Sutan Takdir Alisjahbana: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(6 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
|name = Sutan Takdir Alisjahbana
|image = Sutan Takdir Alisjahbana Page 97c.JPG
|imagesize =
|caption = Sutan Takdir Alisjahbana
|pseudonym =
Baris 8:
|birth_date = {{birth date|1908|2|11}}
|birth_place = [[Natal, Mandailing Natal]], [[Sumatera Utara]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1994|
|death_place = [[Jakarta]]
|occupation = Sastrawan, redaktur, bahasawan, akademikus, politikus
Baris 41:
}}
}}
|relatives = [[Bambang Harymurti]] (menantu)
|influences =
|influenced =
|awards = [[Satyalencana Kebudayaan
|signature =
|website =
Baris 50:
}}
'''Sutan Takdir Alisjahbana''' (STA), ({{lahirmati|[[Natal, Mandailing Natal]], [[Sumatera Utara]]|11|2|1908|[[Jakarta]]|17|7|1994}}) adalah seorang budayawan, sastrawan dan ahli tata [[bahasa Indonesia]]. Ia juga salah satu
== Riwayat hidup ==
Baris 61:
=== Pekerjaan ===
Ia menempuh beberapa macam karier dari bidang sastra, bahasa, dan kesenian. STA pernah menjadi redaktur majalah ''Panji Pustaka'' dan [[Balai Pustaka]] (1930-1933). Kemudian mendirikan dan memimpin majalah ''[[Poedjangga Baroe]]'' (1933-1942 dan 1948-1953), ''Pembina Bahasa Indonesia'' (1947-1952), dan ''Konfrontasi'' (1954-1962).
=== Politik ===
Baris 132:
=== Keluarga ===
Ibunya, Puti Samiah adalah seorang [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] yang telah turun temurun menetap di [[Natal, Mandailing Natal|Natal]], [[Sumatera Utara]]. Puti Samiah merupakan keturunan Rajo Putih, salah seorang raja [[Kesultanan Indrapura]] yang mendirikan kerajaan Lingga Pura di Natal. Dari garis ibunya, STA berkerabat dengan [[Sutan Sjahrir]], perdana menteri pertama Indonesia.<ref>Puti Balkis Alisyabana, Natal: Ranah nan Data, Jakarta : Dian Rakyat, 1996</ref> Ayahnya, Raden Alisyahbana gelar Sutan Arbi, ialah seorang guru.<ref>Sutan Takdir Alisjahbana, Majalah Tempo, 10 Maret 1990</ref>
Kakek STA dari garis ayah, Sutan Mohamad Zahab, dikenal sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan agama dan hukum yang luas. Di atas makamnya tertumpuk buku-buku yang sering disaksikan terbuang begitu saja oleh STA ketika dia masih kecil. Meskipun demikian, banyak yang menyebut STA ketika kecil bukan seorang kutu buku melainkan seseorang yang lebih senang bermain-main di luar. Setelah lulus dari sekolah dasar pada waktu itu, STA pergi ke [[Kota Bandung|Bandung]], dan sering kali menempuh perjalanan tujuh hari tujuh malam dari Jawa ke Sumatra setiap kali dia mendapat liburan. Pengalaman ini bisa terlihat dari cara dia menuliskan karakter Yusuf di dalam salah satu bukunya yang paling terkenal: ''[[Layar Terkembang]]''.
Baris 183:
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Nararya]]
[[Kategori:Penerima Satyalancana Kebudayaan]]
|