Wilayah Paser Zaman Pra-Kemerdekaan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
AnangPaser (bicara | kontrib) k AnangPaser memindahkan halaman Sejarah di Wilayah Paser Menurut Catatan Hindia Belanda ke Wilayah Paser Menurut Catatan Hindia Belanda |
AnangPaser (bicara | kontrib) |
||
(449 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{DISPLAYTITLE:Wilayah Paser Menurut Catatan Hindia Belanda}}{{Infobox former country
| common_name = Pasir
| image_map3 = Sketch map of the residency Southern and Eastern section of Borneo 1913.jpg
| capital = Pasir, [[Tanah Grogot]].
| former_capital = Pasir
|era = Pra Kolonial, [[Hindia Belanda]].
|government_type = Kerajaan Otonom, Kerajaan Vassal, Kesultanan Otonom, Kesultanan Vassal, Zelfbestuur (s.d 1908), Rechtstreeksch bestuur (1 Mei 1908).
| regional_languages = [[Bahasa Pasir]], [[Bahasa Melayu]], [[Bahasa Laboeran]], [[Bahasa Bugis]], [[Bahasa Bajau]], [[Bahasa Doesoen]].
| ethnic_groups_year = 1939
| ethnic_groups = [[Orang Pasir|Pasireesche]], [[Orang Dayak|Dajaks]], [[Orang Bajau|Badjau]], [[Orang Bugis|Boegineezen]], [[Orang Banjar|Bandjareezen]], [[Orang Arab|Arabieren]], [[Orang Tiongkok|Chineezen]], [[Orang Eropa|Europeanen]], [[Orang Jawa|Javanen]].
| area_km2 = 12.000
| area_km2_year = 1939
|population_census = 43.700 Jiwa
|population_census_year = 1930
| conventional_long_name = [[Kerajaan Pasir]], [[Kesultanan Pasir]], Onderafdeeling Pasir
|footnote_a = Data Tahun 1939
}}
Wilayah [[Kabupaten Paser|Paser]] merupakan sebuah
== Ragam Penyebutan
==== Paser
Sejak disahkannya [[Peraturan Pemerintah (Indonesia)|Peraturan Pemerintah]] RI No. 49 Tahun 2007 tentang Perubahan Nama Kabupaten Pasir Menjadi [[Kabupaten Paser]]
==== Pasir
Pasir
==== Passir
Dalam perjanjian antara [[:en:Dutch_East_India_Company|Oost-Indische Compagnie (O. I. Compagnie)]]) dengan [[Kesultanan Banjar|kesultanan Banjarmasin]] tahun 1635, dalam salah satu poin kesepakatan tercatat menggunakan istilah Passir.{{sfn|Van Dijk|1862|p=24-25}}
==== Passer ====
Sedangkan orang-orang Inggris ([[Perusahaan Hindia Timur Britania Raya|English East India Companij]]) menyebut/menulis dengan istilah Passer, seperti dalam kontrak antara perusahaan ini dengan kesultanan Banjarmasin pada tahun 1809. {{sfn|Bock|1887|p=XLVI}}
====
Penamaan Pasir diambil dari nama sebuah nama sungai yaitu sungai Pasir, yaitu sebuah sungai yang merupakan pertemuan antara sungai Seratei dan [[sungai Kendilo]] (Kandilo) yang keduanya berhulu di [[Gunung Lumut]] (Loemoet) di daerah [[Swan Slutung, Muara Komam, Paser|Swan Slutung]] dan bermuara di [[Selat Makassar]]. Nama Pasir ini juga dikenal sebagai nama [[Kesultanan Paser|kerajaan dan/atau kesultanan]].
== Diskripsi Geografis Wilayah Paser{{Sfnmp|1y=1905|2a1=Reeman|1a1=Nusselein|2y=1927|3a1=Van Slooten|3y=1936}} ==
=== Lokasi ===
Keadaan wilayah Paser pada jaman pemerintahan Hindia Belanda (1936) mempunyai batas-batas sebagai berikut{{sfn|Van Slooten|1936|p=1}}:
* Perbatasan di sebelah Utara.
Wilayah di sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kutai (Koetei). Batas ini dijelaskan dalam perjanjian tanggal 23 Maret 1904 antara otoritas otonom (zelfbestuur) kesultanan Pasir (Paser) & Kesultanan Kutai, memanjang dari Tanjung Sepunang (Tunan) menuju muara sungai Toejoe dan sepanjang tepi kiri sungai Telakei ke Gunung Ketam. Namun, batas utara diubah pada tahun 1913, dan sejak saat itu, semua daerah aliran sungai sebelah kiri sungai Telakei (wilayah Telakei) termasuk dalam wilayah Pasir melalui Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 21 Januari 1914 No. 16, mulai berlaku sejak 1 Januari 1914.
* Perbatasan di sebelah Timur.
Batas di sebelah timur adalah Selat Makassar.
* Perbatasan di sebelah Selatan.
Batas di sebelah selatan adalah wilayah Tjengal, yaitu sungai Senipah Kecil dan pembatas air antara sungai Tjengal dengan sungai Djangeroe, Segendang, Kerang, dan sungai Samu. Dengan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 26 April 1928 No. 48, onderdistrict Sampanahan yang hingga saat itu termasuk dalam onderafdeling Tanah Bumbu, digabungkan ke dalam wilayah Pasir. Pengambilalihan ini terjadi pada bulan Juli 1928, sehingga onderafdeeling Pasir di bagian selatan berbatasan dengan onderdistrict Pantai dari onderafdeeling Tanah Boemboe. Karena pada tahun 1905 Pangeran Arga Kasoema dan Praboe Kasoema masing-masing dari Bangkalan, Tjengal, dan Menoenggoel serta Sampanahan telah meninggal dunia, sejak saat itu wilayah Sampanahan diubah menjadi wilayah yang dikendalikan langsung oleh pemerintah Hindia Belanda (rechtstreeksch bestuur).
* Perbatasan di sebelah Barat
Batas di sebelah barat berupa pembatas air yaitu antara sungai-sungai yang bermuara di Selat Makassar dan sungai-sungai yang bermuara di sungai Barito (Laut Jawa).
=== Pantai/Pesisir ===
Garis pantai bagian timur menunjukkan tiga (3) cekungan besar dan menjorok ke daratan, di bagian utara Teluk Adang, di tengah Teluk Apar, dan di selatan Teluk Pamukan. Tempat pendaratan kapal yang cocok di pantai adalah Api-Api dan Pasir Mayang. Baik dalam musim barat maupun timur, laut dapat sangat ganas. Waktu terbaik untuk melakukan perjalanan laut di sepanjang pantai adalah bulan April hingga Juni dan Oktober hingga Januari. Waktu yang paling tidak menguntungkan adalah bulan Juli, Agustus, September.
=== Sungai-Sungai ===
Sungai yang paling penting adalah Sungai Pasir atau Sungai Kendilo, yang mengalir melintasi wilayah dari barat laut ke tenggara dan menjadi jalur perdagangan dan transportasi yang paling umum digunakan. Selain itu juga terdapat banyak sungai yang menghubungkan tempat-tempat di daerah pedalaman, yaitu Sungai Telakei, Sungai Lombok, Sungai Moeroe, Sungai Pasir (memiliki anak sungai yaitu: Sungai Samoe, Sungai Kasoengai, Sungai Kwaro, Sungai Seratei), Apar Besar dan Apar Kecil, Sungai Kerang, Sungai Segendang, Sungai Djangeroe, Sungai Tjengal, Sungai Manunggul (Menoenggoel), Sungai Sampanahan.
Daerah perbukitan di bagian selatan wilayah ini berasal dari periode tersier muda, sedangkan lebih ke utara tanahnya adalah tersier tua. Pegunungan ini sebagian besar terdiri dari batuan vulkanik, cukup berbatu dan cukup berat.
Di sebelah barat wilayah Pasir terdapat sebuah rangkaian bukit yang karena luasnya dan banyaknya puncaknya dikenal dengan nama Gunung Beratus (Beratoes). Puncak tertinggi dari rangkaian ini adalah Gunung Krumei (Kroemei), juga dikenal sebagai Kramu (Kramoe) atau Kram. Gunung Batu Aji (Batoe Adji) juga terkenal karena di sekitarnya terdapat jalan setapak dari [[Batu Botuk, Muara Komam, Paser|Batu Butok]] (Batoe Botok) ke [[Muara Uya, Tabalong|Muara Uya]] (Moeara Oeja) di wilayah [[Amuntai (kota)|Amuntai]] (Amoentai). Anak-anak gunung yang mengarah ke timur dari rangkaian gunung mendekati sungai Pasir; anak-anak gunung ini termasuk Gunung Salau.
Gunung Bawa Buyung (Bawa Boejoeng) dikenal dengan gunung hitam, dan Gunung Salihat. Sebuah anak gunung yang mengarah ke timur juga membentuk batas antara daerah Paser dan Cingal (Tjingal).
Gunung tertinggi di daerah Paser adalah Gunung Melihat/Meliat (1008 meter). Gunung ini, yang hampir berada di tengah-tengah daerah, tidak terhubung dengan rangkaian gunung di Barat, tetapi dipisahkan oleh Sungai Pasir.
Gunung yang lebih rendah adalah Gunung Selapie, yang terletak lebih ke selatan di sebelah kanan Sungai Pasir, dan Gunung Tengkaruran (Tengkaroeran) serta Gunung Sabulan (Saboelan) yang berdiri di seberangnya di sebelah kiri sungai.
Antara sungai Pasir dan Telakei terdapat pegunungan yang tidak tinggi tetapi sulit diakses karena kemiringannya. Puncak selatan dari pegunungan tersebut adalah Gunung Bolang (sekitar 600 meter).
Gunung Belasa yang terletak di dekat pertemuan sungai Telakei dan Lambakkang (Lambakan), adalah salah satu puncak dari pegunungan yang agak rendah dan membentang di kedua sisi sungai Telakei di bagian atasnya. Puncak tertinggi dari pegunungan tersebut adalah Gunung Ketam, yang terletak antara sungai Telakei dan Teluk Balikpapan, gunung ini disebut sebagai Puncak Balik Papan. Selain itu juga terdapat Gunung Jangang (Djangang) yang memiliki ketinggian ±600 M.
Iklimnya lembap dan panas. Musim timur atau musim kemarau, berlangsung dari Juni hingga November. Musim barat atau musim penghujan paling parah terjadi pada Januari dan Februari. Selama musim peralihan, suhu terasa sangat panas. Namun, selama musim kemarau, biasanya angin berhembus pada siang hari dan malamnya cukup sejuk.
Selama musim timur, pantai mengalami gelombang laut yang cukup kuat, terutama di sekitar Api-Api, sehingga laut sangat bergelombang di siang hari. Selama musim barat, laut biasanya lebih tenang. Namun, pada bulan Februari dan Maret, angin utara yang kuat dapat berlangsung beberapa hari, menyebabkan gelombang laut yang panjang. Gelombang ini tetap berlangsung di malam hari, sehingga pada bulan-bulan itu, berlayar dengan perahu di sepanjang pantai bukanlah aktivitas yang menyenangkan. Selama musim barat, banyak sungai meluap, menyebabkan banjir di banyak tempat dan membuat jalan-jalan terendam hingga setengah meter.
=== Keanekaragaman Hayati ===
Dalam sebuah tulisan tahun 1927 karya S.W. Reeman (Kapitein der Infanterie){{sfn|Reeman|1927|p=39–41}}, mencatat keanekaragaman hayati yang ada di Paser, antara lain:
====
Macan Dahan, Beruang Madu, Badak, Banteng, Kerbau Liar, Rusa, Kidang, Kijang Kerdil, Babi Hutan, Bekantan, Monyet, Owa-Owa, dan Buaya.
====
* Rotan: Segah (Taman), Djoengan (Gelang), Soko (Satop Atau Soeltoep), Rotan Lilin, Rotan Ilatoeng (Kotak), Rotan Sikan (untuk membuat tikar), Semamboe (Rotan Toehoe).
* Getah Perca: Getah Soesoe (Gitaan), Getah Pantoeng, Getah Natoe.
* Pohon Kayu: Ulin, Natoe, Lanan, Bangkirai, Keruing, Marsimpa, Rawali, Bungur, Djinga, Binoeang, Ipil, Madang Tandoek, Madang Teloer, Balangiran, Bajoer, Soengkei, Galam, Tingi.
* Bambu: Bambu Betong, Bambu Piring, Boeloeh, Paring Tali, Pasa (Terangboli), Temiang, dan Haoer.
* Palmae: Rumbia, Nipah, Niboeng, Aren, Solak, Sirang, Pinang, Kelapa, Bolang (Siwalan), Rasi, dan Mako.
== Komposisi & Kondisi Masyarakat Paser{{sfn|Van Slooten|1936|p=11-26}} ==
Komposisi penduduk terdiri dari Orang Eropa, Orang Cina, Orang Arab, Orang Melayu (Banjar), Orang Bugis, Orang Badjau, Orang Jawa, Orang Pribumi-etnis Dayak (dalam tulisan asli menggunakan term Etnis Dayak, tapi pada jaman sekarang masyarakat lebih sering menyebut mereka sendiri sebagai [[Suku Paser|Etnis Pasir]]).
Penduduk etnis asli dapat dibedakan berdasarkan kepercayaan yang dianut sebagai berikut: Pasireezen (Dayak yang telah memeluk Islam), Dayak (Heidenen, penganut kepercayaan tradisi), Dayak Kristen (saat itu hanya di onderdistrict Sampanahan, yaitu kampung Mangka (kondisi tahun 1936).
Populasi asli Dayak dapat dibedakan lebih lanjut menjadi: Dayak Bawo (di mana "bawo" adalah bahasa Pasir untuk gunung), Dayak Kasoengei dan Setioe, Dayak Adang, Dayak Laburan, Dayak Tadjoer, Dayak Doesoen (di onderdistrict Sampanahan).
Suku Dayak Asing terdiri dari: Dayak Lawangan, Bantian, dan Tabuyan (berasal dari hulu Sungai Teweh, mereka juga tinggal di daerah aliran Sungai Kendilo (hulu), Dayak Doesoen (berasal dari Balangan-onderdistrict Sampanahan, mereka juga tinggal di hulu Sungai Kerang dan Sungai Samu), Dayak Bukit (berasal dari onderafdeling Tanah Bumbu dan Hulu Balangan).
Etnis Pasir tidak memiliki sistem tulisan sendiri dan tidak memiliki tradisi literatur. Sistem penanggalan yang umum digunakan di wilayah Paser saat itu adalah sistem penanggalan Arab. Namun, etnis Dayak Pasir menggunakan sistem tahun matahari untuk menentukan waktu tanam padi. Ketika rasi bintang tertentu terlihat di langit, mereka menghitung waktu yang tepat untuk memulai penanaman padi di sawah (ladang). Etnis Dayak Pasir memiliki cara untuk membagi waktu dalam sehari dan semalam dengan menggunakan kata-kata atau ungkapan tertentu.
=== Bahasa ===
Di wilayah Paser digunakan beberapa bahasa sebagai berikut: Bahasa Melayu, Bahasa Bugis, Bahasa Badjau, Bahasa Pasir, Bahasa Doesoen (wilayah Sampanahan). Bahasa Pasir memiliki beberapa dialek, tetapi perbedaannya tidak begitu besar sehingga semua orang Pasir dapat saling memahami. Sebuah pengecualian di sini adalah suku Dayak (Pasir) Laboeran yang sangat kecil (sekitar 350 jiwa, tahun 1936) yang tinggal di sekitar Laboeran. Ini adalah fenomena yang unik, karena di seluruh wilayah bagian ini, bahasa Pasir digunakan. Bahasa Laboeran juga bukan dialek Pasir, karena berbeda terlalu jauh, sehingga orang Pasir tidak dapat memahami mereka. Namun, Dayak Pasir Laboeran juga berbicara bahasa Pasir. Dialek Pasir dapat ditemui di Boven Pasir dan di daerah Telakei. Suku Dayak asing juga berbicara dalam bahasa mereka sendiri selain bahasa Pasir. Namun, dengan bahasa Melayu, orang dapat berkomunikasi di mana saja.
Orang Pasir sangat percaya pada roh dan pertanda, serta upaya untuk meramal masa depan, mengusir bencana, dan memohon perlindungan. Dewa utama adalah Sangiang (yang berkuasa di langit) dan Tondoi (yang berkuasa di dunia bawah tanah). "Balian," atau dukun, memainkan peran penting dalam kehidupan.
Beberapa jenis balian yang dikenal di sini adalah Balian Sederhana, Balian Boentang, Balian Sipoeng, dan Balian Njoeli. Balian sederhana terutama diadakan dalam kasus penyakit, di mana melalui "moeloeng" atau seorang "moeloeng" sebagai perantara, bantuan roh-roh baik dipanggil untuk mengusir roh-roh jahat. Roh-roh jahat ini dianggap sebagai pengganggu manusia dan penyebab penyakit, gagal panen, dll. Balian Boentang diadakan dengan tujuan yang sama, tetapi untuk seluruh wilayah.
Balian Sipoeng diadakan jika penyakit serius berjangkit atau keputusan penting harus diambil. Dalam hal ini, roh-roh dari orang tertentu yang sudah meninggal dipanggil dan diminta bantuan serta nasihatnya (sejenis sesi pemanggilan roh). Balian Njoeli diadakan oleh kelompok yang percaya pada kembalinya tokoh-tokoh legendaris. Tokoh-tokoh ini akan hidup kembali dengan para prajurit mereka dan menghancurkan semua musuh mereka.
Pada suku Lawangan, Bantian, dan Taboejandajak, serta juga pada suku Pasir di Boven Pasir, juga diadakan upacara tahunan untuk menghormati orang yang meninggal dunia. Dalam upacara ini, yang disebut sebagai Balian Mangsar, tulang-tulang orang yang meninggal dalam setahun terakhir dikumpulkan dalam urna. Balian Mangsar kemudian digunakan untuk membimbing jiwa-jiwa orang yang meninggal menuju alam baka (gunung Loemoet). Jika kerbau disembelih, mereka akan digunakan untuk mengantarkan jiwa ke gunung suci. Orang miskin yang keluarganya tidak mampu secara finansial untuk menyembelih kerbau harus menempuh perjalanan panjang ke gunung itu dengan berjalan kaki.
Seperti banyak budaya lain, penduduk Pasir memiliki cerita tentang banjir besar. Di dekat tempat bernama Oedjoeng Polak, terdapat batu besar di Sungai Pasir dengan bentuk yang aneh. Legenda mengatakan bahwa selama banjir besar, penumpang perahu berubah menjadi batu karena ketakutan.
Sistem peradilan di sini mirip dengan yang ada di banyak kerajaan dan daerah di kepulauan Hindia Belanda yang masih mempertahankan otonomi tradisional. Tidak ada perbedaan antara cara penyelesaian perkara perdata dan pidana. Semua masalah diselesaikan dengan denda atau pembayaran ganti rugi. Setiap tindak pidana atau pelanggaran yang dilakukan terhadap seseorang memiliki karakter hukum privat dan tidak dianggap sebagai pelanggaran terhadap kepentingan umum.
Denda biasanya merupakan kelipatan dari 88; misalnya, f88; 2 X f88, dan seterusnya hingga 8 X f88. Hukuman yang lebih ringan adalah denda sebesar f44, sementara denda yang paling rendah adalah f4. Mereka yang tidak mampu membayar denda yang ditetapkan kepada mereka dapat meminta bantuan kepada seseorang yang terpandang, yang bersedia meminjamkan jumlah tersebut, sehingga mereka menjadi pandeling (terpengaruh budaya Bugis). Jika tidak ada yang mau membantunya, maka yang dihukum akan menjadi pandeling di hadapan Pangeran. Dalam perkara perdata, biaya pengadilan dibayar sebesar 10 persen dari nilai barang atau sengketa tersebut. Biaya-biaya tersebut dibayar oleh pihak yang menang.
====
Pembuatan kain dilakukan secara eksklusif oleh wanita Bugis. Penduduk etnis Pasir pada umumnya terlibat dalam pembuatan gula merah, menempa besi menjadi keris, mandau, ujung tombak, dan barang-barang untuk keperluan rumah tangga (di sebagian besar rumah orang Pasir terdapat sebuah tempat tempaan kecil di dekat rumah), pembuatan anyaman dari bambu atau rotan, dengan menggunakan pewarna kassoemba (merah & biru) dan karamoenting (hitam), produk yang dihasilkan berupa randjong (keranjang makanan & barang), andjat (keranjang pakaian), apai (tikar), kepi (keranjang), seran (penutup kepala), dan lain-lain.Pengrajin emas dan perak juga ada tetapi jumlahnya sedikit. Tukang kayu biasanya adalah orang Bandjar. Orang-orang yang khusus dalam pembuatan kapal tidak ditemukan di sini, Orang-orang Bandjar yang tinggal di sepanjang pantai membuat perahu nelayan mereka untuk penggunaan pribadi.
====
Hampir seluruh penduduk etnis Pasir di wilayah Pasir bermata pencaharian sebagai petani. Orang-orang Bugis dan pendatang lainnya hanya sebagian. Penanaman padi biasanya di ladang kering, sawah basah dilakukan oleh orang Bugis. Hasil panen, bahkan ketika memuaskan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, sehingga padi harus diimpor dari luar, seperti pada tahun 1903, beras Siam-Thailand & Rangoon-Myanmar (yang sudah digiling) diimpor dari Singapura. Tidak ada beras yang diimpor dari Jawa. Tanaman lain yang ditanam antara lain jagung, kacang tanah, ubi jalar, tebu, pohon buah-buahan, kelapa, pisang, nipah, bambu, & kayu bakar.
====
Daerah Pasir terkenal dengan kekayaan rotannya. Rotan Pasir jenis Segah (Rotan Taman-Calamus caesius Blume) dikenal di pasar Singapura sebagai rotan terbaik di seluruh Pantai Timur Kalimantan. Jenis yang lebih rendah yaitu Soeltoep/Soko/Satop (Rotan Buyung-Calamus optimus Becc.) juga banyak ditemukan, terutama di daerah aliran Sungai Telakei. Selain itu juga terdapat jenis Djoengan (Gelang), Rotan Lilin (Calamus javensis Blume), Rotan Ilatoeng (Kotak), Rotan Sikan (untuk membuat tikar), Semamboe (Rotan Toehoe-Calamus scipionum Loureiro). Di hutan juga ditemukan getah pertja (kulit batang dikumpulkan & diekspor ke Surabaya), karet, lilin serta pohon bakau.
====
Kerbau diternakkan oleh kepala suku di daerah pegunungan. Kerbau tidak digunakan dalam pengolahan ladang padi, tetapi hanya untuk disembelih pada acara-acara meriah. Sapi kadang-kadang diimpor dari Madura sebagai hewan potong. Kuda tidak ada. Kambing bisa ditemukan dalam jumlah kecil. Unggas hampir seluruhnya terdiri dari ayam, angsa tidak ditemukan di mana-mana. Bebek jarang ditemukan.
====
Banyak orang berburu rusa, bukan untuk kesenangan, tetapi untuk menjual daging segar atau kering dalam bentuk dendeng. Kulit dan tanduknya diekspor ke Singapura dan Makassar. Babi hutan terkadang diadakan berburu untuk melindungi tanaman yang sedang tumbuh di ladang. Pemburu hampir tidak pernah memburu unggas seperti ayam hutan, burung merpati liar, dan sebagainya.
====
Penangkapan ikan laut dilakukan oleh orang Badjo dan orang Bugis yang terkait dengan mereka melalui perkawinan. Di perairan dalam, mereka menggunakan jaring dan tombak; di perairan dangkal, mereka menggunakan bubu. Mereka menyediakan ikan bagi daerah pedalaman, yang dijual dalam kondisi asin, kering, atau diasap. Penduduk etnis Pasir menangkap ikan di sungai-sungai dengan bubu, jaring, dan pancing. Mereka juga menggunakan toeba untuk memabukkan ikan, lalu menaikkannya dengan tombak. Budidaya ikan di sawah tidak dikenal di sini.
====
Perdagangan di pelabuhan-pelabuhan didominasi oleh orang Bugis dan beberapa orang Asia Timur asing. Impor sebelumnya hampir secara eksklusif dilakukan dari Singapura dan Sulawesi, tetapi sejak Pasir dimasukkan ke dalam wilayah cukai pemerintah Hindia Belanda, barang-barang dari Surabaya, Banjarmasin, dan Koetei juga diperoleh. Ekspor hampir seluruhnya dilakukan ke Singapura.
Di pedalaman, perdagangan didominasi oleh orang Bugis dan orang Banjar dengan menggunakan perahu kecil. Mereka terutama pergi ke pasar (pakot), yang di beberapa tempat diadakan sekali seminggu dan di tempat lain setiap dua minggu sekali. Pada hari-hari pasar ini, orang Pasir dan suku Dayak juga menawarkan barang dagangan mereka (gula merah, anyaman, buah-buahan, dll.). Hari pasar yang paling ramai diadakan di Pakot Kwaro, Pakot Pait, Pakot Domik, Pakot Lampesoe, Pakot Panaran, Pakot Soemik, Pakot Sambengei, dan Pakot Lolo.
Jenis-jenis perahu yang digunakan adalah sebagai berikut{{sfn|Van Slooten|1936|p=27-28}}:
# '''Sopet/Sopit''' (dengan kemampuan berlayar, terutama digunakan untuk transportasi di laut dan di sungai hingga wilayah di mana pasang surut masih terasa).
# '''Penaroeng''' (dengan kemampuan berlayar, digunakan baik untuk transportasi di laut maupun di sungai besar hingga pedalaman).
# '''Sodor''' (sebuah batang pohon yang dilubangi tanpa dinding, digunakan untuk keperluan lokal dan pribadi di daerah pegunungan).
# '''Bidoek''' (sebuah batang pohon yang dilubangi, dengan tambahan papan sebagai dinding, terutama digunakan di daerah pegunungan).
Orang etnis Pasir menghitung menggunakan litjoe, di mana satu litjoe = 5 X tendok sikoe lain kajang [= 5 X jarak antara siku dan tangan terbuka]; tendok sikoe beroekoet = jarak antara siku dan tangan tertutup], djaka: rentang tangan antara ibu jari dan jari tengah; djangkang, rentang tangan antara ibu jari dan jari telunjuk, opang = lebar lima jari yang tertutup.
Untuk satuan volume, digunakan botol persegi, botol anggur standar, botol air minum, cangkir, tutup kelapa, dan tabung kulit pohon (passoe) dengan ukuran yang berbeda. Satuan berat yang digunakan adalah datjing [timbangan], di mana satuan beratnya adalah kati (=1/100 pikol sekitar 62 KG). Sekitar tahun 1825, satuan berat yang digunakan adalah kati dan pecul/picul dan mata uang yang berlaku adalah dollar spanyol.{{sfn|Milburn|Thornton|1825|p=422-423}}
Pada musim timur atau musim kemarau, terdapat pelayaran yang cukup ramai dengan daratan Sulawesi menggunakan kapal layar tradisional [pelari pedangkang, galekan] yang dimiliki oleh orang Bugis dan Makassar yang tinggal di Sulawesi. Selain itu, setiap hari perahu pengangkut barang (sopit) berlayar melintasi laut dari Tanah Grogot (Pasir) ke kota-kota pesisir di dalam wilayah Pasir seperti Apar, Adang, Telakei, dan sebagainya. Pada tahun 1903, tidak ada penerimaan di Kantor Bea Cukai Telakei karena impor dan ekspor hanya dilakukan dari dan ke Tanah Grogot (Pasir).
=== Makanan & Minuman ===
Makanan pokok adalah nasi. Jagung, yang juga umum ditanam, biasanya dipanggang dengan batangnya. Sagu hanya digunakan sebagai camilan dalam bentuk kue. Buah-buahan juga hanya dikonsumsi sebagai camilan. Sebagai pelengkap, digunakan kacang-kacangan, jenis mentimun, pucuk kelapa muda, dan sebagainya. Biasanya mereka dimasak sebagai sayur dalam air. Jarang makanan dibumbui kuat. Garam selalu disajikan bersama dengan makanan, agar orang dapat mengambil sesuai selera. Hidangan daging jarang dimakan, misalnya pada acara perayaan; daging tersebut berasal dari kerbau, kambing, rusa, dan unggas. Daging babi masih dimakan oleh Dajak yang masih memeluk kepercayaan asli. Ikan, baik dimasak, diasap, atau diasinkan, jauh lebih sering dikonsumsi daripada daging. Hidangan utama biasanya dikonsumsi dua kali sehari, yaitu sekitar pukul 11 pagi dan pukul 7 malam. Sebagai minuman, air biasa digunakan; kopi dan teh hampir tidak pernah digunakan. Getah dari pohon aren (tuak) sering diminum; jika difermentasi, memiliki sifat yang sama seperti minuman keras. Minuman dari pabrikan Eropa tidak digunakan. Sebagai stimulan, yang pertama disebut adalah sirih (liwo), yang digunakan seperti di Jawa dengan pinang, gambir, tembakau, dan kapur yang dimurnikan. Merokok tembakau, yang digulung dalam sebatang jerami (dari nipah), juga umum. Tembakau Jawa terutama digunakan, meskipun sedikit tembakau ditanam sendiri. Tembakau Cina dihisap dalam pipa bambu, bahkan oleh wanita.
=== Pendidikan ===
Di [[Tanah Grogot, Paser|Tanah Grogot]], sejak tahun 1912 sudah ada sekolah rakyat. Pada tahun 1917 dan 1918, sekolah serupa dibuka di [[Sebakung, Long Kali, Paser|Sabakong]], Semborong (Batu Sopang), dan [[Kerang, Batu Engau, Paser|Kerang]]. Sekolah di [[Sebakung, Long Kali, Paser|Sebakong]] berkembang dengan baik, begitu juga yang di Semborong (Batu Sopang), namun sekolah di Kerang ditutup pada tahun 1926 karena kekurangan murid. Sebaliknya, pada tahun 1927, sekolah-sekolah dibuka di [[Pasir Mayang, Kuaro, Paser|Pasir Majang]] dan [[Biu, Muara Samu, Paser|Bioe]].
Sekolah di [[Muara Kuaro, Muara Komam, Paser|Moeara Kwaro]], yang dibuka pada tahun 1919, dipindahkan ke [[Muara Komam, Paser|Moeara Koemam]] pada tahun 1925, dan sejak itu ditutup karena kekurangan murid. Sejak tahun 1919, [[Damit, Paser Belengkong, Paser|Damit]] dan [[Long Ikis, Long Ikis, Paser|Long Ikis]] juga memiliki sekolah rakyat mereka. Di Pasir, ada sekolah pribumi kelas dua dengan tiga guru. Jumlah total siswa yang menerima pendidikan pada 1 September 1927 adalah 174.{{sfn|Reeman|1927|p=35}}
== Pemerintahan & Komposisinya ==
=== Administrasi Pemerintahan ===
Pada tahun 1905-an, hierarki pemerintahan di wilayah Pasir beserta komposisinya diuraikan sebagai berikut:{{sfn|Nusselein|1905|p=562–564}}{{sfn|Reeman|1927|p=43–45}}
Sultan adalah pemimpin tertinggi di wilayah Pasir. Sultan Ibrahim Chalil Oedin (sultan ke-10) yang menduduki jabatan tersebut, adalah cucu dari Sultan Mohamad Sepoeh (Sultan ke-7) dari pihak ibu dan keturunan Bugis dari pihak ayah. Di bawahnya dalam urutan ada sultan moeda atau pewaris takhta yang ditunjuk, pada saat itu adalah Adji Ngessi (Adji Njesei) bergelar Pangeran Kesoema Djaja Ningrat, yang berasal dari garis keturunan Sultan Soleiman (Sultan ke-2), adalah buyut dan leluhurnya dari garis ayahnya, sedangkan Sultan Adam (Sultan ke-4) adalah kakeknya dari garis ibunya.
Baris 194 ⟶ 198:
# Adji Moeda, putra almarhum Sultan Ibrahim dan Dajang Saoena, dengan nama dan gelar Pangeran Soeria Nata.
# Adji Medja alias Daeng Sawidi, putra Andin Kaga dan Adji Mingkoe, dengan nama dan gelar Pangeran Mantri.
# Adji Andei, putra almarhum Sultan Abdoel Rachman dan Dajang Oewit, dengan nama dan gelar Pangeran Pandji.
# Pangeran Mas, bukan dari keturunan kerajaan, tetapi menikah dengan seorang saudari dari almarhum Sultan Mohamad Ali.
Baris 214 ⟶ 218:
Gelar para keturunan bangsawan, baik laki-laki maupun perempuan, adalah Adji. Kerabat jauh disebut Andin. Jika mereka memimpin kampung, mereka tetap mempertahankan gelar-gelar tersebut. Kepala kampung lainnya disebut Kapitan oleh orang Bugis, Kapitan dan Poenggawa oleh orang Badjo, dan Rangga, Temanggoeng, Poenggawa, Kjahi, dan Raden oleh orang Pasir dan Dajaks.
Sebelum masa pemerintahan Sultan Ibrahim Chalil Oedin, selain sultan sebagai pemimpin tertinggi, pemerintahan dipegang oleh Pangeran Mangkoe Boemi atau Rijksbestuurder (administrator). Di bawahnya, setiap suku memiliki pemimpinnya sendiri.
===
==== Sultan Ibrahim Chaliel-Oeddien (memerintah: 1847 s.d 1857) ====
Monopoli atas emas yang digali, Bea masuk (impor) atas semua barang sebesar 4%, Bea keluar (ekspor) atas rotan sebesar 10% (dipungut oleh saudara perempuan Sultan Adam{{sfn|Von Dewall|1850|p=447}}), Pajak kepala satu gulden per keluarga, Pajak atas Orang Badjau, Pendapatan dari tebing sarang burung (walet), Denda yang dikenakan sebagai hukuman.{{sfn|Gallois|1856|p=258-259}}.
==== Sultan Mohamad Alie Adil Chalifat'oel Moeminin (memerintah: 14 Februari 1888 s.d 12 Oktober 1890) ====
Bea masuk (pajak impor) sebesar 5%, Pajak Ekspor sebesar 5%, Pajak Kepala (pria dewasa berusia 17 hingga 50 tahun), Pajak 10% atas hasil tanaman padi, Pajak 10% atas hasil produk hutan, Pajak pohon kelapa (2 buah kelapa matang dari setiap pohon tiap tahun), Heerendiensten (kerja wajib penduduk).{{sfn|Tweede Kamer, zitting 1890 1891. 112|1890|loc=No. 18}}
==== Sultan Ibrahim Chalil Oedin (memerintah: 27 November 1900 s.d 1 Mei 1908) ====
Hak Pengenaan Bea Masuk, Bea Keluar serta Cukai, eksploitasi semua sumber pendapatan lainnya, diserahkan Sultan ke Pemerintah Hindia Belanda, dan sebagai ganti rugi akan hal-hal tersebut, Pemerintah Hindia Belanda membayar kepada Sultan dan Para pemimpin ganti rugi sebesar total f16.800 (enambelas ribu delapan ratus gulden) per tahun, dengan ketentuan ganti rugi sebesar f11.200 (sebelas ribu duaratus gulden) per tahun kepada Sultan, dan sejumlah f5.600 (lima ribu enam ratus gulden) per tahun kepada seluruh pembesar wilayah (landsgrooten) secara bersama-sama, semua itu akah dilakukan dalam 12 (duabelas) pembayaran bulanan yang sama besar.{{sfn|Tweede Kamer, zitting 1901 - 1902. 169|1902|loc=No. 6}}
=== Nama-Nama Kampung ===
Selama perjalanannya di wilayah Passier von Dewall (tahun 1847) mencatat nama-nama tempat (kampung) antara lain: Rampa-Badjau, Peraga (Sultan Ibrahim Chaliel-Oeddien mempunyai kediaman di tempat ini), Saboen Toeroeng (Sultan Adam mempunyai kediaman di tempat ini), Raija-Bekkat, Boessoeïe (Sultan Adam juga mempunyai tempat kediaman di tempat ini), Terobokh, Samoe, Bieoe, Samoe-Prangan, Kaliean, Setieoekh, Sesoengè, Kennjan, Loijoe-Wattoe, Terinsing (Sultan Adam membangun sebuah benteng di tempat ini untuk melindungi dari serangan orang Bandjar), Olong-Serieroeng (Moara Serieroeng), dan Olong-Langoen (Moara-Langoen).{{sfn|Von Dewall|1850|p=445-457}}
Dalam kunjungannya ke wilayah Pasir tahun 1850, Gallois (Resident Der Zuid- En Oosterafdeeling van Borneo) menyebut 2 (dua) kampung yaitu Rampa (terletak di Muara Sungai Pasir) & Pasir (Ibukota Kerajaan).{{sfn|Gallois|1856|p=256}}
Johannes Jacobus de Hollander mencatat bahwa pada tahun 1864 terdapat nama-nama kampung sebagai berikut: Boesoei, Terobok, Pasir (Ibukota Kerajaan), Rampa, Paraga, Saboen Toeroeng, & Terinsing.{{sfn|Hollander|1864|p=147–148}}
Dalam dokumen kontrak politik antara Sultan Mohamad Alie Adil Chalifat'oel Moeminin dan pemerintah Hindia Belanda (Willem Broers, Resident der Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo) tahun 1889, termaktub nama-nama kampung yaitu: Pasir (tempat penandatanganan kontrak politik), [[Segendang, Batu Engau, Paser|Segendang]], [[Perepat, Tanah Grogot, Paser|Perpat]], Berombang, Adang, Telakei, Lembok, Silong, Pasir Lama, Setijoe, [[Kasungai, Batu Sopang, Paser|Kasoengei]], [[Kuaro, Kuaro, Paser|Koewaroe]], Labesie, Seratei, [[Laburan, Paser Belengkong, Paser|Laboeran]], Moengkoe, [[Paser Belengkong, Paser Belengkong, Paser|Belingkong]], Samoe, Bioe, Seboerangan, Koeman, Pamoejaran, & Senipa.{{sfn|Tweede Kamer, zitting 1890 1891. 112|1890|p=12|loc=No. 18}}
Pada tahun 1905, dalam tulisan karya A.H.P.J. Nusselein{{sfn|Nusselein|1905|p=551–553}} mencatat wilayah-wilayah di Kesultanan Pasir beserta nama-nama kampung yang termasuk didalamnya, yaitu:
# Daerah aliran sungai bagian hulu Sungai Pasir, yaitu mulai dari mulutnya di Selat Makassar hingga sungai itu bergabung dengan Sungai Samoe. Memiliki perkampungan antara lain: Kampong Badjou (di muara sungai Pasir), Tabanio, [[Tanah Grogot, Paser|Tanah Grogot]], Pabentjongan, [[Tepian Batang, Tanah Grogot, Paser|Tapian Batang]], [[Lolo, Kuaro, Paser|Pakot Lolo]], Pasir (ibukota kesultanan), [[Sangkuriman, Paser Belengkong, Paser|Sangkoeriman]], Pakot Baroe, Rantau Gedang, Pakot Damik, [[Bekoso, Paser Belengkong, Paser|Pakot Bekasa]], dan [[Lempesu, Paser Belengkong, Paser|Pakot Lampesoe]].
# Daerah aliran Sungai Samoe. Tidak disebutkan nama-nama perkampungannya.
# Daerah aliran Sungai Pasir bagian hulu, yaitu dari muara sungai dengan Sungai Samoe hingga ke sumbernya. Perkampungan yang disebut: Oedjoeng Polak, Toekarsama, Semborong (juga disebut [[Batu Sopang, Paser|Batu Sopang]]{{sfn|Van Slooten|1936|p=28}}''')''', Sebentang (Barashoeri?), Roesoei, Salinan, [[Batu Botuk, Muara Komam, Paser|Batoe Botak]] (Sebuah kampung yang terkenal karena memberikan bantuan kepada pihak Pangeran Antassari & Pangeran Hidayat II selama "Perang Banjarmasin". Ini tercatat dalam karya Van Rees, Bagian II, halaman 317), Oeloeng Soeroe, Terobok, Loeasi, Sawah Djamban, Djamban, Tandjong Djebok (Oeloeng Loesang), Koejoe, Oeloeng Roeroen & Oeloeng Sarang.
# Daerah aliran sungai-sungai yang bermuara di selatan Sungai Pasir dan di utara Tandjoeng Aroe atau Ruige-Hoek di Selat Makassar. Nama perkampungan yang disebutkan: Bekang, Paron, Karang, Taberoek, Pat & Landing.
# Daerah aliran sungai Moeroe dan sungai Lombok serta muara Sungai Adang. Daerah ini terdiri dari: Lemo Lemo, [[Semuntai, Long Ikis, Paser|Samoentai]], [[Kuaro, Paser|Pakot Kwaro]], & [[Pasir Mayang, Kuaro, Paser|Pasir Majang]].
# Daerah aliran sungai Adang bagian atas (hulu). Perkampungan yang disebut: [[Pait, Long Ikis, Paser|Pakot Pait]], Oeloe Towo, Oeloeng Itis, Krajang, dan Kempen.
# Daerah Hilir Sungai Telakei. Nama-nama perkampungan yang disebut: [[Sebakung, Long Kali, Paser|Sabakong]], Ambaloet, [[Long Kali, Long Kali, Paser|Oeloeng Kali]], [[Mendik, Long Kali, Paser|Mendik]], Soemik, Sekoelit, & [[Munggu, Long Kali, Paser|Telak Moenggoe]].
# Daerah Sungai Hulu Telakei. Perkampungan yang disebut: Oeloeng Toejoek, Baur Lalang, Loetar, Oeloeng Nikan, & [[Muara Lambakan, Long Kali, Paser|Moeara Lambakan]].
# Daerah aliran Sungai Pias (sebuah anak sungai sisi kanan dari Telakei). Semboetak adalah satu-satunya kampung di daerah tersebut.
== Wilayah Pasir setelah 1 Mei 1908 ==
Berdasarkan Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van 22 Maart 1908 No. 1 (Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 268) terhitung mulai tanggal 1 Mei 1908, afdeeling Pasir yang berdasarkan pasal a Besluit van 9 Februari 1905 No. 22 (Staatsblad No. 132) merupakan bagian dari Karesidenan Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo, akan dibawah pemerintahan langsung (rechtstreeksch bestuur) Pemerintah Hindia Belanda. Hal ini berarti wilayah Pasir yang semula merupakan wilayah otonom (zelfbestuur) yang dikelola oleh Kesultanan/Kerajaan Pasir menjadi dibawah kendali langsung Pemerintah Hindia Belanda, sehingga pemerintahan yang bercorak kerajaan/kesultanan dihapuskan sejak saat itu.{{sfn|Staatsblad van Nederlandsch-Indie|1908|loc=No. 268}}
Berdasarkan Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van 22 Maart 1908 No. 1 (Staatsblad No. 274){{sfn|Staatsblad van Nederlandsch-Indie|1908|loc=No. 274}} afdeeling Pasir dibagi menjadi 3 (tiga) distrik yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala distrik yang bertanggungjawab langsung ke seorang pejabat Controleur, yaitu:
A. Beneden-Pasir, mencakup daerah aliran sungai Pasir dari muaranya hingga pertemuannya dengan Sungai Samoe, serta daerah aliran sungai Samoe dan sungai-sungai yang bermuara ke laut di selatan Sungai Pasir dan di utara Tandjong-Aroe;
B. Boven-Pasir, mencakup daerah aliran sungai bagian hulu Pasir dari pertemuannya dengan Sungai Samoe hingga hulunya;
C. Adang dan Telakei, mencakup daerah aliran sungai Moeroe, Lombok, Adang, dan Telakei;
Controleur afdeeling Pasir akan dibantu oleh seorang pegawai eropa dan seorang pegawai pribumi yang juga diberi tugas sebagai Adjunct-Djaksa. Seorang Panghoeloe juga ditempatkan di afdeeling Pasir. Seorang Controleur di afdeeling Pasir juga akan berfungsi sebagai Pejabat Pelabuhan (Fungerend Havenmeester), selain itu juga akan ditempatkan pegawai Bea Cukai (Uitvoerrechten) dan seorang Pejabat Catatan Sipil (Ambtenaar van den Burgelijke Stand). Di afdeeling Pasir juga akan ada petugas/perusahaan Paketvaart yang akan melayani pelayaran terjadwal (mengangkut penumpang, barang, dan pos secara reguler).
==== Tahun 1909 ====
Belum ada pejabat Controleur yang ditunjuk, sehingga pejabat sementara pemimpin pemerintahan yang ditunjuk adalah Letnan Satu Infanteri S. D. Kramers yang sudah bertugas di Pasir sejak 25 Oktober 1905. Kepala masing-masing distrik (districthoofd) belum ada yang ditunjuk. Tercatat petugas agen Paketvaart di Pasir adalah Said Abdullah.{{sfn|Regerings-Almanak|1909|p=254–255, 698, 882, 957}}
==== Tahun 1910 ====
Masih belum ada pejabat Controleur yang ditunjuk, pejabat sementara yang menjalankan fungsi tersebut masih Letnan Satu Infanteri S. D. Kramers. Pejabat Bea Cukai (Uitvoerrechten) yang ditunjuk adalah D. A. Neijs, bertugas sejak 21 Juli 1909. Entji Kiraman ditunjuk sebagai kepala distrik Beneden-Pasir. Agen Paketvaart masih dijabat oleh Said Abdullah.{{sfn|Regerings-Almanak|1910|p=254–255, 681, 689, 872, 948}}
==== Tahun 1911 ====
Letnan Satu S. D. Kramers masih menjalankan fungsi pejabat controleur, Petugas Catatan Sipil adalah A. F. V. d'Aquino. Pejabat Bea Cukai masih D. A. Neijs. Kepala Distrik Beneden-Pasir adalah Entji Kiraman. Kepala Distrik Boven-Pasir yang ditunjuk sebagai pejabat sementara adalah Albert Apoer, dan Kepala Distrik Adang dan Telakei adalah Badowa bin Soeta Ono yang telah bertugas sejak 29 April 1910. Agen Paketvaart yang baru ditunjuk adalah Hadji Moehamad Amin.{{sfn|Regerings-Almanak|1911|p=262, 696, 902, 980}}
==== Tahun 1912 ====
Berdasarkan Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van 11 Mei 1912 No. 1 (Staatsblad No. 312) afdeeling Pasir dan afdeeling Tanah Boemboe digabung menjadi satu afdeeling baru yaitu Afdeeling Zuid-Oostkust van Borneo, dipimpin oleh Asisten-Residen berkedudukan di Kota Baroe dan dibagi menjadi tiga (3) onderafdeeling yaitu onderafdeeling Poeloe Laoet, onderafdeeling Tanah Boemboe, dan onderafdeeling Pasir. Onderafdeeling Pasir sendiri terdiri dari tiga (3) distrik yaitu Beneden Pasir, Boven Pasir dan Adang & Telakei, dipimpin oleh seorang Controleur dari Binnenlandsch Bestuur.
Pangeran Pandji, salah satu mantan penguasa wilayah di Pasir, berhasil mengkonversi lebih dari 3000 orang Dayak ke Islam dengan ancaman kedatangan orang Turki yang akan membunuh semua orang yang tidak beriman. Konversi massal ini berdampak pada daerah-daerah sekitarnya. Pangeran Pandji berusaha untuk mengangkat dirinya menjadi sultan Pasir dengan bantuan para mualaf baru; penangkapannya yang tepat waktu dan penahanannya di Bandjermasin mencegah terjadinya kerusuhan serius.{{sfn|Eisenberger|1936|p=93}}
==== Tahun 1913 ====
Seorang bernama Mat Djanang, pengikut Pangeran Pandji dari Pasir yang ditahan di Bandjermasin, mengkonversi banyak orang Dayak di Pasir ke Islam, meyakinkan mereka bahwa Jepang akan mengangkat kembali Pangeran Pandji sebagai sultan Pasir, dan semua orang yang tidak beriman akan dibunuh. Setelah penangkapan Mat Djanang, semua pengikutnya meninggalkan Islam.{{sfn|Eisenberger|1936|p=94}}
==== Tahun 1914 ====
Di Bandjermasin, Martapoera, Pleihari, Kandangan, Negara, Amoentai, Moeara Teweh, Kota Baroe, Pegatan, Pantei, dan Pasir didirikan cabang-cabang Sarikat Islam, yang meningkatkan kehidupan keagamaan di kalangan penduduk Muslim.
Terjadi kerusuhan, namun berhasil ditumpas; Adji Moejoeh (saudara tiri Pangeran Pandji) ditangkap dan ditahan di Kota Baroe. Berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 22 April 1914 no. 14 (Gouvernementsbesluit van 22 April 1914 no. 14) diasingkan ke Padang, tetapi meninggal di Pasir sebelum keberangkatannya.{{sfn|Eisenberger|1936|p=95}}
==== Tahun 1915 ====
Sekitar bulan Juni, terjadi perlawanan di Pasir, awalnya hanya di satu kampung, kemudian hampir di seluruh wilayah, sehingga perlawanan ini semakin mengarah pada karakter perlawanan yang serius.
Para pemimpin perlawanan termasuk Wana, Sabaja, Oema Bongkat (Oema Rongket) dari Bioe (Pasir Selatan), Kaka Degoe, seorang kepala Dayak dari pegunungan (Boven) Toejoe, Singa Ngara (Panglima Singa) dan Walik, keduanya adalah kepala dari wilayah Satioe (Pasir tengah), mendapatkan banyak pengikut dengan janji pembebasan dari kerja paksa (heerendiensten) dan pembayaran pajak. Meskipun alasan yang diajukan adalah tekanan dari pajak dan kerja paksa, penyebab sebenarnya lebih dalam, yakni balas dendam atas pemecatan pemimpin otonom (penguasa wilayah/landsgrooten) dan pengasingan Pangeran Pandji ke Bandjermasin (Pangeran Pandji diduga telah membuat pengikutnya bersumpah untuk membalas dendam terhadap para pejabat pemerintah Eropa di saat kematiannya, dengan harapan memulihkan pemerintahan otonom). Sarikat Islam menjadi senjata organisatoris yang kuat bagi mereka. Di bawah pimpinan Pangeran Mantri dan mantan sultan yang sebenarnya tidak memegang jabatan pemerintahan, tetapi memiliki kendali nyata, anggota Sarikat Islam direkrut dan perlawanan terhadap Pemerintah dijadikan tujuan utama mereka.
Awalnya, pihak Pandji yang bermusuhan, yang mencari dukungan di kalangan Dayak, dan pihak sultan, yang anggotanya adalah orang-orang Muslim Pasir, berdamai untuk bersama-sama melawan Pemerintah. Pergantian pejabat pemerintahan yang terus-menerus dalam lima tahun terakhir menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang apa yang terjadi di Pasir sampai perlawanan pecah.
Awalnya, patroli dilakukan oleh Kontrolir Pasir bersama patroli polisi bersenjata bekerja sama dengan patroli militer dari Kandangan. Pada bulan Agustus, satuan infanteri dari Bandjermasin tiba untuk memberikan bantuan. Meskipun patroli terus dilakukan dan dari waktu ke waktu orang-orang yang terlibat perlawanan dilumpuhkan, perlawanan malah meningkat, bahkan setelah para pemimpin Wana dan Panglima Singa ditangkap.
Pada bulan November, dua brigade infanteri dari Kandangan tiba, dan mereka berhasil bertemu dengan musuh di wilayah Sungai Rangan, memaksa musuh melarikan diri. Muncul pemimpin baru: Andin Ngoko dan saudaranya Andin Gedang, yang pada tanggal 29 November melancarkan serangan ke Tanah Grorot, namun berhasil dipukul mundur. Pada tanggal 1 Desember, bala bantuan tiba lagi, yakni satu kompi infanteri dari Jawa. Namun, patroli sejauh ini belum memberikan hasil yang memuaskan.{{sfn|Eisenberger|1936|p=96–97}}
==== Tahun 1916 ====
Pada bulan Februari, mantan sultan Ibrahim Chaliloedin, saudara laki-lakinya Pangeran Mantri, Pangeran Prawira, dan Radja Moeda dibawa ke Bandjermasin; Radja Moeda, yang terbukti tidak terlibat dalam perlawanan, diizinkan untuk kembali ke Pasir. Terungkap bahwa Pangeran Mantri, didukung oleh mantan sultan, menggunakan cabang Sarikat Islam di Pasir untuk mengorganisir perlawanan.
Pada bulan Mei dan Juni menangkap para pemimpin perlawanan seperti Andin Ngoko, Anding Oedang, Kaka Degoe, dan Oema Bongkat; sementara Sabaja dan lainnya terus melarikan diri, tetapi tidak lagi berani melakukan perlawanan terhadap Pemerintah. Sebagian besar penduduk kembali ke kampung mereka.{{sfn|Eisenberger|1936|p=97–98}}
==== Tahun 1917 ====
Sarikat Islam mengalami penurunan eksistensi, di mana bahkan kongres pada tanggal 27 Mei di Bandjermasin di bawah pimpinan Tjokro Aminoto, yang khusus datang dari Jawa, tidak mampu membawa perubahan. Kontribusi hampir tidak dibayarkan. Hanya di Bandjermasin dan Martapoera ada kemajuan, yaitu pendirian sekolah agama untuk anak-anak. Cabang di Pasir dibubarkan berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 19 November 1917 no. 43 karena dianggap berbahaya bagi ketertiban dan kedamaian umum, karena peran cabang ini dalam perlawanan.
Beberapa pemimpin kelompok perlawanan ditangkap oleh patroli, namun sebagian besar secara sukarela menyerahkan diri; yang terakhir yang menyerahkan diri adalah Sabaja (Desember). Pangkalan di luar Tanah Grogot ditarik mundur, kekuatan militer dikurangi menjadi satu kompi, yang ditempatkan di Tanah Grogot. Tunjangan tetap bagi mantan sultan, Ibrahim Chaliloedin, dan Pangeran Mantri, yang terlibat dalam perlawanan, dicabut. Berdasarkan Keputusan Pemerintah HIndia Belanda tanggal 31 Juli 1918 no. 25, mantan sultan diasingkan ke Telok Betong (Bandar Lampung), Pangeran Mantri ke Padang, Pangeran Prawira ke Banjoemas, dan Adji Moejoeh ke Benkoelen.{{sfn|Eisenberger|1936|p=98}}
== Miscellaneous ==
* Tadjong Aroe (Tanjung Aru), nama ini berasal dari sejumlah pohon "aroe", "roe", atau "tjamara" yang tumbuh di Tanjung itu.{{sfn|Schwaner|Netscher|Von Dewall|1853|p=339}}
* Pada musim kemarau yang paling parah, air di Sungai Pasir sampai Sangkuriman menjadi asin. Pada saat yang disebut musim air asin, yang menurut informasi hanya terjadi sekali dalam 4 tahun. Musim air asin ini dapat dirasakan di sepanjang semua sungai tersebut (dikenal dengan Intrusi Air Laut - Musim Air Asin).{{sfn|Van Slooten|1936|p=6}}
* Dalam tulisan Hermann von Dewall yang termuat dalam Indisch Archief (1850) terdapat cerita tentang Panggawa Pego. Cerita tersebut tetap lestari hingga kini, seperti yang termuat dalam buku "Cerita Rakyat Paser dan Berau" terbitan tahun 2013.{{sfn|Von Dewall|1850|p=449}}
* Produk-produk yang dihasilkan oleh Passir antara lain emas, sarang burung (walet), tripang, lilin lebah (bees-wax), dan rotan.{{sfn|Moor|1837|loc=Appendix, hlm. 97}}
== Lihat Pula ==
# [[Lini Masa Wilayah Paser Zaman Pra-Kemerdekaan]].
# [[Para Raja & Sultan Pasir]].
== Galeri ==
[[Berkas:Peta Wilayah Pasir sekitar Tahun 1936. (W. Van SLooten (Memorie van Overgave van de onderafdeling Pasir)).jpg|kiri|jmpl|Peta Wilayah Pasir (Circa 1936), termuat dalam karya W. van Slooten (Memorie van Overgave van de onderafdeling Pasir)|233x233px]]
[[Berkas:Silsilah Kesultanan Pasir (termuat dalam karya S.W. Reeman (Militiare Memorie Betreffende de onderafdeling Pasir, 1927).jpg|jmpl|Salah Satu Versi Silsilah Kesultanan Pasir (termuat dalam karya S.W. Reeman (Militiare Memorie Betreffende de onderafdeling Pasir, 1927)|150x150px]][[Berkas:Schetskaart van de onderafdeeling Pasir (Memorie samengesteld door den Kapitein der Infanterie G. Minderman (8 Aug. 1919).png|jmpl|Sketsa Peta Wilayah Onderafdeeling Pasir Tahun 1919 dalam karya Kapitein der Infanterie G. Minderman berjudul (Memorie samengesteld)|167x167px|pus]][[Berkas:Surat dari Radja Passier NL-HaNA 1.04.02 8181 0295-groot (hlm. 295 online (ori. 287).jpg|kiri|jmpl|211x211px|Translasi, surat dari Radja Passier kepada Gouverneur Gerrit van Tholl Tahun 1711 (taken from website nationaalarchief.nl)]]
[[Berkas:Surat_dari_Pangeran_Maas_dari_Passir_kepada_Davit_Harthouwer_(Bag._1)_Tahun_1674.jpg|jmpl|135x135px|Letter written by Pangeran Maas in Passir to the Hon. President Davit Harthouwer and the council in Makassar. Year 1674.]]
[[Berkas:Onderafdeeling_Pasir_1913_(MIKO_Inventory_of_maps_and_Drawings).jpg|pus|jmpl|Map of Onderafdeeling Pasir 1913 (MIKO Inventory of maps and drawings) - nationaalarchief.nl|147x147px]]
== Referensi ==
<div style="column-width:20em;">
{{Reflist}}
</div>
== Daftar Pustaka ==
# {{Cite book |last=Blok |first=Roelof |date=1848 |url=https://books.google.co.id/books/about/Tijdschrift_voor_Nederlandsch_Indi%C3%AB.html?id=_mcTAAAAQAAJ&redir_esc=y |title=Tijdschrift Voor Nederlandsch Indie Jaargang X, 1848 (Beknopte Geschiedenis van het Makassaarsche Celebes en Onderhoorigheden) |location=Batavia (Jakarta) |publisher=Ter Drukkerij Van Het Bataviaasch Genootschap |language=nl | ref = {{harvid|Blok |1848}}}}
# {{Cite book |last=Bock |first=Carl |date=1887 |url=https://books.google.co.id/books/about/Reis_in_oost_en_zuid_Borneo_van_Koetei_n.html?id=Y54aAAAAYAAJ&redir_esc=y |title=Reis in Oost en Zuid-Borneo van Koetei naar Banjermassin, Ondernomen op last der Indische Regeering in 1879 en 1880 |location=Batavia (Jakarta) |publisher=Martinus Nijhoff |isbn=978-1162405278 |language=nl | ref = {{harvid|Bock |1887}}}}
# {{Cite book |last=Eisenberger |first=Dr. J |date=1936 |url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111 |title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo |location=Bandjermasin |publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing |language=nl | ref = {{harvid|Eisenberger |1936}}}}
# {{Cite book |last=Gallois |first=Jacobus Gerardus Arnoldus |date=1856 |url=https://archive.org/details/bijdragentotdet12hagugoog/page/n14/mode/1up |title=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 1856 (Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo) |location=Amsterdam & Batavia (Jakarta) |publisher=Frederik Muller & Van Haren, Noman En Kolff |language=nl | ref = {{harvid|Gallois |1856}}}}
# {{Cite book |last= Goh |first=Yoon Fong |date=1969 |url=https://core.ac.uk/download/pdf/160275798.pdf |title=Trade and politics in Banjarmasin 1700-1747 |location= London |publisher=SOAS University of London |language=Inggris |ref = {{harvid|Goh |1969}}}}
# {{Cite book |last=Hollander |first=Joannes Jacobus de |date=1864 |url=https://books.google.co.id/books/about/Handleiding_bij_de_beoefening_der_land_e.html?id=1jtlAAAAcAAJ&redir_esc=y |title=Handleiding Bij De Beoefening Der Land- En Volkenkunde Van Nederlandsch Oost-Indië, Tweede Deel |location=Te Breda (Breda) |publisher=ter Drukkerij van de Gebroeders NYS |isbn=978-1149818619 |language=nl | ref = {{harvid|Hollander |1864}}}}
# {{Cite book |date=1866|url=https://kitlv-docs.library.leiden.edu/open/Metamorfoze/Kol.%20Verslag/MMKITLV01_PDF_TS4160_1866.pdf |title=Koloniaal Verslag, Hoofdstuk C, van 1866 |location= Netherlands |publisher=Departement van Kolonien |language=nl | ref = {{harvid|Koloniaal Verslag |1866}}}}
# [https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?coll=ddd&resultsidentifier=ddd:010902162:mpeg21:a0004&page=2&identifier=ddd:010902162:mpeg21:p003&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C19e_eeuw%7C1860-1869%7C1861%7C&objectsearch=passir&query=passir Middelburgsche Courant. 17 Januari 1861]. Kolonien. "De laatste berigten uit Banjermasing zijn gedagteekend Amonthay 20 october".
# [https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=passir&coll=ddd&page=2&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C19e_eeuw%7C1860-1869%7C1862%7C&identifier=ddd:010902413:mpeg21:a0005&resultsidentifier=ddd:010902413:mpeg21:a0005&rowid=1 Middelburgsche Courant. 28 Juni 1862]. Kolonien. "De Sultan van Passir heeft men er toe gekregen, dat hij een kotrakt met het goevernement heef geteekend".
# {{cite book
| last = Milburn
| last2 = Thornton
| date = 1825
|url = https://books.google.co.id/books/about/Oriental_Commerce_Or_The_East_India_Trad.html?id=qGIOAAAAQAAJ&redir_esc=y
| title = Oriental Commerce or The East India Trader's Complete Guide
|location= London
|publisher= Kingsbury, Parbury, and Allen, 1825
|language=Bahasa Inggris | ref = {{harvid|
Milburn|Thornton|1825}}}}
# {{Cite book |last=Moor |first=J. H. |date=1837 |url=https://books.google.co.id/books?id=IP1RAAAAcAAJ |title=Notices of The Indian Archipelago and Adjacent Countries |location=Singapore |publisher=F.Cass & Company |language=Inggris | ref = {{harvid|Moor |1837}}}}
# {{Cite newspaper |date=1847 |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010090699:mpeg21:p002 |title=Nederlandsche Staats-Courant, 29 Oktober 1847 |location='s Gravenhage (The Hague) |publisher=Bureau der Nederlandsche Staats-courant|language=nl | ref = {{harvid|Nederlandsche Staats-Courant |1847}}}}
# [https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=passir&coll=ddd&page=2&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C19e_eeuw%7C1860-1869%7C1862%7C&identifier=ddd:010154715:mpeg21:p002&resultsidentifier=ddd:010154715:mpeg21:a0006&rowid=7 Nieuwedieper Courant. 31 Agustus 1862]. "Per telegraaf, via Soerabaija, zijn de volgende berigten, loopende tot den 2den dezer, van Bandjermassing ontvangen".
# {{Cite book |last=Nusselein |first=A.H.P.J |date=1905 |url=https://archive.org/details/bijdragentotdet32hagugoog/page/n9/mode/2up |title=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, Deel 58, 1905. (Beschrijving van het Landschap Pasir) |location='s Gravenhage (The Hague) |publisher=Martinus Nijhoff |language=nl | ref = {{harvid|Nusselein |1905}}}}
# {{Cite book|title=Politiek Beleid En Bestuurszorg in de Buitenbezittingen (Tweede Gedeelte A. Hoofdstuk III : Historisch Overzicht 1899-1908]) |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB18A:026711000:pdf |location=Batavia (Jakarta) |publisher= Landsdrukkerij |language=nl | ref = {{harvid|Politiek Beleid|1909}}}}
# {{Cite book |last=Radermacher |first=Mr. J.C.M |date=1780 |url=https://ia802907.us.archive.org/0/items/verhandelingenva21780bata/verhandelingenva21780bata.pdf |title=Verhandelingen van Het Bataviaasch Genootschap der Kunsten en Wetenschappen, Tweede Deel] (Beschryving van Het Eiland Borneo) |location=Te Batavia (Jakarta) |publisher=Gedrukt in d'E: Compagnies Boek-drukkery, by Egbert Heemen |language=nl | ref = {{harvid|Radermacher |1780}}}}
# {{Cite book |last=Reeman |first=S.W |date=1927 |url=https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/1057/file/NL-HaNA_2.10.39_1057_0001?eadID=2.10.39&unitID=1057&query= |title=Militiare Memorie Betreffende de Onderafdeling Pasir |publisher=Collection of Afd. Cult En Phys. Anthropologie van het Kon. Instituut Voor De Tropen |language=nl | ref = {{harvid|Reeman |1927}}}}
# {{Cite book|title=Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, Voornaamste Inlandsche Vorsten, 1909 |url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKB26:000946001:00005&query=Regerings-almanak+voor+Nederlandsch-Indi%C3%AB+1908&coll=dts&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1900-1909%7C1909%7C&maxperpage=10&rowid=2 |location=Batavia (Jakarta) |publisher=Lands-Drukkerij |language=nl | ref = {{harvid|Regerings-Almanak |1909}}}}
# {{Cite book|title=Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, Voornaamste Inlandsche Vorsten, 1910 |url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKB26:000944001:00005&query=Regerings-almanak+voor+Nederlandsch-Indi%C3%AB+1908&coll=dts&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1910-1919%7C1910%7C&maxperpage=10&rowid=2 |location=Batavia (Jakarta) |publisher=Lands-Drukkerij |language=nl | ref = {{harvid|Regerings-Almanak |1910}}}}
# {{Cite book|title=Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, Voornaamste Inlandsche Vorsten, 1911 |url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKB26:000942001:00005&query=Regerings-almanak+voor+Nederlandsch-Indi%C3%AB+1908&coll=dts&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1910-1919%7C1911%7C&maxperpage=10&rowid=2 |location=Batavia (Jakarta) |publisher=Lands-Drukkerij |language=nl | ref = {{harvid|Regerings-Almanak |1911}}}}
# {{cite book
| last = Schwaner
| last2 = Netscher
| last3 = Von Dewall
| date = 1853
|url = https://kitlv-docs.library.leiden.edu/open/Metamorfoze/TBG/MMKITLV01_PDF_TS2332_1853_01.pdf
| title = Tijdschrift Voor Indische Taal-, Land- En Volkenkunde Vol. 01. (Historische, Geographische En Statistieke Aanteekeningen Betreffende Tanah Boemboe)
|location= Batavia (Jakarta)
|publisher= Lange &.Co
|language=nl | ref = {{harvid|Schwaner|Netscher|Von Dewall|1853}}}}
# {{Cite book |last=Swart |first=H.N.A |date=1906 |url=https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/270/file/NL-HaNA_2.10.39_270_0001?eadID=2.10.39&unitID=270&query= |title=Memorie van Overgave van de residentie Zuider- en Oosterafdeling Borneo |language=nl | ref = {{harvid|Swart |1906}}}}
# {{Cite book |last=Syahiddin, Abd. Rahman, dkk |date=2013 |url=https://repositori.kemdikbud.go.id/2461/1/Cerita%20Rakyat%20Pesar%20dan%20Berau.pdf |title=Cerita Rakyat Paser dan Berau |location=Samarinda |publisher=Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur |language=Indonesia | ref = {{harvid|Syahiddin, Abd. Rahman, dkk |2013}}}}
# {{Cite book |last=Van Dijk |first=Ludovicus Carolus Desiderius |date=1862 |url=https://books.google.co.id/books/about/Ne%C3%AArlands_vroegste_betrekkingen_met_Bor.html?id=AulSAAAAcAAJ&redir_esc=y |title=Neerland's Vroegste Betrekkingen Met Borneo, Den Solo-Archipel, Cambodja, Siam En Cochin-China |location=Amsterdam |publisher=J. H. Scheltema |isbn=978-1018679624 |language=nl |ref=harv |url-status=live }}
# {{Cite book |last=Van Rees |first=Willem Adriaan |date=1866 |url=https://www.dbnl.org/tekst/_gid001186601_01/colofon.php |title=De Gids, Dertigste Jaargang, Vierde Jaargang, Derde Deel, 1866 (Eene Bijdrage Tot De Indische Krijgsgeschiendenis. De Bandjermasinsche krijg van 1859-1863) |location=Amsterdam |publisher=P.N. Van Kampen |language=nl | ref = {{harvid|Van Rees |1866}}}}
# {{Cite book |last=Van Rees |first=Willem Adriaan |date=1870 |url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKIT03:000003927 |title=Vermeulen Krieger : Indische Typen en Krijgstafereelen |location=Batavia (Jakarta) |publisher=G. Kolff & Co. |language=nl | ref = {{harvid|Van Rees |1870}}}}
# {{Cite book |last=Van Slooten |first=S.W |date=1936 |url=https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/1062/file/NL-HaNA_2.10.39_1062_0001?eadID=2.10.39&unitID=1062&query= |title=Memorie van Overgave van de Onderafdeling Pasir (Memorie betreffende de Onderafdeeling Pasir) |language=nl | ref = {{harvid|Van Slooten |1936}}}}
# {{Cite book |last=Veth |first=Pieter Johannes |date=1854 |url=https://books.google.co.id/books?id=2VoCAAAAMAAJ&printsec=frontcover&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false |title=Borneo's Wester-Afdeeling |location=Zaltbommel (Bommel) |publisher=Joh. Noman en Zoon |isbn=978-1145411753 |language=nl | ref = {{harvid|Veth |1854}}}}
# {{Cite book |last=Von Dewall |first=Hermann |date=1850 |url=https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/4062980#page/7/mode/1up |title= Indisch Archief : Tweede Jaargang, Deel III. (Extract uit de dagelijksche aanteekeningen van den civielen gezaghebber voor Koeti en de Oostkust van Borneo, op eene reis van Bandjarmassin naar Koetei, Passier, en van daar terug naar Bandjarmassin |language=nl |location= Batavia (Jakarta) |publisher= Lange & Co | ref = {{harvid|Von Dewall |1850}}}}
# {{Cite book |last=Weddik |first=Arnoldus Laurens |date=1849 |url=http://hdl.handle.net/1887.1/item:4064008 |title= Indisch Archief : Tijdschrift voor de Indiën. Eerste Jaargang. Deel I, 1849. (Beknopt Overzigt van het Rijk van Koetei op Borneo) |language=nl |location= Batavia (Jakarta) |publisher= Lange & Co | ref = {{harvid|Weddik |1849}}}}
== Bacaan Lanjutan ==
# [https://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&hl=id&lr= Staatsblad Van Nederlandsch-Indie Voor Het Jaar 1849] (Verdeeling van het Eiland Borneo in twee afdeelingen, onder de benaming van Wester afdeeling en Zuid en Ooster afdeeling, Besluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, van den 27sten Augustus 1849, No. 8). Batavia (Jakarta): Ter Lands-Drukkerij. 1849. Lijst No. 40
# Staatsblad van Nederlandsch-Indie over Het Jaar 1884 (Staatsblad No. 35). Batavia (Jakarta): Landsdrukkerij. 1885.
# [https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?coll=dts&identifier=MMKB07:001295001:00002 Staatsblad Van Nederlandsch-Indie Voor Het Jaar 1908]. No. 268. Binnenlandsch Bestuur. Zuider- En Oosterafdeeling Van Borneo. Inlijving van de afdeeling Pasir bij het rechtstreeks bestuurd Gouvernements gebied. Batavia (Jakarta): Landsdrukkerij. 1909.
# [https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?coll=dts&identifier=MMKB07:001295001:00002 Staatsblad Van Nederlandsch-Indie Voor Het Jaar 1908.] No. 274. Binnenlandsch Bestuur. Djaksas. Panghoeloes. Verdeeling van de afdeeling Pasir in drie districten. Personeel voor genoemde afdeeling. Batavia (Jakarta): Landsdrukkerij. 1909.
# [[iarchive:GOOGLE-DIG-KOLONIAALVERSLAG-1897/page/n15/mode/1up|Koloniaal Verslag van 1897]]. I. Nederlandsch (Oost) Indie. Verslag. No. 2 (Bijlagen C van het verslag der handelingen van de Tweede Kamer der Staten-Generaal).
# [https://books.google.co.id/books?id=xE09AQAAMAAJ&pg=PA213&lpg=PA213&dq=Bijlagen+Van+Het+Verslag+De+Handelingen+Van+De+Tweede+Kamer+Der+Staten-Generaal+1864-1865+MACHMOED+ILHAN&source=bl&ots=2flHj-vj9a&sig=ACfU3U04wo7sdrlFZW2hQNhn6QG04mnToA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj4t4GEo_WFAxVUSmwGHfJ0AogQ6AF6BAgKEAM#v=onepage&q=Bijlagen%20Van%20Het%20Verslag%20De%20Handelingen%20Van%20De%20Tweede%20Kamer%20Der%20Staten-Generaal%201864-1865%20MACHMOED%20ILHAN&f=false Gedrukte stukken der Tweede Kamer, zitting 1864-1865.] Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1865. (Overeenkomsten, contracten enz. met inlandsche Indische Vorsten, XXI.25).
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, zitting 1877-1878. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1878. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel). [https://repository.overheid.nl/frbr/sgd/18771878/0000407333/1/pdf/SGD_18771878_0000579.pdf 100.5].
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, zitting 1888 1889. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1889. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel).
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, zitting 1890 1891. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1890. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel).
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, zitting 1897 1898. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1897. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel).
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, zitting 1901-1902. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1902. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel).
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1903 1904. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1905. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel).
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1908 1909. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1909. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel).
# [https://kitlv-docs.library.leiden.edu/open/Metamorfoze/Kol.%20Verslag/koloniaal%20verslag.html ''Koloniaal Verslag, Hoofdstuk C''], van 1866, 1869, 1881, 1883, 1884, 1886, 1887, 1888, 1891, 1892, 1893, 1894, 1895, 1896, 1897, 1898, 1899, 1900, 1901, 1902, 1903, 1904, 1905, 1906, 1907, 1908, 1909, 1911, 1912, 1913, 1914, 1915, 1916, 1917, 1918, & 1919. Netherlands. Departement van Kolonien.
# Serial ''[https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39 "Memorie van Overgave van de residentie Zuider- en Oosterafdeling Borneo"]'' oleh [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/266/file/NL-HaNA_2.10.39_266_0001?eadID=2.10.39&unitID=266&query= G.J. Gersen] (1877), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/267/file/NL-HaNA_2.10.39_267_0001?eadID=2.10.39&unitID=267&query= J.J. Meijer] (1880), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/268/file/NL-HaNA_2.10.39_268_0001?eadID=2.10.39&unitID=268&query= W. Broers] (1891), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/269/file/NL-HaNA_2.10.39_269_0001?eadID=2.10.39&unitID=269&query= A.M. Joekes] (1894), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/270/file/NL-HaNA_2.10.39_270_0001?eadID=2.10.39&unitID=270&query= H.N.A. Swart] (1906), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/271/file/NL-HaNA_2.10.39_271_0006?eadID=2.10.39&unitID=271&query= L.J.F. Rijckmans] (1916), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/272/file/NL-HaNA_2.10.39_272_0001?eadID=2.10.39&unitID=272&query= H.J. Grijzen] (1917), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/273/file/NL-HaNA_2.10.39_273_0001?eadID=2.10.39&unitID=273&query= A.M. Hens] (1921), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/274/file/NL-HaNA_2.10.39_274_0001?eadID=2.10.39&unitID=274&query= C.J. van Kempen] (1924), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/275/file/NL-HaNA_2.10.39_275_0001?eadID=2.10.39&unitID=275&query= J. de Haan] (1929), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/276/file/NL-HaNA_2.10.39_276_0001?eadID=2.10.39&unitID=276&query= R.J. Koppenol] (1931), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/277/file/NL-HaNA_2.10.39_277_0001?eadID=2.10.39&unitID=277&query= B.C.C.M.M. van Suchtelen] (1933), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/278/file/NL-HaNA_2.10.39_278_0001?eadID=2.10.39&unitID=278&query= W.G. Moggenstorm] (1937).
== Pranala luar ==
# [https://peraturan.bpk.go.id/Details/4771 Situs web resmi Database Peraturan JDIH BPK RI].
# [https://historia.id/kuno/articles/jalan-tarung-karaeng-karunrung-6aeQM/page/1 Situs web historia.id].
# [https://sejarah-nusantara.anri.go.id/search_letters/?location=Paser Situs web Arsip Nasional Republik Indonesia (sejarah-nusantara.anri.go.id)].
# [https://www.pinisi.co.id/kiprah-la-maddukelleng-arung-peneki-arung-singkang-sultan-paser/ Situs web Portal Berita PINISI.co.id].
# [https://www.officielebekendmakingen.nl/ Situs Web All Government Organizations in The Netherlands]
# [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39 Situs web Nederlands Nationaal Archief].
# [https://www.delpher.nl/ Situs Web Koninklijke Bibliotheek] (Perpustakaan Nasional Belanda).
# [https://kitlv-docs.library.leiden.edu/open/Metamorfoze/ situs Web KITLV Docs Library.]
# [https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/ Situs Web Digital Collections (Universiteit Leiden)].
# [https://
# [https://amsterdam.wereldmuseum.nl/nl/over-wereldmuseum-amsterdam/onze-collectie Situs Web Wereldmuseum (World Museum Amsterdam)].<br />
Baris 240 ⟶ 423:
__PAKSADAFTARISI__
{{URUTANBAKU:Wilayah Paser Menurut Catatan Hindia Belanda}}
[[Kategori:Sejarah]]
Baris 248 ⟶ 430:
[[Kategori:Kerajaan Pasir]]
[[Kategori:Kalimantan Timur]]
[[Kategori:Sejarah Kabupaten Paser]]
[[Kategori:Kesultanan Paser]]
[[Kategori:Sejarah Paser]]
[[Kategori:Kabupaten Paser]]
[[Kategori:Onderafdeeling Pasir]]
[[Kategori:Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo]]
[[Kategori:Zuider en Oosterafdeeling van Borneo]]
[[Kategori:Suku Paser]]
[[Kategori:Suku Bajau]]
[[Kategori:Borneo]]
[[Kategori:Kalimantan]]
|