Wilayah Paser Menurut Catatan Hindia Belanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AnangPaser (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
AnangPaser (bicara | kontrib)
adding reference
 
(29 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 22:
Pada tahun 1635, terjadi perjanjian antara [[:en:Dutch_East_India_Company|Oost-Indische Compagnie (O.I. Compagnie)/VOC]]) dengan [[Kesultanan Banjar|kesultanan Banjarmasin]], yang salah satu poin kesepakatannya adalah melakukan penyerangan ke wilayah Passir untuk mengusir dan menghancurkan pedagang [[Jawa]] ([[Kesultanan Mataram|Mataram]]) dan Makassar ([[Kesultanan Gowa|Gowa]]) yang beraktifitas di Passir. <ref>{{Cite book|last=Van Dijk|first=Ludovicus Carolus Desiderius|year=1862|url=https://books.googleusercontent.com/books/content?req=AKW5QafNkuXCokBdN_IszbFVorme7EKiMN1YA8SLm-CeQ-wXEFyY3ZnGpg1g1TE_U7yNJUwHbNMuslY4mu9xOKUYLqRZU2DBWc6fJU9Ff4thjPTFar-lQTkswMB9pRo_MEStxACBIZAS80Y3b5jy1PTZTBsC8iKR714zi8hijNtntfCNQ7E8UIg-i9f24nwMb7xdhJt-qS4Ybw2mlpoJTrLchm6n4Zm-ISKHsVgX_ElBwa9ovE44SSayMSOuuoVJaupPJYUpt-AawYCi2qk5EFSYRo8YNIhg2P5ww2cH4esxCm0qItRzySk|title=Neerland's Vroegste Betrekkingen Met Borneo, Den Solo-Archipel, Cambodja, Siam En Cochin-China|location=Amsterdam|publisher=J. H. Scheltema|isbn=978-1018679624|pages=24-25|url-status=live}}</ref>
 
Penggunaan nama Passir ini digunakan oleh [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] kemudian oleh [[Hindia Belanda|pemerintah Hindia Belanda]] dimulai paling tidak sejak 1635 merujuk pada perjanjian yang diterangkan diatas, sampai dengan tahun 1849, seperti yang terdapat pada Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar 1849.<ref name=":0">{{Cite book|year=1849|url=https://books.googleusercontent.com/books/content?req=AKW5QaeQ8mPdrdqRBYQq8wLyO0HIuU3_7FCwHo8IqT1OQYN9QcCxLTceH2rjEOXZNe_SOQ9Or7F0o-vjvtEce7hnbA8t9--889Hw9DJgWIPw2BFqaaW-7hXITCE_9qR1cBJxwkBnaQbcgV9b0BRPW0OoPUZdG1V3s4ykFRj3YXmhPSaPKBPJi405rCt0r2DkNuURrmjtkQ536vnXnZx9P7yiwaWG80SR0GNktKu2sThbu8BWQVoQCPlmTVTb1NJyP6sf5RBJeciqag9pWmvtmk22L9WfqsyYK2Ho06mvRiY8vl9iTJs_-Ko|title=Almanak En Naamregister van Nederlandsch Indie Voor Het Jar 1849|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Lands Drukkerij|pages=99|url-status=live}}</ref> Namun sejak tahun 1850, pemerintah Hindia Belanda melakukan pergantian penyebutan yang semula tertulis Passir menjadi Pasir, seperti yang terdapat pada Almanak En Naamregister van Nederlandsch Indie Voor Het Jar 1850 <ref>{{Cite book|year=1850|title=Almanak En Naamregister van Nederlandsch Indie Voor Het Jar 1850|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Lands Drukkerij|pages=101|url-status=live}}</ref>, meskipun J.G.A. Gallois (mantan residen [[Dependensi Borneo|Zuid- en OosterAfdeeling van Borneo]]) dalam sebuah tulisannya di tahun 1855 <ref>{{Cite book|last=Gallois|first=Jacobus Gerardus Arnoldus|year=1856|url=https://archive.org/details/jstor-25733735/page/n1/mode/2up|title=Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo, Verrigt Op Last Van Het Nederlandsch Indisch Gouvernement|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië|pages=256|url-status=live}}</ref> masih menulis Passir bukan Pasir.
 
==== Passer. ====
Baris 28:
 
==== Asal Usul Nama Pasir. ====
Penyebutan wilayah Pasir ini sepertinya diambil dari nama sebuah sungai yaitu sungai Pasir, yaitu sebuah sungai yang merupakan pertemuan antara sungai Kuaro (Kwaro)Seratei dan [[sungai Kendilo]] (Kandilo) yang keduanya berhulu di [[Gunung Lumut]] (Loemoet) di daerah [[Swan Slutung, Muara Komam, Paser|Swan Slutung]] dan bermuara di [[Selat Makassar]]. Nama Pasir ini juga dikenal sebagai nama [[Kesultanan Paser|kerajaan dan/atau kesultanan]].
 
== Komposisi & Kondisi Masyarakat Paser<ref>{{Cite book|last=Van Slooten|first=S.W|date=1936|title=Memorie van Overgave van de Onderafdeling Pasir (Memorie betreffende de Onderafdeeling Pasir).|url-status=live}}</ref> ==
 
==== Penduduk (sekitar Tahun 1936) ====
Komposisi penduduk terdiri dari Orang Eropa, Orang Cina, Orang Arab, Orang Melayu (Banjar), Orang Bugis, Orang Bajau, Orang Jawa, Orang Pribumi-etnis Dayak (dalam tulisan asli menggunakan term Etnis Dayak, tapi pada jaman sekarang masyarakat lebih sering menyebut mereka sendiri sebagai Etnis Pasir).
 
Penduduk etnis asli dapat dibedakan berdasarkan kepercayaan yang dianut sebagai berikut: Pasireezen (Dayak yang telah memeluk Islam), Dayak (Heidenen, penganut kepercayaan tradisi), Dayak Kristen (saat itu hanya di onderdistrict Sampanahan, yaitu kampung Mangka (kondisi tahun 1936).
 
Populasi asli Dayak dapat dibedakan lebih lanjut menjadi: Dayak Bawo (di mana "bawo" adalah bahasa Pasir untuk gunung), Dayak Kasoengei dan Setioe, Dayak Adang, Dayak Laburan, Dayak Tadjoer, Dayak Doesoen (di onderdistrict Sampanahan).
 
Suku Dayak Asing terdiri dari: Dayak Lawangan, Bantian, dan Tabuyan (berasal dari hulu Sungai Teweh, mereka juga tinggal di daerah aliran Sungai Kendilo (hulu), Dayak Doesoen (berasal dari Balangan-onderdistrict Sampanahan, mereka juga tinggal di hulu Sungai Kerang dan Sungai Samu), Dayak Bukit (berasal dari onderafdeling Tanah Bumbu dan Hulu Balangan).
 
Etnis Pasir tidak memiliki sistem tulisan sendiri dan tidak memiliki tradisi literatur. Sistem penanggalan yang umum digunakan di wilayah Paser saat itu adalah sistem penanggalan Arab. Namun, etnis Dayak Pasir menggunakan sistem tahun matahari untuk menentukan waktu tanam padi. Ketika rasi bintang tertentu terlihat di langit, mereka menghitung waktu yang tepat untuk memulai penanaman padi di sawah (ladang). Etnis Dayak Pasir memiliki cara untuk membagi waktu dalam sehari dan semalam dengan menggunakan kata-kata atau ungkapan tertentu.
 
==== Bahasa. ====
Di wilayah Paser digunakan beberapa bahasa sebagai berikut: Bahasa Melayu, Bahasa Bugis, Bahasa Bajau, Bahasa Pasir, Bahasa Doesoen (wilayah Sampanahan). Bahasa Pasir memiliki beberapa dialek, tetapi perbedaannya tidak begitu besar sehingga semua orang Pasir dapat saling memahami. Sebuah pengecualian di sini adalah suku Dayak (Pasir) Laboeran yang sangat kecil (sekitar 350 jiwa, tahun 1936) yang tinggal di sekitar Laboeran. Ini adalah fenomena yang unik, karena di seluruh wilayah bagian ini, bahasa Pasir digunakan. Bahasa Laboeran juga bukan dialek Pasir, karena berbeda terlalu jauh, sehingga orang Pasir tidak dapat memahami mereka. Namun, Dayak Pasir Laboeran juga berbicara bahasa Pasir. Dialek Pasir dapat ditemui di Boven Pasir dan di daerah Telakei. Suku Dayak asing juga berbicara dalam bahasa mereka sendiri selain bahasa Pasir. Namun, dengan bahasa Melayu, orang dapat berkomunikasi di mana saja.
 
== Paser Dalam Rentang Waktu. ==
Baris 50 ⟶ 66:
 
==== Tahun 1686. ====
Pangeran Aroe Teko membawa para penguasa Passir dan Koetei (Pangeran Adipati Modjo Koesoema Ing Martapoera<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=10|url-status=live}}</ref>) menemui Raja Boni ([[Kesultanan Bone|Kerajaan Bone]], Radja Pelaka/[[Arung Palakka]]), dan mereka juga diterima dalam persekutuan tersebut (persekutuan antara Cornelis Janszoon Speelman, [[Kapitan Jonker|Kapiten Jonker]] dari Ambon dan Arung Palakka), yang diakui oleh presiden VOC [https://www.openarchieven.nl/ghn:5ec90887-7bab-47e5-864d-d15a149bb202/en Willem Hartsink] (1683-1690) dengan bukti tertulis (Akta) kepada Raja Passir. Meskipun kesultanan Banjarmasin tetap mengklaim supremasi atas wilayah yang telah menjadi milik mereka sejak awal abad ke-16.<ref>{{Cite book|last=Blok|first=Roelof|year=1848|url=https://books.googleusercontent.com/books/content?req=AKW5Qad4gz-zACLDbM_4TwIK1PZK9y9RoQem9dXKbPWvnchH5D99jJjD5fYgmUH1bPvac_vhS6GOkE1Rf7_jEA788Vyiwg6BqGKNWpLMSKYJUAEz386XlK9NrD_sAE9LefwbHJ_gfnXXV89HhS8JIsUjIdtd2MLEqz0T8iD5iWkJ1BI05I_Mphp21BCymLEue-j7riuUxFetrcmDTcUWBECXvVbskQvQTNWAew_jV1uUf9T5vxCmn3DmMPbJzeaIAtisZ3uNwt6ARdl6XbN5uJdGgvdE3DHqj5PDsN4BnhsdnwaPk-64Q7w|title=Beknopte geschiedenis van het Makassaarsche Celebes en onderhoorigheden (Tijdschrift Voor Nederlandsch Indie Jaargang X, 1848)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Drukkerij Van Het Bataviaasch Genootschap|pages=68-69|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|last=Veth|first=Pieter Johannes|year=1854|url=https://books.google.co.id/books?id=2VoCAAAAMAAJ&printsec=frontcover&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Borneo's Wester-Afdeeling|location=Zaltbommel (Bommel)|publisher=Joh. Noman En Zoon|isbn=978-1145411753|pages=238|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1696. ====
Baris 117 ⟶ 133:
 
==== Tahun 1844, tanggal 25 Oktober. ====
Kontrak Politik pertama antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Kesultanan Pasir, dilakukan oleh Sultan Adam (Sultan ke-4 Pasir).<ref>{{Cite book|last=Gallois|first=Jacobus Gerardus Arnoldus|year=1856|url=https://archive.org/details/jstor-25733735|title=Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo, Verrigt Op Last Van Het Nederlandsch Indisch Gouvernement.|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië|pages=221|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|date=1865|url=https://repository.overheid.nl/frbr/sgd/18771878/0000407333/1/pdf/SGD_18771878_0000579.pdf|title=Overeenkomsten met Inlandsche Vorsten in den OostIndischen Archipel, Vol. XXI, 1864-1865)|location=s'Gravenhage (The Hague)|publisher=Landsdrukkerij|pages=3|url-status=live}}</ref>
 
Dalam sebuah tulisan di tahun 1904 karya A.H. P. J. Nusselein berjudul Beschrijving Van Het Landschap Pasir, disebutkan bahwa ibu dari Sultan Adam bernama (Adji) Ratoe yang merupakan putri dari Sultan Sepoeh yang pertama. Pada tulisan ini juga terdapat keterangan bahwa Sultan pertama adalah Sultan Sepoeh, sultan ke-2 adalah Sultan Soeleiman yang merupakan keponakan Sultan ke-1, dan Sultan Machmoed (putra dari Sultan Soeleiman dari istri yang bukan berasal dari keluarga kerajaan/kesultanan) adalah sultan ke-3, tetapi Sultan Machmoed memerintah hanya dalam waktu sebentar.<ref>{{Cite book|last=Nusselein|first=A.H.P.J.|year=1905|url=https://www.jstor.org/stable/20769450|title=Beschrijving Van Het Landschap Pasir (Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, Deel 58, 1905)|location='s Gravenhage (The Hague)|publisher=Martinus Nijhoff|pages=532|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1847. ====
Sultan Ibrahim Chaliel-Oeddien menjadi sultan ke-5 Kesultanan Pasir setelah meninggalnya Sultan Adam.<ref>{{Cite book|last=Gallois|first=Jacobus Gerardus Arnoldus|year=1856|url=https://archive.org/details/bijdragentotdet12hagugoog/page/n12/mode/1up|title=Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo, Verrigt Op Last Van Het Nederlandsch Indisch Gouvernement (Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 1856 (Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Van Haren, Noman En Kolff|pages=257|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|year=1858|url=https://books.google.co.id/books/about/Almanak_van_Nederlandsch_Indi%C3%AB_voor_het.html?hl=id&id=HVNVAAAAcAAJ&redir_esc=y|title=Almanak En Naamregister van Nederlandsch-Indie voor 1858|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Lands-Drukkerij|pages=134|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1849, tanggal 27 Agustus. ====
PembagianBerdasarkan PulauBesluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, van den 27sten Augustus 1849, No. 8 (Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 40), daerah Borneo yang dikuasai oleh Hindia Belanda dibagi menjadi dua(2) bagiankaresidenan yaitu karesidenan Wester afdeelingAfdeeling (sebelumnya disebut Westkust van Borneo) dan karesidenan Zuid en Ooster afdeelingAfdeeling (sebelumnya disebut Zuid Oostkust van Borneo). Wilayah Passir ditetapkantermasuk menjadikedalam bagian darikaresidenan Zuid-Ooster Afdeelingen vanOoster BorneoAfdeeling.<ref>{{Cite book|year=1849|url=https://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&hl=id&lr=|title=Staatsblad Van Nederlandsch-Indie Voor Het Jaar 1849 (Verdeeling van het Eiland Borneo in twee afdeelingen, onder de benaming van Wester afdeeling en Zuid en Ooster afdeeling, Besluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, van den 27sten Augustus 1849, No. 8)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Lands-Drukkerij|pages=Lijst No. 40|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1850, tanggal 18 November. ====
Baris 133 ⟶ 149:
 
==== Tahun 1860. ====
Di Amuntai, Mayor Verspyck telah menerima perintah untuk melakukan ekspedisi karena terjadi pemberontakanperlawanan di Kerajaan Passir.<ref>{{Cite news|date=17 Januari 1861|title=Kolonien. De laatste berigten uit Banjermasing zijn gedagteekend Amonthay 20 october.|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?coll=ddd&resultsidentifier=ddd:010902162:mpeg21:a0004&page=2&identifier=ddd:010902162:mpeg21:p003&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C19e_eeuw%7C1860-1869%7C1861%7C&objectsearch=passir&query=passir|work=Middelburgsche Courant|access-date=2024-05-05}}</ref>
 
==== Tahun 1861. ====
Baris 142 ⟶ 158:
 
==== Tahun 1863. ====
Pada tanggal 23 Febuari, terjadi kesepakatan tambahan antara Sultan Mochmoed Ilhan dgndengan pemerintah Hindia Belanda, dimana Kontrak Politik disetujui dan disahkan pada tanggal 25 Juni 1863. Nama-nama yang tertulis pada kontrak politik tambahan antara lain: Hermanus Gerard Dahmen (adsistent- resident van Koetei en de oostkust van Borneo), Pangeran Mangkoe, Pangeran Ooeria Narbah, Adam Mohammad Saleh (Mantri Wasir), Moehamad Thaher Maradja Moeramad Saleh (Syahbandar Pasir), A. Prins (De Vice-President van den Raad van Nederlandsch Indie), Wattendorff (De Eerste Gouvernements- Secretaris), Van Deinse (De Gouvernements- Secretaris), Feith (De Secretaris-Generaal bij het Ministerie van Kolonien).<ref>{{Cite book|year=1865|url=https://books.google.co.id/books?id=xE09AQAAMAAJ&pg=PA213&lpg=PA213&dq=Bijlagen+Van+Het+Verslag+De+Handelingen+Van+De+Tweede+Kamer+Der+Staten-Generaal+1864-1865+MACHMOED+ILHAN&source=bl&ots=2flHj-vj9a&sig=ACfU3U04wo7sdrlFZW2hQNhn6QG04mnToA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj4t4GEo_WFAxVUSmwGHfJ0AogQ6AF6BAgKEAM#v=onepage&q=Bijlagen%20Van%20Het%20Verslag%20De%20Handelingen%20Van%20De%20Tweede%20Kamer%20Der%20Staten-Generaal%201864-1865%20MACHMOED%20ILHAN&f=false|title=Bijlagen Van Het Verslag De Handelingen Van De Tweede Kamer Der Staten-Generaal 1864-1865. XXI.27|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer|pages=212-213|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1866. ====
Baris 152 ⟶ 168:
==== Tahun 1873. ====
Sebuah firma dari Batavia menandatangani kontrak dengan beberapa Kepala Kampung Pasir untuk penyediaan batubara.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=62|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1874. ====
Terjadi kerusuhan yang dipicu oleh beberapa tokoh kerajaan, tetapi masih bisa diredam pada waktunya oleh Sultan Sepoeh.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=62|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1875. ====
Pengesahan Pangeran Mangkoe sebagai Sultan Pasir bergelar Sultan Sepoeh Adil Chalifatoel Moeminin Sebagai Raja/Sultan Pasir ke-7, pada tanggal 18 November. Disebutkan dalam ''Nota Van Toelichting'' bahwa setelah meninggalnya Sultan Machmoed Ilhan meninggal dunia pada tahun 1866, Sultan Sepoeh Adil ditunjuk untuk mengelola pemerintahan di Pasir, dan secara resmi dikukuhkan dalam pemerintahan tahun 1870 karena sebelumnya Residen tidak berkesempatan hadir di Pasir, namun dokumen perjanjian dan pengukuhan yang dibuat pada tahun 1870 itu tidak lengkap dan oleh karena itu tidak dapat disetujui oleh Pemerintah Hindia, sehingga baru pada tgltanggal 18 November 1875 dibuat ulang dokumennya dan disetujui dan disahkan oleh Gubjen Hindia Belanda Van Lansberge pada tgltanggal 14 Mei 1876. Nama-nama pihak yang menandatangani dokumen kontrak politik ini antara lain: Gerrit Jan Gersen (Resident der Zuider- en Ooster-afdeeling van Borneo), Mohamad Saleh (Mantrie), Raden Mohamad Taher (Mantrie), Pangeran Kapitan Riouw Abdul Karim (Mantrie), Pangeran Bandahara Adjie Noepiah (Mantri Polisi), dan Etah Imam Maas Moeda (Kepala Pemuka Agama).<ref>{{Cite book|year=1878|title=Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. ZITTING 1877 – 1878. - 1OO.5. Pasir. (Nota van Toelichting.)|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|pages=3|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1877 ====
Berdasarkan Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1877 No. 31, Karesidenan Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo dibagi menjadi 6 (enam) afdeeling, yaitu Bandjermasin en Ommelanden, Amoentai, Martapoera, Doeson en Dajaklanden, Sampit dan Koetei en de Oostkust van Borneo. Wilayah Pasir menjadi bagian dari Afdeeling Koetei en de Oostkust van Borneo.
 
==== Tahun 1884. ====
Afdeeling Koetei en de Oostkust van Borneo dipecah menjadi dua bagian afdeeling, yaitu Afdeeling Koetei en de Noordoostkust van Borneo dibawah pengawasan seorang Assistent-Resident berkedudukan di Samarinda dan Afdeeling Pasir en de Tanah-Boemboelanden dibawah pengawasan seorang Controleur yang berkedudukan di Kotta-Bahroe (Poeloe-Laoet).<ref>{{Cite book|year=1885|title=Staatsblad van Nederlandsch-Indie over Het Jaar 1884 (Staatsblad No. 35)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Landsdrukkerij|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1886. ====
Baris 160 ⟶ 185:
 
==== Tahun 1888. ====
Pengukuhan Adjie Tiga Pangeran Soeria, putra tunggal Sultan Machmoed Ilhan yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai pewaris tahta pada tgltanggal 14 Mei 1876 menjadi Sultan Pasir (sultan ke-8) secara resmi dengan nama jabatannya adalah Sultan Mohamad Alie Adil Chalifat'oel Moeminin pada tanggal 14 Februari dan Akta Perjanjian dan Pengesahan ini telah disetujui dan disahkan pada tanggal 13 Juli 1889. Nama-nama pihak yang menandatangani dokumen kontrak politik ini antara lain: Willem Broers (Resident der Zuider- en Ooster-afdeeling van Borneo), Pangeran Moeda, Imam Mas Moeda, Pangeran Mas, Pangeran Sjarif Achmid, Adjie Kasoema, dan Raden Adipati.<ref>{{Cite book|year=1889|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer. Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. ZITTING 1888 1889. - 103.8. Akten van Verband En van Bevestiging.|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|pages=7|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1889. ====
Baris 169 ⟶ 194:
 
==== Tahun 1898. ====
Pada tanggal 19 Mei, Raja Muda (Sultan Abdoerahman) meninggal dunia, kemudian pada bulan September, Pangeran Mangkoe Djaja Kesoema Adiningrat diangkat sementara untuk menjalankan pemerintahan. Pada bulan Oktober, sultan Pasir ke-8, Sultan Mohamad Alie Adil Chalifatoel Moeminin meninggal dunia.<ref>{{Cite book|year=1909|url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB18A:026711000:pdf|title=Politiek Beleid En Bestuurszorg in de Buitenbezittingen (Tweede Gedeelte A. Hoofdstuk III : Historisch Overzicht 1899-1908)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Landsdrukkerij|pages=94|url-status=live}}</ref>
 
Berdasarkan Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van 30 Mei 1898 No. 3 (Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1898, No. 178) yang mengatur tentang pembagian baru dari karesidenan Zuider- en Oosterafdeeling terkait reorganisasi pemerintahan dan peradilannya, yang salah satunya isinya adalah Afdeeling Pasir en Tanah Boemboe terdiri dari Pasir, Pegatan, dan Koesan serta Tanah Boemboe, dan akan dipimpin oleh seorang Controleur dari Binnenlandsch Bestuur yang berkedudukan di Kota Baroe (Poeloe Laoet).
 
==== Tahun 1899. ====
Baris 175 ⟶ 202:
 
==== Tahun 1900. ====
Pengesahan Pangeran Mangkoe Djaja Kesoema Adiningrat sebagai penguasa Pasir dengan nama sultan Ibrahim Chalil Оedin pada tanggal 23 Juli dan disetujui dan disahkan pada tgltanggal 27 November 1900 (Sultan ke-10).<ref>{{Cite book|year=1902|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1901-1902.169, Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel No. 10 & No. 11|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref>
 
Terdapat kontrak politik antara sultan Ibrahim Chalil Оedin dengan Pemerintah Hindia Belanda yang diwakili oleh Cornelis Alexander Kroesen (residen) pada tanggal 28 Juli.<ref>{{Cite book|year=1902|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1901-1902.169, Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel No. 6 & No. 9|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1902. ====
Perjanjian baru antara sultan Ibrahim Chalil Оedin dengan Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 1 September, yang disetujui dan disahkan pada tgltanggal 14 Desember 1902, dan perubahannya bertanggal 18 April 1908. Nama-nama pihak yang menandatangani dokumen kontrak politik ini antara lain: Cornelis Alexander Kroesen (Resident der Zuider- en Ooster-afdeeling van Borneo), Pangeran Kesoema Djaja Ningrat, Radja Moeda (calon penerus tahta), Pangeran Mantri, dan Pangeran Depatie.<ref>{{Cite book|year=1905|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1903 1904. 201.Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. No. 33 & No. 34|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1904. ====
Sikap keras Sultan Pasir terhadap kelompok anak radja (keturunan kerajaan/bangsawan) di bawah Pangeran Pandji, putra Sultan Abdoerachman, yang tidak mengakui dirinya sebagai sultan, menimbulkan kerusuhan di Tanah Grogot pada bulan Juli, namun berhasil dicegah oleh kehadiran pasukan keamanan (pradjoerits).<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=84|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1905. ====
Berdasarkan Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van 9 Februari 1905 No. 22 (Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 132) wilayah Pasir yang semula merupakan bagian dari Afdeeling Pasir en Tanah Boemboe menjadi afdeeling tersendiri bernama Afdeeling Pasir yang akan dipimpin oleh seorang Controleur. Controleur tersebut akan dibantu oleh seorang juru tulis pribumi, satu korps polisi bersenjata terdiri dari seorang instruktur Ambon, seorang sersan pribumi, dua kopral pribumi, dan tujuh polisi kelas 1 dan sepuluh polisi kelas 2.
 
Karena kurang kuatnya pengaruh Sultan Pasir, ketegangan kembali muncul, di antaranya Panglima Sentik, salah satu pemimpin kelompok/faksi anak radja (keluarga kerajaan), yang tidak ingin menyerahkan wilayah Pasir kepada Pemerintah Hindia Belanda. Dan sebuah pasukan dikirim ke Pasir untuk melakukan patroli untuk meredakan ketegangan (Juli).<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=86|url-status=live}}</ref>
 
Sultan Ibrahim Chalil Оedin beberapa kali harus didenda oleh H.N.A Swart (Civiel en militair resident der Zuider-en Oosterafdeeling van Borneo) karena kurangnya kerja sama, sultan tidak hanya mengambil sikap pasif, tetapi sering mendukung dan melindungi orang-orang yang berniat buruk. Panglima Doedjot, pemimpin kelompok perusuh, diketahui sebagai seorang abdi dari sultan. Karena sultan ini tidak dapat diandalkan dan memiliki banyak pelanggaran, Swart mengusulkan untuk mencopotnya dan menggantinya dengan Radja Moeda, tetapi oleh pemerintah Hindia Belanda di Batavia ditolak.<ref>{{Cite book|last=Swart|first=H.N.A|year=1906|url=https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/270/file/NL-HaNA_2.10.39_270_0001?eadID=2.10.39&unitID=270&query=|title=Memorie van overgave van het Bestuur der residentie Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo|pages=29-30|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1906. ====
Pada tanggal 28 Juli terdapat Perjanjian antara Kesultanan Pasir yang diwakili oleh Sultan Ibrahim Chalil Оedin dan beberapa pembesar kesultanan (Pangeran Kesoema Djaja Ningrat, Sultan Moeda, Pangeran Mantri, Pangeran Pandji, Pangeran Mas, dan Pangeran Depati) yang berisi kesepakatan pengalihan kekuasaan atas wilayah Pasir beserta semua hak yang timbul darinya kepada Pemerintah Hindia Belanda yang diwakili oleh Majoor Henri Nicolas Alfred Swart (Civiel en militair resident der Zuider-en Oosterafdeeling van Borneo), sehingga wilayah Pasir diakui berada di bawah pemerintahan langsung Pemerintah Hindia Belanda. Sebagai ganti rugi Pemerintah Hindia Belanda akan memberikan kompensasi sebesar f 327.267 sekaligus (tunai). Kontrak ini disetujui dan disahkan pada tanggal 22 Maret 1908, dengan ketentuan bahwa akan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1908.<ref>{{Cite book|year=1909|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1908 1909. 311.Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. No 44-45|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|year=1909|title=Handelingen der Staten-Generaal, Bijlagen Tweede Kamer, 1908-1909-311, No. 1|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1907. ====
Para pembesar kesultanan masih merasa tidak puas, karena mereka memiliki keberatan terhadap penyerahan wilayah kepada Pemerintah Hndia Belanda, yang sebenarnya diinginkan oleh Sultan sendiri dan untuk itu mereka kembali disajikan dengan sebuah akta untuk ditandatangani (menggantikan yang dari 25 Juli 1905). Pasukan patroli Hindia Belanda mulai bertindak tegas; pengambilan senjata api khususnya menimbulkan ketidakpuasan di beberapa tempat.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=88|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1908. ====
Pada tanggal 1 Mei, penerapan pemerintahan langsung di Pasir dilakukan dengan memberikan kompensasi kepada pemimpin-pemimpin setempat; hanya Pangeran Pandji yang mengumpulkan keturunan kerajaan dan pengikut untuk mencoba mendapatkan kembali otoritas yang hilang; namun, karena sakit dan terpaksa pergi ke Bandjermasin, usahanya berakhir. Selain itu, ada juga seorang kepala Dayak, Demoeng, yang benar-benar melawan, tetapi setelah sedikit kekerasan dari patroli kami, dia juga menyerah.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=89|url-status=live}}</ref>
 
== Wilayah Pasir setelah 1 Mei 1908. ==
Berdasarkan Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van 22 Maart 1908 No. 1 (Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 268) terhitung mulai tanggal 1 Mei 1908, afdeeling Pasir yang berdasarkan pasal a Besluit van 9 Februari 1905 No. 22 (Staatsblad No. 132) merupakan bagian dari Karesidenan Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo, akan dibawah pemerintahan langsung (rechtstreeksch bestuur) Pemerintah Hindia Belanda. Hal ini berarti wilayah Pasir yang semula merupakan wilayah otonom (zelfbestuur) yang dikelola oleh Kesultanan/Kerajaan Pasir menjadi dibawah kendali langsung Pemerintah Hindia Belanda, sehingga pemerintahan yang bercorak kerajaan/kesultanan dihapuskan sejak saat itu.<ref>{{Cite book|year=1909|url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?coll=dts&identifier=MMKB07:001295001:00002|title=Staatsblad van Nederlandsch-Indie over het jaar 1908|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Landsdrukkerij|url-status=live}}</ref>
 
Berdasarkan Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van 22 Maart 1908 No. 1 (Staatsblad No. 274)<ref>{{Cite book|year=1909|url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?coll=dts&identifier=MMKB07:001295001:00002|title=Staatsblad van Nederlandsch-Indie over het jaar 1908 No. 274|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Landsdrukkerij|url-status=live}}</ref> afdeeling Pasir dibagi menjadi 3 (tiga) distrik yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala distrik yang bertanggungjawab langsung ke seorang pejabat Controleur, yaitu:
 
A. Beneden-Pasir, mencakup daerah aliran sungai Pasir dari muaranya hingga pertemuannya dengan Sungai Samoe, serta daerah aliran sungai Samoe dan sungai-sungai yang bermuara ke laut di selatan Sungai Pasir dan di utara Tandjong-Aroe;
 
B. Boven-Pasir, mencakup daerah aliran sungai bagian hulu Pasir dari pertemuannya dengan Sungai Samoe hingga hulunya;
 
C. Adang dan Telakei, mencakup daerah aliran sungai Moeroe, Lombok, Adang, dan Telakei;
 
Controleur afdeeling Pasir akan dibantu oleh seorang pegawai eropa dan seorang pegawai pribumi yang juga diberi tugas sebagai Adjunct-Djaksa. Seorang Panghoeloe juga ditempatkan di afdeeling Pasir. Seorang Controleur di afdeeling Pasir juga akan berfungsi sebagai Pejabat Pelabuhan (Fungerend Havenmeester), selain itu juga akan ditempatkan pegawai Bea Cukai (Uitvoerrechten) dan seorang Pejabat Catatan Sipil (Ambtenaar van den Burgelijke Stand). Di afdeeling Pasir juga akan ada petugas/perusahaan Paketvaart yang akan melayani pelayaran terjadwal (mengangkut penumpang, barang, dan pos secara reguler).
 
==== Tahun 1909. ====
Belum ada pejabat Controleur yang ditunjuk, sehingga pejabat sementara pemimpin pemerintahan yang ditunjuk adalah Letnan Satu Infanteri S. D. Kramers yang sudah bertugas di Pasir sejak 25 Oktober 1905. Kepala masing-masing distrik (districthoofd) belum ada yang ditunjuk. Tercatat petugas agen Paketvaart di Pasir adalah Said Abdullah.<ref>{{Cite book|year=1909|url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKB26:000946001:00005&query=Regerings-almanak+voor+Nederlandsch-Indi%C3%AB+1908&coll=dts&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1900-1909%7C1909%7C&maxperpage=10&rowid=2|title=Regeerings Almanak voor Nederlansch-Indie 1909 Tweede Gedeelte|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Landsdrukkerij|pages=254-255, 698, 882, 957|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1910. ====
Masih belum ada pejabat Controleur yang ditunjuk, pejabat sementara yang menjalankan fungsi tersebut masih Letnan Satu Infanteri S. D. Kramers. Pejabat Bea Cukai (Uitvoerrechten) yang ditunjuk adalah D. A. Neijs, bertugas sejak 21 Juli 1909. Entji Kiraman ditunjuk sebagai kepala distrik Beneden-Pasir. Agen Paketvaart masih dijabat oleh Said Abdullah.<ref>{{Cite book|year=1910|url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKB26:000944001:00005&query=Regerings-almanak+voor+Nederlandsch-Indi%C3%AB+1908&coll=dts&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1910-1919%7C1910%7C&maxperpage=10&rowid=2|title=Regeerings Almanak voor Nederlansch-Indie 1910 Tweede Gedeelte|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Landsdrukkerij|pages=254-255, 681, 689, 872, 948|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1911. ====
Letnan Satu S. D. Kramers masih menjalankan fungsi pejabat controleur, Petugas Catatan Sipil adalah A. F. V. d'Aquino. Pejabat Bea Cukai masih D. A. Neijs. Kepala Distrik Beneden-Pasir adalah Entji Kiraman. Kepala Distrik Boven-Pasir yang ditunjuk sebagai pejabat sementara adalah Albert Apoer, dan Kepala Distrik Adang dan Telakei adalah Badowa bin Soeta Ono yang telah bertugas sejak 29 April 1910. Agen Paketvaart yang baru ditunjuk adalah Hadji Moehamad Amin.<ref>{{Cite book|year=1911|url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKB26:000942001:00005&query=Regerings-almanak+voor+Nederlandsch-Indi%C3%AB+1908&coll=dts&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1910-1919%7C1911%7C&maxperpage=10&rowid=2|title=Regeerings Almanak voor Nederlansch-Indie 1911 Tweede Gedeelte|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Landsdrukkerij|pages=262, 696, 902, 980|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1912. ====
Berdasarkan Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van 11 Mei 1912 No. 1 (Staatsblad No. 312) afdeeling Pasir dan afdeeling Tanah Boemboe digabung menjadi satu afdeeling baru yaitu Afdeeling Zuid-Oostkust van Borneo, dipimpin oleh Asisten-Residen berkedudukan di Kota Baroe dan dibagi menjadi tiga (3) onderafdeeling yaitu onderafdeeling Poeloe Laoet, onderafdeeling Tanah Boemboe, dan onderafdeeling Pasir. Onderafdeeling Pasir sendiri terdiri dari tiga (3) distrik yaitu Beneden Pasir, Boven Pasir dan Adang & Telakei, dipimpin oleh seorang Controleur dari Binnenlandsch Bestuur.
 
Pangeran Pandji, salah satu mantan penguasa wilayah di Pasir, berhasil mengkonversi lebih dari 3000 orang Dayak ke Islam dengan ancaman kedatangan orang Turki yang akan membunuh semua orang yang tidak beriman. Konversi massal ini berdampak pada daerah-daerah sekitarnya. Pangeran Pandji berusaha untuk mengangkat dirinya menjadi sultan Pasir dengan bantuan para mualaf baru; penangkapannya yang tepat waktu dan penahanannya di Bandjermasin mencegah terjadinya kerusuhan serius.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=93|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1913. ====
Seorang bernama Mat Djanang, pengikut Pangeran Pandji dari Pasir yang ditahan di Bandjermasin, mengkonversi banyak orang Dayak di Pasir ke Islam, meyakinkan mereka bahwa Jepang akan mengangkat kembali Pangeran Pandji sebagai sultan Pasir, dan semua orang yang tidak beriman akan dibunuh. Setelah penangkapan Matdjanang, semua pengikutnya meninggalkan Islam.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=94|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1914. ====
Di Bandjermasin, Martapoera, Pleihari, Kandangan, Negara, Amoentai, Moeara Teweh, Kota Baroe, Pegatan, Pantei, dan Pasir didirikan cabang-cabang Sarikat Islam, yang meningkatkan kehidupan keagamaan di kalangan penduduk Muslim.
 
Terjadi kerusuhan, namun berhasil ditumpas; Adji Moejoeh (saudara tiri Pangeran Pandji) ditangkap dan ditahan di Kota Baroe. Berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 22 April 1914 no. 14 (Gouvernementsbesluit van 22 April 1914 no. 14) diasingkan ke Padang, tetapi meninggal di Pasir sebelum keberangkatannya.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=95|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1915. ====
Sekitar bulan Juni, terjadi perlawanan di Pasir, awalnya hanya di satu kampung, kemudian hampir di seluruh wilayah, sehingga perlawanan ini semakin mengarah pada karakter perlawanan yang serius.
 
Para pemimpin perlawanan termasuk Wana, Sabaja, Oema Bongkat (Oema Rongket) dari Bioe (Pasir Selatan), Kaka Degoe, seorang kepala Dayak dari pegunungan (Boven) Toejoe, Singa Ngara (Panglima Singa) dan Walik, keduanya adalah kepala dari wilayah Satioe (Pasir tengah), mendapatkan banyak pengikut dengan janji pembebasan dari kerja paksa (heerendiensten) dan pembayaran pajak. Meskipun alasan yang diajukan adalah tekanan dari pajak dan kerja paksa, penyebab sebenarnya lebih dalam, yakni balas dendam atas pemecatan pemimpin otonom (penguasa wilayah/landsgrooten) dan pengasingan Pangeran Pandji ke Bandjermasin (Pangeran Pandji diduga telah membuat pengikutnya bersumpah untuk membalas dendam terhadap para pejabat pemerintah Eropa di saat kematiannya, dengan harapan memulihkan pemerintahan otonom). Sarikat Islam menjadi senjata organisatoris yang kuat bagi mereka. Di bawah pimpinan Pangeran Mantri dan mantan sultan yang sebenarnya tidak memegang jabatan pemerintahan, tetapi memiliki kendali nyata, anggota Sarikat Islam direkrut dan perlawanan terhadap Pemerintah dijadikan tujuan utama mereka.
 
Awalnya, pihak Pandji yang bermusuhan, yang mencari dukungan di kalangan Dayak, dan pihak sultan, yang anggotanya adalah orang-orang Muslim Pasir, berdamai untuk bersama-sama melawan Pemerintah. Pergantian pejabat pemerintahan yang terus-menerus dalam lima tahun terakhir menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang apa yang terjadi di Pasir sampai perlawanan pecah.
 
Awalnya, patroli dilakukan oleh Kontrolir Pasir bersama patroli polisi bersenjata bekerja sama dengan patroli militer dari Kandangan. Pada bulan Agustus, satuan infanteri dari Bandjermasin tiba untuk memberikan bantuan. Meskipun patroli terus dilakukan dan dari waktu ke waktu orang-orang jahat dilumpuhkan, perlawanan malah meningkat, bahkan setelah para pemimpin Wana dan Panglima Singa ditangkap.
 
Pada bulan November, dua brigade infanteri dari Kandangan tiba, dan mereka berhasil bertemu dengan musuh di wilayah Sungai Rangan, memaksa musuh melarikan diri. Muncul pemimpin baru: Andin Ngoko dan saudaranya Andin Gedang, yang pada tanggal 29 November melancarkan serangan ke Tanah Grorot, namun berhasil dipukul mundur. Pada tanggal 1 Desember, bala bantuan tiba lagi, yakni satu kompi infanteri dari Jawa. Namun, patroli sejauh ini belum memberikan hasil yang memuaskan.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=96-97|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1916. ====
Pada bulan Februari, mantan sultan Ibrahim Chaliloedin, saudara laki-lakinya Pangeran Mantri, Pangeran Prawira, dan Radja Moeda dibawa ke Bandjermasin; Radja Moeda, yang terbukti tidak terlibat dalam perlawanan, diizinkan untuk kembali ke Pasir. Terungkap bahwa Pangeran Mantri, didukung oleh mantan sultan, menggunakan cabang Sarikat Islam di Pasir untuk mengorganisir perlawanan.
 
Pada bulan Mei dan Juni menangkap para pemimpin perlawanan seperti Andin Ngoko, Anding Oedang, Kaka Degoe, dan Oema Bongkat; sementara Sabaja dan lainnya terus melarikan diri, tetapi tidak lagi berani melakukan perlawanan terhadap Pemerintah. Sebagian besar penduduk kembali ke kampung mereka.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=97-98|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1917. ====
Sarikat Islam mengalami penurunan eksistensi, di mana bahkan kongres pada tanggal 27 Mei di Bandjermasin di bawah pimpinan Tjokro Aminoto, yang khusus datang dari Jawa, tidak mampu membawa perubahan. Kontribusi hampir tidak dibayarkan. Hanya di Bandjermasin dan Martapoera ada kemajuan, yaitu pendirian sekolah agama untuk anak-anak. Cabang di Pasir dibubarkan berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 19 November 1917 no. 43 karena dianggap berbahaya bagi ketertiban dan kedamaian umum, karena peran cabang ini dalam perlawanan.
 
Beberapa pemimpin kelompok perlawanan ditangkap oleh patroli, namun sebagian besar secara sukarela menyerahkan diri; yang terakhir yang menyerahkan diri adalah Sabaja (Desember). Pangkalan di luar Tanah Grogot ditarik mundur, kekuatan militer dikurangi menjadi satu kompi, yang ditempatkan di Tanah Grogot. Tunjangan tetap bagi mantan sultan, Ibrahim Chaliloedin, dan Pangeran Mantri, yang terlibat dalam perlawanan, dicabut. Berdasarkan Keputusan Pemerintah HIndia Belanda tanggal 31 Juli 1918 no. 25, mantan sultan diasingkan ke Telok Betong, Pangeran Mantri ke Padang, Pangeran Prawira ke Banjoemas, dan Adji Moejoeh ke Benkoelen.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=98|url-status=live}}</ref>
 
== Pemerintahan di Wilayah Pasir & Komposisinya. ==
Baris 243 ⟶ 339:
 
Sekolah di Moeara Kwaro, yang dibuka pada tahun 1919, dipindahkan ke Moeara Koemam pada tahun 1925, dan sejak itu ditutup karena kekurangan murid. Sejak tahun 1919, Damit dan Long Ikis juga memiliki sekolah rakyat mereka. Di Pasir, ada sekolah pribumi kelas dua dengan tiga guru. Jumlah total siswa yang menerima pendidikan pada 1 September 1927 adalah 174.<ref>{{Cite book|last=Reeman|first=S.W.|year=1927|url=https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/1057/file/NL-HaNA_2.10.39_1057_0001?eadID=2.10.39&unitID=1057&query=|title=Militiare Memorie Betreffende de Onderafdeling Pasir|pages=35|url-status=live}}</ref>
 
== Keanekaragaman Hayati. ==
Dalam sebuah tulisan tahun 1927 karya S.W. Reeman (Kapitein der Infanterie)<ref>{{Cite book|last=Reeman|first=S.W.|year=1927|url=https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/1057/file/NL-HaNA_2.10.39_1057_0001?eadID=2.10.39&unitID=1057&query=|title=Militiare Memorie Betreffende de Onderafdeling Pasir|pages=39-41|url-status=live}}</ref>, mencatat keanekaragaman hayati yang ada di Paser, antara lain:
 
==== Hewan. ====
Macan Dahan, Beruang Madu, Badak, Banteng, Kerbau Liar, Rusa, Kidang, Kijang Kerdil, Babi Hutan, Bekantan, Monyet, Owa-Owa, dan Buaya.
 
==== Tumbuhan. ====
Rotan: Segah (Taman), Djoengan (Gelang), Soko (Satop Atau Soeltoep), Rotan Lilin, Rotan Ilatoeng (Kotak), Rotan Sikan (untuk membuat tikar), Semamboe (Rotan Toehoe).
 
Getah Perca: Getah Soesoe (Gitaan), Getah Pantoeng, Getah Natoe.
 
Pohon Kayu: Ulin, Natoe, Lanan, Bangkirai, Keruing, Marsimpa, Rawali, Bungur, Djinga, Binoeang, Ipil, Madang Tandoek, Madang Teloer, Balangiran, Bajoer, Soengkei, Galam, Tingi.
 
Bambu: Bambu Betong, Bambu Piring, Boeloeh, Paring Tali, Pasa (Terangboli), Temiang, dan Haoer.
 
Palmae: Rumbia, Nipah, Niboeng, Aren, Solak, Sirang, Pinang, Kelapa, Bolang (Siwalan), Rasi, dan Mako.
 
 
== Galeri. ==
Baris 271 ⟶ 385:
# Dijk, Ludovicus Carolus Desiderius van (1862). [https://books.google.co.id/books/about/Ne%C3%AArlands_vroegste_betrekkingen_met_Bor.html?id=AulSAAAAcAAJ&redir_esc=y ''Neerland's Vroegste Betrekkingen Met Borneo, Den Solo-Archipel, Cambodja, Siam En Cochin-China'']. Amsterdam. J. H. Scheltema. <nowiki>ISBN 978-1018679624</nowiki>.
# Eisenberger, Dr. J. (1936). ''[https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111 Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo]''. Bandjermasin. Drukkerij: Liem Hwat Sing.
# Gallois, Jacobus Gerardus Arnoldus (1856). ''[[iarchive:bijdragentotdet12hagugoog/page/n14/mode/1up|Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 1856 (Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo, Verrigt Op Last Van Het Nederlandsch Indisch Gouvernement)]]''. Amsterdam. Frederik Muller. Batavia (Jakarta). Van Haren, Noman En Kolff.
# Goh, Yoon Fong (1969). ''[https://core.ac.uk/download/pdf/160275798.pdf "Trade and politics in Banjarmasin 1700-1747"]''. PhD thesis. London. SOAS University of London. doi:[[doi:10.25501/SOAS.00026213|10.25501/SOAS.00026213]].
# Hollander, Joannes Jacobus de (1864). ''[https://books.google.co.id/books/about/Handleiding_bij_de_beoefening_der_land_e.html?id=1jtlAAAAcAAJ&redir_esc=y Handleiding Bij De Beoefening Der Land- En Volkenkunde Van Nederlandsch Oost-Indië, Tweede Deel]''. Te Breda (Breda). ter Drukkerij van de Gebroeders NYS. <nowiki>ISBN 978-1149818619</nowiki>.