A.P.T. Pranoto: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
PeragaSetia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
PeragaSetia (bicara | kontrib) |
||
(23 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox officeholder
| name = A.P.T. Pranoto
| image =
| caption =
| office = Gubernur Kalimantan Timur
Baris 11:
| successor = Prodjosoemarto (pj.)<br>[[Abdoel Moeis Hassan|Abdul Muis Hassan]]
| birth_name = Aji Addin
| birth_date = {{birth date|1906|
| birth_place = [[Tenggarong]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1976|6|19|1906|
| death_place = [[
| party = [[Partai Persatuan Indonesia Raya|PIR-Hazairin]]<br>[[
| profession = [[Politisi]]
| spouse = Aji Maisarah gelar Aji Raden Puspo Kusumo
| footnotes =
| parents = [[Aji Muhammad Alimuddin]] (ayah)
| office1 = [[Daftar Gubernur Kalimantan Timur|Residen Kalimantan Timur]]
| termstart1 = 25 September 1954
| termend1 = 9 Januari 1957
| predecessor1 = [[Achmad Arief]]
| successor1 = Jabatan dihapuskan
| alma_mater = [[Universitas Leiden]]
}}
'''Aji Pangeran Tumenggung''' '''Pranoto''', biasa disingkat '''A.P.T. Pranoto''' dan awalnya bergelar '''Aji Raden Yudopranoto'''{{sfn|Adham|1981|p=296}} (14
Pranoto kemudian menjabat sebagai Residen Kalimantan Timur pada tahun 1956, sebelum menjadi gubernur pada tahun berikutnya. Dia juga anggota [[Partai Persatuan Indonesia Raya|Partai Persatuan Indonesia Raya (PIR) Hazairin]], lalu beralih menjadi anggota [[Nahdlatul Ulama|Partai Nahdhatul Ulama (NU)]] setelah PIR dibubarkan.{{sfn|Magenda|2010|p=149}} Masa jabatannya berakhir ketika dia ditahan pada tahun 1961 atas tuduhan [[korupsi]]. Pranoto ditahan di [[Kota Balikpapan|Balikpapan]], lalu dipindahkan ke [[Jakarta]], di mana kelak dia meninggal dunia pada tahun 1976 akibat kondisi penjara yang buruk.{{sfn|Magenda|2010|p=93-94}}▼
▲Pranoto kemudian menjabat sebagai Residen Kalimantan Timur pada tahun 1956, sebelum menjadi gubernur pada tahun berikutnya. Dia juga anggota [[Partai Persatuan Indonesia Raya|Partai Persatuan Indonesia Raya (PIR) Hazairin]], lalu beralih menjadi anggota [[Nahdlatul Ulama|Partai Nahdhatul Ulama (NU)]] setelah PIR dibubarkan.{{sfn|Magenda|2010|p=149}} Masa jabatannya berakhir ketika dia ditahan pada tahun 1961 atas tuduhan [[korupsi]]. Pranoto ditahan di [[Kota Balikpapan|Balikpapan]], lalu dipindahkan ke [[Jakarta]]
== Awal kehidupan ==
Pranoto lahir di [[Tenggarong, Kutai Kartanegara|Tenggarong]] pada tanggal 14 September 1906 dengan nama Aji Addin. Dia merupakan putra ketujuh dari Sultan [[Aji Muhammad Alimuddin]] dan saudara tiri dari [[Aji Muhammad Parikesit]], sultan Kutai yang terakhir.<ref name=":1" /><ref name=":0">{{Cite news|last=Khaidir|first=Muh.|date=2007-03-11|title=APT Pranoto, Gubernur Kaltim yang Terlupakan|url=https://web.archive.org/web/20070311082216/http://www.tribunkaltim.com/viewweb2.php?id=12225/|work=Tribun Kaltim|access-date=21 Februari 2024}}</ref> Pranoto menjalani studi di [[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren|OSVIA]] (
== Kehidupan di Masa Revolusi ==
Baris 32 ⟶ 37:
Pada masa [[Revolusi Nasional Indonesia|Revolusi Nasional]], Pranoto menjabat sebagai kepala kepolisian Kesultanan Kutai. Namun, akibat simpatinya terhadap kemerdekaan [[Indonesia]], dia tidak pernah menindak tegas para pejuang dan dengan sengaja menutup mata terhadap aksi-aksi mereka. Bahkan, saat utusan [[Barisan Sadewa]] mendatanginya pada tahun 1946, Pranoto menegaskan sendiri bahwa kesultanan bersedia untuk mendukung mereka.<ref name=":1" />{{sfn|Magenda|2010|p=149}}
Meski demikian, Pranoto tidak pernah menentang [[Belanda]] secara terang-terangan. Bahkan, dia masih menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Pada tanggal 27 Agustus 1947, dia diangkat menjadi kesatria [[Orde Oranye-Nassau]].<ref name=":3">{{Cite news|date=1947-08-30|title=Koninklijke Onderscheidingen|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Toemenggoeng+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=ddd:010897535:mpeg21:a0030&resultsidentifier=ddd:010897535:mpeg21:a0030&rowid=1|work=Het Dagblad|access-date=21 Februari 2024}}</ref> Pranoto pun hadir dalam acara peresmian [[Ereveld Balikpapan]] pada tanggal 30 November 1948.<ref>{{Cite news|date=1948-12-01|title=Ereveld Balikpapan|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Toemenggoeng+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=MMNIOD04:000095925:mpeg21:a0064&resultsidentifier=MMNIOD04:000095925:mpeg21:a0064&rowid=7|work=Nieuwe Courant|access-date=21 Februari 2024}}</ref> Pada tahun 1949, dia menjadi anggota delegasi dari Kalimantan Timur, bersama dengan [[Adji Pangeran Afloes|Aji Raden Afloes]], [[Aji Pangeran Sosronegoro]], dan [[Adji Raden Djokoprawiro|Aji Raden Djokoprawiro]], yang pergi ke [[Batavia]] untuk membahas
Selain itu, Pranoto juga melanjutkan studinya di Fakultas [[Indologie]] [[Universitas Leiden]] pada bulan Oktober 1947 selama sepuluh bulan. Pranoto berangkat dari [[Kota Makassar|Makassar]] ke Belanda dan tinggal di Huize Koetei di [[Wassenaar]], sebuah rumah yang dibeli oleh pemerintah [[Belanda]] dengan bantuan kesultanan untuk dijadikan
== Karir politik ==
=== Menaiki tangga birokrasi ===
Berkat simpatinya terhadap kemerdekaan Indonesia, Pranoto dapat menaiki tangga birokrasi dengan mudah. Dia diangkat sebagai
[[Berkas:IndonesiaBorneoProvince.png|jmpl|Peta [[Kalimantan (provinsi)|Provinsi Kalimantan]] sebelum dimekarkan menjadi tiga provinsi pada tahun 1957.]]
Melalui bantuan dari [[Adji Raden Djokoprawiro|Djokoprawiro]] dan [[Hazairin]]
=== Karir sebagai Gubernur ===
Akibat afiliasinya terhadap kelompok pro-swapraja, Pranoto sudah ditentang sejak awal masa jabatannya. Menjelang kedatangannya dari [[Kota Banjarmasin|Banjarmasin]] ke [[Kota Balikpapan|Balikpapan]] pada tanggal 18 Januari 1957, tersebar desas-desus bahwa Pranoto akan diculik oleh sekelompok orang. Sekalipun tidak terjadi, selama perjalanan dari Balikpapan ke [[Kota Samarinda|Samarinda]], rombongan Pranoto mendapat beberapa sambutan yang tidak ramah, seperti sebuah poster yang bertuliskan "kami tidak setuju dengan gubernur eks-[[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda|NICA]]".<ref>{{Cite news|date=1957-01-23|title=Plan voor ontvoering van gouverneur?|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22A.P.T.+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=ddd:010861564:mpeg21:a0079&resultsidentifier=ddd:010861564:mpeg21:a0079&rowid=3|work=Java Bode|access-date=22 Februari 2024}}</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht over de Baai van Balikpapan met olietanks en steigers van de Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) TMnr 60051464.jpg|jmpl|Kilang minyak BPM di Balikpapan, 1950-an.]]
Selain itu, Pranoto juga harus menghadapi isu penyelundupan [[kopra]]. Menurut laporan dari pemerintah daerah, selama bulan Juni hingga Juli 1958, kurang lebih 10.000 ton kopra diselundupkan dari Kalimantan Timur ke [[Tawau]]. Perdagangan gelap ini memerlukan setidaknya 500 kapal untuk menjalankan operasinya dan membuat pemerintah pusat mengalami kerugian sebesar Rp 4 juta. Pranoto, yang sejak lama menentang praktik ini, berupaya untuk menindak tegas dengan meminta bantuan tambahan [[kapal patroli]] dari pemerintah pusat.<ref name=":2">{{Cite news|date=1957-10-03|title=Tarakan wordt vrijhaven: Poolse en Amerikaanse hulp voor provincie Oost-Borneo|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22A.P.T.+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&page=1&identifier=ddd:010475883:mpeg21:a0017&resultsidentifier=ddd:010475883:mpeg21:a0017&rowid=7|work=Het Nieuwsblad voor Sumatra|access-date=22 Februari 2024}}</ref><ref>{{Cite journal|date=16 Agustus 1958|title=Koprasmokkel|url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKITLV3:002502007:00025&query=%22A.P.T.+Pranoto%22&coll=dts&sortfield=date&rowid=1|journal=ANP Indonesische Documentatie Dienst|volume=13|issue=33|pages=548}}</ref>
Pranoto juga dihadapkan dengan kasus korupsi oleh [[Bataafsche Petroleum Maatschappij]] (BPM) yang menyebabkan kerugian besar bagi negara, di mana dia berjanji akan melakukan penyelidikan.<ref>{{Cite news|date=1957-10-14|title=Oliekwestie van B.P.M.|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22A.P.T.+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&page=1&identifier=ddd:010864443:mpeg21:a0087&resultsidentifier=ddd:010864443:mpeg21:a0087&rowid=8|work=Java Bode|access-date=22 Februari 2024}}</ref> Pada tahun 1958, ia sempat diisukan menjadi komisaris [[Shell (perusahaan)|PT Shell Indonesia]] di Balikpapan sebagai bagian dari program indonesianisasi yang dilakukan oleh Shell, yakni program untuk mengganti sebagian besar pegawai perusahaan berkebangsaan asing dengan pegawai Indonesia.<ref>{{Cite journal|date=4 Oktober 1958|title=De Shell|url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKITLV3:002503001:00018&coll=dts&query=%22Samarinda%22&facets%5BalternativeFacet%5D%5B%5D=ANP+Indonesische+Documentatie+Dienst&sortfield=date&rowid=6|journal=ANP Indonesische Documentatie Dienst|volume=13|issue=40|pages=653}}</ref>
Masa pemerintahannya juga diwarnai beberapa kemajuan. Untuk memajukan perekonomian daerah, Pranoto berhasil memperoleh izin untuk menetapkan [[Kota Tarakan|Tarakan]] sebagai pelabuhan terbuka. Selain itu, dia juga berhasil meneken perjanjian dagang dengan [[Republik Rakyat Polandia|Polandia]] untuk ekspor [[kopra]] dengan imbalan bantuan pinjaman materiil untuk pembangunan pabrik dan empat buah kapal dagang, masing-masing berkapasitas 600 ton. Pranoto juga mengadakan perjanjian konsesi ekstraksi minyak dengan [[Amerika Serikat]].<ref name=":2" /> Dia juga berjasa dalam mendirikan sebuah balai wartawan dan memberi nama pada sebuah surat kabar, ''Wisma Berita''.<ref name=":0" /> ▼
▲Masa pemerintahannya juga diwarnai beberapa kemajuan. Untuk memajukan perekonomian daerah, Pranoto berhasil memperoleh izin untuk menetapkan [[Kota Tarakan|Tarakan]] sebagai pelabuhan terbuka. Selain itu, dia juga berhasil meneken perjanjian dagang dengan [[Republik Rakyat Polandia|Polandia]] untuk ekspor [[kopra]] dengan imbalan bantuan pinjaman materiil untuk pembangunan pabrik dan empat buah kapal dagang, masing-masing berkapasitas 600 ton. Pranoto juga mengadakan perjanjian konsesi ekstraksi minyak dengan [[Amerika Serikat]].<ref name=":2" /> Dia juga berjasa dalam mendirikan
=== Persaingan kekuasaan ===
Kedudukan Pranoto sebagai Gubernur sangat menguntungkan golongan bangsawan Kutai. Dia mengangkat [[Aji Raden Padmo]], sesama bangsawan dan anggota PIR, sebagai Bupati [[Kabupaten Kutai]] yang pertama pada tanggal 20 Januari 1960. Pada hari yang sama, Pranoto juga mengangkat beberapa kepala daerah yang hampir semua berasal dari kalangan bangsawan, seperti [[Aji Raden Sayid Mohammad]] sebagai [[Daftar Wali Kota Balikpapan|Wali Kota Balikpapan]], [[Aji Raden Muhammad Ayub
Menguatnya kedudukan bangsawan tidak disukai oleh golongan pejuang yang antifeodal dan terpusat di [[Kota Balikpapan|Balikpapan]] dan [[Kota Samarinda|Samarinda]]. Mereka terlibat dalam persaingan politik dengan para bangsawan. Sebagian besar dari para pejuang di Samarinda tergabung dalam PNI, sedang di Balikpapan didominasi oleh [[Partai Musyawarah Rakyat Banyak|Murba]]. Untuk menandingi Pranoto, PNI menunjuk [[Inche Abdoel Moeis|Inche Abdul Muis]], yang juga seorang anggota partai, sebagai [[Daftar Gubernur Kalimantan Timur|Kepala Daerah Kalimantan Timur]]. Penunjukkan ini dipermudah dengan dominasi PNI di [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Timur|
== Pemenjaraan dan kematian ==
[[Berkas:Soehario Padmodiwirio (Hario Kecik) 1964.jpg|jmpl|
Selain golongan pejuang, Pranoto juga tidak disukai oleh pihak militer, terutama [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Pangdam IX/Mulawarman]],
Untuk menggantikan Pranoto, Soehario mengusulkan [[Abdoel Moeis Hassan]], salah seorang calon yang diusung PNI, kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) [[Ipik Gandamana]].{{sfn|Kecik|2009|p=181}} Pranoto akhirnya dibebaskan dari tahanan pada awal masa [[Orde Baru]] dan kembali ke [[Kota Samarinda|Samarinda]]. Di sana, dia tinggal di Perumahan Voorfo bersama keluarganya. Ia meninggal di kediamannya pada tanggal 19 Juni 1976.{{sfn|Sarip|2023|p=228}}<ref name=":0" />
== Kehidupan pribadi ==
Pranoto menikah dengan seorang wanita bernama Aji Maisarah gelar Aji Raden Puspo Kusumo. Pasangan tersebut dikaruniai 17 anak. Di kalangan masyarakat, Pranoto dikenal sebagai pribadi yang ramah dan kooperatif. Menurut putrinya, Aji Juwita Kirana, dia selalu mengulurkan tangannya untuk memberi bimbingan kepada siapa pun, termasuk keluarganya. Selain itu, Pranoto juga selalu berusaha untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri.<ref name=":
== Kontroversi ==
Baris 70 ⟶ 76:
Saat masih menjabat sebagai kepala distrik [[Kota Bangun, Kutai Kartanegara|Kota Bangun]], Pranoto terlibat dalam penganiayaan seorang mandor bernama Salman bin Hadji Demang di [[Tenggarong, Kutai Kartanegara|Tenggarong]]. Kejadian tersebut berlangsung pada malam tanggal 14 Februari 1928 di kediaman seorang Raden Soedjono sekitar pukul delapan hingga sembilan malam.<ref name=":5" /> Saat kejadian, Salman hendak mencari anak buahnya untuk mengangkut muatan perahu seperti yang diperintahkan atasannya. Sebab itu, dia hendak menemui salah seorang kenalannya, Soemo, di kediaman Raden Soedjono. Setibanya di sana, dia ditahan oleh empat orang, termasuk Pranoto yang saat itu membawa sebilah [[mandau]]. Mereka menahannya dengan dalih perselisihan di masa lalu antara Salman dengan keluarga sultan.<ref name=":6">{{Cite news|date=1930-11-04|title=Laffe mishandeling|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22Adji+Adin%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=MMKB15:000102053:mpeg21:a00021&resultsidentifier=MMKB15:000102053:mpeg21:a00021&rowid=5|work=Deli Courant|access-date=9 April 2024}}</ref>
Tak lama kemudian, terjadi bentrok antara kedua belah pihak. Salman ditahan oleh salah seorang tersangka, lalu dipukul oleh [[Aji Pangeran Soemantri]] (bernama asli Aji Mohammad Ilyasin), dengan sebalok kayu hingga kakinya patah. Setelah jatuh ke tanah, dia ditendang lagi oleh tersangka yang lain, Aji Bambang Mohammad Saleh. Kemudian, datang beberapa orang ke lokasi, termasuk [[Aji Muhammad Parikesit|sultan]] sendiri dan seorang bernama Bambang Djanidin. Djanidin mengejek Salman dengan mengatakan bahwa dia akan mati pada malam itu, dan seandainya mereka bertemu pada hari kemarin, dia seharusnya mati saat itu juga. Salman lalu tak sadarkan diri, sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit dan berhasil siuman.<ref name=":5" /><ref name=":6" />
Setelah dua tahun berlalu, kasus ini akhirnya dibawa ke meja hijau. Saat persidangan, Soemantri berdalih bahwa dia hanya menahan Salman, bukan memukulnya. Soemantri juga mengatakan bahwa dia mendengar dari Pranoto bahwa ada seorang tahanan yang kabur dan bersembunyi di kolong rumah Raden Soedjono. Karena itu, dia langsung bergegas untuk mencari Salman dan keduanya terlibat cekcok. Pranoto lalu pergi mencari bantuan dan setelah kembali, menemui keduanya sudah jatuh ke tanah. Dia membangunkan Soemantri dan karena tidak mengenali Salman di kegelapan, menendangnya berkali-kali.<ref name=":6" />
Namun, ketika ditanya oleh jaksa penuntut mengenai apa yang ia pikir dilakukan oleh Salman di bawah rumah Soedjono, dia tidak bisa menjawab. Dia juga tak bisa menjelaskan mengapa Salman dianiaya jika tidak ada dasar yang jelas. Jaksa juga menunjukkan bahwa kaki Salman patah bukan karena ditendang, tetapi karena pukulan balok kayu. Awalnya, Pranoto dituntut dua bulan penjara oleh jaksa. Akan tetapi, oleh pengadilan di [[Kota Surabaya|Surabaya]] dia
=== Kasus penggelapan uang ===
Baris 84 ⟶ 90:
== Penghargaan ==
*[[File: Order of Orange-Nassau ribbon.svg|70px]] Kesatria [[Orde Oranye-Nassau]] dengan Pedang (1947)<ref name=":3" />
== Catatan ==
{{notelist}}
== Referensi ==
Baris 90 ⟶ 99:
== Daftar Pustaka ==
*{{Cite book|last=Adham|first=D.|date=1981|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/8369/1/SALASILAH%20KUTAI.pdf|title=Salasilah Kutai|location=Jakarta|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=
*{{Cite book|last=Departemen Penerangan|date=1961|url=https://books.google.co.id/books?id=_4lbX0TdF10C&pg=PA413&dq=%22Fachrul+Baraqbah%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjpxOnz-b6EAxUGxTgGHZNoBUkQ6AF6BAgGEAI#v=onepage&q=%22Pranoto%22&f=false|title=Almanak Lembaga-Lembaga Negara dan Kepartaian|location=Jakarta|publisher=Departemen Penerangan Republik Indonesia|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Kecik|first=Hario|date=2009|url=https://books.google.co.id/books?id=hIz8DQAAQBAJ&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false|title=Pemikiran Militer 2: Sepanjang Masa Bangsa Indonesia|location=Jakarta|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=978-979-461-719-9|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Lubis|first=Mochtar|date=1988|title=Catatan Subversif|location=Jakarta|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=979-461-006-2|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|date=2010|url=https://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q=%22Pranoto%22&f=false|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|location=Singapura|publisher=Equinox Publishing|isbn=978-602-8397-21-6|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Sarip|first=Muhammad|date=2023|title=Histori Kutai: Peradaban Nusantara di Timur Kalimantan dari Zaman Mulawarman hingga Era Republik|location=Samarinda|publisher=RV Pustaka Horizon|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Tim Penulis|date=1992||title=Sejarah Pemerintahan di Kalimantan Timur dari Masa ke Masa|location=Samarinda|publisher=Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Timur|isbn=979-9222-88-5|ref=harv|url-status=live}}
{{S-start}}
Baris 108 ⟶ 121:
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Gubernur Kalimantan Timur]]
[[Kategori:Kelahiran 1906]]
[[Kategori:Kematian 1976]]
[[Kategori:Koruptor Indonesia]]
|