterrand, Gerhard Schröder, dan Pangeran Claus dari Belanda, untuk melihat koleksi tersebut."{{sfn|Sadeghi|Goudarzi|2012|p=36}}
 
Sadeghi dan Goudarzi menyimpulkan:
 
<blockquote>Meskipun keterbukaan pihak berwenang Yaman terbukti bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, mereka harus menanggung kesalahan dari tanggapan orang lain. Media Amerika memperkuat kata-kata G. Puin yang keliru, menyampaikan narasi yang meremehkan Yaman dan salah menggambarkan upaya yang dilakukan di sana. Sebaliknya, pers Arab juga membesar-besarkan cerita dari Amerika. Hasilnya adalah wacana media di Yaman yang dihasilkan dari tiga tahap misrepresentasi. Hal ini mempermalukan otoritas Yaman yang bertanggung jawab atas Rumah Manuskrip, dan Kepala Departemen Purbakala hingga harus membela diri di hadapan Parlemen atas keputusannya untuk memasukkan orang asing seperti Puin.{{sfn|Sadeghi|Goudarzi|2012|p=36}}</blockquote>
 
Teks palimpsest/Sana'a kuno adalah salah satu dari beberapa naskah Alquran paling awal yang disorot oleh media dalam beberapa tahun terakhir.
Baris 74 ⟶ 78:
* Codex Parisino-petropolitanus, juga berasal dari paruh kedua abad ke-7,[39] berisi 46% teks Alquran, dipelajari oleh François Déroche yang menjadi berita pada tahun 2009.<ref>{{Cite book|title=La Transmission Écrite Du Coran Dans Les Débuts De L'Islam: Le Codex Parisino-Petropolitanus|last=Deroche|first=Francois|page=172}}</ref>
 
Setelah berita naskah Al-Qur'an Birmingham tahun 2015, Gabriel Said Reynolds seorang profesor Studi Islam dan Teologi berkomentar tentang perbedaan salinan Al-Qur'an kuno yang masih ada ini dengan berspekulasi bahwa teks lama yang masih terlihat di palimpsest Sana'a tidak hanya "tidak sesuai dengan teks standar yang dibaca di seluruh dunia saat ini", namun juga memiliki varian yang "tidak cocok dengan varian yang dilaporkan dalam literatur abad pertengahan untuk naskah-naskah kuno yang disimpan oleh para sahabat" Muhammad, dan "memiliki begitu banyak varian yang mungkin membuat orang bayangkan itu adalah sisa-sisa versi kuno yang entah bagaimana dapat selamat dari aksi pembakaran semua versi Al-Qur'an yang dianggap tidak sesuai standar oleh Utsman kecuali versinya sendiri". Meskipun [[penanggalan radiokarbon]] menunjukkan tidak lebih tua dari Al-Qur'an Birmingham, Reynolds menegaskan bahwa "naskah Sanaa... hampir pasti merupakan naskah Al-Qur'an yang paling kuno."<ref>{{cite journal|url=https://www.academia.edu/25775465|title=Variant readings; The Birmingham Qur'an in the context of debate on Islamic origins|last=Reynolds|first=Gabriel Said|date=7 Aug 2015|website=academia.edu|publisher=Gabriel Said Reynolds|access-date=14 Feb 2018|quote="Among the manuscripts... discovered in 1972... of the Great Mosque of Sanaa in Yemen was a rare Qur’anic palimpsest – that is, a manuscript preserving an original Qur’an text that had been erased and written over with a new Qur’an text. This palimpsest has been analysed by... Gerd and Elisabeth Puin, by Asma Hilali of the [[Institute of Ismaili Studies]] in London, and later by Behnam Sadeghi of Stanford University... What all of these scholars have discovered is remarkable: the earlier text of the Qur’an contains numerous variants to the standard consonantal text of the Qur’an."}}</ref>
 
== Referensi ==