Sastra Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angkatan 2000 (Pascareformasi): penjelasan dan perbaikan judul bagian
Membalikkan revisi 26331585 oleh Putri Sitompul (bicara)
Tag: Pembatalan
 
(15 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 19:
* Angkatan 1966 (1966–1970-an)
* Angkatan 1980–1990-an
* Angkatan Reformasi (1998–2004)
* Angkatan 2000-anpascareformasi (2005 – kini)
 
=== Pujangga Lama ===
[[Berkas:1629 Ruyl (page 5 crop).jpg|alt=|page=5|jmpl|[[Injil Matius]]. Terjemahan oleh [[Albert Cornelius Ruyl|A.C. Ruyl]] (1629).]]
[[Berkas:Syair Abdul Muluk.jpg|jmpl|Sampul penerbitan ''[[Sjair Abdoel Moeloek]]'' 1847 dengan [[abjad Jawi]].]]
 
{{Quote box|quote=<poem>
''Hamzah Fansuri di dalam Mekkah,''
''mencari Tuhan di Bait Al-Ka’bah.''
''Dari Barus ke Qudus terlalu payah,''
''akhirnya dijumpa di dalam Rumah.''</poem>|author=[[Hamzah Fansuri]]|source=dari syair ''Sidang Ahli Suluk''|align=right|width=41%}}
 
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya sastra di dominasi oleh [[syair]], [[pantun]], [[gurindam]] dan [[hikayat]]. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatra dan Semenanjung Malaya. Di Sumatra bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. [[Hamzah Fansuri]] adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama, pemula puisi Indonesia.{{sfn|Teeuw|1994|loc=bab ''Hamzah Fansuri, Sang Pemula Puisi Indonesia''}} Dari istana [[Kesultanan Aceh]] pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan [[Abdurrauf Singkil]], serta [[Nuruddin ar-Raniri]].<ref name="RICKLEFS_p117">{{cite book|last =Ricklefs|first =M.C.|authorlink =|coauthors =|title =A History of Modern Indonesia 1200-2004|publisher =MacMillan|date =1991|location =London|url =|doi =|isbn =|page =117}}</ref>
Baris 40 ⟶ 46:
* [[Hikayat (Aceh)|Hikayat Aceh]]
* Hikayat Amir Hamzah
* Hikayat Andaken Penurat
* [[Hikayat Bayan Budiman]]
* Hikayat Djahidin
* [[Hikayat Hang Tuah]]
* [[Hikayat Iskandar Zulkarnain]]
* Hikayat Kadirun
|
* [[Hikayat Kalila dan Damina]]
* Hikayat Masydulhak
* Hikayat Pandawa Jaya
* [[Hikayat Pandja Tanderan]]
* Hikayat Putri Djohar Manikam
* Hikayat Sri Rama
* Hikayat Tjendera Hasan
* Tsahibul Hikayat
* [[Hikayat Raja-raja Pasai]]
Baris 67 ⟶ 73:
** [[Syair Si Burung pipit]]
** [[Syair Si Burung Pungguk]]
** [[Syair Sidang Fakir]] atau Sidang Ahli Suluk
{{col-break}}
* [[Ali Haji bin Raja Haji Ahmad|Raja Ali Haji]]
Baris 230 ⟶ 236:
** [[Setanggi Timur]] (1939)
|
* [[Roestam Effendi]]
** [[Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan]]
** [[Pertjikan Permenungan]]
Baris 268 ⟶ 274:
** Jejak Langkah (1953)
* [[Idrus]]
** [[Dari Ave Maria ke DjalanJalan Lain ke Roma]] (1948)
** [[Aki (novel)|Aki]] (1949)
** [[Perempuan dan Kebangsaan]]
Baris 301 ⟶ 307:
 
=== Angkatan 1950–1960-an ===
{{artikelutamaMain|Kesusastraan Indonesia Periode 1950-1965}}
 
{{Quote box|quote=<poem>
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra [[Kisah (majalah)|Kisah]] asuhan [[H.B. Jassin]]. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, [[Sastra (majalah)|Sastra]].
''Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti
matematika:''
''aku rajin beribadah,''
''maka selayaknyalah derita menjauh dariku,''
''dan nikmat dunia kerap menghampiriku.''
''Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,''
''dan bukan kekasih.''
''Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,''
''dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku …''</poem>|author=[[W.S. Rendra]]|source=dari ''Makna Sebuah Titipan''|align=right|width=41%}}
 
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra [[Kisah (majalah)|''Kisah'']] asuhan [[H.B. Jassin]]. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, [[Sastra (majalah)|''Sastra'']].
 
[[Berkas:Rendra di Halam Bengkel Teater.JPG|jmpl|''[[W.S. Rendra|Rendra]]'' di halam Bengkel Teater.]]
Baris 331 ⟶ 348:
** [[Merahnya Merah]] (1968 [1961])
** [[Ziarah (novel)|Ziarah]] (1969 [1960])
** [[Kering (novel)|Kering]] (1972 [1961])
** [[Keong (novel)|Keong]] (1975)
** Ziarah malam: sajak-sajak 1952–1967 (1993)
Baris 390 ⟶ 407:
* [[Abdul Hadi WM]]
** [[Meditasi (kumpulan puisi)|Meditasi]] (1976)
** [[Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur]] (1975)
** [[Tergantung Pada Angin]] (1977)
* [[Ahmad Tohari]]
Baris 409 ⟶ 426:
* [[Danarto]]
** [[Godlob]]
** [[Adam Makrifat]]
** [[Berhala (novel)|Berhala]]
* [[Goenawan Mohamad]]
** [[Parikesit]] (1969)
** [[Interlude]] (1971)
** [[Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang]] (1972)
** [[Seks, Sastra, dan Kita]] (1980)
* [[Ismail Marahimin]]
Baris 424 ⟶ 441:
* [[Leon Agusta]]
** [[Monumen Safari]] (1966)
** [[Catatan Putih]] (1975)
** [[Di Bawah Bayangan Sang Kekasih]] (1978)
** [[Hukla]] (1979)
Baris 446 ⟶ 463:
** [[Stasiun (novel)|Stasiun]] (1977)
** [[Pabrik (novel)|Pabrik]]
** [[Gres]]
** [[Bom (novel)|Bom]]
* [[Sapardi Djoko Damono]]
Baris 453 ⟶ 470:
* [[Sutardji Calzoum Bachri]]
** [[O (kumpulan sajak)|O]]
** [[Amuk (kumpulan sajak)|Amuk]]
** [[Kapak (kumpulan sajak)|Kapak]]
* [[Taufik Ismail]]
** [[Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia]]
** [[Tirani dan Benteng]]
** [[Buku Tamu Musim Perjuangan]]
** [[Sajak Ladang Jagung]]
** [[Kenalkan]]
** [[Saya Hewan]]
** [[Puisi-puisi Langit]]
* [[Titis Basino]]
Baris 471 ⟶ 488:
* [[Umar Kayam]]
** [[Seribu Kunang-kunang di Manhattan]]
** [[Sri Sumarah dan Bawuk]]
** [[Lebaran di Karet]]
** [[Pada Suatu Saat di Bandar Sangging]]
** [[Kelir Tanpa Batas]]
** [[Para Priyayi]]
** [[Jalan Menikung]]
* [[Wildan Yatim]]
Baris 590 ⟶ 607:
=== Angkatan Reformasi (1998–2004) ===
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan [[Soeharto]] ke [[BJ Habibie]] lalu [[Abdurahman Wahid|KH Abdurahman Wahid]] ([[Gus Dur]]) dan [[Megawati Sukarnoputri]], yaini [[Reformasi Indonesia (1998–sekarang)|periode Reformasi]] tahun 1998–2004, muncul wacana tentang sastrawan "Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian [[Republika]] misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
 
[[Berkas:Ayu Utami at the International Conference on Feminism, 2016-09-24 02.jpg|jmpl|[[Ayu Utami]] di konferensi internasional feminis, 2016.]]
 
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya [[Orde Baru]]. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra—puisi, cerpen, dan novel—pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti [[Sutardji Calzoum Bachri]], [[Ahmadun Yosi Herfanda]], [[Acep Zamzam Noer]], dan [[Hartono Benny Hidayat]] dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
Baris 598 ⟶ 613:
 
Periodisasi atau angkatan pada masa Orde Baru yang dibatasi kebijakan pemerintah, kini diyakini mesti didasarkan pada puncak karya sastra serta pengaruhnya (pengaruh cirinya) pada keseluruhan angkatan itu sendiri. Hal ini juga disebabkan oleh melimpahnya karya yang ada khususnya di internet. Orang-orang bebas menentukan tema karyanya dan publiklah yang menilai karya mereka. Puncak karya sastra berarti bahwa karya sastra mempunyai banyak pengikut (misalnya dari sisi tema, amanat, ciri angkatan, dan sebagainya). Kemudian, lahir pula penanatangnya seperti novel ''Ayat-Ayat Cinta'' karya [[Habiburrahman El Shirazy]].
 
[[Berkas:Ayu Utami at the International Conference on Feminism, 2016-09-24 02.jpg|jmpl|[[Ayu Utami]] di konferensi internasional feminis, 2016.]]
 
Sejumlah karya sastra Angkatan Reformasi bahkan mengusung tema kebebasan yang cenderung vulgar seperti novel ''[[Saman (Novel)|Saman]]'' oleh [[Ayu Utami]], ''[[Supernova 1: Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh]]'' karya [[Dewi Lestari]], novel ''Mereka Bilang, Saya Monyet!'' karya [[Djenar Maesa Ayu|Djenar Mahesa Ayu]], novel ''Jendela-jendela'' karya [[Fira Basuki]], novel ''Ode untuk Leopold von Sacher-Masoch'' oleh [[Dinar Rahayu]].
 
Salah satu buah masa Reformasi menjadi [[sastra wangi]], gerakan sastra wanita.<ref>{{cite web |url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/3093038.stm |author=Lipscombe, Becky |title=Chick-lit becomes Hip Lit in Indonesia |language=en |publisher=BBC News |date=10 September 2003 |access-date=21-03-2023}}</ref>
[[Berkas:Supernova All.jpg|jmpl|483x483px|center|Sampul seri ''[[Supernova (novel)|Supernova]]'' oleh [[Dewi Lestari]] (Dee).]]
 
Baris 647 ⟶ 666:
** [[Rahasia Selma]] (2010)
* [[Nova Riyanti Yusuf]]
** Mahadewa Mahadewi (2003)
** Imipramine (2004)
** 3some (2005)
Baris 738 ⟶ 757:
* [[Marina Novianti]]
** Aku Mati Di Pantai (2012)
** Lelaki Berusia Sehari (2018)
** Seribu Mimpi Si Boru Pareme (2020)
* [[Norman Erikson Pasaribu]]
Baris 829 ⟶ 848:
"Angkatan Kosong-kosong" (AKK) adalah nama gerakan kesusasteraan yang dimulai di [[Kota Tegal]] pada tahun 2010, dengan mengambil tema ''Membongkar Politisasi Kesusasteraan Indonesia''. Tiga hal penting yang diangkat dalam gerakan tersebut antara lain: tidak adanya angkatan dalam kesenian indonesia, tidak perlu adanya pembedaan antara pusat dan daerah, dan menolak anggapan bahwa masyarakat tidak tahu seni. Istilah "Angkatan Kosong-kosong" kali pertama dicetuskan oleh [[W.S. Rendra]] yang memberikan gelar kepenyairan kepada penyair Tegal, [[Widjati]].<ref>Pantura News: [http://www.panturanews.com/index.php/panturanews/baca/1046/20/03/2010/sejumlah-penyair-jakarta-hadiri-diskusi-angkatan-kosongkosong Sejumlah Penyair Hadiri Diskusi Angkatan Kosong-kosong], diakses, 21-03-2017</ref>
 
Senapas dengan dua gerakan kesusastraan Indonesia sebelumnya, gerakan ini menolak dikotomi pusat-daerah dalam sastra, dan menganggap setiap sastrawan adalah angkatan yang memiliki otonomi khusus dalam melahirkan karya-karya. Kelompok ini dimotori oleh [[Eko Tunas]], [[Nurngudiono]], [[Enthieh Mudakir]], [[Joshua Igho]], pada tahun 2010. Temu sastra lainnya seperti [[Komunitas Sastra Indonesia]], [[Temu Sastrawan Indonesia]], [[Pertemuan Penyair Nusantara]], [[Tiffa Nusantara]], lebih banyak diwarnai dengan perayaan kemerdekaan berkarya yang dituangkan melalui pertunjukan seni sastra dan peluncuran buku-buku sastra. Berbeda dengan [[Dari Negeri Poci|Komunitas Negeri Poci]] yang telah dimulai pada tahun 1993. Komunitas ini bergerak dari tahun ke tahun dengan cara merekam jejak kepenyairan para penyair Indonesia dari lintas genre, lintas jender, dan lintas usia dengan menghimpun karya ribuan para penyair yang diterbitkan berseri dengan judul ''Dari Negeri Poci''. Komunitas ini dipelopori oleh [[Piek Ardijanto Soeprijadi]], [[Adri Darmadji Woko]], [[Kurniawan Junaedhie]], [[Handrawan Nadesul]], [[Prijono Tjiptoherijanto]], [[Widjati]], [[Rahadi Zakaria]], [[Eka Budianta]], dan lain-lain.<ref>Kompas: [http://regional.kompas.com/read/2017/03/26/07171261/sekjen.mpr.apresiasi.sastrawan.negeri.poci Sekjen MPR Apresiasi Sastrawan Negeri Poci], diakses 28-03-2017</ref>
 
== Perkumpulan sastrawan ==