Aji Raden Muhammad Ayub: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(27 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 5:
| predecessor = [[Achmad Maulana]]
| successor = [[Aji Raden Muhammad Bachrul Hadi]]
| party = [[Nahdhatul Ulama|NU]] (1952–1973)<br>{{parpolicon| PPP}} (1973–1983)
| birth_date = 1917
| birth_place = [[Gunung Tabur]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = 1983 (umur 65–66)
| death_place = [[Samarinda]], [[Kalimantan Timur]], [[Indonesia]]
| image = [[Berkas:Aji Raden Muhammad Ayub.png|150px]]
| termstart = 19521951
| termend = 1960
| profession = [[Politisi]]
Baris 21:
| successor2 = [[Yunuzal Yunus]]
| monarch =
| governor2 = [[APT Pranoto]]<br>[[Abdoel Moeis Hassan]]
| president2 = [[Sukarno]]
| office3 = Anggota [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]]
| termstart3 = 1972
| termend3 = 1977
| termstart4 = 1982
| termend4 = 1983
| constituency3 = [[Kalimantan Timur]]
| constituency4 = [[Kalimantan Timur]]
| president3 = [[Suharto]]
| children = [[Aji Raden Muhammad Bachrul Hadi]]
}}
 
[[Haji (gelar)|HajiH.]] '''Sultan Aji Raden Muhammad Ayub''' (1917–1983) adalah mantan [[Daftar Bupati Berau|Bupati Berau]] yang pertama sekaligus Sultan [[Kesultanan Gunung Tabur|Gunung Tabur]] yang terakhir, sebelum didirikan kembali pada tahun 2016.<ref>{{Cite Dianews|date=10 Februari 2016|title=Pengurus Lembaga Pemangku Adat Kesultanan Gunung Tabur Dikukuhkan|url=https://beritakaltim.co/2016/02/10/pengurus-lembaga-pemangku-adat-kesultanan-gunung-tabur-dikukuhkan/|work=Berita Kaltim|access-date=13 Juli 2024}}</ref> Ayub diangkat menjadi bupati oleh Gubernur [[A.P.T. Pranoto]] pada tahun 1960 dan menjabat sebagai bupati hingga ia digantikan oleh [[Yunuzal Yunus]] pada tahun 1964 akibat desakan dari Pangdam IX/Mulawarman saat itu, Brigjen [[Soehario Padmodiwirio|Soehario]] pada tahun 1964.{{sfn|Obidzinski|2003|p=181}}
 
Selain itu, Ayub juga merupakan salah satu tokoh terkemuka [[Nahdlatul Ulama|NU]] di Kalimantan Timur dan duduk sebagai anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Timur|DPRD Provinsi Kalimantan Timur]] mewakili partai tersebut, sebelum pada masa [[Orde Baru]] menjadi anggota [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]].{{sfn|Magenda|1991|p=95}}
 
== Awal kehidupan dan karir ==
Ayub lahir di [[Gunung Tabur, Berau|Gunung Tabur]] pada tahun 1917 dan merupakan putra dari Sultan [[Muhammad Siranuddin]], sultan Gunung Tabur yang keenam.<ref>{{Cite web|last=Kijlstra|first=Paul|date=2023|title=Silsilah Raja Raja Berau|url=https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/kalimantan-4/sultan-van-sambaliung/silsilah-raja-raja-berau/|website=Kesultanan dan Kerajaan di Indonesia|access-date=6 April 2024}}</ref> Dia menempuh pendidikan dasarnya di ''Inlandsche School'' dan tamat pada tahun 1930.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}} Dia sempat melanjutkan di ''Normaal School''Normaalschool pada tahun berikutnya, namun tidak tamat.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=254}}
 
Pada tahun 1937, Ayub bekerja sebagai juru tulis di kantor [[Kesultanan Gunung Tabur]] hingga sekitar tahun 1945.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=254}} Pada tahun berikutnya, dia menjabat sebagai Asisten Wedana [[Kepulauan Derawan]], sebelum pada tahun 1948 menjadi pegawai di kantor [[Negara Kalimantan Timur|Dewan Kalimantan Timur]] di [[Kota Samarinda|Samarinda]]. Ia bekerja di sana selama setahun, lalu menjabat sebagai Asisten Wedana Gunung Tabur hingga tahun 1950.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=254}}
 
== Sebagai Kepala Swapraja ==
Pada tahun 1950, Ayub diangkat menjadi Kepala Bagian (Kabag) Pemerintahan Umum di Kantor Kepala [[Daerah Istimewa Berau]], kemudian menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) hingga tahun 1951. Di tahun yang sama, dia menjadinaik Sultan [[Gunung Tabur, Berau|Gunung Tabur]] yang terakhir,tahta menggantikan sultan sebelumnyaayahnya, Sultan [[Achmad Maulana]], yang meninggal dunia pada tanggal 15 April 1951.{{sfn|Herawati|2013|p=344}} Sebagai sultan, dia juga merangkap sebagai Kepala Swapraja Gunung Tabur hingga tahun 1960.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}} Untuk jabatan ini, setiap dua tahun, dia bergantian dengan [[Sultan Muhammad Aminuddin]] dari [[Kesultanan Sambaliung]].{{sfn|Obidzinski|2003|p=169}} Ayub ikut serta dalam [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|pemilihan umum tahun 1955]] sebagai calon anggota [[Konstituante Republik Indonesia|Konstituante]] atas nama pribadi, namun tidak menang.{{sfn|Kementerian Penerangan|1956|p=269}} Dia juga menjabat sebagai ketua cabang Partai [[Nahdlatul Ulama|NU]] di Berau dan bergabung dengan partai tersebut pada tahun 1952.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1980|p=7}}{{efn|Buku ini keliru dalam menuliskan [[Muhammadiyah]] sebagai organisasi yang diikuti Ayub {{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1980|p=7}}}}
 
Masa pemerintahan Ayub diwarnai dengan merosotnya kondisi perekonomian Berau, ketidakstabilan politik, dan meningkatnyamemanasnya sentimen antifeodal. Performa perusahaan batu bara N.V. SMP ([[Steenkolen Maatschappij Parapattan]]) yang menurun drastis akibat kerusakan ekstensif semasa [[Perang Dunia II]] sangat merugikan Berau yang perekonomiannya bergantung pada batu bara.{{sfn|Obidzinski|2003|p=168}} Sebagai akibatnya, penyelundupan [[kopra]] dan [[ikan asin]] ke [[Tawau]] merajalela. Selain karena menurunnyapenurunan performa tambang batu bara, penyelundupan juga diperparah oleh tingginya angka pengangguran yang berasal dari pengungsi yang kembali ke Berau dan transmigran yang tertarik untuk bekerja di tambang-tambang milik SMP.{{sfn|Obidzinski|2003|p=170-171}}
Ayub ikut serta dalam [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilihan Umum 1955]] sebagai calon anggota [[Konstituante Republik Indonesia|Konstituante]] atas nama pribadi, namun tidak lolos.{{sfn|Kementerian Penerangan|1956|p=269}} Dia juga menjabat sebagai ketua cabang Partai [[Nahdlatul Ulama|NU]] di Berau dan bergabung dengan organisasi tersebut pada tahun 1952.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1980|p=7}}{{efn|Buku ini keliru dalam menuliskan [[Muhammadiyah]] sebagai organisasi yang diikuti Ayub {{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1980|p=7}}}}
 
=== Pembelian Aset-Aset SMP ===
Masa pemerintahan Ayub diwarnai dengan merosotnya kondisi perekonomian Berau, ketidakstabilan politik, dan meningkatnya sentimen antifeodal. Performa perusahaan batu bara N.V. SMP ([[Steenkolen Maatschappij Parapattan]]) yang menurun drastis akibat kerusakan ekstensif semasa [[Perang Dunia II]] sangat merugikan Berau yang perekonomiannya bergantung pada batu bara.{{sfn|Obidzinski|2003|p=168}} Sebagai akibatnya, penyelundupan [[kopra]] dan [[ikan asin]] ke [[Tawau]] merajalela. Selain karena menurunnya performa tambang batu bara, penyelundupan juga diperparah oleh tingginya angka pengangguran yang berasal dari pengungsi yang kembali ke Berau dan transmigran yang tertarik untuk bekerja di tambang-tambang milik SMP.{{sfn|Obidzinski|2003|p=170-171}}
Pada awal tahun 1956, SMP memutuskan untuk menghentikan operasinya dan membawa pergi semua infrastruktur dan peralatan mereka. Namun, mereka terbuka untuk menyerahkan tambang-tambang yang masih bisa beroperasi penuh kepada pemerintah daerah dengan syarat kompensasi sebesar Rp 3,5 juta.<ref>{{Cite news|date=1956-10-05|title=KPM verkoopt steenkolenmijnen|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Beraoe%22&coll=ddd&sortfield=date&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1950-1959%7C1956%7C&identifier=MMHCO02:163871005:mpeg21:a00125&resultsidentifier=MMHCO02:163871005:mpeg21:a00125&rowid=2|work=Provinciale Overijsselsche en Zwolsche courant|access-date=7 April 2024}}</ref>{{sfn|Obidzinski|2003|p=172}} Sebab pemerintah swapraja tidak mempunyai dana sebesar itu, maka mereka meminta pinjaman ke berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] yang didominasi oleh [[Partai Nasional Indonesia|PNI]]. [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia|Departemen Dalam Negeri]] setuju untuk memberikan pinjaman sebesar Rp 1 juta dan sisanya dipinjamkan oleh [[Kementerian Keuangan Republik Indonesia|Departemen Keuangan]], sehingga pemerintah daerah dapat mengambil alih aset-aset SMP dan mengelolanya melalui sebuah [[Badan usaha milik daerah|perusahaan daerah]].{{sfn|Obidzinski|2003|p=172-173}}
 
Pembelian tersebut sangat memperkuat kedudukan PNI di Berau. Meskipun pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilihanpemilihan Umumumum tahun 1955]] partai tersebutPNI menempati posisi ketiga di sana, di bawah [[Nahdlatul Ulama|NU]] dan [[Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia|Masjumi]], tetapi setelahpasca pembelian itu terjadipengambilalihan, jabatan-jabatan pentingstrategis di parlemen,berbagai militer, kepolisian, dan dinas sipilinstansi secara perlahan diisi oleh para anggotakader-kader PNI.{{sfn|Obidzinski|2003|p=173-174}} MeskiWalau demikian, pemerintah swapraja tidak dapat menjalankan operasi pertambangan dengan baikoptimal, sehingga akhirnyaterpaksa meminjamkan tambang-tambang tersebut kepada para pedagang [[Tionghoa]] (''tauke''), sertasebelum menjualnya kepada sebuah perusahaan bernamaswasta, N.V. Agusco Djakarta, pada tahun 1959.{{sfn|Obidzinski|2003|p=174}}
Pada awal tahun 1956, SMP memutuskan untuk menghentikan operasinya dan membawa pergi semua infrastruktur dan peralatan mereka. Namun, mereka terbuka untuk menyerahkan tambang-tambang yang masih bisa beroperasi penuh kepada pemerintah daerah dengan syarat kompensasi sebesar Rp 3,5 juta.<ref>{{Cite news|date=1956-10-05|title=KPM verkoopt steenkolenmijnen|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Beraoe%22&coll=ddd&sortfield=date&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1950-1959%7C1956%7C&identifier=MMHCO02:163871005:mpeg21:a00125&resultsidentifier=MMHCO02:163871005:mpeg21:a00125&rowid=2|work=Provinciale Overijsselsche en Zwolsche courant|access-date=7 April 2024}}</ref>{{sfn|Obidzinski|2003|p=172}} Sebab pemerintah swapraja tidak mempunyai dana sebesar itu, maka mereka meminta pinjaman ke berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] yang didominasi oleh [[Partai Nasional Indonesia|PNI]]. [[Kementerian Dalam Negeri|Departemen Dalam Negeri]] setuju untuk memberikan pinjaman sebesar Rp 1 juta dan sisanya dipinjamkan oleh [[Kementerian Keuangan Republik Indonesia|Departemen Keuangan]], sehingga pemerintah daerah dapat mengambil alih aset-aset SMP dan mengelolanya melalui sebuah [[Badan usaha milik daerah|perusahaan daerah]].{{sfn|Obidzinski|2003|p=172-173}}
 
Pembelian tersebut sangat memperkuat kedudukan PNI di Berau. Meskipun pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilihan Umum 1955]] partai tersebut menempati posisi ketiga, di bawah [[Nahdlatul Ulama|NU]] dan [[Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia|Masjumi]], tetapi setelah pembelian itu terjadi, jabatan-jabatan penting di parlemen, militer, kepolisian, dan dinas sipil secara perlahan diisi oleh para anggota PNI.{{sfn|Obidzinski|2003|p=173-174}} Meski demikian, pemerintah swapraja tidak dapat menjalankan operasi pertambangan dengan baik, sehingga akhirnya meminjamkan tambang-tambang tersebut kepada para pedagang [[Tionghoa]] (''tauke'') serta menjualnya kepada sebuah perusahaan bernama N.V. Agusco Djakarta pada tahun 1959.{{sfn|Obidzinski|2003|p=174}}
 
== Menjabat sebagai Bupati ==
Pada tahun 1960, Ayub diangkat oleh Gubernur [[A.P.T. Pranoto]] menjadi Bupati Berau. Pengangkatan tersebut berkaitan erat dengan kebijakan Pranoto untuk memperkuat kedudukan politik golongan bangsawan di Kalimantan Timur.{{sfn|Magenda|1991|p=49}} Selain itu, kekuatan politik aristokrat yang mengakar di Berau dan dukungan dari [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] yang saat itu menjadi partai yang dominan di tingkat nasional maupun provinsi, juga menjadi faktor penting atas pengangkatannya.{{sfn|Obidzinski|2003|p=180}}
 
Walaupun seorang bangsawan, Ayub dapat bertahan cukup lama sebagai bupati berkat posisinya sebagai tokoh NU yang berpengaruh di tingkat provinsi.{{sfn|Magenda|1991|p=46}} Meski demikian, pengaruhnya sebagai bangsawan Berau melemah. Di sisi lain, pengaruh militer dalam birokrasi dan perekonomian Berau semakin menguat, terutama saat berlangsungnya [[Konfrontasi Indonesia–Malaysia|Konfrontasi]]. Jabatan-jabatan sipil mulai diisi oleh militer dan mereka pun terlibat dalam perdagangan gelap dyangyang telah merajalela di Berau kala itu akibat krisis ekonomi yang terjadi, termasuk penyelundupan ke [[Borneo Utara Britania|Borneo Utara]]. Perdagangan ilegal menjadi satu-satunya cara agar barang-barang kebutuhan dan pendapatan dapat diperoleh, baik untuk kepentingan pribadi maupun lembaga.{{sfn|Obidzinski|2003|p=180}} Guna menunjang Konfrontasi, pada tahun 1962 dibangun sebuah lapangan terbang yang kemudian, pada tahun 1976, diresmikan menjadi [[Bandar Udara Kalimarau]]. Selain itu, dilakukan pula proyek perbaikan jalan antara Berau dengan [[Kabupaten Bulungan|Bulungan]].{{sfn|Obidzinski|2003|p=181}}
 
Kondisi demikian, menurut Pangdam IX/Mulawarman Brigjen [[Soehario Padmodiwirio|Soehario]], disebabkan oleh kolusi antara parakaum bangsawan dengan pihak-pihak asing, baik yang ada di dalam negeri ([[Tionghoa]]) maupun dari luar. Oleh karenanya, Soehario menggencarkan kampanye untuk melemahkan kekuatan politik para bangsawan, termasuk dengan menekan Ayub agar berhenti dari jabatannya sebagai bupati. Dia digantikan oleh [[Yunuzal Yunus]], salah seorang pendukungnyapendukung Soehario.{{sfn|Obidzinski|2003|p=181}}
 
== Karir pasca Bupati ==
Setelah berhenti menjadi bupati, Ayub pindahduduk ke [[Kota Samarinda|Samarinda]] dan meneruskan tugasnya sebagai anggotadi [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ProvinsiKabupaten Kalimantan TimurBerau|DPRD ProvinsiKabupaten Kalimantan TimurBerau]].{{sfn|Magenda|1991|p=95}} Padasejak tahun 1967, dia menjabat sebagai anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau|DPRD Kabupaten Berau]].{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}} Pada tahun 1972, dia terpilih sebagai anggota [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|MPR]] mewakili Kalimantan Timur hingga tahun 1977.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=764}}{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=255}} Kemudian, pada tahun 1977, Ayub ditunjuk menjadi ketua Fraksi [[Partai Persatuan Pembangunan|PPP]] di parlemen provinsi.{{sfn|Magenda|1991|p=95}}{{sfn|Panitia Pemilihan Daerah|1977|p=66}} Dia kembali terpilih menjadi anggota MPR pada tahun 1982, kini mewakili Fraksi PPP.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1982|p=254}}
 
== Kematian ==
Ayub wafat di [[Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie|RSUD Abdul Wahab Syahranie]], [[Kota Samarinda|Samarinda]], pada tahun 1983. Dia kemudian dimakamnkandimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Muslimin Kebon Sayur di Samarinda.<ref>{{Cite news|last=Rizal|date=2022-04-09|title=Makam Bupati Pertama Berau Bakal Direlokasikan ke TMP, Bupati Beri Dukungan|url=https://kaltimtara.id/makam-bupati-pertama-berau-bakal-direlokasikan-ke-tmp-bupati-beri-dukungan/|work=Kaltimtara.id|access-date=6 April 2024}}</ref> Pada tahun 2022, Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Berau, Atilagarnadi, mengusulkan agar makamnya dipindah ke TMP Wijaya Kusuma di [[Tanjung Redeb, Berau|Tanjung Redeb]]. Rencana tersebut disetujui oleh Bupati Berau, [[Sri Juniarsih Mas]], dan sebuah pertemuan sempat diadakan dengan pihak keluarga [[Kesultanan Gunung Tabur]] untuk menindaklanjuti rencana tersebut.<ref>{{Cite news|date=2022-03-30|title=Pindahkan Makam Bupati Berau Pertama, Ketua Komisi II DPRD Berau Lakukan Koordinasi Dengan Keluarga Kesultanan|url=https://www.a-news.id/pindahkan-makam-bupati-berau-pertama-ketua-komisi-ii-dprd-berau-lakukan-koordinasi-dengan-keluarga-kesultanan/|work=A-News|access-date=6 April 2024}}</ref>
 
== Penghargaan ==
Namanya diabadikan menjadi nama ruas jalan utama yang melintasi [[Gunung Tabur, Berau|Kecamatan Gunung Tabur]] dan [[Teluk Bayur, Berau|Teluk Bayur]] di [[Kabupaten Berau]].<ref>{{Cite news|date=1 November 2022|title=Penuntasan Jalan HARM Ayoeb Tunggu Kepastian Lahan|url=https://www.a-news.id/penuntasan-jalan-harm-ayoeb-tunggu-kepastian-lahan/|work=A-News|access-date=13 Juli 2024}}</ref>
 
== Catatan ==
Baris 67 ⟶ 77:
== Daftar Pustaka ==
*{{Cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|date=1991|url=|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|location=Ithaca|publisher=Cornell University|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Obidzinski|first=Krystof|date=2003|url=https://web.archive.org/web/20190219090101/https://pure.uva.nl/ws/files/3620231/29873_Thesis.pdf|title=Logging in East Kalimantan, Indonesia. The Historical Expedience of Illegality|publisher=University of Amsterdam|ref=harv|url-status=live}} (Tesis)
*{{Cite book|last=Lembaga Pemilihan Umum|date=1972|url=https://books.google.co.id/books?id=VODlHHq4FukC&pg=PA760&dq=%22A.R.+Padmo22Ajub%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjx6onujYeCAxWD1jgGHVDyDykQ6AF6BAgLEAI#v=onepage&q=%22A.R.%20Padmo22Ajub%22&f=false|title= Riwayat Hidup Anggota-Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum 1971|location=Jakarta|publisher=Lembaga Pemilihan Umum|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Lembaga Pemilihan Umum|date=1980|url=https://books.google.co.id/books?id=gWx4992njZ0C&pg=RA4-PA6-IA1&dq=adji+raden+ajoeb&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiMhqv51aqFAxUKcmwGHVJGA-EQ6AF6BAgDEAI#v=onepage&q=adji%20raden%20ajoeb&f=false|title= Ringkasan Riwayat Hidup Anggota DPRD-I Hasil Pemilihan Umum Tahun 1977 Untuk Wilayah Kalimantan dan Sulawesi|location=Jakarta|publisher=Lembaga Pemilihan Umum|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Lembaga Pemilihan Umum|date=1982|url=https://books.google.co.id/books?id=edVk8oFMZ_cC&pg=PA13&dq=%22aji+raden+said+mohammad%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwja5_ulpdOEAxWYzjgGHUEpAIYQ6AF6BAgIEAI#v=onepage&q&f=false|title= Ringkasan Riwayat Hidup dan Riwayat Perjuangan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum Tahun 1982 yang Bukan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat|location=Jakarta|publisher=Lembaga Pemilihan Umum|ref=harv|url-status=live}}