Orang Alifuru: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Elijah Mahoebessy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Menghapus Alfoeren_map_in_Seram.png karena telah dihapus dari Commons oleh Elcobbola; alasan: per c:Commons:Deletion requests/Files uploaded by Elijah Mahoebessy.
 
(8 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox ethnic group
|group = Alifuru
|image = [[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Alfuren uit de bergen van Ceram TMnr 10005708.jpg|thumb|250px]]
|caption = Orang Alifuru, kemungkinan besar [[Suku Alune|Alune]], di pegunungan [[Seram]].
|poptime =
|popplace = [[Melanesia]] (eks-wilayah, [[Negara Indonesia Timur]]; bagian dari <br/>[[IndonesiaProvinsi Maluku|Maluku]] sekarang),dan [[MikronesiaProvinsi Maluku Utara|Maluku Utara]]
|langs =
|rels = [[Animisme]], [[Islam]], [[Kekristenan]]
|related = [[Orang Maluku|Maluku]] dan [[Orang Melanesia|Melanesia]]
}}
 
'''Alifuru''' ({{lang-nl|Alfoeren}}), dieja juga sebagai '''Alfurs''', '''Alfuros''', '''Alfures''', '''Aliforoes''', '''Alfoer''', atau '''Horaforas''', adalah istilah luas yang dicatat pada masa [[Kekaisaran Portugis|Kekaisaran lintas laut Portugis]] untuk merujuk pada semua masyarakat non-[[Muslim]] maupun non-[[Kekristenan|Kristen]] yang tinggal di wilayah pedalaman [[Seram]] yang tidak dapat diakses, di bagian timur [[Asia Tenggara Maritim]],<ref>[[Chris Ballard]]: ''[http://epress.anu.edu.au/foreign_bodies/pdf/ch03.pdf 'Oceanic Negroes': British anthropology of Papuans, 1820–1869.]'' In: Bronwen Douglas, Chris Ballard (Hrsg.): ''Foreign Bodies: Oceania and the Science of Race 1750–1940.'' ANU E Press, Canberra 2008, page 184</ref> terutama yang berasal dari wilayah sekitar [[Laut Arafura]].
 
==Etimologi==
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Transport van kopal te Halmahera TMnr 10012934.jpg|thumb|left|upright|Pekerja Alifuru yang dipaksa oleh tentara Jepang pada [[Perang Dunia II]] di [[Rabaul]] membawa keranjang berbentuk corong yang disukai masyarakat Alifuru untuk mengumpulkan barang musuh.]]
Beberapa asal usul istilah Alifuru telah diusulkan, termasuk dari [[bahasa Spanyol]], [[Bahasa Portugis|Portugis]], dan bahkan [[Bahasa Arab|Arab]].<ref>A. B. Meyer, ''Über die Namen Papua, Dajak und Alfuren'' In Commission bei Carl Gerold's Sohn, Wien, 1882</ref> Namun hipotesis yang paling mungkin adalah bahwa ''Halefuru'' berasal dari [[bahasa Tidore]], sebuah kata majemuk yang terdiri dari kata dasar ''hale'' yang berarti 'tanah' dan ''furu'' yang berarti 'liar' atau 'buas'.<ref>M. J. van Baarda ''Woordenlijst. Galelareesch-Hollandsche. Met ethnologische aanteekeningen, op de woorden, die daartoe aanleiding gaven'' Martinus Nijhoff, `s-Gravenhage, 1895.</ref> Dari masyarakat [[Suku Tidore|Tidore]], kemudian diadopsi dan digunakan oleh para pedagang Melayu dan petualang serta penjajah Portugis, Spanyol, dan Belanda yang datang ke [[Kepulauan Maluku|Kepulauan Rempah-Rempah]].
 
Istilah ini mengacu pada wilayah tertentu dan penduduknya yang dianggap 'liar' atau 'pagan', khususnya di wilayah yang berada di bawah pengaruh [[Kesultanan Tidore|Tidore]] dan negara tetangganya, [[Kesultanan Ternate|Ternate]]. Istilah ini terutama digunakan untuk masyarakat di [[Kepulauan Maluku]] (terutama yang berasal dari pedalaman [[Halmahera]],<ref>"The true indigenes of Gilolo, 'Alfuros' as they are here called" were noted by the naturalist [[Alfred Russel Wallace]] in 1858: ''The Malay Archipelago'' (1869), chap. 22.</ref> [[Seram]], dan [[Buru]]), danserta wilayah sekitarnya di utara dan tengah [[Sulawesi]]. Hingga tahun 1900-an, bahkan [[Suku bangsa di Papua|orang Papua]] juga sering dipanggil dengan sebutan "Alifuru".<ref>[http://www.papuaweb.org/dlib/jr/ploeg-2002-papoea.pdf Anton Ploeg. 'De Papoea; What's in a name?'] ''Asia Pacific J. Anthrop.'' 3 (2002), 75–101.</ref> Pada tahun 1879, Van Musschenbroek, mantan [[Residen (gelar)|Residen]] [[Kota Manado|Menado]], mendeskripsikan penggunaan istilah tersebut sebagai berikut:
 
:"Kriteria umum apakah seseorang masih [atau tidak lagi] seorang Alifuru terletak pada mengesampingkan paham kafir melalui penganut agama monoteistik, baik itu Kristen ataupun Islam. Oleh karena itu, masyarakat Alifuru merupakan salah satu ras yang paling beragam, baik di antara penduduk Melanesia di Nugini maupun penduduk Polinesia asli di [[Pulau Seram|Seram]], serta di antara [[suku Sangir]] (Mikro?)-nesia dan penduduk Melayu-Polinesia di Sulawesi."<ref>S. C. J. W. van Musschenbroek (compiler). "Toelichtingen, behoorende bij de kaart van de bocht van Tomini of Gorontalo en aangrenzende landen, de reeden, afvoerplaatsen, binnenlandsche wegen en andere middelen van gemeenschap." ''Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap'' vol. 4 (1880), page 94, note 1.</ref>
 
Seperti yang disebut [[Penduduk asli Amerika Serikat|Indian]] di [[Amerika Serikat]], berbagai suku yang secara kolektif disebut sebagai Alifuru tidaklah homogen secara budaya. Oleh karena itu, istilah "Alfur" secara umum dianggap tidak mempunyai nilai [[etnologi]]s, dan tak lama setelah pergantian abad ke-20, istilah tersebut praktis menghilang dari tulisan-tulisan administratif dan akademis Belanda. Kata "Alfuren" terus digunakan oleh antropolog [[Jerman]], [[Georg Friederici]] dalam karyanya. Ia menggunakannya secara lebih spesifik untuk merujuk pada penduduk asli atau penduduk awal Maluku, dan lebih luas lagi untuk merujuk pada penduduk pulau Sulawesi.<ref>Georg Friederici, ''Wissenschaftliche Ergebnisse einer amtlichen Forschungsreise nach dem Bismarck-Archipel im Jahre 1908.'' Beiträge zur Völker und Sprachenkunde von Deutsch-Neuguinea. Mitteilungen aus den Deutschen Schutzgebieten. Mittler und Sohn. Berlin, 1912.</ref>
 
===Penggunaan saat ini===
Baris 30 ⟶ 29:
Masyarakat Alifuru biasanya mempunyai sedikit kontak dengan masyarakat urban di kota-kota pesisir, termasuk dengan para pemukim [[transmigrasi]]. Panglima perang mereka adalah Panglima Ambon I.<ref>Kal Muller, ''Spice Islands; The Moluccas'', Indonesia Travel Guides. Periplus editions. Singapore 1991 {{ISBN|0-945971-07-9}}</ref> Masyarakat Alifuru tetap mempertahankan kebiasaan [[pengayauan]] mereka hingga tahun 1940-an. Saat ini mereka berada di bawah pimpinan Panglima Ambuk Abah Ampalang (nama Alifuru).<ref>Lonely Planet Indonesia, 8th edition p.762</ref>
 
Orang-orang Alifuru berpartisipasi dalam peperangan seperti perkelahian dengan suku bangsa lain untuk mencegah musuh menyerang mereka. Mereka bertingkah sepertilayaknya tentara dan bersenjatakan parang, pisau, tombak, lembing, busur, dan anak panah, serta senapan untuk pejabattentara berpangkat tinggi. baju perang utama mereka adalah baju perang kulit. Dalam beberapa kasus, masyarakat Alifuru mencari bantuan dari [[suku Wemale]] karena mereka satu aliansi.
 
Dewan Alifuru mengakumengklaim mewakili merekaorang Alifuru di Pemerintah Indonesia.<ref>[https://www.upr-info.org/sites/default/files/document/indonesia/session_27_-_may_2017/sa_upr27_idn_e_main.pdf Alifuru Council, 27 May 2017]</ref>
 
==Lihat juga==