Kerajaan Kadiri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rifkyroy (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Syahjahaan (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(47 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{no footnotes}}
{{Short description|Javanese kingdom, ca. 1042–1222}}
{{EngvarB|date=September 2015}}
{{Use dmy dates|date=September 2015}}
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Kerajaan Pañjalu<br>Kaḍiri
| common_name = Kadiri
| native_name = ( Pu - Chia - Lung ) <br>
Kāḍiri
| continent =
| region =
Baris 10 ⟶ 15:
| s1 = Kerajaan Tumapel
| year_start = 1042
| year_end = 12221293
| date_start =
| date_end =
Baris 20 ⟶ 25:
| event3 = [[Kakawin Bhāratayuddha]]'' selesai ditulis
| date_event3 = 1157
| event_endevent4 = Runtuh oleh [[Pemberontakan Ken Arok]]
| date_event4 = 1222
| event5 = [[Pemberontakan Jayakatwang]] melawan [[Tumapel]]
| date_event5 = 1292
| event_end = [[Invasi Mongol ke Jawa|Diserbu]] oleh [[Dinasti Yuan|Mongol]] dan [[Majapahit]]
| image_flag =
| image_coat =
| symbol_type =
| image_map = {{switcher|[[Berkas:Kediri Kingdom id.svg|upright=1.24|frameless]]|MenampilkanM
enampilkan peta 1042|[[Berkas:Southeast Asia trade route map XIIcentury.jpg|upright=1.21|frameless]]|Menampilkan peta 1178|default=1}}
| map_caption = Kerajaan Janggala dan Panjalu, kemudian bersatu menjadi Kerajaan Kadiri
| capital = '''[[Daha]]napuraDahanapūra'''<br/><small>(1042-1222)
| admin_center =
| admin_center_type =
Baris 57 ⟶ 67:
| currency = Koin emas dan campuran tembaga, perak dan timah
| footnotes =
| today = {{flag|Indonesia}}<br/>
{{flag|Timor Leste}}
}}
Baris 64 ⟶ 74:
:{{arti lain|Artikel ini membahas tentang Kerajaan Kediri (Sejarah Nusantara). Lihat pula [[Kabupaten Kediri]] dan [[Kota Kediri]]. Untuk kegunaan lain, lihat [[Kediri (disambiguasi)|Kediri]].}}
 
'''Kerajaan Kadiri''', '''Kediri''' disebut juga dengan '''Daha''' atau '''Panjalu''' ({{lang-jv|ꦥꦚ꧀ꦗꦭꦸ|Pañjalu}}) adalah [[Monarki|kerajaan]] [[Hindu]]-[[Buddhisme|Buddha]] yang terdapat di [[Jawa]] [[Jawa Timur|Timur]], antara tahun [[1042]]–[[1222]]. Dan merupakan salah satu kerajaan hasil pembelahan yang juga didirikan [[Airlangga]]<ref>https://www.britannica.com/place/Kadiri</ref>. Kerajaan ini dipimpindiperintah oleh [[Wangsa Isyana]] dan berpusat di [[Daha]]napura, adalah nama sebuah kota kuno di masa lalu yang sekarang menjadi bagian dari [[Kota Kediri]]. Sebelum pembagian kerajaan, Panjalu merupakan wilayah dari [[Kerajaan Kahuripan|Medang Kahuripan]].
 
== Etimologi ==
[[Berkas:Vishnu Kediri.jpg|jmpl|kiri|150px| Arca [[Wisnu]], berasal dari [[Kediri]], abad ke-12 dan ke-13]]
Sesungguhnya kota '''[[Daha]]''' sudah ada sebelum peristiwa pembelahan kerajaan oleh [[Airlangga]]. Daha merupakan singkatan dari ''Dahanapura'', yang berarti ''kota api''. Nama ini terdapat dalam [[prasasti Pamwatan]] yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam ''[[Serat Calon Arang]]'', bahwa saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di [[Kahuripan]], melainkan telah berpindah ke [[Daha]]napura dan menyebut Airlangga sebagai raja Daha.<ref>[http://www.tourismindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=524&Itemid=33 Kediri archeological discovery offers clues on ancient kingdom] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070328004059/http://www.tourismindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=524&Itemid=33 |date=2007-03-28 }}, ''[[The Jakarta Post]]'', 24 March 2007.</ref>
 
<small><blockquote>... 15. Sigra datang pwa sirêng sagara Rupěk, mantas ta sira ngkana, Sang Yogîswara Mpu Baradah. Tan lingěn pwa sirêng (h)ěnu lampah Sang Mahamuni ambramaga. Sigra datang ta sirêng nagarêng Daha, panggih ta sirâtmajanira Sang Maharaja Erlanggya sědang tinangkil...</blockquote></small>
 
Baris 79 ⟶ 90:
 
=== Nama Kadiri ===
Nama Kadiri atau Kediri pembacaan yang tepat sesuai dengan aksara adalah '''Kadhiri''' juga berasal dari kata bahasa [[Sansekerta]], ''khadri,'' yang berarti ''pacé'' atau [[mengkudu]] (''[[Morinda citrifolia]]''). Batang kulit kayu pohon ini menghasilkan [[Zat pewarna|zat perwarna]] ungu kecokelatan yang digunakan dalam pembuatan batik, sementara buahnya dipercaya memiliki khasiat pengobatan. Nama yang serupa juga dikenal dengan [[Kadiri, India|Kadiri]] sebuah kota di [[Andhra Pradesh]], [[India]]. Asal usul kata yang dipandang lebih tepat adalah diturunkan dan berasal dari kata "kaḍirikāḍiri" (kadhiri) dalam bahasa [[Jawa Kuno|Jawa kuno]] yang berarti bisa berdiri sendiri, mandiri, berdiri tegak, berkepribadian, atau berswasembada.<ref>https://www.britannica.com/place/Kediri-regency-Indonesia</ref> Meninjau dari beberapa prasasti yang dikeluarkan oleh raja-raja Panjalu dapat dilihat frasa kalimat yang tertera dalam [[prasasti Ceker]] dari tahun 1107 [[Saka]] (1185 M) yang menyebutkan: {{cquote|''"... śrī mahārāja mantuk śīma nira ring bhūmi kaḍiri ..."''}}
Terjemahan inskripsi: (Sri Maharaja telah kembali kesimanya, atau harapannya di Bhumi Kadiri)
 
Baris 87 ⟶ 98:
Pada isi kalimat di [[prasasti Mula Malurung]]: (VII.a) yang diterbitkan oleh [[Kertanegara]] tahun (1255 M) sebagai raja muda di Kadiri, atas perintah ayahnya [[Wisnuwardhana]] raja [[Singhasari]].
{{cquote|''"... 4) sira śrī kṛtānagara nāma niran inabhiśeka. pinasaṅakěn ṅkāneŋ maṇikanaka siṅhāsana. riŋ nagara daha. sinewita niŋ bhūmi kaḍiri..."''}}
 
Transkrip isi [[Prasasti Batur]] yang merupakan titah raja [[Hayam Wuruk]] dari masa [[Majapahit]]. {{cquote|''"2. [...] muŋ mpu kapat. śūra sapatnamarddhana. rakryan kanuruhan. mpu pakis. wairibala wirantaka. rakryan ma ri pu saṅkhya pranāśa. rakryan tumȇṅguŋ mpu nala. sāḍurakṣaṇana saḍunigramātatpara. makapuras sa jaṅgala kāḍiri. mpu mada. raṇa maddhyāryya nukula karaṇa. parasainya śirah kāpala gandopāna ma..."''}}
 
Pada bait kalimat [[prasasti Carama]] berupa sebuah lempeng tembaga yang berada disimpan di [[Frankfurt|Museum Arkeologi Frankfurt Jerman]], bertarikh 07 Juni 1015 M. Yang merupakan anugerah dari Sri Mahadewi yang bertakhta di Kadhiri.
Baris 119 ⟶ 132:
 
== Berdirinya kerajaan ==
[[File:Airlangga.jpg|thumb|150px||Arca perwujudan Airlangga sebagai [[Wisnu|Dewa Wisnu]] mengendarai [[Garuda]]. Koleksi Museum [[Trowulan]], [[Jawa Timur]].]]
=== Pembagian kerajaan oleh Airlangga ===
Di dalam [[kakawin]] [[Nagarakretagama|Desyawarnana]] yang ditulis oleh seorang [[Empu Prapañcapujangga]], seorang [[pujanggaMpu Prapanca]]. dan bekasBekas pembesar urusan [[Buddhisme|agama Buddha]] di istana [[Majapahit]]., menyebutkan Menyebutkanraja [[Airlangga]] yang telah berpindah ibu kota dan memerintah dari [[Daha]], di wilayah Panjalu atau Kadiri dan juga turut serta menyinggungmeriwayatkan tentang peristiwa pembelahan kerajaan.<ref>http://www.spaetmittelalter.uni-hamburg.de/java-history/JavaNK/Java1365.Nagara-Kertagama.Canto.63-69.html</ref>
:<blockquote>... 1. Nahan tatwanikaɳ kamal/ widita deniɳ sampradaya sthiti, mwaɳ çri pañjalunatha riɳ daha te- (122a) wekniɳ yawabhumy/ apalih, çri airlanghya sirandani ryyasihiran/ panak/ ri saɳ rwa prabhu, ...</blockquote>
 
:<blockquote>... 1. Demikian sejarah Kamal menurut tutur yang dipercaya, Dan Sri Nata Panjalu di Daha, waktu bumi Jawa dibelah, Karena cinta raja Airlangga kepada dua puteranya, ...<br>— (''Kakawin Nagarakretagama'', ''Pupuh 68'').</blockquote>
Menurut [[prasasti Turun Hyang]] (1044 M). Di akhir masa pemerintahannya tahun 1042 [[Airlangga]] berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya, raja yang sebenarnya merupakan putri Airlangga. Nama asli dari putri tersebut dimuat dalam [[prasasti Cane]] (1021 M) sampai dengan [[prasasti Pasar Legi]] (1043 M) adalah [[Sanggramawijaya Tunggadewi]] yang menjadi putri mahkota sekaligus pewaris takhta istana [[Kahuripan|Medang Kahuripan]]. Namun ia memilih untuk mengundurkan diri dan menjalani kehidupan suci sebagai pertapa [[biksuni]] atau pendeta wanita [[Buddhisme|Buddha]], di dalam cerita rakyat ia kemudian dikenal bergelar ''Dewi Kili Suci''. Sedangkan dalam [[prasasti Pucangan]] (1041 M) memuat nama baru dan memunculkan [[Sri Samarawijaya|Samarawijaya Tunggadewa]] sebagai [[putra mahkota]] atau ''[[rakryan mahamantri|rakryānrakryan mahamantri i hino]]'' dan diduga adalah putra [[Airlangga]] dan merupakan adik dari Sanggramawijaya Tunggadewi. Pada umumnya jabatan mahamantri i hino dijabat oleh putra sulung raja dan putra kedua akan menggantikan posisinya apabila pejabat tersebut meninggal, berselang tahun kemudian berdasarkan berita [[prasasti Pamwatan]] (1042 M) dan [[Serat Calon Arang]], Airlangga telah memindahkan ibu kotanya dan mendirikan kota [[Daha]]napura.<ref name=":1">{{Cite book|last=Wignjosoebroto|first=Wiranto|url=https://books.google.com/books?id=kKpgEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA27&dq=medang+koripan&hl=en|title=MENCARI JEJAK KAHURIPAN; Kerajaan Hindu Tertua dan Terlama di Tanah Jawa|publisher=Penerbit K-Media|isbn=978-602-6287-19-9|language=id}}</ref>
 
Menurut ''Serat Calon Arang'', Airlangga kemudian bingung memilih penggantinya mengingat dirinya juga putra dari raja [[Pulau Bali|Bali]], maka ia pun berniat menempatkan salah satu putranya di pulau itu. Gurunya yang bernama [[Mpu Bharada]] berangkat ke Bali untuk mengajukan niat tersebut namun mengalami kegagalan. Fakta sejarah menunjukkan [[Udayana]] digantikan putra keduanya yang bernama [[Marakata Pangkaja]] sebagai raja Bali, dan Marakata selanjutnya digantikan adiknya yaitu [[Anak Wungsu]].
Baris 201 ⟶ 215:
 
== Ekonomi ==
Perekonomian kerajaan Kediri sangat bergantung pada perdagangan luar negerinya. Ekspor Jawa antara lain adalah [[gading]], [[cula badak]], [[mutiara]], [[Gaharu|kayu wangi]] seperti [[Cendana|kayu cendana]], [[adas]], [[cengkih]], [[pala]], sejenis belati yang disebut [[keris]], [[belerang]], [[kesumba]], [[Nuri|nuri putih]], benang sulam, [[kapas]], kain kepar, dan lain-lain, diproduksi di daerah-daerah yang menjadi vasal Kediri, seperti cengkih di [[Maluku]] dan kayu cendana di Pulau [[Timor]]. Lada adalah target utama kapal dagang Cina. Di sisi lain, impor dari [[Tiongkok]] termasuk piring emas dan perak, pernis, [[seladon]] dan perlengkapan porselen putih, dan bahan kimia seperti [[sinabar]], [[tawas]], dan [[arsen]] [[sulfida]] yang digunakan dalam produksi pencelupan dan kerajinan tangan. Selain itu, meskipun memiliki mata uangnya sendiri, sejumlah besar koin dari [[Dinasti Song]] dibawa masuk ke negara tersebut, yang menyebabkan berkembangnya ekonomi moneter di Kediri.<ref>{{Cite web|date=2024-07-17|title=Sejarah Kerajaan Kediri: Awal Berdiri, Kejayaan, hingga Keruntuhannya|url=https://jawapeh.com/kediri/kerajaan-kediri|language=id|access-date=2024-07-20}}</ref>
[[File:Totok Kerot Kabupaten Kediri.jpg||thumb|right|280px|Arca [[Dwarapala]] (penjaga gerbang) Totok Kerot, Kediri]]
{{multiple image
Baris 235 ⟶ 249:
Masih menurut ''Chou Ku-fei'' bahwa kerajaan Panjalu kekuasaannya sangat luas dan kaya raya, menurutnya di dunia saat itu ada tiga kerajaan kaya yaitu [[kekhalifahan Abbasiyah]] yang berkuasa di Arab, kerajaan [[Panjalu]] yang menguasai bagian timur Nusantara dan [[Sriwijaya]] yang menguasai bagian barat Nusantara.<ref>https://repositori.kemdikbud.go.id/18404/</ref>
 
[[Chau Ju-kua|Chou Ju-kua]] ({{zh|p=''Zhào Rǔguò''}}; 1170-1231) seorang pegawai resmi [[Dinasti Song]] menuliskan dalam bukunya'' [[Zhu Fan Zhi|Zhu-fan-zhi]]'' ({{zh|s=諸蕃志|w=''Chu-fan-chi''|}}) menggambarkan bahwa, di kepulauan [[Asia Tenggara]] ada dua kerajaan yang kuat dan kaya: Sriwijaya dan Jawa (Panjalu). Di Jawa ia menemukan bahwa orang-orang menganut dua agama, [[Buddhisme|Buddha]] dan agama Brahmana ([[Hindu]]). Orang Jawa adalah pemberani dan pemarah, mereka berani untuk melawan. Waktu luangnya dipergunakan untuk mengadu binatang, hiburan favoritnya adalah [[sabung ayam]] dan adu babi. Mata uangnya dibuat dari campuran [[tembaga]], [[perak]] dan [[timah]].
 
Dalam kitab Chu-fan-chi menyebut bahwa maharaja Jawa mempunyai wilayah jajahan: Pai-hua-yuan ([[Pacitan]]), Ma-tung ([[Medang]]), Ta-pen (Tumapel, sekarang [[Kabupaten Malang|Malang]]), Hi-ning ([[Dataran Tinggi Dieng|Dieng]]), Jung-ya-lu (Hujung Galuh, sekarang [[Surabaya]]), Tung- ki (Jenggi, [[Papua Barat]]), Tak-kang ([[Sumba]]), Huang-ma-chu ([[Papua|Papua Barat Daya]]), Ma-li ([[Bali]]), Kulun (Gurun, diidentifikasi sebagai Gorong atau [[Kabupaten Sorong|Sorong]] di Papua Barat atau sebuah pulau di [[Nusa Tenggara]]{{Fact|tanggal=Januari 2023}}), Tan-jung-wu-lo ([[Kalimantan Barat|Tanjungpura]] di Kalimantan), Ti-wu ([[Timor]]), Pingya-i ([[Kabupaten Banggai|Banggai]] di Sulawesi), dan Wu-nu-ku ([[Kepulauan Maluku|Maluku]]).<ref>{{cite book |author=Soekmono |first=R. |url=http://staffnew.uny.ac.id/staff/131782844 |title=''Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2'', 2nd ed. |publisher=Penerbit Kanisius |year=1988 |location=Yogyakarta |page=60 |language=indonesian |orig-date=Originally printed in 1973}}</ref><ref>Friedrich Hirth & W.W.Rockhill, 1911, ''Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi, St Petersburg.</ref><ref>{{cite book|last=Hirth|first=F.|year=1911|title=Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi|publisher=St Petersburg|authorlink=|coauthors=Rockhill, W.W.}}.</ref><ref name="Muljana2">{{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2006|title=Sriwijaya|url=https://archive.org/details/Sriwijaya|location=|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|editor=F.W. Stapel|pages=|id=ISBN 978-979-8451-62-1|authorlink=Slamet Muljana}}</ref><ref name="Soekmono2">{{cite book|last=Soekmono|first=R.|year=2002|title=Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2|publisher=Kanisius|id=ISBN 979-413-290-X|authorlink=Soekmono}}</ref>
Baris 242 ⟶ 256:
 
== Keruntuhan ==
Kerajaan Kediri runtuh pada masa pemerintahan [[Prabu]] [[Kertajaya]] dan turut dikisahkan dalam [[kitab Pararaton]] juga di ''[[Nagarakretagama]]''.
{{Main|Pemberontakan Ken Arok}}
Pada tahun [[1222]], Rajaraja [[Srengga]] atau [[Kertajaya]] sedang berselisih dengan kaum [[Brahmanabrahmana]] dan para [[pendeta]], penyebabnya karena ia sang raja berkeinginan untuk disembah selayaknya [[dewaDewa]]. KaumDalam kondisi terpojok kaum agamawan yang menolak dengandan kondisitak terpojokmenyetujuinya tersebut lalu kemudian pergi meninggalkan ibu kota kerajaan dan[[Daha]]napura untuk meminta perlindungan kepada seorang ''akuwu'' di [[Tumapel]] (sekitar [[Kabupaten Malang|Malang]] sekarang) yang bernama [[Ken Angrok]]. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita ingin memerdekakan wilayah Tumapel yang merupakan daerah bawahan dari Kadiri.
 
Puncak peperangan antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat Desa [[Tulungrejo, Ngantang, Malang|Ganter]], di wilayah timur Kadiri di mana "''medan perang/[[palagan]]'' (medan perang) [[Pertempuran Genter|GenterGanter]]" terjadi di wilayah timur Kadiri. Tatkala pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kadiri. Raja Kertajaya sendiri disebutkan melarikan diri dandengan bersembunyi naik menuju kahyangan atau dianggap telah meninggal.
 
Kitab [[Nagarakretagama|Kitab Nagarakretagama]] juga mengisahkan secara singkat berita kekalahan raja Kertajaya tersebut. Disebutkan bahwa Kertajaya melarikan diri dan bersembunyi dalam ''dewalaya'' (alam tempat dewa). Kedua naskah tersebut sama-sama memberitakan tempat pelarian Kertajaya adalah alam dewata. Kemungkinan yang dimaksud adalah Kertajaya bersembunyi di dalam sebuah candi pemujaan, atau Kertajaya dianggap meninggal telah tewas dan pergi ke alam para dewa.
 
Dengan demikian, berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau [[Singhasari]]. Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah di bawah kekuasaan Tumapel. Ken Arok mengangkat [[Jayasabha]], putra [[Kertajaya]] sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258 (1180 Saka) Jayasabha digantikan putranya yang bernama [[Sastrajaya]]. Pada tahun 1271 (1193 Saka) Sastrajaya digantikan putranya, yaitu [[Jayakatwang]].
:<blockquote>... 2. Tahun Saka Laut Manusia (1144) itulah sirnanya raja Kertajaya. Atas perintah Siwaputera, JayasabaJayasabha berganti jadi raja. Tahun Saka delapan satu satu (1180) Sastrajaya raja Kediri. Tahun tiga sembilan Siwa Raja (1193) Jayakatwang raja terakhir...<br>— (''Kakawin Nagarakretagama'', ''Pupuh 44'').</blockquote>
{{Main|Pemberontakan Jayakatwang}}
{{See|Serbuan Yuan-Mongol ke Jawa}}
 
Pada tahun 1292, raja bawahan sekaligus besan dari raja [[Kertanegara]] yaitu [[Jayakatwang]] memberontak terhadap [[Singhasari]], karena dendam masa lalu dimana leluhurnya[[leluhur]]nya [[Kertajaya]] dikalahkan oleh [[Ken Arok]]. Setelah berhasil membunuh Kertanagara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaankerajaan leluhurnya, yakni [[Kadiri]]. Namun hanya bertahan selama satu tahun (1292-1293) selanjutnya Jayakatwang kalahdapat dikalahkan dan Kadiri benar-benar berakhir runtuh akibat dari serangan yang dilancarkan oleh pasukan gabungan dari [[Kekaisaran Mongol]] dibawah komando [[Ike Mese]] dan pasukan menantu Kertanagara, [[Raden Wijaya]] pendiri dari [[Majapahit]].
 
== Daftar penguasa ==
''Raja-raja yang berkuasaPangjalu di Bhumi Kadhiri''
{| class="wikitable sortable" border="1" width="80%"
!width="30px"|Masa pemerintahan
!width="100px"|MaharajaNama pribadi
!width="300px100px"|Prasasti dan beritaNama abhiseka
!width="300px"|Prasasti dan berita
|-style="background:#ccf;"
| colspan=4 valign="middle" align="center"|Airlangga saat berkedudukan di Daha, Panjalu.
|-
|align="center"|[[1042]]
|align="center"|Airlaṅga
|align="center"|''Śrī Mahārāja Rakai Halu Śrī Lokeśwara Dharmmawaṅsa Airlaṅganāntawikramottuṅgadewa''<br>('''[[Airlangga|Sri Lokeswara]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[prasasti KudaduPamwatan|KudaduPamwatan]] (12941042), [[Kakawin Nagarakretagama]] (1365) dan [[Kitab Pararaton]].
|-style="background:#ccf;"
| colspan=4 valign="middle" align="center"|Pembagian wilayah kerajaan.
|-
|align="center"|[[1042]]-[[1051]]
|align="center"|Sri Samarawijaya Dharmasuparnawahana Teguh Uttunggadewa<br>('''[[Sri Samarawijaya]]''')
|align="center"|''Rakryān Mahāmantri I Hino Śrī Samarawijaya Dhārmmasuparṇawāhana Têguh Uttuṅgadewa''<br>('''[[Sri Samarawijaya]]''')
|Disebutkan di prasasti [[Prasasti Pucangan|Pucangan]] (1041), [[Prasasti Pandan|Pandan]] (1042), [[Prasasti Pamwatan|Pamwatan]] (1042). Bergelar ''[[rakryan mahamantri|Mahamantri i hino'' ([[putra mahkotaHino]]) diduga adalah raja pertama Panjalu setelah pembagian wilayah kerajaan oleh [[Airlangga]] kepada kedua putranya.
|-
|align="center"|[[1051]]-[[1112]]
|align="center"|
|align="center"|Sri''Śrī MaharajaMahārājyitêndrakara JitendraPāladewa KaraWuryyawīryya Wuryyawiryya ParakramaParākrama Bhakta''<br>('''[[Sri Jitendrakara]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Mataji|Mataji]] (1051).
|-
|align="center"|[[1112]]-[[1135]]
|align="center"|
|align="center"|Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Sakalabhuwana Tustikarana Sarwaniwariwirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa<br>('''[[Sri Bameswara]]''')
|align="center"|''Śrī Mahārāja Rakai Sirikan Śrī Bāmeśwara Sakalabhuwaṇa Tuṣṭikāraṇa Sarwwāniwāryyawīryya Parākrama Digjayottunggadewanāma''<br>('''[[Sri Bameswara]]''')
|prasasti Tapan, prasasti Tiru Kidul, prasasti Karanggayam (1112), [[prasasti Padlegan]] (1117), [[prasasti Panumbangan]] (1120), [[prasasti Geneng]] (1128), [[prasasti Candi Tuban]] (1129), [[prasasti Tangkilan]] (1130), [[prasasti Sukorejo]] (1131), [[prasasti Besole]] (1132), [[prasasti Pagiliran]] (1134), [[prasasti Karangrejo]] (1134), [[prasasti Bameswara]] (1135).
|-
|align="center"|[[1135]]-[[1159]]
|align="center"|Jayabhaya
|align="center"|Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa<br>('''[[Jayabaya]]''')
|align="center"|''Śrī Mahārāja Sang Mapañji Jayabhaya Śrī Warmmeśwara Madhusudanāwatārānindita Suhṛtsingha Parākrama Digjayottunggadewanāma''<br>('''[[Jayabaya|Sri Warmmeswara]]''')
|Disebutkan dalam [[Kakawin Bhāratayuddha]], prasasti [[Prasasti Hantang|Hantang]] (1135), [[Prasasti Talan|Talan]] (1136) dan [[Prasasti Jepun|Jepun]] (1144). [[Janggala]] ditaklukkan dan bersatu kembali bersatu dengan KadiriPanjalu.
|-
|align="center"|[[1159]]-[[1169]]
|align="center"|
|align="center"|Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara Janardanawatara Wijaya Agrajasama Singhadani Waryawirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa<br>('''[[Sri Sarweswara]]''')
|align="center"|''Śrī Mahārāja Rakai Sirikan Śrī Sarweśwara Janardanawatāra Wijayā Agrajaśāmā Śiṇghadāṇi Wāryyawiryya Parākrama Digjayottunggadewanāma''<br>('''[[Sri Sarweswara]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Padlegan II|Padlegan II]] (1159), [[Prasasti Kahyunan|Kahyunan]] (1161) dan [[Prasasti Rini|RiniWajak 1]] (1164).
|-
|align="center"|[[1169]]-[[1180]]
|align="center"|
|align="center"|Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka Sakalabhuwanaritiniwiryya Parakrama Uttunggadewa<br>('''[[Sri Aryeswara]]''')
|align="center"|''Śrī Mahārāja Rakai Hino Śrī Aryyeśwara Madhusudanāwatārārijayamukha Sakalabhuwaṇa Tuṣṭikāraṇaniwāryyawīryya Parâkramottunggadewanāma''<br>('''[[Sri Aryeswara|Sri Aryyeswara]]''')
||Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Mleri|Mleri]] (1169) dan [[Prasasti Angin|Angin]] (1171).
|-
|align="center"|[[1180]]-[[1182]]
|align="center"|Kroñcāryadipa
|align="center"|Sri Maharaja Koncaryadipa Handabhuwanapadalaka Parakrama Anindita Digjaya Uttunggadewa Sri Gandra<br>('''[[Sri Gandra]]''')
|align="center"|''Śrī Mahārāja Śrī Kroñcāryadipa Haṇḍabhuwanamalaka Parākramanindita Digjayottunggadewanāma Śrī Gandra''<br>('''[[Sri Gandra]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Manggar|Manggar]] (1180) dan [[Prasasti Jaring|Jaring]] (1181).
|-
|align="center"|[[1182]]-[[1194]]
|align="center"|
|align="center"|Sri Maharaja Rake Sirikan Sri Kameswara Sakalabhuwanatustikarana Sarwaniwaryyawiryya Parakrama Digjaya Uttunggadewa<br>('''[[Kamesywara|Kameswara]]''')
|align="center"|''Pāduka Śri Mahārāja Śri Kāmeśwara Triwikramāwatāra Aniwāryyawiryya Parākrama Digjayottunggadewanāma''<br>('''[[Kamesywara|Sri Kameswara]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Semanding|Semanding]] (1182) dan [[Prasasti Ceker|Ceker]] (1185).
|-
|align="center"|[[1194]]-[[1222]]
|align="center"|Kṛtajaya/Śṛṅga
|align="center"|Paduka Sri Maharaja Sri Sarweswara Triwikramawatara Anindita Srenggalancana Digjaya Uttunggadewa<br>('''[[Kertajaya|Kertajaya]]''')
|align="center"|''Pāduka Śrī Mahārāja Śrī Sarwweśwara Triwikramāwatārānindita Parākrama Śṛṅgalāncana Digjayottunggadewanāma''<br>('''[[Kertajaya|Sri Sarwweswara ]]''')
|Disebutkan dalam [[prasasti Sapu Angin]] (1190), [[prasasti GalunggungKamulan]] (1194), [[prasasti KamulanPalah]] (11941197), [[prasasti PalahSubhasita]]/Mleri II (11971198), [[prasasti SubhasitaGalunggung]]/Mleri II, (1198 M1201), [[prasasti Biri]] (1202), [[prasasti Tuliskriyo]] (1202), [[prasasti Sumberingin Kidul|prasasti Sumberingin]] (1204), [[prasasti Lawadan]] (1205), [[prasasti Cemandi]] (1205), [[prasasti Merjosari]] (1216), [[Nagarakretagama]] (1365) dan [[Pararaton]]. Gugur tahun 1144 Saka (1222).
|-
|-style="background:#ccf;"
| colspan=34 valign="middle" align="center"|Pemberontakan Jayakatwang dari Gelang-gelang atau Gegelang yang menghidupkan kembali dinasti kedua Kadiri yang berumur pendek.
|-
|align="center"|[[1292]]-[[1293]]
|align="center"|Sri Jayakatwang<br>('''[[Jayakatwang|Jayakatwang]]''')Jayakatyêng
|align="center"|''Śrī Jayakatyêng''<br>('''[[Jayakatwang]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[prasasti Kudadu|Kudadu]] (1294), [[Kakawin Nagarakretagama]] (1365) dan [[Kitab Pararaton]].
|Disebutkan dalam prasasti [[prasasti Mula Malurung|Mula Malurung]] (1255), [[prasasti Kudadu|Kudadu]] (1294), [[Kakawin Nagarakretagama]] (1365) dan [[Kitab Pararaton]].
|}
 
Baris 330 ⟶ 365:
*[[Prasasti Mataji]], (1051 M)
*[[Prasasti Congapan]], (1088 M) [[Karangbayat, Sumberbaru, Jember]],
*[[Prasasti Pupus]], ([[tinulad]]) Pojok, Semarang, Jawa Tengah (1100 M)
*[[Prasasti Tiru Kidul]], [[Tiru Kidul, Gurah, Kediri]],
*[[Prasasti Tapan]], [[Tapan, Kedungwaru, Tulungagung]],
Baris 342 ⟶ 377:
*[[Prasasti Sukorejo]], [[Puhpelem, Wonogiri]] (1131 M)
*[[Prasasti Besole]], (1132 M)
*[[Prasasti Pagiliran]], (1134 M) Talun, Blitar
*[[Prasasti Karangrejo]], (1134 M)
*[[Prasasti Bameswara]], (1135 M)
*[[Prasasti Hantang]], (1135 M) Malang
*[[Prasasti Talan]], (1136 M)
*[[Prasasti Jepun]], (1144 M)
*[[Prasasti Padlegan II]], (1159 M)
*[[Prasasti Kahyunan]], (1161 M)
*[[Prasasti RiniWajak 1]], (1164 M)
*[[Prasasti Mleri]], (1169 M)
*[[Prasasti Angin]], (1171 M)
Baris 358 ⟶ 393:
*[[Prasasti Ceker]], (1185 M)
*[[Prasasti Sapu Angin]], (1190 M)
*[[Prasasti Galunggung]], (1194 M)
*[[Prasasti Kamulan]], (1194 M)
*[[Prasasti Palah]], (1197 M)
*[[Prasasti Pamotoh]], (1198 M)
*[[Prasasti Subhasita]]/Mleri II, (1198 M)
*[[Prasasti Galunggung]], (11941201 M)
*[[Prasasti Biri]], (1202 M)
*[[Prasasti Tuliskriyo]], (1202 M)
*[[Prasasti Sumberingin]], (1204 M)
*[[Prasasti Lawadan]], (1205 M)
*[[Prasasti Cemandi]], (1205 M)
*[[Prasasti Dieng VIII]], (1208 M)
*[[Prasasti Merjosari]], (1216 M)