== Asal ==
SSisingamangarajaSisingamangaraja XII adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling di kawasan utara [[Sumatra]] untuk menempatkan pejabat-pejabatnya.<ref>{{cite book|last =Brenner|first =J.F. von|authorlink =|coauthors =|title =Besuch bei den Kannibalen Sumatras: erste Durchquerung der unabhangigen Batak-Lande|publisher = Wurl|date =|location =Wurzburg|url =|doi =|isbn =|page =}}</ref> Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun 1820, [[Thomas Stamford Raffles]] menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai Sisingamangaraja yang merupakan keturunan [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] dan bahwa di [[Silindung]] terdapat sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]].<ref>{{cite book|last =Raffles|first =Stamford|authorlink =|coauthors =|title =Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles|year =1830|publisher = John Murray|location =London|url =https://archive.org/details/memoiroflifepubl00raff|doi =|isbn =|page =}}</ref>
Sampai awal abad ke-20, Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti secara teratur kepada pemimpin Pagaruyung melalui perantaraan Tuanku Barus yang bertugas menyampaikannya kepada pemimpin [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]].<ref>{{Cite book|last=Schrieke|first=Bertram Johannes Otto|date=1929|url=https://books.google.co.nz/books?id=13EcAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22Tuanku+Barus%22&q=%22Tuanku+Barus%22&hl=id&redir_esc=y|title=The Effect of Western Influence on Native Civilisations in the Malay Archipelago|publisher=G. Kolff & Company|language=en}}</ref>
Di antara tahun 1883-1884, Sisingamangaraja XII berhasil melakukan konsolidasi pasukannya. Kemudian bersama pasukan bantuan dari [[Kesultanan Aceh|Aceh]], secara ofensif menyerang kedudukan Belanda antaranya [[Uluan, Toba|Uluan]] dan [[Balige, Toba|Balige]] pada Mei 1883, serta [[Parmaksian, Toba|Tangga Batu]] pada tahun 1884.
[[Berkas:Sisingamangaraja Seal.jpg|jmpl|250px|Cap Mohor Sisingamangaraja XII]]
<!--== Kontroversi agama ==
== Kematian ==
Sisingamangaraja XII tewas pada 17 Juni 1907 saat disergap oleh sekelompokempat anggota [[Korps Marechaussee te Voet|Korps Marsose]], sebuah pasukan khususelite kontra-gerilya Belanda. Penyergapan tersebut dipimpin oleh [[Hans Christoffel]] di kawasan Sungai [[Aek Sibulbulon]], di suatu desa bernama [[Parlilitan, Humbang Hasundutan|Si Onom Hudon]], di perbatasan [[Kabupaten Humbang Hasundutan|Humbang]] dengan [[Kabupaten Dairi|Dairi]].<ref name="Sidjabat">Sidjabat, Bonar W. Prof. Dr. (2007), ''Aku Sisingamangaraja'', Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, ISBN 979-416-896-7.</ref> Sisingamangaraja XII menghadapi pasukan Korps Marsose sambil memegang senjata [[Piso Gaja Dompak]]. KopralJohannes SouhokaRotikan, seorang penembak jituprajurit pasukan Marsose asal Minahasa, mendaratkan tembakan keyang kepalamenewaskan SisingamangarajaSi Singamangaraja XII tepat di bawah telinganya.<ref>{{Cite web|last=OkezoneKlein-Nagelvoort|first=J.|date=2020-06-172017|title=Saat'Hoe Pelurustierf Marsosede Menembuslaatste SisingamangarajaBatakkoning?'. XIIGeschiedenis yangMagazine TerkenalNr. Kebal1, Senjatahlm. : Okezone Nasional52–54.|url=https://nasional.okezonerozenbergquarterly.com/read/2020/06/17/337/2231468/saatde-pelurumysterieuze-marsosedood-menembusvan-sisingamangarajaeen-xii-yang-terkenal-kebal-senjatapriestervorst/|website=OkezoneRozenberg Quarterly|language=idnl-IDNL|access-date=20212024-0311-1914}}</ref> Menjelang nafas terakhir, ia tetap berucap, "''Ahu Sisingamangaraja''" (bahasa [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]: "Aku Sisingamangaraja"). Turut gugur bersamanya adalah kedua putranya, Patuan Nagari Sinambela dan Patuan Anggi Sinambela, serta putrinya, Lopian br. Sinambela. Sementara keluarganya yang tersisa ditawan di [[Tarutung, Tapanuli Utara|Tarutung]]. Sisingamangaraja XII kemudian dikebumikan oleh Belanda secara militer pada 22 Juni 1907 di [[Silindung]], setelah sebelumnya mayatnya diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat [[Kabupaten Dairi|Dairi]].{{Butuh rujukan}} Makamnya kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Nasional di [[Balige, Toba|Soposurung, Balige]] sejak 14 Juni 1953, yang dibangun oleh pemerintah, msyarakat, dan keluarga.{{Butuh rujukan}}
== Dinasti Singa Mangaraja ==
Patuan Bosar Sinambela adalah Singamangaraja XII sekaligus sebagai Singamangaraja terakhir dari Dinasti Singa Mangaraja. Setelah kematiannya, tidak ada lagi penerus dinasti Singa Mangaraja di [[Baktiraja, Humbang Hasundutan|Bangkara]], sebab seluruh keluarganya telah ditawan oleh Belanda di [[Siborongborong, Tapanuli Utara|SiborongborongPearaja Tarutung. Untuk menghindarkan pengikutnya para parbaringin]] mencoba menobatkan putranya menjadi Si Singamangaraja penggantinya. Untuk menghindarkan itu Kolonial Belanda mengasingkan lima putranya ke pulau Jawa. Dua putranya; Raja Pangkilim Raja Mangarandang meninggal di Jawa. Raja Buntal menyelesaikan pendidikan tinggi hukum di Batavia, sempat bekerja di pengadilan di Batavia, sebelum kembali ke Balige dan diberi tempat di Soposurung Balige. Saat itu muncul tuntutan agar dia dinobatkan, sehingga tahun 1929 Belanda membentuk komite Goobe-van Lith. Tetapi komite itu merekomendasikan agar penobatan itu diurungkan.
Ada pun nama para Singamangaraja yang pernah bertahta di Bangkara adalah sebagai berikut:
== Referensi ==
{{reflist|2}}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{Suku Batak Toba}}
|