Gandum: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adnan Chaldun (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Mitgatvm Bot (bicara | kontrib)
k →‎top: migrasi
 
(9 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Automatic taxobox
{{Taxobox
| <!-- cleanup --> = yes
| color = lightgreen
| genustaxon = '''''Triticum'''''
| name = Gandum
| image =Triticum_aestivum_-_Köhler–s_Medizinal-Pflanzen-274.jpg
| image_width = 250px
| image_caption = ''Triticum aestivum'', jenis gandum yang paling umum ditanam.
| regnumauthority = [[PlantaeCarolus Linnaeus|L.]]
<!--tumbuhan berbunga-->
|unranked_subregnum = [[Tumbuhan berpembuluh|Tracheophyta]]
|unranked_divisio = [[Tumbuhan berbunga|Angiospermae]]
|unranked_classis = [[Monokotil]]
|unranked_ordo = [[Commelinids]]
| ordo = [[Poales]]
| familia = [[Poaceae]]
| genus = '''''Triticum'''''
| genus_authority = [[Carolus Linnaeus|L.]]
| subdivision_ranks = Spesies
| subdivision =
Baris 105 ⟶ 97:
Setelah melalui proses pelembapan selanjutnya gandum mengalami pengondisian dengan menambahkan air pada gandum dan didiamkan selama waktu tertentu agar air benar-benar meresap. Tahap ini bertujuan untuk membuat kulit gandum menjadi liat sehingga tidak hancur pada saat digiling dan dapat mencapai kadar air tepung terigu yang diinginkan serta memudahkan endosperma terlepas dari kulit dan melunakkan endosperma.
 
Tahap selanjutnya adalah tahap penggilingan yang meliputi proses ''breaking'', ''reduction'', ''sizing'', dan ''tailing''. Prinsip proses penggilingan adalah memisahkan endosperma dari lapisan sel aleuron atau lapisan kulit. Diawali dengan proses ''breaking'', endosperma dihancurkan menjadi partikel-partikel dalam ukuran yang seragam dalam bentuk bubuk seukuran tepung.<ref>Buckle KA et al. 1985. Ilmu Pangan. Purnomo AH, penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari: Food Science.</ref> Tahap penggilingan selanjutnya adalah proses ''reduction'', yaitu endosperma yang sudah dihancurkan diperkecil lagi menjadi tepung terigu, untuk selanjutnya diayak untuk dipisahkan dari ''bran'' dan ''pollard''. Selama proses penggilingan dihasilkan produk-produk samping seperti [[dedak]], ''pollard'', ''pellet'', dan tepung industri. Tujuan dari tahap penggilingan ini untuk memperoleh hasil ekstraksi yang tinggi dengan kualitas tepung yang baik. Proses tepung yang baik umumnya menghasilkan 74-8474–84% tepung terigu sedangkan ''bran'' dan ''pollard'' kira-kira 20-2620–26%. Tepung hasil produksi dianalisis di laboratorium kendali mutu untuk dianalisis kandungan-kandungan dalam tepung terigu yang meliputi penetapan kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar gluten, uji warna, uji farinograf, ekstensograf, alveograf, amilograf, serta analisis [[mikrobiologi]].
 
=== Jenis tepung terigu ===
* Tepung berprotein tinggi: tepung terigu yang mengandung kadar protein tinggi, antara 11%-1311–13%, digunakan sebagai bahan pembuat roti, mi, pasta, dan donat.
* Tepung berprotein sedang/serbaguna: tepung terigu yang mengandung kadar protein sedang, sekitar 8%-108–10%, digunakan sebagai bahan pembuat kue (''cake'').
* Tepung berprotein rendah: mengandung protein sekitar 6%-86–8%, umumnya digunakan untuk membuat kue yang renyah, seperti biskuit atau, kulit gorengan, ataupun keripik.
 
== Nutrisi lembaga gandum ==
 
Lembaga gandum merupakan bagian yang kaya akan berbagai zat gizi dengan berbagai manfaatnya bagi kesehatan. Lembaga gandum memiliki kandungan nutrisi tinggi seperti serat pangan, protein, vitamin B1, B2, B3, B6, asam folat, magnesium, tembaga, fosfor, seng, mangan, dan selenium. Selain itu, bagian ini juga merupakan sumber yang baik bagi vitamin E, zat besi, dan asam lemak essensial. Dengan kandungan natrium yang rendah dan tidak mengandung kolesterol semakinmakin memperkuat intisari gandum sebagai bagian yang paling bergizi dari biji gandum.<ref>Rimbawan & Albiner 2004</ref>
 
== Gandum di Indonesia ==
{{unreferenced section|date=November 2017}}
Setidaknya sejak awal tahun 1970-an, makanan olahan berbahan dasar gandum sudah menjadi bagian konsumsi sehari-hari di Indonesia. Mi instan merupakan makanan olahan berbahan dasar gandum yang paling digemari, tidak hanya di perkotaan namun juga di pedesaan.
 
Menelusuri beberapa sumber, sejarah gandum di Indonesia dimulai pada tahun 1969 ketika Amerika Serikat memperkenalkan paket kerja sama ekonomi berdasarkan Public Law 480 (PL480) yang memberikan bantuan pangan atau bantuan pangan kemanusiaan berupa tepung terigu atau gandum ke Indonesia. Meski bantuan kemanusiaan ini sudah tidak ada lagi, namun karena fleksibilitas dalam pengolahan gandum, kesesuaian rasa makanan, dan kepraktisan dalam mengonsumsinya, banyak masyarakat Indonesia yang menyukai produk olahan gandum tersebut.
 
Keterlibatan industri pengolahan gandum dalam jumlah besar sangatlah besar. Gandum dapat diolah menjadi berbagai makanan, seperti mi instan, roti, kue, dan pasta, atau dipadukan dengan bahan dan makanan lokal. Namun permasalahan baru muncul karena Indonesia beriklim tropis sehingga tidak bisa menghasilkan gandum. Konsekuensinya, harus mengimpor gandum dan tepung terigu dari negara produsen. Sayangnya, kesadaran masyarakat akan tingginya ketergantungan negara terhadap impor gandum masih rendah, padahal impor gandum telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
 
Data resmi terbaru menunjukkan bahwa impor gandum dan tepung terigu melebihi 7 juta ton, dengan total Rp 25 triliun (US$2,52 miliar). Jumlah tersebut melebihi alokasi APBN untuk pembangunan pertanian pada tahun 2013 yang ditetapkan sebesar Rp16,4 triliun. Masyarakat luas dan akademisi Indonesia cenderung hanya fokus pada impor beras tahunan. Seperti yang telah kita lihat, impor beras selalu memicu ketegangan sosio-politik. Namun, mereka mengabaikan impor gandum dan gandum olahan, yang nilai ekonominya jauh lebih besar dibandingkan impor beras.