Onderafdeeling Pasir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AnangPaser (bicara | kontrib)
AnangPaser (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(444 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox former country
{{DISPLAYTITLE:Wilayah Paser Menurut Catatan Hindia Belanda}}
| common_name = Pasir
{{Merge|Kabupaten Paser|date=April 2024}}
| image_map3 = Sketch map of the residency Southern and Eastern section of Borneo 1913.jpg
{{Multiple issues|
| capital = Pasir, [[Tanah Grogot]].
{{Riset asli|date=April 2024}}
| former_capital = Pasir
{{Gaya pengutipan|date=April 2024}}
{{Butuh rujukan lengkap|date=April 2024}}
{{Orphan|date=April 2024}}
{{Unreferenced|date=April 2024}}
{{Underlinked|date=April 2024}}
}}
 
|era = Pra Kolonial, [[Hindia Belanda]].
Wilayah [[Kabupaten Paser|Paser]] merupakan sebuah kabupaten di [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur]], [[Indonesia]]. Sejak dahulu wilayah ini sudah berinteraksi dengan pemerintah [[Hindia Belanda]], paling tidak sejak tahun 1635. Tidak seperti daerah-daerah lain di [[Indonesia]], wilayah ini tidak mempunyai peninggalan berupa tulisan seperti [[prasasti]], inskripsi, maupun manuskrip, sehingga untuk mengetahui peristiwa-peristiwa penting di masa lalu, arsip dari pemerintah [[Hindia Belanda]] merupakan suatu pilihan yang tidak bisa dihindarkan.
== Penyebutan/Penamaan Paser, Pasir, Passir, dan Passer. ==
 
|government_type = Kerajaan Otonom, Kerajaan Vassal, Kesultanan Otonom, Kesultanan Vassal, Zelfbestuur (s.d 1908), Rechtstreeksch bestuur (1 Mei 1908).
==== Paser. ====
Sejak disahkannya [[Peraturan Pemerintah (Indonesia)|Peraturan Pemerintah]] RI No. 49 Tahun 2007 tentang Perubahan Nama Kabupaten Pasir Menjadi [[Kabupaten Paser]] [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur]] (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 111) [https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/4771], maka wilayah ini yang semula bernama Kabupaten Pasir menjadi menjadi [[Kabupaten Paser]].
 
==== Pasir. ====
Pasir sendiri dalam sejarah pertama kali tercatat melalui Kakawin Desyawarnana (lebih dikenal dengan nama [[Kakawin Nagarakretagama]]) karya [[Empu Prapañca]] yang ditulis pada tahun 1365.
 
| regional_languages = [[Bahasa Pasir]], [[Bahasa Melayu]], [[Bahasa Laboeran]], [[Bahasa Bugis]], [[Bahasa Bajau]], [[Bahasa Doesoen]].
==== Passir. ====
| ethnic_groups_year = 1939
Pada tahun 1635, terjadi perjanjian antara [[:en:Dutch_East_India_Company|Oost-Indische Compagnie (O.I. Compagnie)/VOC]]) dengan [[Kesultanan Banjar|kesultanan Banjarmasin]], yang salah satu poin kesepakatannya adalah melakukan penyerangan ke wilayah Passir untuk mengusir dan menghancurkan pedagang [[Jawa]] ([[Kesultanan Mataram|Mataram]]) dan Makassar ([[Kesultanan Gowa|Gowa]]) yang beraktifitas di Passir. <ref>{{Cite book|last=Van Dijk|first=Ludovicus Carolus Desiderius|year=1862|url=https://books.googleusercontent.com/books/content?req=AKW5QafNkuXCokBdN_IszbFVorme7EKiMN1YA8SLm-CeQ-wXEFyY3ZnGpg1g1TE_U7yNJUwHbNMuslY4mu9xOKUYLqRZU2DBWc6fJU9Ff4thjPTFar-lQTkswMB9pRo_MEStxACBIZAS80Y3b5jy1PTZTBsC8iKR714zi8hijNtntfCNQ7E8UIg-i9f24nwMb7xdhJt-qS4Ybw2mlpoJTrLchm6n4Zm-ISKHsVgX_ElBwa9ovE44SSayMSOuuoVJaupPJYUpt-AawYCi2qk5EFSYRo8YNIhg2P5ww2cH4esxCm0qItRzySk|title=Neerland's Vroegste Betrekkingen Met Borneo, Den Solo-Archipel, Cambodja, Siam En Cochin-China|location=Amsterdam|publisher=J. H. Scheltema|isbn=978-1018679624|pages=24-25|url-status=live}}</ref>
| ethnic_groups = [[Orang Pasir|Pasireesche]], [[Orang Dayak|Dajaks]], [[Orang Bajau|Badjau]], [[Orang Bugis|Boegineezen]], [[Orang Banjar|Bandjareezen]], [[Orang Arab|Arabieren]], [[Orang Tiongkok|Chineezen]], [[Orang Eropa|Europeanen]], [[Orang Jawa|Javanen]].
| area_km2 = 12.000
| area_km2_year = 1939
|population_census = 43.700 Jiwa
|population_census_year = 1930
| conventional_long_name = [[Kerajaan Pasir]], [[Kesultanan Pasir]], Onderafdeeling Pasir
 
|footnote_a = Data Tahun 1939
Penggunaan nama Passir ini digunakan oleh [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] kemudian oleh [[Hindia Belanda|pemerintah Hindia Belanda]] dimulai paling tidak sejak 1635 merujuk pada perjanjian yang diterangkan diatas, sampai dengan tahun 1849, seperti yang terdapat pada Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar 1849.<ref name=":0">{{Cite book|year=1849|url=https://books.googleusercontent.com/books/content?req=AKW5QaeQ8mPdrdqRBYQq8wLyO0HIuU3_7FCwHo8IqT1OQYN9QcCxLTceH2rjEOXZNe_SOQ9Or7F0o-vjvtEce7hnbA8t9--889Hw9DJgWIPw2BFqaaW-7hXITCE_9qR1cBJxwkBnaQbcgV9b0BRPW0OoPUZdG1V3s4ykFRj3YXmhPSaPKBPJi405rCt0r2DkNuURrmjtkQ536vnXnZx9P7yiwaWG80SR0GNktKu2sThbu8BWQVoQCPlmTVTb1NJyP6sf5RBJeciqag9pWmvtmk22L9WfqsyYK2Ho06mvRiY8vl9iTJs_-Ko|title=Almanak En Naamregister van Nederlandsch Indie Voor Het Jar 1849|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Lands Drukkerij|pages=99|url-status=live}}</ref> Namun sejak tahun 1850, pemerintah Hindia Belanda melakukan pergantian penyebutan yang semula tertulis Passir menjadi Pasir, seperti yang terdapat pada Almanak En Naamregister van Nederlandsch Indie Voor Het Jar 1850 <ref>{{Cite book|year=1850|title=Almanak En Naamregister van Nederlandsch Indie Voor Het Jar 1850|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Lands Drukkerij|pages=101|url-status=live}}</ref>, meskipun J.G.A. Gallois (mantan residen [[Dependensi Borneo|Zuid- en OosterAfdeeling van Borneo]]) dalam sebuah tulisannya di tahun 1855 <ref>{{Cite book|last=Gallois|first=Jacobus Gerardus Arnoldus|year=1856|url=https://archive.org/details/jstor-25733735/page/n1/mode/2up|title=Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië|pages=256|url-status=live}}</ref> masih menulis Passir bukan Pasir.
 
}}
==== Passer. ====
Onderafdeeling Pasir adalah sebuah wilayah administrasi zaman [[Hindia Belanda|Pemerintah Hindia Belanda]] yang berada di Pantai Timur Kalimantan, dalam konteks zaman sekarang berada di wilayah [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur]] yang berpusat di wilayah [[Kabupaten Paser|Paser]]. Pada masa dahulu dikenal sebagai salah satu negeri maritim di Pulau [[Kalimantan (provinsi)|Borneo]] dengan lalu lintas pelayaran yang cukup besar.{{sfn|Moor|1837|p=|loc=Sketch of Borneo by Dr. Leyden. hlm. 93}} Banyak ragam penyebutan Paser di masa lalu, Paser sering disebut dengan Passir, Passier, Passer atau Pasir. Penamaan Paser diambil dari nama sebuah nama sungai yaitu sungai Pasir, yaitu sebuah sungai yang merupakan pertemuan antara sungai Seratei dan [[sungai Kendilo]] (Kandilo) yang keduanya berhulu di [[Gunung Lumut]] (Loemoet) di daerah [[Swan Slutung, Muara Komam, Paser|Swan Slutung]] dan bermuara di [[Selat Makassar]].
Sedangkan orang-orang Inggris ([[Perusahaan Hindia Timur Britania Raya|English East India Companij]]) menyebut/menulis dengan istilah Passer, seperti dalam kontrak antara perusahaan ini dengan kesultanan Banjarmasin pada tahun 1809. <ref>{{Cite book|last=Bock|first=Carl|year=1887|url=https://books.googleusercontent.com/books/content?req=AKW5Qaeh-JwFeaT4-eLiZmUdQKkC1Dv8IVHmez9oNudi2AOxMqrP91MdRVGNg-vuM9U-wfIjHjDmhRF1xOf7_H-oLjhJTXQGlE1Rta88NzEGydXkfCRKroiBtZkufoPailiJRfapZLnmNuIs4UVibnsPw0sBiKmkdyM1ebW6tH_tOipN9PQumEr_d4dtY8eNCkjqP1z_KAqcvJFt7x61Rz21cOz4cIzOaAHPqaVGcW1K_opZCh0o3van5SAk8K7IZPBmIH7D6E1uFxvmmGnFY8pRUr09tLm7W5X7DrjpDfYiAitE5hzJlx0|title=Reis In Oost En Zuid-Borneo Van Koetei Naar Banjermassin, Ondernomen Op Last Der Indische Regeering In 1879 En 1880.|location='S Gravenhage (Den Haag)|publisher=Martinus Nijhoff|pages=XLVI|url-status=live}}</ref>
 
== Status Wilayah ==
==== Asal Usul Nama Pasir. ====
Penyebutan wilayah Pasir ini sepertinya diambil dari nama sebuah sungai yaitu sungai Pasir, yaitu sebuah sungai yang merupakan pertemuan antara sungai Kuaro (Kwaro) dan [[sungai Kendilo]] (Kandilo) yang keduanya berhulu di [[Gunung Lumut]] (Loemoet) di daerah [[Swan Slutung, Muara Komam, Paser|Swan Slutung]] dan bermuara di [[Selat Makassar]]. Nama Pasir ini juga dikenal sebagai nama [[Kesultanan Paser|kerajaan dan/atau kesultanan]].
 
* Tahun 1844, 25 Oktober - Perjanjian kerjasama antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Kesultanan Pasir. {{sfn|Tweede Kamer, Zitting 1877-1878. 1OO|1877|loc=Nota van Toelichting, No. 5.}}
== Paser Dalam Rentang Waktu. ==
* Tahun 1849 - Kesultanan Passir termasuk dalam Afdeeling Zuid-en Ooster Afdeeling van Borneo.{{sfn|Staatsblad van nederlandsch-indie|1849|loc=No. 40}}
* Tahun 1877 - Kesultanan Pasir menjadi bagian dari Afdeeling Koetei en de Oostkust van Borneo.{{sfn|Staatsblad van nederlandsch-indie|1877|loc=No. 31}}
* Tahun 1884 - Afdeeling Koetei en de Oostkust van Borneo dipecah menjadi dua (2) afdeeling, yaitu afdeeling Koetei en de Noordoostkust van Borneo dan Afdeeling Pasir en de Tanah-Boemboelanden.{{sfn|Staatsblad van nederlandsch-indie|1884|loc=No. 35}}
* Tahun 1898 - Afdeeling Pasir en Tanah Boemboe terdiri dari Pasir, Pegatan, dan Koesan serta Tanah Boemboe.{{sfn|Staatsblad van nederlandsch-indie|1898|loc=No. 178}}
* Tahun 1905 - Wilayah Pasir yang semula merupakan bagian dari Afdeeling Pasir en Tanah Boemboe menjadi afdeeling tersendiri bernama Afdeeling Pasir.{{sfn|Staatsblad van nederlandsch-indie|1905|loc=No. 132}}
* Tahun 1908 - Afdeeling Pasir akan dibawah pemerintahan langsung (rechtstreeksch bestuur) Pemerintah Hindia Belanda (terhitung mulai tanggal 1 Mei 1908) dan dibagi menjadi 3 (tiga) distrik, yaitu: Beneden-Pasir, Boven-Pasir, & Adang dan Telakei.{{sfn|Staatsblad van nederlandsch-indie|1908|loc=No. 274}}
* Tahun 1912 - Afdeeling Pasir dan Afdeeling Tanah Boemboe digabung menjadi Afdeeling Zuid-Oostkust van Borneo dan dibagi menjadi tiga (3) onderafdeeling yaitu Onderafdeeling Poeloe Laoet, Onderafdeeling Tanah Boemboe, dan Onderafdeeling Pasir.{{sfn|Staatsblad van nederlandsch-indie|1912|loc=No. 312}}
* Tahun 1913 - Onderafdeeling Pasir terdiri dari Distrik Noord-Pasir dan Distrik Zuid-Pasir.{{sfn|Staatsblad van nederlandsch-indie|1913|loc=No. 199}}
* Tahun 1921 - Onderafdeeling Pasir terdiri dari District Pasir berkedudukan di Tanah Grogot.{{sfn|Staatsblad van nederlandsch-indie|1921|loc=, No. 767}}
* Tahun 1928 - Bekas wilayah [[Kabupaten Tanah Bumbu|Tanah-Boemboe]]: [[Sampanahan]], [[Manunggul|Manoenggoel]], dan [[Tjingal]] dipisahkan dari Onderafdeeling Tanah-Boemboe dan digabungkan dengan Onderafdeeling Pasir, Afdeeling Zuid-Oostkust van Borneo.{{sfn|Staatsblad van nederlandsch-indie|1928|loc=No. 104}}
* Tahun 1932 - Onderafdeeling Pasir yang terdiri dari distrik Pasir dibagi lagi menjadi empat onderdistricten (sub-distrik) yaitu: Zuid Pasir berpusat di [[Tanah Grogot, Paser|Tanah Grogot]], Noord Pasir berkedudukan di [[Long Ikis, Paser|Long Ikis]], Boven Pasir berkedudukan di [[Batu Sopang, Paser|Batoe Sopang]], Sampanahan berkedudukan di Goenoeng Batoe Besar.{{sfn|Staatsblad van nederlandsch-indie|1932|loc=No. 12488}}
 
== Diskripsi Geografis {{Sfnmp|1y=1905|2a1=Reeman|1a1=Nusselein|2y=1927|3a1=Van Slooten|3y=1936}} ==
==== Tahun 1365. ====
Dalam sebuah manuskrip yang ditulis oleh Rakawi Prapañca ([[Empu Prapañca|Mpu Prapañca]]) pada tanggal 30 September 1365 yaitu Kakawin Desyawarnana (Deçawarṇana) atau lebih dikenal dengan nama [[Kakawin Nagarakretagama]] (Nāgarakṛtâgama), dalam pupuh 14 bait pertama tertulis nama suatu daerah bernama Pasir, yang merupakan salah satu negara/daerah bawahan/vassal dari [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]].
 
==== TahunLokasi 1620-an. ====
[[Berkas:Peta Wilayah Pasir sekitar Tahun 1936. (W. Van SLooten (Memorie van Overgave van de onderafdeling Pasir)).jpg|jmpl|Peta Wilayah Paser sekitar Tahun 1936 dalam karya W. Van Slooten berjudul ''Memorie van Overgave van de onderafdeling Pasir''.]]
Sultan Goa ([[Kesultanan Gowa]]) dari [[Kota Makassar|Makassar]] yaitu [[Ala'uddin dari Gowa|Aloe'd-din]] (dikenal dengan Toemamenanga-ri-Gaoekanna) menaklukkan [[Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura|Koetei]] dan [[Kesultanan Paser|Passir]].<ref>{{Cite book|last=Veth|first=Pieter Johannes|year=1854|url=https://archive.org/details/borneoswesterafd01veth/page/n6/mode/1up|title=Borneo's Wester-Afdeeling|location=Zaltbommel (Bommel)|publisher=Joh. Noman En Zoon|isbn=978-1145411753|pages=237-238|url-status=live}}</ref>
Keadaan wilayah Paser pada jaman pemerintahan Hindia Belanda (1936) mempunyai batas-batas sebagai berikut{{sfn|Van Slooten|1936|p=1}}:
 
* Perbatasan di sebelah Utara.
==== Tahun 1635. ====
Pada tanggal 4 September 1635, [[Kesultanan Banjar|Kesultanan Banjarmasin]] di [[Martapura, Banjar|Martapura]] (diwakili oleh syahbandar Retna dy Ratya alias [[Godja Babouw|Godja Babou]]) mengadakan perjanjian dengan O.I. Compagnie/VOC (diwakili oleh komisaris [https://www.openarchieven.nl/ghn:57740e34-b37b-4077-a802-18a7bbe4f43a/en Steven Barentsz]), yang salah satunya kesepakatannya adalah melakukan penyerangan ke Passir untuk mengusir dan menghancurkan pedagang Jawa (Mataram) dan Makassar (Gowa) di Passir.<ref>{{Cite book|last=Van Dijk|first=Ludovicus Carolus Desiderius|year=1862|url=https://books.google.co.id/books/about/Ne%C3%AArlands_vroegste_betrekkingen_met_Bor.html?id=AulSAAAAcAAJ&redir_esc=y|title=Neerland's Vroegste Betrekkingen Met Borneo, Den Solo-Archipel, Cambodja, Siam En Cochin-China|location=Amsterdam|publisher=J. H. Scheltema|isbn=978-1018679624|pages=24-25|url-status=live}}</ref>
 
Wilayah di sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kutai (Koetei). Batas ini dijelaskan dalam perjanjian tanggal 23 Maret 1904 antara otoritas otonom (zelfbestuur) kesultanan Pasir (Paser) & Kesultanan Kutai, memanjang dari Tanjung Sepunang (Tunan) menuju muara sungai Toejoe dan sepanjang tepi kiri sungai Telakei ke Gunung Ketam. Namun, batas utara diubah pada tahun 1913, dan sejak saat itu, semua daerah aliran sungai sebelah kiri sungai Telakei (wilayah Telakei) termasuk dalam wilayah Pasir melalui Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 21 Januari 1914 No. 16, mulai berlaku sejak 1 Januari 1914.
Pada tanggal 15 November 1635, armada pasukan O.I Compagnie/VOC tiba di Passir yang dipimpin oleh komisaris Steven Barentsz & commandeur [[:nl:Gerrit_Thomasz_Pool|Gerrit Thomasz Pool]]. Setelah negosiasi yang gagal dengan Raja Passir saat itu (yang menikah dengan seorang saudara perempuan dari raja Makassar), armada tersebut menyerang Passir dan menghancurkan lebih dari 50 buah kapal. Keesokan harinya armada tersebut meninggalkan Passir.<ref>{{Cite book|last=Van Dijk|first=Ludovicus Carolus Desiderius|year=1862|url=https://books.google.co.id/books/about/Ne%C3%AArlands_vroegste_betrekkingen_met_Bor.html?id=AulSAAAAcAAJ&redir_esc=y|title=Neerland's Vroegste Betrekkingen Met Borneo, Den Solo-Archipel, Cambodja, Siam En Cochin-China|location=Amsterdam|publisher=J. H. Scheltema|isbn=978-1018679624|pages=33-34|url-status=live}}</ref>
 
* Perbatasan di sebelah Timur.
==== Tahun 1636. ====
[[Mustain Billah dari Banjar|Panambahan Banjarmasin]] mengklaim [[Kerajaan Sambas|Sambas]], Lawei, Sukadana, [[Kerajaan Kotawaringin|Kota Waringin]], [[Distrik Pambuang|Pembuang]], [[Kabupaten Kotawaringin Timur|Sampit]], Mendawei, Kahajan, Kutei, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asem-Asem, Kintap dan Sawarangan merupakan negara vassal atau negara bawahannya.<ref>{{Cite book|last=Goh|first=Yoon Fong|year=1969|url=https://core.ac.uk/download/pdf/160275798.pdf|title=Trade and politics in Banjarmasin 1700-1747 (PhD thesis)|location=London|publisher=SOAS University of London|pages=33|doi=10.25501/SOAS.00026213|url-status=live}}</ref>
 
Batas di sebelah timur adalah Selat Makassar.
==== Tahun 1672, bulan Agustus. ====
Terdapat surat dari Raja Passir kepada [[:en:Cornelis_Speelman|Cornelis Janszoon Speelman]] (O.I. compagnie/VOC) yang berisi permintaan perlindungan dari orang-orang Makassar yaitu Cronrons (Kronrong/[[Karunrung, Rappocini, Makassar|Karunrung]], Kesultanan Gowa).<ref>{{Cite book|last=Bock|first=Carl|year=1887|url=https://books.google.co.id/books/about/Reis_in_oost_en_zuid_Borneo_van_Koetei_n.html?id=Y54aAAAAYAAJ&redir_esc=y|title=Reis in oost en zuid-Borneo van Koetei naar Banjermassin, ondernomen op last der Indische regeering in 1879 en 1880|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Martinus Nijhoff|isbn=978-1162405278|pages=VIII|url-status=live}}</ref>
 
* Perbatasan di sebelah Selatan.
==== Tahun 1686. ====
Pangeran Aroe Teko membawa para penguasa Passir dan Koetei (Pangeran Adipati Modjo Koesoema Ing Martapoera<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=10|url-status=live}}</ref>) Raja Boni ([[Kesultanan Bone|Kerajaan Bone]], Radja Pelaka/[[Arung Palakka]]), dan mereka juga diterima dalam persekutuan tersebut (persekutuan antara Cornelis Janszoon Speelman, [[Kapitan Jonker|Kapiten Jonker]] dari Ambon dan Arung Palakka), yang diakui oleh presiden VOC [https://www.openarchieven.nl/ghn:5ec90887-7bab-47e5-864d-d15a149bb202/en Willem Hartsink] (1683-1690) dengan bukti tertulis (Akta) kepada Raja Passir. Meskipun kesultanan Banjarmasin tetap mengklaim supremasi atas wilayah yang telah menjadi milik mereka sejak awal abad ke-16.<ref>{{Cite book|last=Blok|first=Roelof|year=1848|url=https://books.googleusercontent.com/books/content?req=AKW5Qad4gz-zACLDbM_4TwIK1PZK9y9RoQem9dXKbPWvnchH5D99jJjD5fYgmUH1bPvac_vhS6GOkE1Rf7_jEA788Vyiwg6BqGKNWpLMSKYJUAEz386XlK9NrD_sAE9LefwbHJ_gfnXXV89HhS8JIsUjIdtd2MLEqz0T8iD5iWkJ1BI05I_Mphp21BCymLEue-j7riuUxFetrcmDTcUWBECXvVbskQvQTNWAew_jV1uUf9T5vxCmn3DmMPbJzeaIAtisZ3uNwt6ARdl6XbN5uJdGgvdE3DHqj5PDsN4BnhsdnwaPk-64Q7w|title=Beknopte geschiedenis van het Makassaarsche Celebes en onderhoorigheden (Tijdschrift Voor Nederlandsch Indie Jaargang X, 1848)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Drukkerij Van Het Bataviaasch Genootschap|pages=68-69|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|last=Veth|first=Pieter Johannes|year=1854|url=https://books.google.co.id/books?id=2VoCAAAAMAAJ&printsec=frontcover&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Borneo's Wester-Afdeeling|location=Zaltbommel (Bommel)|publisher=Joh. Noman En Zoon|isbn=978-1145411753|pages=238|url-status=live}}</ref>
 
Batas di sebelah selatan adalah wilayah Tjengal, yaitu sungai Senipah Kecil dan pembatas air antara sungai Tjengal dengan sungai Djangeroe, Segendang, Kerang, dan sungai Samu. Dengan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tahun 1928, onderdistrict Sampanahan yang semula termasuk dalam Onderafdeling Tanah Boemboe, digabungkan ke dalam wilayah Pasir.
==== Tahun 1696. ====
Raja Passir menggunakan akta dari [https://www.openarchieven.nl/ghn:5ec90887-7bab-47e5-864d-d15a149bb202/en Willem Hartsink] tersebut untuk menolak klaim Kraeng Bonto Rombang (Krain Bonteramboe) dari Koetei terhadap wilayahnya. Perselisihan ini berlangsung selama dua tahun, sebelum akhirnya diputuskan oleh gubernur untuk keuntungan Raja Passir.<ref>{{Cite book|last=Blok|first=Roelof|year=1848|url=https://books.google.co.id/books/about/Tijdschrift_voor_Nederlandsch_Indi%C3%AB.html?id=_mcTAAAAQAAJ&redir_esc=y|title=Beknopte geschiedenis van het Makassaarsche Celebes en Onderhoorigheden (Tijdschrift Voor Nederlandsch Indie, Jaargang X, 1848)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Drukkerij Van Het Bataviaasch Genootschap|pages=68-69|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|last=Veth|first=Pieter Johannes|year=1854|url=https://books.google.co.id/books?id=2VoCAAAAMAAJ&printsec=frontcover&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Borneo's Wester-Afdeeling|location=Zaltbommel (Bommel)|publisher=Joh. Noman En Zoon|isbn=978-1145411753|pages=238|url-status=live}}</ref>
 
* Perbatasan di sebelah Barat
Kraeng Bonto Rombang (Krain Bonteramboe) adalah putri dari Kraeng Kronrong atau Karaeng Karunrung [https://historia.id/kuno/articles/jalan-tarung-karaeng-karunrung-6aeQM/page/1] (berasal dari Kesultanan Gowa) yang menikah dengan seorang putri dari kerajaan Pasir dan lahir selama pengasingan ayahnya di Pasir.
 
Batas di sebelah barat berupa pembatas air yaitu antara sungai-sungai yang bermuara di Selat Makassar dan sungai-sungai yang bermuara di sungai Barito (Laut Jawa).
==== Tahun 1710, tanggal 8 Maret. ====
Dalam web sejarah-nusantara.anri.go.id, terdapat surat diplomatik dari Penguasa Pasir (Lord of Pasir). [https://sejarah-nusantara.anri.go.id/search_letters/?location=Paser]
 
==== TahunPantai/Pesisir 1711-an. ====
Garis pantai bagian timur menunjukkan tiga (3) cekungan besar dan menjorok ke daratan, di bagian utara Teluk Adang, di tengah Teluk Apar, dan di selatan Teluk Pamukan. Tempat pendaratan kapal yang cocok di pantai adalah Api-Api dan Pasir Mayang. Baik dalam musim barat maupun timur, laut dapat sangat ganas. Waktu terbaik untuk melakukan perjalanan laut di sepanjang pantai adalah bulan April hingga Juni dan Oktober hingga Januari. Waktu yang paling tidak menguntungkan adalah bulan Juli, Agustus, September.
Pada masa ini, hubungan antara Kerajaan Pasir dan Kerajaan Kutei kembali tidak harmonis, karena ambisi Krain Bonteramboe untuk memperluas kekuasaannya atas Pasir belum pudar. Untuk mendukung klaim atas wilayah Pasir, Bonteramboe meminta bantuan Daing Mamantuli, seorang pangeran Bugis terkenal yang tengah menjalani hukuman pengusiran dari Makassar.<ref>{{Cite book|last=Bock|first=Carl|year=1887|url=https://books.google.co.id/books/about/Reis_in_oost_en_zuid_Borneo_van_Koetei_n.html?id=Y54aAAAAYAAJ&redir_esc=y|title=Reis in oost en zuid-Borneo van Koetei naar Banjermassin, ondernomen op last der Indische regeering in 1879 en 1880|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Martinus Nijhoff|isbn=978-1162405278|pages=XIV-XLX|url-status=live}}</ref>
 
=== Sungai-Sungai ===
==== Tahun 1726, 1727, & 1728. ====
Sungai yang paling penting adalah Sungai Pasir atau Sungai Kendilo, yang mengalir melintasi wilayah dari barat laut ke tenggara dan menjadi jalur perdagangan dan transportasi yang paling umum digunakan. Selain itu juga terdapat banyak sungai yang menghubungkan tempat-tempat di daerah pedalaman, yaitu Sungai Telakei, Sungai Lombok, Sungai Moeroe, Sungai Pasir (memiliki anak sungai yaitu: Sungai Samoe, Sungai Kasoengai, Sungai Kwaro, Sungai Seratei), Apar Besar dan Apar Kecil, Sungai Kerang, Sungai Segendang, Sungai Djangeroe, Sungai Tjengal,  Sungai Manunggul (Menoenggoel), Sungai Sampanahan.
Pada tahun-tahun ini, Passir dan Koetei ditaklukkan oleh seorang pangeran dari [[Kerajaan Wajo|Kerajaan Wadjo]] (Sulawesi Selatan) yaitu Aroe Seenkang (Arung Sengkang) yang mempunyai nama lain Aroe Paneke (Arung Penieki) [https://www.pinisi.co.id/kiprah-la-maddukelleng-arung-peneki-arung-singkang-sultan-paser/], kelak dikenal dengan Arung Matoea Wadjo (raja yang dituakan, ''penobatan tanggal 6 November 1736''). Aroe Seenkang kemudian menikahi salah satu putri dari kerajaan Koetei, sedangkan salah satu anaknya yang bernama Bengaroen menikah dengan seorang putri dari kerajaan Pasir, bernama Adjie Ratoe. Sampai dengan tahun 1760, kedua kerajaan ini membayar upeti kepada Arung Penieki. <ref>{{Cite book|last=Blok|first=Roelof|year=1848|url=https://books.google.co.id/books/about/Tijdschrift_voor_Nederlandsch_Indi%C3%AB.html?id=_mcTAAAAQAAJ&redir_esc=y|title=Beknopte geschiedenis van het Makassaarsche Celebes en Onderhoorigheden (Tijdschrift Voor Nederlandsch Indie, Jaargang X, 1848)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Drukkerij Van Het Bataviaasch Genootschap|pages=69|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|last=von de Wall|first=Hermann|year=1849|url=https://books.google.co.id/books/about/Indisch_archief.html?id=GJFEAQAAMAAJ&redir_esc=y|title=Indisch Archief (Extract uit de dagelijksche aanteekeningen van den civielen gezaghebber voor Koeti en de Oostkust van Borneo, H. von Dewall, op eene reis van Bandjarmassin naar Koetei, Passier, en van daar terug naar Bandjarmassin)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Lange & Co.|pages=93|url-status=live}}</ref>
 
=== Perbukitan & Pegunungan ===
Arung Penieki ini kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, berdasarkan SK Presiden RI No.109/TK/Thn.1998, tertanggal 6-November-1998. [https://www.pinisi.co.id/kiprah-la-maddukelleng-arung-peneki-arung-singkang-sultan-paser/]
Daerah perbukitan di bagian selatan wilayah ini berasal dari periode tersier muda, sedangkan lebih ke utara tanahnya adalah tersier tua. Pegunungan ini sebagian besar terdiri dari batuan vulkanik, cukup berbatu dan cukup berat.
 
Di sebelah barat wilayah Pasir terdapat sebuah rangkaian bukit yang karena luasnya dan banyaknya puncaknya dikenal dengan nama Gunung Beratus (Beratoes). Puncak tertinggi dari rangkaian ini adalah Gunung Krumei (Kroemei), juga dikenal sebagai Kramu (Kramoe) atau Kram. Gunung Batu Aji (Batoe Adji) juga terkenal karena di sekitarnya terdapat jalan setapak dari [[Batu Botuk, Muara Komam, Paser|Batu Butok]] (Batoe Botok) ke [[Muara Uya, Tabalong|Muara Uya]] (Moeara Oeja) di wilayah [[Amuntai (kota)|Amuntai]] (Amoentai). Anak-anak gunung yang mengarah ke timur dari rangkaian gunung mendekati sungai Pasir; anak-anak gunung ini termasuk Gunung Salau.
Seenkang/[[Sengkang (kota)|sengkang]] merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota [[Kabupaten Wajo]], [[Sulawesi Selatan]]. Sedangkan Paneke/Penieki/[[Peneki, Takkalalla, Wajo|Peneki]] adalah sebuah kelurahan di Kec. Takkalalla, Kab. Wajo, Sulawesi Selatan. Lalu Aroe/Arung memiliki arti penguasa/raja/bangsawan.
 
Gunung Bawa Buyung (Bawa Boejoeng) dikenal dengan gunung hitam, dan Gunung Salihat. Sebuah anak gunung yang mengarah ke timur juga membentuk batas antara daerah Paser dan Cingal (Tjingal).
==== Tahun 1735, bulan Mei. ====
Arung Singkang dan Toassa (2<sup>nd</sup> command) berusaha mengepung kapal VOC (Hindia Belanda) di Banjarmasin, tetapi gagal, dan kembali ke Pasir.<ref>{{Cite book|last=Goh|first=Yoon Fong|year=1969|url=https://core.ac.uk/download/pdf/160275798.pdf|title=Trade and politics in Banjarmasin 1700-1747 (PhD thesis)|location=London|publisher=SOAS University of London|pages=148|doi=10.25501/SOAS.00026213|url-status=live}}</ref>
 
Gunung tertinggi di daerah Paser adalah Gunung Melihat/Meliat (1008 meter). Gunung ini, yang hampir berada di tengah-tengah daerah, tidak terhubung dengan rangkaian gunung di Barat, tetapi dipisahkan oleh Sungai Pasir.
==== '''Tahun 1756.''' ====
Terdapat sebuah perjanjian antara Kesultanan Banjarmasin dengan VOC yang diwakili oleh [[:nl:Johannes_Andreas_Paravicini|Commissaris Johanes Andreas Paravicini]], yang salah satunya adalah wilayah seperti Barau, Koetij, Passier, Sanghoe, Santang, dan Laway untuk membayar upeti (contributie). Sedangkan untuk Passier sendiri diharuskan memberikan kontribusi berupa empat puluh tahil emas murni, dua puluh picol burung nuri, dan dua puluh picol lilin.<ref>{{Cite book|last=Bock|first=Carl|year=1887|url=https://books.google.co.id/books/about/Reis_in_oost_en_zuid_Borneo_van_Koetei_n.html?id=Y54aAAAAYAAJ&redir_esc=y|title=Reis in oost en zuid-Borneo van Koetei naar Banjermassin, ondernomen op last der Indische regeering in 1879 en 1880|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Martinus Nijhoff|isbn=978-1162405278|pages=XXVIII|url-status=live}}</ref>
 
Gunung yang lebih rendah adalah Gunung Selapie, yang terletak lebih ke selatan di sebelah kanan Sungai Pasir, dan Gunung Tengkaruran (Tengkaroeran) serta Gunung Sabulan (Saboelan) yang berdiri di seberangnya di sebelah kiri sungai.
==== Tahun 1760, tanggal 15 Agustus. ====
Terdapat sebuah surat diplomatik dari Pangeran Pasir.[https://sejarah-nusantara.anri.go.id/search_letters/?ruler=Pangeran%20Paser]
 
Antara sungai Pasir dan Telakei terdapat pegunungan yang tidak tinggi tetapi sulit diakses karena kemiringannya. Puncak selatan dari pegunungan tersebut adalah Gunung Bolang (sekitar 600 meter).
==== Tahun 1786, tanggal 23 Oktober. ====
Terdapat sebuat surat diplomatik dari Amir Al-Mumenin dari Pasir.[https://sejarah-nusantara.anri.go.id/search_letters/?ruler=Amir%20Al-Mumenin]
 
Gunung Belasa yang terletak di dekat pertemuan sungai Telakei dan Lambakkang (Lambakan), adalah salah satu puncak dari pegunungan yang agak rendah dan membentang di kedua sisi sungai Telakei di bagian atasnya. Puncak tertinggi dari pegunungan tersebut adalah Gunung Ketam, yang terletak antara sungai Telakei dan Teluk Balikpapan, gunung ini disebut sebagai Puncak Balik Papan. Selain itu juga terdapat Gunung Jangang (Djangang) yang memiliki ketinggian ±600 M.
==== Tahun 1787. ====
Terdapat sebuah surat dari Amir Al-Mumenin bertanggal 6 Juni. Selain itu pada tanggal 29 Juni, terdapat sebuah surat yang berasal dari Pasir ke Batavia oleh Raja Torou (Kepala Kelompok Pedagang Wajo di Pasir). [https://sejarah-nusantara.anri.go.id/search/?q=paser]
 
=== Cuaca & Iklim ===
Di tahun ini pula juga terdapat Kontrak politik antara [[Tamjidillah I#:~:text=Panembahan Badarul Alam atau Panembahan,atau 1745-1778.|Sultan Tamdjid Illah I]] dari Kesultanan Banjarmasin dengan O.I Compagnie/VOC yang salah satu isinya adalah menyerahkan wilayah Pasir ke VOC.
Iklimnya lembap dan panas. Musim timur atau musim kemarau, berlangsung dari Juni hingga November. Musim barat atau musim penghujan paling parah terjadi pada Januari dan Februari. Selama musim peralihan, suhu terasa sangat panas. Namun, selama musim kemarau, biasanya angin berhembus pada siang hari dan malamnya cukup sejuk.
 
Selama musim timur, pantai mengalami gelombang laut yang cukup kuat, terutama di sekitar Api-Api, sehingga laut sangat bergelombang di siang hari. Selama musim barat, laut biasanya lebih tenang. Namun, pada bulan Februari dan Maret, angin utara yang kuat dapat berlangsung beberapa hari, menyebabkan gelombang laut yang panjang. Gelombang ini tetap berlangsung di malam hari, sehingga pada bulan-bulan itu, berlayar dengan perahu di sepanjang pantai bukanlah aktivitas yang menyenangkan. Selama musim barat, banyak sungai meluap, menyebabkan banjir di banyak tempat dan membuat jalan-jalan terendam hingga setengah meter.
==== Tahun 1788. ====
Terdapat dua buah surat dari yang berasal dari Pasir ke Batavia oleh Raja Torou, bertanggal 4 & 11 Agustus.[https://sejarah-nusantara.anri.go.id/search_letters/?ruler=Raja%20Torau]
 
==== TahunKeanekaragaman 1796.Hayati ====
Dalam sebuah tulisan tahun 1927 karya S.W. Reeman (Kapitein der Infanterie){{sfn|Reeman|1927|p=39–41}}, mencatat keanekaragaman hayati yang ada di Paser, antara lain:
Terdapat sebuah surat yang berasal dari Pasir ke Batavia & Semarang oleh Reng Reng Rituwak, bertanggal 14 Juni.[https://sejarah-nusantara.anri.go.id/search_letters/?ruler=Reng%20Reng%20Rituwak]
 
==== Tahun 1798Hewan. ====
Macan Dahan, Beruang Madu, Badak, Banteng, Kerbau Liar, Rusa, Kidang, Kijang Kerdil, Babi Hutan, Bekantan, Monyet, Owa-Owa, dan Buaya.
Terdapat sebuah surat yang berasal dari Pasir ke Batavia & Semarang oleh Reng Reng Rituwak, bertanggal 13 Juli. [https://sejarah-nusantara.anri.go.id/search_letters/?ruler=Reng%20Reng%20Rituwak]
 
==== Tahun 1799Tumbuhan. ====
Terdapat dua buah surat yang berasal dari Pasir ke Batavia oleh Sultan Sulaiman Alamsyah, bertanggal 20 Juli & 13 Agustus.[https://sejarah-nusantara.anri.go.id/search_letters/?ruler=Sultan%20Sulaiman%20Alamsyah]
 
* Rotan: Segah (Taman), Djoengan (Gelang), Soko (Satop Atau Soeltoep), Rotan Lilin, Rotan Ilatoeng (Kotak), Rotan Sikan (untuk membuat tikar), Semamboe (Rotan Toehoe).
Dalam web tersebut diatas juga terdapat keterangan mengenai Sultan Sulaiman Alamsyah sebagai Sultan ke-4 dan mempunyai nama lain yaitu  Aji Panji bin Ratu Agung alias Ibrahim Ebenoe Machmoed dari Passir.
 
* Getah Perca: Getah Soesoe (Gitaan), Getah Pantoeng, Getah Natoe.
==== Tahun 1809. ====
Kontrak politik antara kesultanan Banjarmasin dengan English East India Companij, yang salah satu isinya adalah penyerahan Provinsi Dijac, Mandawie, Sampit, Pamboeang, Cottabringin, Sintan, Lawie, Jalai Bekompai, Doosan Countrij, Barau, Cotia, Passer, Pogatan dan Poolo Laut.<ref>{{Cite book|last=Bock|first=Carl|year=1887|url=https://books.google.co.id/books/about/Reis_in_oost_en_zuid_Borneo_van_Koetei_n.html?id=Y54aAAAAYAAJ&redir_esc=y|title=Reis in oost en zuid-Borneo van Koetei naar Banjermassin, ondernomen op last der Indische regeering in 1879 en 1880|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Martinus Nijhoff|isbn=978-1162405278|pages=XLVI|url-status=live}}</ref>
 
* Pohon Kayu: Ulin, Natoe, Lanan, Bangkirai, Keruing, Marsimpa, Rawali, Bungur, Djinga, Binoeang, Ipil, Madang Tandoek, Madang Teloer, Balangiran, Bajoer, Soengkei, Galam, Tingi.
==== Tahun 1811. ====
Terdapat sebuah surat yang berasal dari Pasir ke Batavia oleh Sultan Sulaiman Alamsyah, bertanggal 22 Juli.[https://sejarah-nusantara.anri.go.id/search_letters/?ruler=Sultan%20Sulaiman%20Alamsyah]
 
* Bambu: Bambu Betong, Bambu Piring, Boeloeh, Paring Tali, Pasa (Terangboli), Temiang, dan Haoer.
==== Tahun 1817, tanggal 1 Januari. ====
Kontrak politik antara Padoeka Sri Sultan Sleeman Almoh Tamid Alalah dari Kesultanan Banjarmasin dengan VOC yang salah satu isinya adalah menyerahkan secara penuh kepemilikan dan kedaulatan kepada Hindia Belanda, pulau kota dan benteng di Tatas dan Kween, semua provinsi Dayak bersama-sama; serta provinsi Mandawie, Sampit, Kottaringien, Sentan, Lawai, dan Jelai, Bekompai, Tabanjaauw, Pagatan, dan pulau Lout, Passir, Koti, Barrauw.<ref>{{Cite book|last=Bock|first=Carl|year=1887|url=https://books.google.co.id/books/about/Reis_in_oost_en_zuid_Borneo_van_Koetei_n.html?id=Y54aAAAAYAAJ&redir_esc=y|title=Reis in oost en zuid-Borneo van Koetei naar Banjermassin, ondernomen op last der Indische regeering in 1879 en 1880|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Martinus Nijhoff|isbn=978-1162405278|pages=XLVII|url-status=live}}</ref>
 
* Palmae: Rumbia, Nipah, Niboeng, Aren, Solak, Sirang, Pinang, Kelapa, Bolang (Siwalan), Rasi, dan Mako.
==== Tahun 1823. ====
Menurut Mr. J. H. Tobias (Kommissaris van het Gouvernement, 1823), para penguasa Berauw, Koetei, Passir, Pegatan, dan Kota-ringin telah memisahkan diri dari Kesultanan Banjarmasin.<ref>{{Cite book|last=Veth|first=Pieter Johannes|year=1854|url=https://books.google.co.id/books?id=2VoCAAAAMAAJ&printsec=frontcover&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Borneo's Wester-Afdeeling|location=Zaltbommel (Bommel)|publisher=Joh. Noman En Zoon|isbn=978-1145411753|pages=LIX|url-status=live}}</ref>
 
== Komposisi & Kondisi Masyarakat {{sfn|Van Slooten|1936|p=11-26}} ==
==== Tahun 1826. ====
Terdapat kontrak politik antara Kesultanan Banjarmasin dengan pemerintah Hindia Belanda, yang salah satu isinya adalah menyerahkan Pasir kepada pemerintah Hindia Belanda.
 
=== Penduduk ===
==== Tahun 1844, tanggal 25 Oktober. ====
Penduduk wilayah Paser pada tahun 1905 diperkirakan berjumlah sekitar 17.000 jiwa, terdiri dari Orang Bugis, Orang Pasir, Orang Dayak, Orang Badjo, Orang Bandjar, Orang Eropa, dan Orang Asia Timur Asing.{{sfn|Nusselein|1905|p=533-534}}
Kontrak Politik pertama antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Kesultanan Pasir, dilakukan oleh Sultan Adam (Sultan ke-4 Pasir).<ref>{{Cite book|last=Gallois|first=Jacobus Gerardus Arnoldus|year=1856|url=https://archive.org/details/jstor-25733735|title=Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo.|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië|pages=221|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|date=1865|url=https://repository.overheid.nl/frbr/sgd/18771878/0000407333/1/pdf/SGD_18771878_0000579.pdf|title=Overeenkomsten met Inlandsche Vorsten in den OostIndischen Archipel, Vol. XXI, 1864-1865)|location=s'Gravenhage (The Hague)|publisher=Landsdrukkerij|pages=3|url-status=live}}</ref>
 
Komposisi penduduk tahun 1926, Orang Pasir, Orang Dayak, Orang Bugis, Orang Melayu-Bandjar, Orang Badjau, Orang Cina, Orang Arab, Orang Eropa, & Orang Asia Timur, dengan total jumlah penduduk per 1 Januari adalah 21.168 Jiwa.{{sfn|Reeman|1927|p=13 & 16}}
Dalam sebuah tulisan di tahun 1904 karya A.H. P. J. Nusselein berjudul Beschrijving Van Het Landschap Pasir, disebutkan bahwa ibu dari Sultan Adam bernama (Adji) Ratoe yang merupakan putri dari Sultan Sepoeh yang pertama. Pada tulisan ini juga terdapat keterangan bahwa Sultan pertama adalah Sultan Sepoeh, sultan ke-2 adalah Sultan Soeleiman yang merupakan keponakan Sultan ke-1, dan Sultan Machmoed (putra dari Sultan Soeleiman dari istri yang bukan berasal dari keluarga kerajaan/kesultanan) adalah sultan ke-3, tetapi Sultan Machmoed memerintah hanya dalam waktu sebentar.<ref>{{Cite book|last=Nusselein|first=A.H.P.J.|year=1905|url=https://www.jstor.org/stable/20769450|title=Beschrijving Van Het Landschap Pasir (Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, Deel 58, 1905)|location='s Gravenhage (The Hague)|publisher=Martinus Nijhoff|pages=532|url-status=live}}</ref>
 
Komposisi penduduk tahun 1936, terdiri dari Orang Eropa, Orang Cina, Orang Arab, Orang Melayu (Banjar), Orang Bugis, Orang Badjau, Orang Jawa, Orang Pribumi-etnis Dayak (dalam tulisan asli menggunakan term Etnis Dayak, tapi pada jaman sekarang masyarakat lebih sering menyebut mereka sendiri sebagai [[Suku Paser|Etnis Pasir]]).{{sfn|Van Slooten|1936|p=11-26}}
==== Tahun 1847. ====
Sultan Ibrahim Chaliel-Oeddien menjadi sultan ke-5 Kesultanan Pasir setelah meninggalnya Sultan Adam.<ref>{{Cite book|last=Gallois|first=Jacobus Gerardus Arnoldus|year=1856|url=https://archive.org/details/bijdragentotdet12hagugoog/page/n12/mode/1up|title=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 1856 (Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Van Haren, Noman En Kolff|pages=257|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|year=1858|url=https://books.google.co.id/books/about/Almanak_van_Nederlandsch_Indi%C3%AB_voor_het.html?hl=id&id=HVNVAAAAcAAJ&redir_esc=y|title=Almanak En Naamregister van Nederlandsch-Indie voor 1858|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Lands-Drukkerij|pages=134|url-status=live}}</ref>
 
Penduduk etnis asli dapat dibedakan berdasarkan kepercayaan yang dianut sebagai berikut: Pasireezen (Dayak yang telah memeluk Islam), Dayak (Heidenen, penganut kepercayaan tradisi), Dayak Kristen (saat itu hanya di onderdistrict Sampanahan, yaitu kampung Mangka (kondisi tahun 1936).
==== Tahun 1849, tanggal 27 Agustus. ====
Pembagian Pulau Borneo menjadi dua bagian yaitu Wester afdeeling van Borneo dan Zuid en Ooster afdeeling van Borneo. Passir ditetapkan menjadi bagian dari Zuid-Ooster Afdeeling van Borneo.<ref>{{Cite book|year=1849|url=https://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&hl=id&lr=|title=Staatsblad Van Nederlandsch-Indie Voor Het Jaar 1849 (Verdeeling van het Eiland Borneo in twee afdeelingen, onder de benaming van Wester afdeeling en Zuid en Ooster afdeeling, Besluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, van den 27sten Augustus 1849, No. 8)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Lands-Drukkerij|pages=Lijst No. 40|url-status=live}}</ref>
 
Populasi asli Dayak dapat dibedakan lebih lanjut menjadi: Dayak Bawo (di mana "bawo" adalah bahasa Pasir untuk gunung), Dayak Kasoengei dan Setioe, Dayak Adang, Dayak Laburan, Dayak Tadjoer, Dayak Doesoen (di onderdistrict Sampanahan).
==== Tahun 1850, tanggal 18 November. ====
Resident Der Zuid- En Oosterafdeeling van Borneo J.G.A. Gallois mengunjungi kesultanan Passir, dan bertemu dengan Sultan Ibrahim Chalet Oedin. Pada tanggal ini terdapat keterangan adanya perjanjian antara Sultan Ibrahim Chalet Oedin dengan Pemerintah Hindia Belanda.<ref>{{Cite book|last=Gallois|first=Jacobus Gerardus Arnoldus|year=1856|url=https://archive.org/details/bijdragentotdet12hagugoog/page/n234/mode/1up|title=Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo, Verrigt Op Last Van Het Nederlandsch Indisch Gouvernement, 1850|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië|pages=256-257|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|year=1865|url=https://books.google.co.id/books?id=xE09AQAAMAAJ&pg=PA213&lpg=PA213&dq=Bijlagen+Van+Het+Verslag+De+Handelingen+Van+De+Tweede+Kamer+Der+Staten-Generaal+1864-1865+MACHMOED+ILHAN&source=bl&ots=2flHj-vj9a&sig=ACfU3U04wo7sdrlFZW2hQNhn6QG04mnToA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj4t4GEo_WFAxVUSmwGHfJ0AogQ6AF6BAgKEAM#v=onepage&q=Bijlagen%20Van%20Het%20Verslag%20De%20Handelingen%20Van%20De%20Tweede%20Kamer%20Der%20Staten-Generaal%201864-1865%20MACHMOED%20ILHAN&f=false|title=Bijlagen Van Het Verslag De Handelingen Van De Tweede Kamer Der Staten-Generaal 1864-1865, Overeenkomsten, contracten enz. met inlandsche Indische Vorsten, XXI.25,|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer|pages=212 (artikel/pasal 34)|url-status=live}}</ref>
==== Tahun 1857. ====
Kemungkinan di tahun ini Sultan Ibrahim Chalet Oedin, sultan Pasir ke-5 meninggal dunia. Pada tanggal 4 November 1857 Sultan Machmoed Ilhan (Mahmoed Ithan/Machmoed Khan) menjadi sultan Passir.<ref>{{Cite book|year=1859|url=https://books.google.co.id/books/about/Almanak_van_Nederlandsch_Indi%C3%AB_voor_het.html?id=Q1NVAAAAcAAJ&redir_esc=y|title=Almanak En Naamregister Van Nederlandsch-Indie Voor 1859|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Ter Lands-Drukkerij|pages=138|url-status=live}}</ref>
 
Suku Dayak Asing terdiri dari: Dayak Lawangan, Bantian, dan Tabuyan (berasal dari hulu Sungai Teweh, mereka juga tinggal di daerah aliran Sungai Kendilo (hulu), Dayak Doesoen (berasal dari Balangan-onderdistrict Sampanahan, mereka juga tinggal di hulu Sungai Kerang dan Sungai Samu), Dayak Bukit (berasal dari onderafdeling Tanah Bumbu dan Hulu Balangan).
==== Tahun 1860. ====
Di Amuntai, Mayor Verspyck telah menerima perintah untuk melakukan ekspedisi karena terjadi perlawanan di Kerajaan Passir.<ref>{{Cite news|date=17 Januari 1861|title=Kolonien. De laatste berigten uit Banjermasing zijn gedagteekend Amonthay 20 october.|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?coll=ddd&resultsidentifier=ddd:010902162:mpeg21:a0004&page=2&identifier=ddd:010902162:mpeg21:p003&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C19e_eeuw%7C1860-1869%7C1861%7C&objectsearch=passir&query=passir|work=Middelburgsche Courant|access-date=2024-05-05}}</ref>
 
Etnis Pasir tidak memiliki sistem tulisan sendiri dan tidak memiliki tradisi literatur. Sistem penanggalan yang umum digunakan di wilayah Paser saat itu adalah sistem penanggalan Arab. Namun, etnis Dayak Pasir menggunakan sistem tahun matahari untuk menentukan waktu tanam padi. Ketika rasi bintang tertentu terlihat di langit, mereka menghitung waktu yang tepat untuk memulai penanaman padi di sawah (ladang). Etnis Dayak Pasir memiliki cara untuk membagi waktu dalam sehari dan semalam dengan menggunakan kata-kata atau ungkapan tertentu.
==== Tahun 1861. ====
Sultan Passir (Sultan Machmoed Ilhan) dicurigai oleh pemerintah Hindia Belanda mendukung gerakan Pangeran Antassari dan Pangeran Hidayat II<ref>{{Cite book|last=van Rees|first=W.A.|year=1866|url=https://www.dbnl.org/tekst/_gid001186601_01/index.php|title=Eene Bijdrage Tot De Indische Krijgsgeschiendenis. De Bandjermasinsche krijg van 1859-1863 (De Gids, Dertigste Jaargang, Vierde Jaargang, Derde Deel, 1866)|location=Amsterdam|publisher=P.N. Van Kampen|pages=71|url-status=live}}</ref>.
 
==== TahunBahasa 1862. ====
Di wilayah Paser digunakan beberapa bahasa sebagai berikut: Bahasa Melayu, Bahasa Bugis, Bahasa Badjau, Bahasa Pasir, Bahasa Doesoen (wilayah Sampanahan). Bahasa Pasir memiliki beberapa dialek, tetapi perbedaannya tidak begitu besar sehingga semua orang Pasir dapat saling memahami. Sebuah pengecualian di sini adalah suku Dayak (Pasir) Laboeran yang sangat kecil (sekitar 350 jiwa, tahun 1936) yang tinggal di sekitar Laboeran. Ini adalah fenomena yang unik, karena di seluruh wilayah bagian ini, bahasa Pasir digunakan. Bahasa Laboeran juga bukan dialek Pasir, karena berbeda terlalu jauh, sehingga orang Pasir tidak dapat memahami mereka. Namun, Dayak Pasir Laboeran juga berbicara bahasa Pasir. Dialek Pasir dapat ditemui di Boven Pasir dan di daerah Telakei. Suku Dayak asing juga berbicara dalam bahasa mereka sendiri selain bahasa Pasir. Namun, dengan bahasa Melayu, orang dapat berkomunikasi di mana saja.
Letnan Laut Kelas 1 Jhr. A Meijer berhasil membawa Sultan Machmoed Ilhan (nama lainnya adalah Sultan Boejoeng) ke Banjarmasin menggunakan Kapal Uap Kelas 4 Zr. Ms. De Vecht. Terjadi kontrak politik antara pemerintah Hindia Belanda yang diwakili oleh Gustave Marie Verspijck (Resident der Zuider- en Ooster-Afdeeling van Borneo) dengan Kesultanan Passir yang diwakili oleh Sultan Machmoed Ilhan, dan Sultan Machmoed Ilhan diakui dalam jabatannya dan dilantik secara resmi sebagai Sultan Ke-6 Kesultanan Passir. Dokumen kontrak politik disetujui dan disahkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda L.A.J.W. Sloet pada tanggal 28 November 1862. Nama-nama yang tertulis pada dokumen kontrak politik antara lain: Moehamad Thaher Maradja Moeramad Saleh (Syahbandar Pasir), A. Loudon (De Algemeene Secretaris), Van Deinse (De Gouvernements- Secretaris), Feith (De Secretaris-Generaal bij het Ministerie van Kolonien).<ref>{{Cite book|date=1865|url=https://books.google.co.id/books?id=xE09AQAAMAAJ&pg=PA213&lpg=PA213&dq=Bijlagen+Van+Het+Verslag+De+Handelingen+Van+De+Tweede+Kamer+Der+Staten-Generaal+1864-1865+MACHMOED+ILHAN&source=bl&ots=2flHj-vj9a&sig=ACfU3U04wo7sdrlFZW2hQNhn6QG04mnToA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj4t4GEo_WFAxVUSmwGHfJ0AogQ6AF6BAgKEAM#v=onepage&q=Bijlagen%20Van%20Het%20Verslag%20De%20Handelingen%20Van%20De%20Tweede%20Kamer%20Der%20Staten-Generaal%201864-1865%20MACHMOED%20ILHAN&f=false|title=Bijlagen Van Het Verslag De Handelingen Van De Tweede Kamer Der Staten-Generaal 1864-1865, Overeenkomsten, contracten enz. met inlandsche Indische Vorsten, XXI.25,1865.|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|pages=210-213|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite news|date=1862-06-28|title=Kolonien. De Sultan van Passir heeft men er toe gekregen, dat hij een kotrakt met het goevernement heef geteekend.|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=passir&coll=ddd&page=2&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C19e_eeuw%7C1860-1869%7C1862%7C&identifier=ddd:010902413:mpeg21:a0005&resultsidentifier=ddd:010902413:mpeg21:a0005&rowid=1|work=Middelburgsche Courant|access-date=2024-05-06}}</ref> <ref>{{Cite news|date=1862-08-31|title=Per telegraaf, via Soerabaija, zijn de volgende berigten, loopende tot den 2den dezer, van Bandjermassing ontvangen.|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=passir&coll=ddd&page=2&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C19e_eeuw%7C1860-1869%7C1862%7C&identifier=ddd:010154715:mpeg21:p002&resultsidentifier=ddd:010154715:mpeg21:a0006&rowid=7|work=Nieuwedieper Courant|access-date=2024-05-06}}</ref>
 
==== TahunKepercayaan 1863.& Tradisi ====
Orang Pasir sangat percaya pada roh dan pertanda, serta upaya untuk meramal masa depan, mengusir bencana, dan memohon perlindungan. Dewa utama adalah Sangiang (yang berkuasa di langit) dan Tondoi (yang berkuasa di dunia bawah tanah). "Balian," atau dukun, memainkan peran penting dalam kehidupan.
Pada tanggal 23 Febuari, terjadi kesepakatan tambahan antara Sultan Mochmoed Ilhan dengan pemerintah Hindia Belanda, dimana Kontrak Politik disetujui dan disahkan pada tanggal 25 Juni 1863. Nama-nama yang tertulis pada kontrak politik tambahan antara lain: Hermanus Gerard Dahmen (adsistent- resident van Koetei en de oostkust van Borneo), Pangeran Mangkoe, Pangeran Ooeria Narbah, Adam Mohammad Saleh (Mantri Wasir), Moehamad Thaher Maradja Moeramad Saleh (Syahbandar Pasir), A. Prins (De Vice-President van den Raad van Nederlandsch Indie), Wattendorff (De Eerste Gouvernements- Secretaris), Van Deinse (De Gouvernements- Secretaris), Feith (De Secretaris-Generaal bij het Ministerie van Kolonien).<ref>{{Cite book|year=1865|url=https://books.google.co.id/books?id=xE09AQAAMAAJ&pg=PA213&lpg=PA213&dq=Bijlagen+Van+Het+Verslag+De+Handelingen+Van+De+Tweede+Kamer+Der+Staten-Generaal+1864-1865+MACHMOED+ILHAN&source=bl&ots=2flHj-vj9a&sig=ACfU3U04wo7sdrlFZW2hQNhn6QG04mnToA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj4t4GEo_WFAxVUSmwGHfJ0AogQ6AF6BAgKEAM#v=onepage&q=Bijlagen%20Van%20Het%20Verslag%20De%20Handelingen%20Van%20De%20Tweede%20Kamer%20Der%20Staten-Generaal%201864-1865%20MACHMOED%20ILHAN&f=false|title=Bijlagen Van Het Verslag De Handelingen Van De Tweede Kamer Der Staten-Generaal 1864-1865. XXI.27|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer|pages=212-213|url-status=live}}</ref>
 
Beberapa jenis balian yang dikenal di sini adalah Balian Sederhana, Balian Boentang, Balian Sipoeng, dan Balian Njoeli. Balian sederhana terutama diadakan dalam kasus penyakit, di mana melalui "moeloeng" atau seorang "moeloeng" sebagai perantara, bantuan roh-roh baik dipanggil untuk mengusir roh-roh jahat. Roh-roh jahat ini dianggap sebagai pengganggu manusia dan penyebab penyakit, gagal panen, dll. Balian Boentang diadakan dengan tujuan yang sama, tetapi untuk seluruh wilayah.
==== Tahun 1866. ====
Pada tanggal 8 Februari, Sultan Pasir yaitu Sultan Machmoed Ilhan meninggal dunia. Sultan Sepoeh Adil Chalifatoel Moeminin kemudian memerintah kesultanan/kerajaan sejak 1866 dan disebutkan di catatan tersebut bahwa Sultan Sepoeh adalah Sultan ke-7 Kesultanan Pasir).<ref>{{Cite book|date=1878|title=Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. ZITTING 1877 – 1878. - 1OO. Acte van Bevestiging van Sultan Sepoeh Adil Chalifatoel Moeminin als vorst van Pasir.|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|pages=2|url-status=live}}</ref> Di kerajaan/kesultanan Pasir, kematian sultan menandai masa transisi ke depan untuk pergantian takhta. Sesuai dengan tradisi negara, para bangsawan dan tokoh terkemuka negeri memilih Pangeran Mangkoe sebagai penerusnya, yang sebelumnya juga sudah ditunjuk oleh sang sultan yang telah meninggal. Pilihan orang tersebut, seorang keponakan dari yang telah meninggal, didasarkan pada kenyataan bahwa tidak ada dari putra-putra yang ditinggalkan yang dapat dipertimbangkan, baik karena usia mereka yang masih muda maupun karena kurangnya kelayakan mereka.<ref>{{Cite book|year=1866|url=https://kitlv-docs.library.leiden.edu/open/Metamorfoze/Kol.%20Verslag/MMKITLV01_PDF_TS4160_1866.pdf|title=Koloniaal Verslag van 1866, Hoofdstuk C|publisher=Netherlands. Departement van Kolonien.|pages=20|url-status=live}}</ref>
 
Balian Sipoeng diadakan jika penyakit serius berjangkit atau keputusan penting harus diambil. Dalam hal ini, roh-roh dari orang tertentu yang sudah meninggal dipanggil dan diminta bantuan serta nasihatnya (sejenis sesi pemanggilan roh). Balian Njoeli diadakan oleh kelompok yang percaya pada kembalinya tokoh-tokoh legendaris. Tokoh-tokoh ini akan hidup kembali dengan para prajurit mereka dan menghancurkan semua musuh mereka.
==== Tahun 1867. ====
Terdapat catatan bahwa penguasa kesultanan Pasir saat itu adalah Sultan Sepoeh Adil Chalifatoe'l-Moeminin.<ref>{{Cite book|year=1870|url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKB26:001013001:00005&query=Regerings-Almanak+voor+Nederlandsch-Indie&coll=dts&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C19e_eeuw%7C1870-1879%7C1870%7C&rowid=1|title=Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, Voornaamste Inlandsche Vorsten|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Lands-Drukkerij|pages=200|url-status=live}}</ref>
 
Pada suku Lawangan, Bantian, dan Taboejandajak, serta juga pada suku Pasir di Boven Pasir, juga diadakan upacara tahunan untuk menghormati orang yang meninggal dunia. Dalam upacara ini, yang disebut sebagai Balian Mangsar, tulang-tulang orang yang meninggal dalam setahun terakhir dikumpulkan dalam urna. Balian Mangsar kemudian digunakan untuk membimbing jiwa-jiwa orang yang meninggal menuju alam baka (gunung Loemoet). Jika kerbau disembelih, mereka akan digunakan untuk mengantarkan jiwa ke gunung suci. Orang miskin yang keluarganya tidak mampu secara finansial untuk menyembelih kerbau harus menempuh perjalanan panjang ke gunung itu dengan berjalan kaki.
==== Tahun 1873. ====
Sebuah firma dari Batavia menandatangani kontrak dengan beberapa Kepala Kampung Pasir untuk penyediaan batubara.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=62|url-status=live}}</ref>
 
==== TahunCerita 1874.Banjir Besar ====
Seperti banyak budaya lain, penduduk Pasir memiliki cerita tentang banjir besar. Di dekat tempat bernama Oedjoeng Polak, terdapat batu besar di Sungai Pasir dengan bentuk yang aneh. Legenda mengatakan bahwa selama banjir besar, penumpang perahu berubah menjadi batu karena ketakutan.
Terjadi kerusuhan yang dipicu oleh beberapa tokoh kerajaan, tetapi masih bisa diredam pada waktunya oleh Sultan Sepoeh.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=62|url-status=live}}</ref>
 
==== TahunSistem 1875.Peradilan ====
Sistem peradilan di sini mirip dengan yang ada di banyak kerajaan dan daerah di kepulauan Hindia Belanda yang masih mempertahankan otonomi tradisional. Tidak ada perbedaan antara cara penyelesaian perkara perdata dan pidana. Semua masalah diselesaikan dengan denda atau pembayaran ganti rugi. Setiap tindak pidana atau pelanggaran yang dilakukan terhadap seseorang memiliki karakter hukum privat dan tidak dianggap sebagai pelanggaran terhadap kepentingan umum.
Pengesahan Pangeran Mangkoe sebagai Sultan Pasir bergelar Sultan Sepoeh Adil Chalifatoel Moeminin Sebagai Raja/Sultan Pasir ke-7, pada tanggal 18 November. Disebutkan dalam ''Nota Van Toelichting'' bahwa setelah meninggalnya Sultan Machmoed Ilhan meninggal dunia pada tahun 1866, Sultan Sepoeh Adil ditunjuk untuk mengelola pemerintahan di Pasir, dan secara resmi dikukuhkan dalam pemerintahan tahun 1870 karena sebelumnya Residen tidak berkesempatan hadir di Pasir, namun dokumen perjanjian dan pengukuhan yang dibuat pada tahun 1870 itu tidak lengkap dan oleh karena itu tidak dapat disetujui oleh Pemerintah Hindia, sehingga baru pada tanggal 18 November 1875 dibuat ulang dokumennya dan disetujui dan disahkan oleh Gubjen Hindia Belanda Van Lansberge pada tanggal 14 Mei 1876. Nama-nama pihak yang menandatangani dokumen kontrak politik ini antara lain: Gerrit Jan Gersen (Resident der Zuider- en Ooster-afdeeling van Borneo), Mohamad Saleh (Mantrie), Raden Mohamad Taher (Mantrie), Pangeran Kapitan Riouw Abdul Karim (Mantrie), Pangeran Bandahara Adjie Noepiah (Mantri Polisi), dan Etah Imam Maas Moeda (Kepala Pemuka Agama).<ref>{{Cite book|year=1878|title=Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. ZITTING 1877 – 1878. - 1OO.5. Pasir. (Nota van Toelichting.)|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|pages=3|url-status=live}}</ref>
 
Denda biasanya merupakan kelipatan dari 88; misalnya, f88; 2 X f88, dan seterusnya hingga 8 X f88. Hukuman yang lebih ringan adalah denda sebesar f44, sementara denda yang paling rendah adalah f4. Mereka yang tidak mampu membayar denda yang ditetapkan kepada mereka dapat meminta bantuan kepada seseorang yang terpandang, yang bersedia meminjamkan jumlah tersebut, sehingga mereka menjadi pandeling (terpengaruh budaya Bugis). Jika tidak ada yang mau membantunya, maka yang dihukum akan menjadi pandeling di hadapan Pangeran. Dalam perkara perdata, biaya pengadilan dibayar sebesar 10 persen dari nilai barang atau sengketa tersebut. Biaya-biaya tersebut dibayar oleh pihak yang menang.
==== Tahun 1884. ====
Pembagian wilayah Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo menjadi dua bagian wilayah, yaitu de Afdeeling Koetei en de Noordoostkust van Borneo dibawah pengawasan seorang Assistent-Resident berkedudukan di Samarinda dan de Afdeeling Pasir en de Tanah-Boemboelanden dibawah pengawasan seorang Controleur yang berkedudukan di Kotta-Bahroe (Poeloe-Laoet).<ref>{{Cite book|year=1885|title=Staatsblad van Nederlandsch-Indie over Het Jaar 1884 (Staatsblad No. 35)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Landsdrukkerij|url-status=live}}</ref>
 
==== TahunMata 1886.Pencaharian ====
Pada tanggal 13 Desember, Sultan Sepoeh Adil Chalifatoel Moeminin meninggal dunia.<ref>{{Cite book|year=1889|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer. Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. ZITTING 1888 1889. - 103.8. AKTE VAN BEVESTIGING|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|pages=7|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1888.Industri ====
Pembuatan kain dilakukan secara eksklusif oleh wanita Bugis. Penduduk etnis Pasir pada umumnya terlibat dalam pembuatan gula merah, menempa besi menjadi keris, mandau, ujung tombak, dan barang-barang untuk keperluan rumah tangga (di sebagian besar rumah orang Pasir terdapat sebuah tempat tempaan kecil di dekat rumah), pembuatan anyaman dari bambu atau rotan, dengan menggunakan pewarna kassoemba (merah & biru) dan karamoenting (hitam), produk yang dihasilkan berupa randjong (keranjang makanan & barang), andjat (keranjang pakaian), apai (tikar), kepi (keranjang), seran (penutup kepala), dan lain-lain.Pengrajin emas dan perak juga ada tetapi jumlahnya sedikit. Tukang kayu biasanya adalah orang Bandjar. Orang-orang yang khusus dalam pembuatan kapal tidak ditemukan di sini, Orang-orang Bandjar yang tinggal di sepanjang pantai membuat perahu nelayan mereka untuk penggunaan pribadi.
Pengukuhan Adjie Tiga Pangeran Soeria, putra tunggal Sultan Machmoed Ilhan yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai pewaris tahta pada tanggal 14 Mei 1876 menjadi Sultan Pasir (sultan ke-8) secara resmi dengan nama jabatannya adalah Sultan Mohamad Alie Adil Chalifat'oel Moeminin pada tanggal 14 Februari dan Akta Perjanjian dan Pengesahan ini telah disetujui dan disahkan pada tanggal 13 Juli 1889. Nama-nama pihak yang menandatangani dokumen kontrak politik ini antara lain: Willem Broers (Resident der Zuider- en Ooster-afdeeling van Borneo), Pangeran Moeda, Imam Mas Moeda, Pangeran Mas, Pangeran Sjarif Achmid, Adjie Kasoema, dan Raden Adipati.<ref>{{Cite book|year=1889|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer. Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. ZITTING 1888 1889. - 103.8. Akten van Verband En van Bevestiging.|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|pages=7|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1889.Pertanian ====
Hampir seluruh penduduk etnis Pasir di wilayah Pasir bermata pencaharian sebagai petani. Orang-orang Bugis dan pendatang lainnya hanya sebagian. Penanaman padi biasanya di ladang kering, sawah basah dilakukan oleh orang Bugis. Hasil panen, bahkan ketika memuaskan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, sehingga padi harus diimpor dari luar, seperti pada tahun 1903, beras Siam-Thailand & Rangoon-Myanmar (yang sudah digiling) diimpor dari Singapura. Tidak ada beras yang diimpor dari Jawa. Tanaman lain yang ditanam antara lain jagung, kacang tanah, ubi jalar, tebu, pohon buah-buahan, kelapa, pisang, nipah, bambu, & kayu bakar.
Terdapat kontrak politik/perjanjian politik antara Sultan Mohamad Alie Adil Chalifat'oel Moeminin dengan Pemerintah Hindia Belanda, bertanggal 3 Desember.<ref>{{Cite book|year=1890|title=Handelingen van de Staten-Generaal 1889-1890, ZITTING 1890 1891. 112. Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. No. 18.|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|pages=12|url-status=live}}</ref>
 
==== TahunHasil 1890, bulan Oktober.Hutan ====
Daerah Pasir terkenal dengan kekayaan rotannya. Rotan Pasir jenis Segah (Rotan Taman-Calamus caesius Blume) dikenal di pasar Singapura sebagai rotan terbaik di seluruh Pantai Timur Kalimantan (pengelolaan menjadi hak eksklusif orang Pasir & Dayak). Jenis yang lebih rendah yaitu Soeltoep/Soko/Satop (Rotan Buyung-Calamus optimus Becc.) juga banyak ditemukan, terutama di daerah aliran Sungai Telakei. Selain itu juga terdapat jenis Djoengan (Gelang), Rotan Lilin (Calamus javensis Blume), Rotan Ilatoeng (Kotak), Rotan Sikan (untuk membuat tikar), Semamboe (Rotan Toehoe-Calamus scipionum Loureiro). Di hutan juga ditemukan getah pertja (kulit batang dikumpulkan & diekspor ke Surabaya), karet, lilin serta pohon bakau.
Sultan Mohamad Alie Adil Chalifat'oel Moeminin yang bertahta pada saat itu dicopot oleh Residen dengan tenang/damai, digantikan oleh Raja Muda/Pangeran Moeda/Mohammed Ali bergelar Sultan Abdoerahman/Sultan Abdul Rachman (Sultan ke-9). Sultan Abdoerahman mempunyai putra dari istri yang bukan dari keluarga bangsawan yaitu Adji Andei dengan gelar Pangeran Pandji.<ref>{{Cite book|year=1897|url=https://archive.org/details/GOOGLE-DIG-KOLONIAALVERSLAG-1897/page/n15/mode/1up|title=Zitting 1897-1898.-5 Koloniaal Verslag van 1897 I. Nederlandsch (Oost) Indie. Verslag. No. 2 (Bijlagen C van het verslag der handelingen van de Tweede Kamer der Staten-Generaal)|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|pages=24-25|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1898.Peternakan ====
Kerbau diternakkan oleh kepala suku di daerah pegunungan. Kerbau tidak digunakan dalam pengolahan ladang padi, tetapi hanya untuk disembelih pada acara-acara meriah. Sapi kadang-kadang diimpor dari Madura sebagai hewan potong. Kuda tidak ada. Kambing bisa ditemukan dalam jumlah kecil. Unggas hampir seluruhnya terdiri dari ayam, angsa tidak ditemukan di mana-mana. Bebek jarang ditemukan.
Pada tanggal 19 Mei, Raja Muda (Sultan Abdoerahman) meninggal dunia, kemudian pada bulan September, Pangeran Mangkoe Djaja Kesoema Adiningrat diangkat sementara untuk menjalankan pemerintahan. Pada bulan Oktober, sultan Pasir ke-8, Sultan Mohamad Alie Adil Chalifatoel Moeminin meninggal dunia.<ref>{{Cite book|year=1909|url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB18A:026711000:pdf|title=Politiek Beleid En Bestuurszorg in de Buitenbezittingen (Tweede Gedeelte A. Hoofdstuk III : Historisch Overzicht 1899-1908)|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Landsdrukkerij|pages=94|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1899.Berburu ====
Banyak orang berburu rusa, bukan untuk kesenangan, tetapi untuk menjual daging segar atau kering dalam bentuk dendeng. Kulit dan tanduknya diekspor ke Singapura dan Makassar. Babi hutan terkadang diadakan berburu untuk melindungi tanaman yang sedang tumbuh di ladang. Pemburu hampir tidak pernah memburu unggas seperti ayam hutan, burung merpati liar, dan sebagainya.
Terdapat perjanjian antara sultan Ibrahim Chalil Оedin dengan pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 22 September, terkait dengan penetapan pelabuhan di wilayah kesultanan Pasir, yaitu Pasir, Telakei, Adang, & Apar yang kemudian disahkan pada tanggal 27 November 1900.<ref>{{Cite book|year=1902|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1901-1902.169, Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel No. 12 & No. 29|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1900.Perikanan ====
Penangkapan ikan laut dilakukan oleh orang Badjo dan orang Bugis yang terkait dengan mereka melalui perkawinan. Di perairan dalam, mereka menggunakan jaring dan tombak; di perairan dangkal, mereka menggunakan bubu. Mereka menyediakan ikan bagi daerah pedalaman, yang dijual dalam kondisi asin, kering, atau diasap. Penduduk etnis Pasir menangkap ikan di sungai-sungai dengan bubu, jaring, dan pancing. Mereka juga menggunakan toeba untuk memabukkan ikan, lalu menaikkannya dengan tombak. Budidaya ikan di sawah tidak dikenal di sini.
Pengesahan Pangeran Mangkoe Djaja Kesoema Adiningrat sebagai penguasa Pasir dengan nama sultan Ibrahim Chalil Оedin pada tanggal 23 Juli dan disetujui dan disahkan pada tanggal 27 November 1900 (Sultan ke-10).<ref>{{Cite book|year=1902|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1901-1902.169, Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel No. 10 & No. 11|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref>
 
==== Perdagangan dan Pelayaran ====
Terdapat kontrak politik antara sultan Ibrahim Chalil Оedin dengan Pemerintah Hindia Belanda yang diwakili oleh Cornelis Alexander Kroesen (residen) pada tanggal 28 Juli.<ref>{{Cite book|year=1902|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1901-1902.169, Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel No. 6 & No. 9|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref>
Perdagangan di pelabuhan-pelabuhan didominasi oleh orang Bugis dan beberapa orang Asia Timur asing. Impor sebelumnya hampir secara eksklusif dilakukan dari Singapura dan Sulawesi, tetapi sejak Pasir dimasukkan ke dalam wilayah cukai pemerintah Hindia Belanda, barang-barang dari Surabaya, Banjarmasin, dan Koetei juga diperoleh. Ekspor hampir seluruhnya dilakukan ke Singapura.
 
Di pedalaman, perdagangan didominasi oleh orang Bugis dan orang Banjar dengan menggunakan perahu kecil. Mereka terutama pergi ke pasar (pakot), yang di beberapa tempat diadakan sekali seminggu dan di tempat lain setiap dua minggu sekali. Pada hari-hari pasar ini, orang Pasir dan suku Dayak juga menawarkan barang dagangan mereka (gula merah, anyaman, buah-buahan, dll.). Hari pasar yang paling ramai diadakan di Pakot Kwaro, Pakot Pait, Pakot Domik, Pakot Lampesoe, Pakot Panaran, Pakot Soemik, Pakot Sambengei, dan Pakot Lolo.
==== Tahun 1902. ====
Perjanjian baru antara sultan Ibrahim Chalil Оedin dengan Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 1 September, yang disetujui dan disahkan pada tanggal 14 Desember 1902, dan perubahannya bertanggal 18 April 1908. Nama-nama pihak yang menandatangani dokumen kontrak politik ini antara lain: Cornelis Alexander Kroesen (Resident der Zuider- en Ooster-afdeeling van Borneo), Pangeran Kesoema Djaja Ningrat, Radja Moeda (calon penerus tahta), Pangeran Mantri, dan Pangeran Depatie.<ref>{{Cite book|year=1905|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1903 1904. 201.Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. No. 33 & No. 34|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref>
 
Jenis-jenis perahu yang digunakan adalah sebagai berikut{{sfn|Van Slooten|1936|p=27-28}}:
==== Tahun 1904. ====
Sikap keras Sultan Pasir terhadap kelompok anak radja di bawah Pangeran Pandji, putra Sultan Abdoerachman, yang tidak mengakui dirinya sebagai sultan, menimbulkan kerusuhan di Tanah Grogot pada bulan Juli, namun berhasil dicegah oleh kehadiran pasukan keamanan (pradjoerits).<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=84|url-status=live}}</ref>
 
# '''Sopet/Sopit''' (dengan kemampuan berlayar, terutama digunakan untuk transportasi di laut dan di sungai hingga wilayah di mana pasang surut masih terasa).
==== Tahun 1905. ====
# '''Penaroeng''' (dengan kemampuan berlayar, digunakan baik untuk transportasi di laut maupun di sungai besar hingga pedalaman).
Karena kurang kuatnya pengaruh Sultan Pasir, ketegangan kembali muncul, di antaranya Panglima Sentik, salah satu pemimpin kelompok/faksi anak radja (keluarga kerajaan), yang tidak ingin menyerahkan wilayah Pasir kepada Pemerintah Hindia Belanda. Dan sebuah pasukan dikirim ke Pasir untuk melakukan patroli untuk meredakan ketegangan (Juli).<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=86|url-status=live}}</ref>
# '''Sodor''' (sebuah batang pohon yang dilubangi tanpa dinding, digunakan untuk keperluan lokal dan pribadi di daerah pegunungan).
# '''Bidoek''' (sebuah batang pohon yang dilubangi, dengan tambahan papan sebagai dinding, terutama digunakan di daerah pegunungan).
 
Orang etnis Pasir menghitung menggunakan litjoe, di mana satu litjoe = 5 X tendok sikoe lain kajang [= 5 X jarak antara siku dan tangan terbuka]; tendok sikoe beroekoet = jarak antara siku dan tangan tertutup], djaka: rentang tangan antara ibu jari dan jari tengah; djangkang, rentang tangan antara ibu jari dan jari telunjuk, opang = lebar lima jari yang tertutup.
Sultan Ibrahim Chalil Оedin beberapa kali harus didenda oleh H.N.A Swart (Civiel en militair resident der Zuider-en Oosterafdeeling van Borneo) karena kurangnya kerja sama, sultan tidak hanya mengambil sikap pasif, tetapi sering mendukung dan melindungi orang-orang yang berniat buruk. Panglima Doedjot, pemimpin kelompok perusuh, diketahui sebagai seorang abdi dari sultan. Karena sultan ini tidak dapat diandalkan dan memiliki banyak pelanggaran, Swart mengusulkan untuk mencopotnya dan menggantinya dengan Radja Moeda, tetapi oleh pemerintah Hindia Belanda di Batavia ditolak.<ref>{{Cite book|last=Swart|first=H.N.A|year=1906|url=https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/270/file/NL-HaNA_2.10.39_270_0001?eadID=2.10.39&unitID=270&query=|title=Memorie van overgave van het Bestuur der residentie Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo|pages=29-30|url-status=live}}</ref>
 
Untuk satuan volume, digunakan botol persegi, botol anggur standar, botol air minum, cangkir, tutup kelapa, dan tabung kulit pohon (passoe) dengan ukuran yang berbeda. Satuan berat yang digunakan adalah datjing [timbangan], di mana satuan beratnya adalah kati (=1/100 pikol sekitar 62 KG). Sekitar tahun 1825, satuan berat yang digunakan adalah kati dan pecul/picul dan mata uang yang berlaku adalah dollar spanyol.{{sfn|Milburn|Thornton|1825|p=422-423}}
==== Tahun 1906. ====
Pada tanggal 28 Juli terdapat Perjanjian antara Kesultanan Pasir yang diwakili oleh Sultan Ibrahim Chalil Оedin dan beberapa pembesar kesultanan (Pangeran Kesoema Djaja Ningrat, Sultan Moeda, Pangeran Mantri, Pangeran Pandji, Pangeran Mas, dan Pangeran Depati) yang berisi kesepakatan pengalihan kekuasaan atas wilayah Pasir beserta semua hak yang timbul darinya kepada Pemerintah Hindia Belanda yang diwakili oleh Henri Nicolas Alfred Swart (Civiel en militair resident der Zuider-en Oosterafdeeling van Borneo), sehingga wilayah Pasir diakui berada di bawah pemerintahan langsung Pemerintah Hindia Belanda. Sebagai ganti rugi Pemerintah Hindia Belanda akan memberikan kompensasi sebesar f 327.267 sekaligus (tunai). Kontrak ini disetujui dan disahkan pada tanggal 22 Maret 1908, dengan ketentuan bahwa akan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1908.<ref>{{Cite book|year=1909|title=Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1908 1909. 311.Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. No 44-45|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|year=1909|title=Handelingen der Staten-Generaal, Bijlagen Tweede Kamer, 1908-1909-311, No. 1|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|url-status=live}}</ref>
 
Pada musim timur atau musim kemarau, terdapat pelayaran yang cukup ramai dengan daratan Sulawesi menggunakan kapal layar tradisional [pelari pedangkang, galekan] yang dimiliki oleh orang Bugis dan Makassar yang tinggal di Sulawesi. Selain itu, setiap hari perahu pengangkut barang (sopit) berlayar melintasi laut dari Tanah Grogot (Pasir) ke kota-kota pesisir di dalam wilayah Pasir seperti Apar, Adang, Telakei, dan sebagainya. Pada tahun 1903, tidak ada penerimaan di Kantor Bea Cukai Telakei karena impor dan ekspor hanya dilakukan dari dan ke Tanah Grogot (Pasir).
==== Tahun 1907. ====
Para pembesar kesultanan masih merasa tidak puas, karena mereka memiliki keberatan terhadap penyerahan wilayah kepada Pemerintah Hndia Belanda, yang sebenarnya diinginkan oleh Sultan sendiri dan untuk itu mereka kembali disajikan dengan sebuah akta untuk ditandatangani (menggantikan yang dari 25 Juli 1905). Pasukan patroli Hindia Belanda mulai bertindak tegas; pengambilan senjata api khususnya menimbulkan ketidakpuasan di beberapa tempat.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=88|url-status=live}}</ref>
 
==== TahunMakanan 1908.& Minuman ====
Makanan pokok adalah nasi. Jagung, yang juga umum ditanam, biasanya dipanggang dengan batangnya. Sagu hanya digunakan sebagai camilan dalam bentuk kue. Buah-buahan juga hanya dikonsumsi sebagai camilan. Sebagai pelengkap, digunakan kacang-kacangan, jenis mentimun, pucuk kelapa muda, dan sebagainya. Biasanya mereka dimasak sebagai sayur dalam air. Jarang makanan dibumbui kuat. Garam selalu disajikan bersama dengan makanan, agar orang dapat mengambil sesuai selera. Hidangan daging jarang dimakan, misalnya pada acara perayaan; daging tersebut berasal dari kerbau, kambing, rusa, dan unggas. Daging babi masih dimakan oleh Dajak yang masih memeluk kepercayaan asli. Ikan, baik dimasak, diasap, atau diasinkan, jauh lebih sering dikonsumsi daripada daging. Hidangan utama biasanya dikonsumsi dua kali sehari, yaitu sekitar pukul 11 pagi dan pukul 7 malam. Sebagai minuman, air biasa digunakan; kopi dan teh hampir tidak pernah digunakan. Getah dari pohon aren (tuak) sering diminum; jika difermentasi, memiliki sifat yang sama seperti minuman keras. Minuman dari pabrikan Eropa tidak digunakan. Sebagai stimulan, yang pertama disebut adalah sirih (liwo), yang digunakan seperti di Jawa dengan pinang, gambir, tembakau, dan kapur yang dimurnikan. Merokok tembakau, yang digulung dalam sebatang jerami (dari nipah), juga umum. Tembakau Jawa terutama digunakan, meskipun sedikit tembakau ditanam sendiri. Tembakau Cina dihisap dalam pipa bambu, bahkan oleh wanita.
Pada tanggal 1 Mei, penerapan pemerintahan langsung di Pasir dilakukan dengan memberikan kompensasi kepada pemimpin-pemimpin setempat; hanya Pangeran Pandji yang mengumpulkan keturunan kerajaan dan pengikut untuk mencoba mendapatkan kembali otoritas yang hilang; namun, karena sakit dan terpaksa pergi ke Bandjermasin, usahanya berakhir. Selain itu, ada juga seorang kepala Dayak, Demoeng, yang benar-benar melawan, tetapi setelah sedikit kekerasan dari patroli kami, dia juga menyerah.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=89|url-status=live}}</ref>
 
==== TahunPendidikan 1912. ====
Di [[Tanah Grogot, Paser|Tanah Grogot]], sejak tahun 1912 sudah ada sekolah rakyat. Pada tahun 1917 dan 1918, sekolah serupa dibuka di [[Sebakung, Long Kali, Paser|Sabakong]], Semborong (Batu Sopang), dan [[Kerang, Batu Engau, Paser|Kerang]]. Sekolah di [[Sebakung, Long Kali, Paser|Sebakong]] berkembang dengan baik, begitu juga yang di Semborong (Batu Sopang), namun sekolah di Kerang ditutup pada tahun 1926 karena kekurangan murid. Sebaliknya, pada tahun 1927, sekolah-sekolah dibuka di [[Pasir Mayang, Kuaro, Paser|Pasir Majang]] dan [[Biu, Muara Samu, Paser|Bioe]].
Pangeran Pandji, salah satu mantan penguasa wilayah di Pasir, berhasil mengkonversi lebih dari 3000 orang Dayak ke Islam dengan ancaman kedatangan orang Turki yang akan membunuh semua orang yang tidak beriman. Konversi massal ini berdampak pada daerah-daerah sekitarnya. Pangeran Pandji berusaha untuk mengangkat dirinya menjadi sultan Pasir dengan bantuan para mualaf baru; penangkapannya yang tepat waktu dan penahanannya di Bandjermasin mencegah terjadinya kerusuhan serius.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=93|url-status=live}}</ref>
 
Sekolah di [[Muara Kuaro, Muara Komam, Paser|Moeara Kwaro]], yang dibuka pada tahun 1919, dipindahkan ke [[Muara Komam, Paser|Moeara Koemam]] pada tahun 1925, dan sejak itu ditutup karena kekurangan murid. Sejak tahun 1919, [[Damit, Paser Belengkong, Paser|Damit]] dan [[Long Ikis, Long Ikis, Paser|Long Ikis]] juga memiliki sekolah rakyat mereka. Di Pasir, ada sekolah pribumi kelas dua dengan tiga guru. Jumlah total siswa yang menerima pendidikan pada 1 September 1927 adalah 174.{{sfn|Reeman|1927|p=35}}
==== Tahun 1913. ====
Seorang bernama Mat Djanang, pengikut Pangeran Pandji dari Pasir yang ditahan di Bandjermasin, mengkonversi banyak orang Dayak di Pasir ke Islam, meyakinkan mereka bahwa Jepang akan mengangkat kembali Pangeran Pandji sebagai sultan Pasir, dan semua orang yang tidak beriman akan dibunuh. Setelah penangkapan Matdjanang, semua pengikutnya meninggalkan Islam.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=94|url-status=live}}</ref>
 
== Pemerintahan & Komposisinya ==
==== Tahun 1914. ====
Di Bandjermasin, Martapoera, Pleihari, Kandangan, Negara, Amoentai, Moeara Teweh, Kota Baroe, Pegatan, Pantei, dan Pasir didirikan cabang-cabang Sarikat Islam, yang meningkatkan kehidupan keagamaan di kalangan penduduk Muslim.
 
=== Administrasi Pemerintahan ===
Terjadi kerusuhan, namun berhasil ditumpas; Adji Moejoeh (saudara tiri Pangeran Pandji) ditangkap dan ditahan di Kota Baroe. Berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 22 April 1914 no. 14 (Gouvernementsbesluit van 22 April 1914 no. 14) diasingkan ke Padang, tetapi meninggal di Pasir sebelum keberangkatannya.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=95|url-status=live}}</ref>
Pada tahun 1905-an, hierarki pemerintahan di wilayah Pasir beserta komposisinya diuraikan sebagai berikut:{{sfn|Nusselein|1905|p=562–564}}{{sfn|Reeman|1927|p=43–45}}
 
Sultan adalah pemimpin tertinggi di wilayah Pasir. Sultan Ibrahim Chalil Oedin (sultan ke-10) yang menduduki jabatan tersebut, di bawahnya dalam urutan ada sultan moeda atau pewaris takhta yang ditunjuk, pada saat itu adalah Adji Ngessi (Adji Njesei) bergelar Pangeran Kesoema Djaja Ningrat.
==== Tahun 1915. ====
Sekitar bulan Juni, terjadi perlawanan di Pasir, awalnya hanya di satu kampung, kemudian hampir di seluruh wilayah, sehingga perlawanan ini semakin mengarah pada karakter perlawanan yang serius.
 
Para pemimpin perlawanan termasuk Wana, Sabaja, Oema Bongkat (Oema Rongket) dari Bioe (Pasir Selatan), Kaka Degoe, seorang kepala Dayak dari pegunungan (Boven) Toejoe, Singa Ngara (Panglima Singa) dan Walik, keduanya adalah kepala dari wilayah Satioe (Pasir tengah), mendapatkan banyak pengikut dengan janji pembebasan dari kerja paksa (heerendiensten) dan pembayaran pajak. Meskipun alasan yang diajukan adalah tekanan dari pajak dan kerja paksa, penyebab sebenarnya lebih dalam, yakni balas dendam atas pemecatan pemimpin otonom (penguasa wilayah/landsgrooten) dan pengasingan Pangeran Pandji ke Bandjermasin (Pangeran Pandji diduga telah membuat pengikutnya bersumpah untuk membalas dendam terhadap para pejabat pemerintah Eropa di saat kematiannya, dengan harapan memulihkan pemerintahan otonom). Sarikat Islam menjadi senjata organisatoris yang kuat bagi mereka. Di bawah pimpinan Pangeran Mantri dan mantan sultan yang sebenarnya tidak memegang jabatan pemerintahan, tetapi memiliki kendali nyata, anggota Sarikat Islam direkrut dan perlawanan terhadap Pemerintah dijadikan tujuan utama mereka.
 
Awalnya, pihak Pandji yang bermusuhan, yang mencari dukungan di kalangan Dayak, dan pihak sultan, yang anggotanya adalah orang-orang Muslim Pasir, berdamai untuk bersama-sama melawan Pemerintah. Pergantian pejabat pemerintahan yang terus-menerus dalam lima tahun terakhir menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang apa yang terjadi di Pasir sampai perlawanan pecah.
 
Awalnya, patroli dilakukan oleh Kontrolir Pasir bersama patroli polisi bersenjata bekerja sama dengan patroli militer dari Kandangan. Pada bulan Agustus, satuan infanteri dari Bandjermasin tiba untuk memberikan bantuan. Meskipun patroli terus dilakukan dan dari waktu ke waktu orang-orang jahat dilumpuhkan, perlawanan malah meningkat, bahkan setelah para pemimpin Wana dan Panglima Singa ditangkap.
 
Pada bulan November, dua brigade infanteri dari Kandangan tiba, dan mereka berhasil bertemu dengan musuh di wilayah Sungai Rangan, memaksa musuh melarikan diri. Muncul pemimpin baru: Andin Ngoko dan saudaranya Andin Gedang, yang pada tanggal 29 November melancarkan serangan ke Tanah Grorot, namun berhasil dipukul mundur. Pada tanggal 1 Desember, bala bantuan tiba lagi, yakni satu kompi infanteri dari Jawa. Namun, patroli sejauh ini belum memberikan hasil yang memuaskan.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=96-97|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1916. ====
Pada bulan Februari, mantan sultan Ibrahim Chaliloedin, saudara laki-lakinya Pangeran Mantri, Pangeran Prawira, dan Radja Moeda dibawa ke Bandjermasin; Radja Moeda, yang terbukti tidak terlibat dalam perlawanan, diizinkan untuk kembali ke Pasir. Terungkap bahwa Pangeran Mantri, didukung oleh mantan sultan, menggunakan cabang Sarikat Islam di Pasir untuk mengorganisir perlawanan.
 
Pada bulan Mei dan Juni menangkap para pemimpin perlawanan seperti Andin Ngoko, Anding Oedang, Kaka Degoe, dan Oema Bongkat; sementara Sabaja dan lainnya terus melarikan diri, tetapi tidak lagi berani melakukan perlawanan terhadap Pemerintah. Sebagian besar penduduk kembali ke kampung mereka.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=97-98|url-status=live}}</ref>
 
==== Tahun 1917. ====
Sarikat Islam mengalami penurunan eksistensi, di mana bahkan kongres pada tanggal 27 Mei di Bandjermasin di bawah pimpinan Tjokro Aminoto, yang khusus datang dari Jawa, tidak mampu membawa perubahan. Kontribusi hampir tidak dibayarkan. Hanya di Bandjermasin dan Martapoera ada kemajuan, yaitu pendirian sekolah agama untuk anak-anak. Cabang di Pasir dibubarkan berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 19 November 1917 no. 43 karena dianggap berbahaya bagi ketertiban dan kedamaian umum, karena peran cabang ini dalam perlawanan.
 
Beberapa pemimpin kelompok perlawanan ditangkap oleh patroli, namun sebagian besar secara sukarela menyerahkan diri; yang terakhir yang menyerahkan diri adalah Sabaja (Desember). Pangkalan di luar Tanah Grogot ditarik mundur, kekuatan militer dikurangi menjadi satu kompi, yang ditempatkan di Tanah Grogot. Tunjangan tetap bagi mantan sultan, Ibrahim Chaliloedin, dan Pangeran Mantri, yang terlibat dalam perlawanan, dicabut. Berdasarkan Keputusan Pemerintah HIndia Belanda tanggal 31 Juli 1918 no. 25, mantan sultan diasingkan ke Telok Betong, Pangeran Mantri ke Padang, Pangeran Prawira ke Banjoemas, dan Adji Moejoeh ke Benkoelen.<ref>{{Cite book|last=Eisenberger|first=Dr. J.|year=1936|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111|title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo|location=Bandjermasin|publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing|pages=98|url-status=live}}</ref>
 
== Pemerintahan di Wilayah Pasir & Komposisinya. ==
Pada tahun 1905-an, hierarki pemerintahan di wilayah Pasir beserta komposisinya diuraikan sebagai berikut:<ref>{{Cite book|last=Nusselein|first=A.H.P.J.|year=1905|url=https://www.jstor.org/stable/20769450|title=Beschrijving Van Het Landschap Pasir (Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1905)|location='s Gravenhage (The Hague)|publisher=Martinus Nijhoff|pages=562-564|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite book|last=Reeman|first=S.W.|year=1927|title=Militiare Memorie Betreffende de Onderafdeling Pasir|pages=43-45|url-status=live}}</ref>
 
Sultan adalah pemimpin tertinggi di wilayah Pasir. Sultan Ibrahim Chalil Oedin (sultan ke-10) yang menduduki jabatan tersebut, adalah cucu dari Sultan Mohamad Sepoeh (Sultan ke-7) dari pihak ibu dan keturunan Bugis dari pihak ayah. Di bawahnya dalam urutan ada sultan moeda atau pewaris takhta yang ditunjuk,  pada saat itu adalah Adji Ngessi (Adji Njesei) bergelar Pangeran Kesoema Djaja Ningrat, yang berasal dari garis keturunan Sultan Soleiman (Sultan ke-2), adalah buyut dan leluhurnya dari garis ayahnya, sedangkan Sultan Adam (Sultan ke-4) adalah kakeknya dari garis ibunya.
 
Terdapat Dewan Penasihat yang terdiri dari lima orang pembesar wilayah (landsgrooten). Mereka bertugas untuk memberikan nasihat kepada Sultan dalam menyelesaikan berbagai urusan dan juga bertindak sebagai pengadilan tertinggi. Sultan bertindak sebagai ketua Dewan Penasihat. Jika Sultan berhalangan hadir, Sultan Moeda yang akan menggantikannya.
Baris 265 ⟶ 218:
# Wilayah Hulu Sungai Telakei. Pemimpinnya adalah Adji Mas alias Adji Raden di Long Toejoe (Oeloeng Toejoek) dan Adji Djaja di Long Nikan (Oeloeng Nikan).
# Wilayah aliran Sungai Pasir, dipimpin oleh Pangeran Wangsa, berkedudukan di Semboerak.
Gelar para keturunan bangsawan, baik laki-laki maupun perempuan, adalah Adji. Kerabat jauh disebut Andin. Jika mereka memimpin kampung, mereka tetap mempertahankan gelar-gelar tersebut. Kepala kampung lainnya disebut Kapitan oleh orang Bugis, Kapitan dan Poenggawa oleh orang Badjo, dan Orang Pasir & Dajaks menyebut kepala kampung dengan sebutan Rangga, Temanggoeng, Poenggawa, Kjahi, dan Raden oleh orang Pasir dan Dajaks.
 
Sebelum masa pemerintahan Sultan Ibrahim Chalil Oedin, selain sultan sebagai pemimpin tertinggi, pemerintahan dipegang oleh Pangeran Mangkoe Boemi atau Rijksbestuurder (administrator). Di bawahnya, setiap suku memiliki pemimpinnya sendiri.<ref>{{Cite booksfn|last=De Hollander|first=Joannes Jacobus|year=1864|url=https://books.google.co.id/books/about/Handleiding_bij_de_beoefening_der_land_e.html?id=1jtlAAAAcAAJ&redir_esc=y|title=Handleiding Bij De Beoefening Der Land- En Volkenkunde Van Nederlandsch Oost-Indië, Tweede Deel.|location=Te Breda (Breda)|publisher=ter Drukkerij van de Gebroeders NYS|isbn=978-1149818619|pages=147-148|url-statusp=live147–148}}</ref>
 
=== Nama-NamaPendapatan Kampung.Sultan ===
Dalam kunjungannya ke wilayah Pasir tahun 1850, Gallois (Resident Der Zuid- En Oosterafdeeling van Borneo) menyebut 2 (dua) kampung yaitu Rampa (terletak di Muara Sungai Pasir) & Pasir (Ibukota Kerajaan).<ref>{{Cite book|last=Gallois|first=Jacobus Gerardus Arnoldus|year=1856|url=https://archive.org/details/jstor-25733735/page/n1/mode/2up|title=Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo, Verrigt Op Last Van Het Nederlandsch Indisch Gouvernement.|location=Batavia (Jakarta)|publisher=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië|pages=256|url-status=live}}</ref>
 
==== Sultan Ibrahim Chaliel-Oeddien (memerintah: 1847 s.d 1857) ====
Johannes Jacobus de Hollander mencatat bahwa pada tahun 1864 terdapat nama-nama kampung sebagai berikut: Boesoei, Terobok, Pasir (Ibukota Kerajaan), Rampa, Paraga, Saboen Toeroeng, & Terinsing.<ref>{{Cite book|last=De Hollander|first=Joannes Jacobus|year=1864|url=https://books.google.co.id/books/about/Handleiding_bij_de_beoefening_der_land_e.html?id=1jtlAAAAcAAJ&redir_esc=y|title=Handleiding Bij De Beoefening Der Land- En Volkenkunde Van Nederlandsch Oost-Indië, Tweede Deel.|location=Te Breda (Breda)|publisher=ter Drukkerij van de Gebroeders NYS.|isbn=978-1149818619|pages=147–148|url-status=live}}</ref>
Monopoli atas emas yang digali, Bea masuk (impor) atas semua barang sebesar 4%, Bea keluar (ekspor) atas rotan sebesar 10% (dipungut oleh saudara perempuan Sultan Adam{{sfn|Von Dewall|1850|p=447}}), Pajak kepala satu gulden per keluarga, Pajak atas Orang Badjau, Pendapatan dari tebing sarang burung (walet), Denda yang dikenakan sebagai hukuman.{{sfn|Gallois|1856|p=258-259}}.
 
==== Sultan Mohamad Alie Adil Chalifat'oel Moeminin (memerintah: 14 Februari 1888 s.d 12 Oktober 1890) ====
Dalam dokumen kontrak politik antara Sultan Mohamad Alie Adil Chalifat'oel Moeminin dan pemerintah Hindia Belanda (Willem Broers, Resident der Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo) tahun 1889, termaktub nama-nama kampung yaitu: Pasir (tempat penandatanganan kontrak politik), Segendang, Perpat, Berombang, Adang, Telakei, Lembok, Silong, Pasir Lama, Setijoe, Kasoengei, Koewaroe, Labesie, Seratei, Laboeran, Moengkoe, Belingkong, Samoe, Bioe, Seboerangan, Koeman, Pamoejaran, & Senipa.<ref>{{Cite book|year=1890|title=Handelingen van de Staten-Generaal 1889-1890, ZITTING 1890 1891. 112. Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. No. 18.|publisher=Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer.|pages=12|url-status=live}}</ref>
Bea masuk (pajak impor) sebesar 5%, Pajak Ekspor sebesar 5%, Pajak Kepala (pria dewasa berusia 17 hingga 50 tahun), Pajak 10% atas hasil tanaman padi, Pajak 10% atas hasil produk hutan, Pajak pohon kelapa (2 buah kelapa matang dari setiap pohon tiap tahun), Heerendiensten (kerja wajib penduduk).{{sfn|Tweede Kamer, zitting 1890 1891. 112|1890|loc=No. 18}}
 
==== Sultan Ibrahim Chalil Oedin (memerintah: 27 November 1900 s.d 1 Mei 1908) ====
Pada tahun 1905, dalam tulisan karya A.H.P.J. Nusselei<ref>{{Cite book|last=Nusselein|first=A.H.P.J.|year=1905|url=https://www.jstor.org/stable/20769450|title=Beschrijving Van Het Landschap Pasir (Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, Deel 58, 1905).|location='s Gravenhage (The Hague)|publisher=Martinus Nijhoff|pages=551-553|url-status=live}}</ref> membagi wilayah di Kesultanan Pasir menjadi 9 (sembilan) bagian beserta nama-nama kampung yang termasuk didalamnya, yaitu:
Hak Pengenaan Bea Masuk, Bea Keluar serta Cukai, eksploitasi semua sumber pendapatan lainnya, diserahkan Sultan ke Pemerintah Hindia Belanda, dan sebagai ganti rugi akan hal-hal tersebut, Pemerintah Hindia Belanda membayar kepada Sultan dan Para pemimpin ganti rugi sebesar total f16.800 (enambelas ribu delapan ratus gulden) per tahun, dengan ketentuan ganti rugi sebesar f11.200 (sebelas ribu duaratus gulden) per tahun kepada Sultan, dan sejumlah f5.600 (lima ribu enam ratus gulden) per tahun kepada seluruh pembesar wilayah (landsgrooten) secara bersama-sama, semua itu akah dilakukan dalam 12 (duabelas) pembayaran bulanan yang sama besar.{{sfn|Tweede Kamer, zitting 1901 - 1902. 169|1902|loc=No. 6}}
 
=== Nama-Nama Kampung ===
# Daerah aliran sungai bagian hulu Sungai Pasir, yaitu mulai dari mulutnya di Selat Makassar hingga sungai itu bergabung dengan Sungai Samoe. Memiliki perkampungan antara lain: Kampong Badjou (di muara sungai Pasir), Tabanio, Tanah Grogot, Pabentjongan, Tapian Batang, Pakot Lolo, Pasir (ibukota kesultanan), Sangkoeriman, Pakot Baroe, Rantau Gedang, Pakot Damik, Pakot Bekasa, dan Pakot Lampesoe.
Selama perjalanannya di wilayah Passier von Dewall (tahun 1847) mencatat nama-nama tempat (kampung) antara lain: Rampa-Badjau, Peraga (Sultan Ibrahim Chaliel-Oeddien mempunyai kediaman di tempat ini), Saboen Toeroeng (Sultan Adam mempunyai kediaman di tempat ini), Raija-Bekkat, Boessoeïe (Sultan Adam juga mempunyai tempat kediaman di tempat ini), Terobokh, Samoe, [[Biu, Muara Samu, Paser|Bieoe]], Samoe-Prangan, Kaliean, Setieoekh, [[Kasungai, Batu Sopang, Paser|Sesoengè]], Kennjan, Loijoe-Wattoe, Terinsing (Sultan Adam membangun sebuah benteng di tempat ini untuk melindungi dari serangan orang Bandjar), Olong-Serieroeng (Moara Serieroeng), dan Olong-Langoen ([[Muara Langon, Muara Komam, Paser|Moara-Langoen]]).{{sfn|Von Dewall|1850|p=445-457}}
 
Dalam kunjungannya ke wilayah Pasir tahun 1850, Gallois (Resident Der Zuid- En Oosterafdeeling van Borneo) menyebut 2 (dua) kampung yaitu Rampa (terletak di Muara Sungai Pasir) & Pasir (Ibukota Kerajaan).{{sfn|Gallois|1856|p=256}}
 
Johannes Jacobus de Hollander mencatat bahwa pada tahun 1864 terdapat nama-nama kampung sebagai berikut: Boesoei, Terobok, Pasir (Ibukota Kerajaan), Rampa, Paraga, Saboen Toeroeng, & Terinsing.{{sfn|Hollander|1864|p=147–148}}
 
Dalam dokumen kontrak politik antara Sultan Mohamad Alie Adil Chalifat'oel Moeminin dan pemerintah Hindia Belanda (Willem Broers, Resident der Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo) tahun 1889, termaktub nama-nama kampung yaitu: Pasir (tempat penandatanganan kontrak politik), [[Segendang, Batu Engau, Paser|Segendang]], [[Perepat, Tanah Grogot, Paser|Perpat]], Berombang, Adang, Telakei, Lembok, Silong, Pasir Lama, Setijoe, [[Kasungai, Batu Sopang, Paser|Kasoengei]], [[Kuaro, Kuaro, Paser|Koewaroe]], Labesie, Seratei, [[Laburan, Paser Belengkong, Paser|Laboeran]], Moengkoe, [[Paser Belengkong, Paser Belengkong, Paser|Belingkong]], Samoe, Bioe, Seboerangan, Koeman, Pamoejaran, & Senipa.{{sfn|Tweede Kamer, zitting 1890 1891. 112|1890|p=12|loc=No. 18}}
 
Pada tahun 1905, dalam tulisan karya A.H.P.J. Nusselein{{sfn|Nusselein|1905|p=551–553}} mencatat wilayah-wilayah di Kesultanan Pasir beserta nama-nama kampung yang termasuk didalamnya, yaitu:
 
# Daerah aliran sungai bagian hulu Sungai Pasir, yaitu mulai dari mulutnya di Selat Makassar hingga sungai itu bergabung dengan Sungai Samoe. Memiliki perkampungan antara lain: Kampong Badjou (di muara sungai Pasir), Tabanio, [[Tanah Grogot, Paser|Tanah Grogot]], Pabentjongan, [[Tepian Batang, Tanah Grogot, Paser|Tapian Batang]], [[Lolo, Kuaro, Paser|Pakot Lolo]], Pasir (ibukota kesultanan), [[Sangkuriman, Paser Belengkong, Paser|Sangkoeriman]], Pakot Baroe, Rantau Gedang, Pakot Damik, [[Bekoso, Paser Belengkong, Paser|Pakot Bekasa]], dan [[Lempesu, Paser Belengkong, Paser|Pakot Lampesoe]].
# Daerah aliran Sungai Samoe. Tidak disebutkan nama-nama perkampungannya.
# Daerah aliran Sungai Pasir bagian hulu, yaitu dari muara sungai dengan Sungai Samoe hingga ke sumbernya. Perkampungan yang disebut: Oedjoeng Polak, Toekarsama, Semborong (juga disebut [[Batu Sopang, Paser|Batu Sopang]]{{sfn|Van Slooten|1936|p=28}}''')''', Sebentang (Barashoeri ?), Roesoei, Salinan, Batoe Botak (Sebuah kampung yang terkenal karena memberikan bantuan kepada pihak Pangeran Antassari & Pangeran Hidayat II selama "Perang Banjarmasin". Ini tercatat dalam karya Van[[Batu ReesBotuk, BagianMuara IIKomam, halamanPaser|Batoe 317)Botak]], Oeloeng Soeroe, Terobok, Loeasi, Sawah Djamban, Djamban, Tandjong Djebok (Oeloeng Loesang), Koejoe, Oeloeng Roeroen & Oeloeng Sarang.
# Daerah aliran sungai-sungai yang bermuara di selatan Sungai Pasir dan di utara Tandjoeng Aroe atau Ruige-Hoek di Selat Makassar. Nama perkampungan yang disebutkan: Bekang, Paron, Karang, Taberoek, Pat & Landing.
# Daerah aliran sungai Moeroe dan sungai Lombok serta muara Sungai Adang. Daerah ini terdiri dari: Lemo Lemo, [[Semuntai, Long Ikis, Paser|Samoentai]], [[Kuaro, Paser|Pakot Kwaro]], & [[Pasir Mayang, Kuaro, Paser|Pasir Majang]].
# Daerah aliran sungai Adang bagian atas (hulu). Perkampungan yang disebut: [[Pait, Long Ikis, Paser|Pakot Pait]], Oeloe Towo, Oeloeng Itis, Krajang, dan Kempen.
# Daerah Hilir Sungai Telakei. Nama-nama perkampungan yang disebut: [[Sebakung, Long Kali, Paser|Sabakong]], Ambaloet, [[Long Kali, Long Kali, Paser|Oeloeng Kali]], [[Mendik, Long Kali, Paser|Mendik]], Soemik, Sekoelit, & [[Munggu, Long Kali, Paser|Telak Moenggoe]].
# Daerah Sungai Hulu Telakei. Perkampungan yang disebut: Oeloeng Toejoek, Baur Lalang, Loetar, Oeloeng Nikan, & [[Muara Lambakan, Long Kali, Paser|Moeara Lambakan]].
# Daerah aliran Sungai Pias (sebuah anak sungai sisi kanan dari Telakei). Semboetak adalah satu-satunya kampung di daerah tersebut.
 
== Wilayah Pasir setelah 1 Mei 1908 ==
== Pendidikan. ==
Wilayah Pasir yang semula merupakan wilayah otonom (zelfbestuur) yang dikelola oleh Kesultanan/Kerajaan Pasir menjadi dibawah kendali langsung Pemerintah Hindia Belanda, sehingga pemerintahan yang bercorak kerajaan/kesultanan dihapuskan sejak saat itu.{{sfn|Staatsblad van Nederlandsch-Indie|1908|loc=No. 268}}
Di Tanah Grogot, sejak tahun 1912 sudah ada sekolah rakyat. Pada tahun 1917 dan 1918, sekolah serupa dibuka di Sabakong, Semborong, dan Kerang. Sekolah di Sebakong berkembang dengan baik, begitu juga yang di Semborong, namun sekolah di Kerang ditutup pada tahun 1926 karena kekurangan murid. Sebaliknya, pada tahun 1927, sekolah-sekolah dibuka di Pasir Majang dan Bioe.
 
Sekolah di Moeara Kwaro, yang dibuka pada tahun 1919, dipindahkan ke Moeara Koemam pada tahun 1925, dan sejak itu ditutup karena kekurangan murid. Sejak tahun 1919, Damit dan Long Ikis juga memiliki sekolah rakyat mereka. Di Pasir, ada sekolah pribumi kelas dua dengan tiga guru. Jumlah total siswa yang menerima pendidikan pada 1 September 1927 adalah 174.<ref>{{Cite book|last=Reeman|first=S.W.|year=1927|url=https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/1057/file/NL-HaNA_2.10.39_1057_0001?eadID=2.10.39&unitID=1057&query=|title=Militiare Memorie Betreffende de Onderafdeling Pasir|pages=35|url-status=live}}</ref>
 
== Galeri. ==
[[Berkas:Peta Wilayah Pasir sekitar Tahun 1936. (W. Van SLooten (Memorie van Overgave van de onderafdeling Pasir)).jpg|kiri|jmpl|Peta Wilayah Pasir (Circa 1936), termuat dalam karya W. van Slooten (Memorie van Overgave van de onderafdeling Pasir)|tepi|341x341px]]
[[Berkas:Henri Nicolas Alfred Swart (1868-1946) - In memoriam het KNIL - Royal Dutch East Indies Army.jpg|jmpl|'''Henri Nicolas Alfred Swart ('''Civiel en Militair Resident der Zuider-en Oosterafdeeling van Borneo 1905)]]
[[Berkas:Silsilah Kesultanan Pasir (termuat dalam karya S.W. Reeman (Militiare Memorie Betreffende de onderafdeling Pasir, 1927).jpg|pus|jmpl|Silsilah Kesultanan Pasir (termuat dalam karya S.W. Reeman (Militiare Memorie Betreffende de onderafdeling Pasir, 1927)]]
 
Afdeeling Pasir dibagi menjadi 3 (tiga) distrik yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala distrik yang bertanggungjawab langsung ke seorang pejabat Controleur, yaitu{{sfn|Staatsblad van Nederlandsch-Indie|1908|loc=No. 274}}:
 
A. Beneden-Pasir, mencakup daerah aliran sungai Pasir dari muaranya hingga pertemuannya dengan Sungai Samoe, serta daerah aliran sungai Samoe dan sungai-sungai yang bermuara ke laut di selatan Sungai Pasir dan di utara Tandjong-Aroe;
 
B. Boven-Pasir, mencakup daerah aliran sungai bagian hulu Pasir dari pertemuannya dengan Sungai Samoe hingga hulunya;
 
C. Adang dan Telakei, mencakup daerah aliran sungai Moeroe, Lombok, Adang, dan Telakei;
 
Controleur afdeeling Pasir akan dibantu oleh seorang pegawai eropa dan seorang pegawai pribumi yang juga diberi tugas sebagai Adjunct-Djaksa. Seorang Panghoeloe juga ditempatkan di afdeeling Pasir. Seorang Controleur di afdeeling Pasir juga akan berfungsi sebagai Pejabat Pelabuhan (Fungerend Havenmeester), selain itu juga akan ditempatkan pegawai Bea Cukai (Uitvoerrechten) dan seorang Pejabat Catatan Sipil (Ambtenaar van den Burgelijke Stand). Di afdeeling Pasir juga akan ada petugas/perusahaan Paketvaart yang akan melayani pelayaran terjadwal (mengangkut penumpang, barang, dan pos secara reguler).
 
==== Tahun 1909 ====
Belum ada pejabat Controleur yang ditunjuk, sehingga pejabat sementara pemimpin pemerintahan yang ditunjuk adalah Letnan Satu Infanteri S. D. Kramers yang sudah bertugas di Pasir sejak 25 Oktober 1905. Kepala masing-masing distrik (districthoofd) belum ada yang ditunjuk. Tercatat petugas agen Paketvaart di Pasir adalah Said Abdullah.{{sfn|Regerings-Almanak|1909|p=254–255, 698, 882, 957}}
 
==== Tahun 1910 ====
Masih belum ada pejabat Controleur yang ditunjuk, pejabat sementara yang menjalankan fungsi tersebut masih Letnan Satu Infanteri S. D. Kramers. Pejabat Bea Cukai (Uitvoerrechten) yang ditunjuk adalah D. A. Neijs, bertugas sejak 21 Juli 1909. Entji Kiraman ditunjuk sebagai kepala distrik Beneden-Pasir. Agen Paketvaart masih dijabat oleh Said Abdullah.{{sfn|Regerings-Almanak|1910|p=254–255, 681, 689, 872, 948}}
 
==== Tahun 1911 ====
Letnan Satu S. D. Kramers masih menjalankan fungsi pejabat controleur, Petugas Catatan Sipil adalah A. F. V. d'Aquino. Pejabat Bea Cukai masih D. A. Neijs. Kepala Distrik Beneden-Pasir adalah Entji Kiraman. Kepala Distrik Boven-Pasir yang ditunjuk sebagai pejabat sementara adalah Albert Apoer, dan Kepala Distrik Adang dan Telakei adalah Badowa bin Soeta Ono yang telah bertugas sejak 29 April 1910. Agen Paketvaart yang baru ditunjuk adalah Hadji Moehamad Amin.{{sfn|Regerings-Almanak|1911|p=262, 696, 902, 980}}
== Miscellaneous ==
 
* Tadjong Aroe (Tanjung Aru), nama ini berasal dari sejumlah pohon "aroe", "roe", atau "tjamara" yang tumbuh di Tanjung itu.{{sfn|Schwaner|Netscher|Von Dewall|1853|p=339}}
* Pada musim kemarau yang paling parah, air di Sungai Pasir sampai Sangkuriman menjadi asin. Pada saat yang disebut musim air asin, yang menurut informasi hanya terjadi sekali dalam 4 tahun. Musim air asin ini dapat dirasakan di sepanjang semua sungai tersebut (dikenal dengan Intrusi Air Laut - Musim Air Asin).{{sfn|Van Slooten|1936|p=6}}
* Dalam tulisan Hermann von Dewall yang termuat dalam Indisch Archief (1850) terdapat cerita tentang Panggawa Pego. Cerita tersebut tetap lestari hingga kini, seperti yang termuat dalam buku "Cerita Rakyat Paser dan Berau" terbitan tahun 2013.{{sfn|Von Dewall|1850|p=449}}
* Produk-produk yang dihasilkan oleh Passir antara lain emas, sarang burung (walet), tripang, lilin lebah (bees-wax), dan rotan.{{sfn|Moor|1837|loc=Appendix, hlm. 97}}
 
== Lihat Pula ==
 
# [[Lini Masa Paser Pra-Kemerdekaan|Lini Masa Wilayah Paser Zaman Pra-Kemerdekaan]].
# [[Para Raja & Sultan Pasir]].
 
== Galeri ==
[[Berkas:Schetskaart van de onderafdeeling Pasir (Memorie samengesteld door den Kapitein der Infanterie G. Minderman (8 Aug. 1919).png|jmpl|Sketsa Peta Wilayah Onderafdeeling Pasir Tahun 1919 dalam karya Kapitein der Infanterie G. Minderman berjudul (Memorie samengesteld)|167x167px|kiri]][[Berkas:Onderafdeeling_Pasir_1913_(MIKO_Inventory_of_maps_and_Drawings).jpg|pus|jmpl|Map of Onderafdeeling Pasir 1913 (MIKO Inventory of maps and drawings) - nationaalarchief.nl|147x147px]]
 
 
== Referensi. ==
<references />
 
== Daftar Pustaka.Referensi ==
<div style="column-width:20em;">
{{Reflist}}
</div>
== Daftar Pustaka ==
 
# {{Cite book |last=Blok, |first=Roelof (|date=1848).''[ |url=https://books.google.co.id/books/about/Tijdschrift_voor_Nederlandsch_Indi%C3%AB.html?id=_mcTAAAAQAAJ&redir_esc=y |title=Tijdschrift Voor Nederlandsch Indie Jaargang X, 1848] (Beknopte Geschiedenis van het Makassaarsche Celebes en Onderhoorigheden)''. |location=Batavia (Jakarta). |publisher=Ter Drukkerij Van Het Bataviaasch Genootschap. |language=nl | ref = {{harvid|Blok |1848}}}}
# {{Cite book |last=Bock, |first=Carl (|date=1887). ''[|url=https://books.google.co.id/books/about/Reis_in_oost_en_zuid_Borneo_van_Koetei_n.html?id=Y54aAAAAYAAJ&redir_esc=y |title=Reis in Oost en Zuid-Borneo van Koetei naar Banjermassin, Ondernomen op last der Indische Regeering in 1879 en 1880]''. |location=Batavia (Jakarta). |publisher=Martinus Nijhoff. <nowiki>ISBN |isbn=978-1162405278</nowiki>. |language=nl | ref = {{harvid|Bock |1887}}}}
# {{Cite book |last=Eisenberger |first=Dr. J |date=1936 |url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111 |title=Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo |location=Bandjermasin |publisher=Drukkerij: Liem Hwat Sing |language=nl | ref = {{harvid|Eisenberger |1936}}}}
# Dijk, Ludovicus Carolus Desiderius van (1862). [https://books.google.co.id/books/about/Ne%C3%AArlands_vroegste_betrekkingen_met_Bor.html?id=AulSAAAAcAAJ&redir_esc=y ''Neerland's Vroegste Betrekkingen Met Borneo, Den Solo-Archipel, Cambodja, Siam En Cochin-China'']. Amsterdam. J. H. Scheltema. <nowiki>ISBN 978-1018679624</nowiki>.
# {{Cite book |last=Gallois |first=Jacobus Gerardus Arnoldus |date=1856 |url=https://archive.org/details/bijdragentotdet12hagugoog/page/n14/mode/1up |title=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 1856 (Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo) |location=Amsterdam & Batavia (Jakarta) |publisher=Frederik Muller & Van Haren, Noman En Kolff |language=nl | ref = {{harvid|Gallois |1856}}}}
# Eisenberger, Dr. J. (1936). ''[https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKB06:000004135:00111 Kroniek der Zuider- En Oosterafdeeling van Borneo]''. Bandjermasin. Drukkerij: Liem Hwat Sing.
# {{Cite book |last= Goh |first=Yoon Fong |date=1969 |url=https://core.ac.uk/download/pdf/160275798.pdf |title=Trade and politics in Banjarmasin 1700-1747 |location= London |publisher=SOAS University of London |language=Inggris |ref = {{harvid|Goh |1969}}}}
# Gallois, Jacobus Gerardus Arnoldus (1856). ''[[iarchive:bijdragentotdet12hagugoog/page/n14/mode/1up|Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 1856 (Korte Aanteekeningen, Gehouden Gedurende Eene Reis Langs De Oostkust Van Borneo)]]''. Amsterdam. Frederik Muller. Batavia (Jakarta). Van Haren, Noman En Kolff.
# {{Cite book |last=Hollander |first=Joannes Jacobus de |date=1864 |url=https://books.google.co.id/books/about/Handleiding_bij_de_beoefening_der_land_e.html?id=1jtlAAAAcAAJ&redir_esc=y |title=Handleiding Bij De Beoefening Der Land- En Volkenkunde Van Nederlandsch Oost-Indië, Tweede Deel |location=Te Breda (Breda) |publisher=ter Drukkerij van de Gebroeders NYS |isbn=978-1149818619 |language=nl | ref = {{harvid|Hollander |1864}}}}
# Goh, Yoon Fong (1969). ''[https://core.ac.uk/download/pdf/160275798.pdf "Trade and politics in Banjarmasin 1700-1747"]''. PhD thesis. London. SOAS University of London. doi:[[doi:10.25501/SOAS.00026213|10.25501/SOAS.00026213]].
# {{Cite book |date=1866|url=https://kitlv-docs.library.leiden.edu/open/Metamorfoze/Kol.%20Verslag/MMKITLV01_PDF_TS4160_1866.pdf |title=Koloniaal Verslag, Hoofdstuk C, van 1866 |location= Netherlands |publisher=Departement van Kolonien |language=nl | ref = {{harvid|Koloniaal Verslag |1866}}}}
# Hollander, Joannes Jacobus de (1864). ''[https://books.google.co.id/books/about/Handleiding_bij_de_beoefening_der_land_e.html?id=1jtlAAAAcAAJ&redir_esc=y Handleiding Bij De Beoefening Der Land- En Volkenkunde Van Nederlandsch Oost-Indië, Tweede Deel]''. Te Breda (Breda). ter Drukkerij van de Gebroeders NYS. <nowiki>ISBN 978-1149818619</nowiki>.
# [https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?coll=ddd&resultsidentifier=ddd:010902162:mpeg21:a0004&page=2&identifier=ddd:010902162:mpeg21:p003&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C19e_eeuw%7C1860-1869%7C1861%7C&objectsearch=passir&query=passir Middelburgsche Courant. 17 Januari 1861]. Kolonien. "De laatste berigten uit Banjermasing zijn gedagteekend Amonthay 20 october".
# [https://kitlv-docs.library.leiden.edu/open/Metamorfoze/Kol.%20Verslag/koloniaal%20verslag.html ''Koloniaal Verslag van 1866, Hoofdstuk C'']. Netherlands. Departement van Kolonien.
# [https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=passir&coll=ddd&page=2&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C19e_eeuw%7C1860-1869%7C1862%7C&identifier=ddd:010902413:mpeg21:a0005&resultsidentifier=ddd:010902413:mpeg21:a0005&rowid=1 Middelburgsche Courant. 28 Juni 1862]. Kolonien. "De Sultan van Passir heeft men er toe gekregen, dat hij een kotrakt met het goevernement heef geteekend".
# Nusselein, A.H.P.J. (1905). ''[[iarchive:bijdragentotdet32hagugoog/page/n9/mode/2up|Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, Deel 58, 1905. (Beschrijving van het Landschap Pasir)]]''. 's Gravenhage (The Hague). Martinus Nijhoff.
# {{cite book
# ''[https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB18A:026711000:pdf Politiek Beleid En Bestuurszorg in de Buitenbezittingen (Tweede Gedeelte A. Hoofdstuk III : Historisch Overzicht 1899-1908])''. Batavia (Jakarta): Landsdrukkerij. 1909.
| last = Milburn
# Reeman, S.W. (1927). ''[https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/1057/file/NL-HaNA_2.10.39_1057_0001?eadID=2.10.39&unitID=1057&query= Militiare Memorie Betreffende de Onderafdeling Pasir.] Collection of Afd. Cult En Phys. Anthropologie van het Kon. Instituut Voor De Tropen.''
| last2 = Thornton
# Rees, Willem Adriaan van (1866). ''[https://www.dbnl.org/tekst/_gid001186601_01/colofon.php De Gids, Dertigste Jaargang, Vierde Jaargang, Derde Deel, 1866 (Eene Bijdrage Tot De Indische Krijgsgeschiendenis. De Bandjermasinsche krijg van 1859-1863).]'' Amsterdam: P.N. Van Kampen.
| date = 1825
# Veth, Pieter Johannes (1854). ''[https://books.google.co.id/books?id=2VoCAAAAMAAJ&printsec=frontcover&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false Borneo's Wester-Afdeeling.]'' Zaltbommel (Bommel). Joh. Noman en Zoon. <nowiki>ISBN 978-1145411753</nowiki>.
#|url Weddik, Arnoldus Laurens (1849).= ''[https://books.google.co.id/books/about/Indisch_archiefOriental_Commerce_Or_The_East_India_Trad.html?id=GJFEAQAAMAAJqGIOAAAAQAAJ&redir_esc=y Tijdschrift voor De Indien. Eerste Jaargang. Deel I, 1849. (Beknopt Overzigt van het Rijk van Koetei op Borneo)]''. Batavia (Jakarta). Lange & Co.
| title = Oriental Commerce or The East India Trader's Complete Guide
# Serial ''[https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39 "Memorie van Overgave van de residentie Zuider- en Oosterafdeling Borneo"]'' oleh [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/266/file/NL-HaNA_2.10.39_266_0001?eadID=2.10.39&unitID=266&query= G.J. Gersen] (1877), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/267/file/NL-HaNA_2.10.39_267_0001?eadID=2.10.39&unitID=267&query= J.J. Meijer] (1880), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/268/file/NL-HaNA_2.10.39_268_0001?eadID=2.10.39&unitID=268&query= W. Broers] (1891), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/269/file/NL-HaNA_2.10.39_269_0001?eadID=2.10.39&unitID=269&query= A.M. Joekes] (1894), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/270/file/NL-HaNA_2.10.39_270_0001?eadID=2.10.39&unitID=270&query= H.N.A. Swart] (1906), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/271/file/NL-HaNA_2.10.39_271_0006?eadID=2.10.39&unitID=271&query= L.J.F. Rijckmans] (1916), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/272/file/NL-HaNA_2.10.39_272_0001?eadID=2.10.39&unitID=272&query= H.J. Grijzen] (1917), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/273/file/NL-HaNA_2.10.39_273_0001?eadID=2.10.39&unitID=273&query= A.M. Hens] (1921), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/274/file/NL-HaNA_2.10.39_274_0001?eadID=2.10.39&unitID=274&query= C.J. van Kempen] (1924), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/275/file/NL-HaNA_2.10.39_275_0001?eadID=2.10.39&unitID=275&query= J. de Haan] (1929), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/276/file/NL-HaNA_2.10.39_276_0001?eadID=2.10.39&unitID=276&query= R.J. Koppenol] (1931), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/277/file/NL-HaNA_2.10.39_277_0001?eadID=2.10.39&unitID=277&query= B.C.C.M.M. van Suchtelen] (1933), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/278/file/NL-HaNA_2.10.39_278_0001?eadID=2.10.39&unitID=278&query= W.G. Moggenstorm] (1937).
|location= London
|publisher= Kingsbury, Parbury, and Allen, 1825
|language=Bahasa Inggris | ref = {{harvid|
Milburn|Thornton|1825}}}}
# {{Cite book |last=Moor |first=J. H. |date=1837 |url=https://books.google.co.id/books?id=IP1RAAAAcAAJ |title=Notices of The Indian Archipelago and Adjacent Countries |location=Singapore |publisher=F.Cass & Company |language=Inggris | ref = {{harvid|Moor |1837}}}}
# {{Cite newspaper |date=1847 |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:010090699:mpeg21:p002 |title=Nederlandsche Staats-Courant, 29 Oktober 1847 |location='s Gravenhage (The Hague) |publisher=Bureau der Nederlandsche Staats-courant|language=nl | ref = {{harvid|Nederlandsche Staats-Courant |1847}}}}
# [https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=passir&coll=ddd&page=2&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C19e_eeuw%7C1860-1869%7C1862%7C&identifier=ddd:010154715:mpeg21:p002&resultsidentifier=ddd:010154715:mpeg21:a0006&rowid=7 Nieuwedieper Courant. 31 Agustus 1862]. "Per telegraaf, via Soerabaija, zijn de volgende berigten, loopende tot den 2den dezer, van Bandjermassing ontvangen".
# {{Cite book |last=Nusselein |first=A.H.P.J |date=1905 |url=https://archive.org/details/bijdragentotdet32hagugoog/page/n9/mode/2up |title=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, Deel 58, 1905. (Beschrijving van het Landschap Pasir) |location='s Gravenhage (The Hague) |publisher=Martinus Nijhoff |language=nl | ref = {{harvid|Nusselein |1905}}}}
# {{Cite book|title=Politiek Beleid En Bestuurszorg in de Buitenbezittingen (Tweede Gedeelte A. Hoofdstuk III : Historisch Overzicht 1899-1908]) |url=https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKB18A:026711000:pdf |location=Batavia (Jakarta) |publisher= Landsdrukkerij |language=nl | ref = {{harvid|Politiek Beleid|1909}}}}
# {{Cite book |last=Radermacher |first=Mr. J.C.M |date=1780 |url=https://ia802907.us.archive.org/0/items/verhandelingenva21780bata/verhandelingenva21780bata.pdf |title=Verhandelingen van Het Bataviaasch Genootschap der Kunsten en Wetenschappen, Tweede Deel] (Beschryving van Het Eiland Borneo) |location=Te Batavia (Jakarta) |publisher=Gedrukt in d'E: Compagnies Boek-drukkery, by Egbert Heemen |language=nl | ref = {{harvid|Radermacher |1780}}}}
# {{Cite book |last=Reeman |first=S.W |date=1927 |url=https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/1057/file/NL-HaNA_2.10.39_1057_0001?eadID=2.10.39&unitID=1057&query= |title=Militiare Memorie Betreffende de Onderafdeling Pasir |publisher=Collection of Afd. Cult En Phys. Anthropologie van het Kon. Instituut Voor De Tropen |language=nl | ref = {{harvid|Reeman |1927}}}}
# {{Cite book|title=Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, Voornaamste Inlandsche Vorsten, 1909 |url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKB26:000946001:00005&query=Regerings-almanak+voor+Nederlandsch-Indi%C3%AB+1908&coll=dts&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1900-1909%7C1909%7C&maxperpage=10&rowid=2 |location=Batavia (Jakarta) |publisher=Lands-Drukkerij |language=nl | ref = {{harvid|Regerings-Almanak |1909}}}}
# {{Cite book|title=Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, Voornaamste Inlandsche Vorsten, 1910 |url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKB26:000944001:00005&query=Regerings-almanak+voor+Nederlandsch-Indi%C3%AB+1908&coll=dts&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1910-1919%7C1910%7C&maxperpage=10&rowid=2 |location=Batavia (Jakarta) |publisher=Lands-Drukkerij |language=nl | ref = {{harvid|Regerings-Almanak |1910}}}}
# {{Cite book|title=Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie, Voornaamste Inlandsche Vorsten, 1911 |url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKB26:000942001:00005&query=Regerings-almanak+voor+Nederlandsch-Indi%C3%AB+1908&coll=dts&page=1&facets%5Bperiode%5D%5B%5D=2%7C20e_eeuw%7C1910-1919%7C1911%7C&maxperpage=10&rowid=2 |location=Batavia (Jakarta) |publisher=Lands-Drukkerij |language=nl | ref = {{harvid|Regerings-Almanak |1911}}}}
# {{cite book
| last = Schwaner
| last2 = Netscher
| last3 = Von Dewall
| date = 1853
|url = https://kitlv-docs.library.leiden.edu/open/Metamorfoze/TBG/MMKITLV01_PDF_TS2332_1853_01.pdf
| title = Tijdschrift Voor Indische Taal-, Land- En Volkenkunde Vol. 01. (Historische, Geographische En Statistieke Aanteekeningen Betreffende Tanah Boemboe)
|location= Batavia (Jakarta)
|publisher= Lange &.Co
|language=nl | ref = {{harvid|Schwaner|Netscher|Von Dewall|1853}}}}
# {{Cite book |last=Swart |first=H.N.A |date=1906 |url=https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/270/file/NL-HaNA_2.10.39_270_0001?eadID=2.10.39&unitID=270&query= |title=Memorie van Overgave van de residentie Zuider- en Oosterafdeling Borneo |language=nl | ref = {{harvid|Swart |1906}}}}
# {{Cite book |last=Syahiddin, Abd. Rahman, dkk |date=2013 |url=https://repositori.kemdikbud.go.id/2461/1/Cerita%20Rakyat%20Pesar%20dan%20Berau.pdf |title=Cerita Rakyat Paser dan Berau |location=Samarinda |publisher=Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur |language=Indonesia | ref = {{harvid|Syahiddin, Abd. Rahman, dkk |2013}}}}
# {{Cite book |last=Van Dijk |first=Ludovicus Carolus Desiderius |date=1862 |url=https://books.google.co.id/books/about/Ne%C3%AArlands_vroegste_betrekkingen_met_Bor.html?id=AulSAAAAcAAJ&redir_esc=y |title=Neerland's Vroegste Betrekkingen Met Borneo, Den Solo-Archipel, Cambodja, Siam En Cochin-China |location=Amsterdam |publisher=J. H. Scheltema |isbn=978-1018679624 |language=nl |ref=harv |url-status=live }}
# {{Cite book |last=Van Rees |first=Willem Adriaan |date=1866 |url=https://www.dbnl.org/tekst/_gid001186601_01/colofon.php |title=De Gids, Dertigste Jaargang, Vierde Jaargang, Derde Deel, 1866 (Eene Bijdrage Tot De Indische Krijgsgeschiendenis. De Bandjermasinsche krijg van 1859-1863) |location=Amsterdam |publisher=P.N. Van Kampen |language=nl | ref = {{harvid|Van Rees |1866}}}}
# {{Cite book |last=Van Rees |first=Willem Adriaan |date=1870 |url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMKIT03:000003927 |title=Vermeulen Krieger : Indische Typen en Krijgstafereelen |location=Batavia (Jakarta) |publisher=G. Kolff & Co. |language=nl | ref = {{harvid|Van Rees |1870}}}}
# {{Cite book |last=Van Slooten |first=S.W |date=1936 |url=https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/1062/file/NL-HaNA_2.10.39_1062_0001?eadID=2.10.39&unitID=1062&query= |title=Memorie van Overgave van de Onderafdeling Pasir (Memorie betreffende de Onderafdeeling Pasir) |language=nl | ref = {{harvid|Van Slooten |1936}}}}
# {{Cite book |last=Veth |first=Pieter Johannes |date=1854 |url=https://books.google.co.id/books?id=2VoCAAAAMAAJ&printsec=frontcover&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false |title=Borneo's Wester-Afdeeling |location=Zaltbommel (Bommel) |publisher=Joh. Noman en Zoon |isbn=978-1145411753 |language=nl | ref = {{harvid|Veth |1854}}}}
# {{Cite book |last=Von Dewall |first=Hermann |date=1850 |url=https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/4062980#page/7/mode/1up |title= Indisch Archief : Tweede Jaargang, Deel III. (Extract uit de dagelijksche aanteekeningen van den civielen gezaghebber voor Koeti en de Oostkust van Borneo, op eene reis van Bandjarmassin naar Koetei, Passier, en van daar terug naar Bandjarmassin |language=nl |location= Batavia (Jakarta) |publisher= Lange & Co | ref = {{harvid|Von Dewall |1850}}}}
# {{Cite book |last=Weddik |first=Arnoldus Laurens |date=1849 |url=http://hdl.handle.net/1887.1/item:4064008 |title= Indisch Archief : Tijdschrift voor de Indiën. Eerste Jaargang. Deel I, 1849. (Beknopt Overzigt van het Rijk van Koetei op Borneo) |language=nl |location= Batavia (Jakarta) |publisher= Lange & Co | ref = {{harvid|Weddik |1849}}}}
 
== Bacaan Lanjutan. ==
 
# [https://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&hl=id&lr= Staatsblad Van Nederlandsch-Indie Voor Het Jaar 1849] (Verdeeling van het Eiland Borneo in twee afdeelingen, Lijstonder de benaming van Wester afdeeling en Zuid en Ooster afdeeling, Besluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, van den 27sten Augustus 1849, No. 408). Batavia (Jakarta): Ter Lands-Drukkerij. 1849. Lijst No. 40
# Staatsblad van Nederlandsch-Indie over Het Jaar 1884 (Staatsblad No. 35). Batavia (Jakarta): Landsdrukkerij. 1885.
# Bijlagen Van Het Verslag De Handelingen Van De Tweede Kamer Der Staten-Generaal 1864-1865, (Overeenkomsten, contracten enz. met inlandsche Indische Vorsten, XXI.25). Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1865.
# [https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?coll=dts&identifier=MMKB07:001295001:00002 Staatsblad Van Nederlandsch-Indie Voor Het Jaar 1908]. No. 268. Binnenlandsch Bestuur. Zuider- En Oosterafdeeling Van Borneo. Inlijving van de afdeeling Pasir bij het rechtstreeks bestuurd Gouvernements gebied. Batavia (Jakarta): Landsdrukkerij. 1909.
# Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. ZITTING 1877 – 1878. - 1OO.5. Pasir. (Nota van Toelichting.). Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1878. hlm. 3.
# [https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?coll=dts&identifier=MMKB07:001295001:00002 Staatsblad Van Nederlandsch-Indie Voor Het Jaar 1908.] No. 274. Binnenlandsch Bestuur. Djaksas. Panghoeloes. Verdeeling van de afdeeling Pasir in drie districten. Personeel voor genoemde afdeeling. Batavia (Jakarta): Landsdrukkerij. 1909.
# ZITTING 1897-1898.-5 Koloniaal Verslag van 1897 I. Nederlandsch (Oost) Indie. Verslag. No. 2 (Bijlagen C van het verslag der handelingen van de Tweede Kamer der Staten-Generaal). Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1897. hlm. 24–25.
# [[iarchive:GOOGLE-DIG-KOLONIAALVERSLAG-1897/page/n15/mode/1up|Koloniaal Verslag van 1897]]. I. Nederlandsch (Oost) Indie. Verslag. No. 2 (Bijlagen C van het verslag der handelingen van de Tweede Kamer der Staten-Generaal).
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer. Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. ZITTING 1888 1889. - 103.8. AKTE VAN BEVESTIGING. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1889. hlm. 7.
# [https://books.google.co.id/books?id=xE09AQAAMAAJ&pg=PA213&lpg=PA213&dq=Bijlagen+Van+Het+Verslag+De+Handelingen+Van+De+Tweede+Kamer+Der+Staten-Generaal+1864-1865+MACHMOED+ILHAN&source=bl&ots=2flHj-vj9a&sig=ACfU3U04wo7sdrlFZW2hQNhn6QG04mnToA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj4t4GEo_WFAxVUSmwGHfJ0AogQ6AF6BAgKEAM#v=onepage&q=Bijlagen%20Van%20Het%20Verslag%20De%20Handelingen%20Van%20De%20Tweede%20Kamer%20Der%20Staten-Generaal%201864-1865%20MACHMOED%20ILHAN&f=false Gedrukte stukken der Tweede Kamer, zitting 1864-1865.] Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1865. (Overeenkomsten, contracten enz. met inlandsche Indische Vorsten, XXI.25).
# Handelingen van de Staten-Generaal 1889-1890, ZITTING 1890 1891. 112. Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. No. 18. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1890. hlm. 12.
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTINGzitting 19011877-19021878.169, Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1878. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel No). 10 & No[https://repository. 11overheid. Netherlandsnl/frbr/sgd/18771878/0000407333/1/pdf/SGD_18771878_0000579.pdf Staten-Generaal100. Tweede Kamer. 19025].
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTINGzitting 19031888 19041889. 201Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1889. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. No. 33 & No. 34. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1905).
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTINGzitting 19081890 19091891. 311Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1890. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel. No 44-45. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1909).
# HandelingenGedrukte stukken der Staten-Generaal, Bijlagen Tweede Kamer, 1908-1909-311,zitting No.1897 11898. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 19091897. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel).
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, zitting 1901-1902. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1902. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel).
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1903 1904. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1905. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel).
# Gedrukte stukken der Tweede Kamer, ZITTING 1908 1909. Netherlands. Staten-Generaal. Tweede Kamer. 1909. (Overeenkomsten met inlandsche vorsten in den Oost-Indischen Archipel).
# [https://kitlv-docs.library.leiden.edu/open/Metamorfoze/Kol.%20Verslag/koloniaal%20verslag.html ''Koloniaal Verslag, Hoofdstuk C''], van 1866, 1869, 1881, 1883, 1884, 1886, 1887, 1888, 1891, 1892, 1893, 1894, 1895, 1896, 1897, 1898, 1899, 1900, 1901, 1902, 1903, 1904, 1905, 1906, 1907, 1908, 1909, 1911, 1912, 1913, 1914, 1915, 1916, 1917, 1918, & 1919. Netherlands. Departement van Kolonien.
# Serial ''[https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39 "Memorie van Overgave van de residentie Zuider- en Oosterafdeling Borneo"]'' oleh [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/266/file/NL-HaNA_2.10.39_266_0001?eadID=2.10.39&unitID=266&query= G.J. Gersen] (1877), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/267/file/NL-HaNA_2.10.39_267_0001?eadID=2.10.39&unitID=267&query= J.J. Meijer] (1880), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/268/file/NL-HaNA_2.10.39_268_0001?eadID=2.10.39&unitID=268&query= W. Broers] (1891), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/269/file/NL-HaNA_2.10.39_269_0001?eadID=2.10.39&unitID=269&query= A.M. Joekes] (1894), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/270/file/NL-HaNA_2.10.39_270_0001?eadID=2.10.39&unitID=270&query= H.N.A. Swart] (1906), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/271/file/NL-HaNA_2.10.39_271_0006?eadID=2.10.39&unitID=271&query= L.J.F. Rijckmans] (1916), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/272/file/NL-HaNA_2.10.39_272_0001?eadID=2.10.39&unitID=272&query= H.J. Grijzen] (1917), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/273/file/NL-HaNA_2.10.39_273_0001?eadID=2.10.39&unitID=273&query= A.M. Hens] (1921), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/274/file/NL-HaNA_2.10.39_274_0001?eadID=2.10.39&unitID=274&query= C.J. van Kempen] (1924), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/275/file/NL-HaNA_2.10.39_275_0001?eadID=2.10.39&unitID=275&query= J. de Haan] (1929), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/276/file/NL-HaNA_2.10.39_276_0001?eadID=2.10.39&unitID=276&query= R.J. Koppenol] (1931), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/277/file/NL-HaNA_2.10.39_277_0001?eadID=2.10.39&unitID=277&query= B.C.C.M.M. van Suchtelen] (1933), [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39/invnr/278/file/NL-HaNA_2.10.39_278_0001?eadID=2.10.39&unitID=278&query= W.G. Moggenstorm] (1937).
# [https://catalog.hathitrust.org/Record/000055532 Dagh-Register Gehouden Int Casteel Batavia]. Tahun 1636, 1637, 1640-1641, 1647-1648, 1661, 1663, 1664, 1665, 1666-1667, 1668-1669, 1670-1671, 1672, 1673, 1674, 1675, 1676, 1677, 1678, 1679, 1680, 1681, 1682 Part I, 1682 Part II.
 
== Pranala luar. ==
# [https://peraturan.bpk.go.id/Details/4771 Situs web resmi Database Peraturan JDIH BPK RI].
# [https://historia.id/kuno/articles/jalan-tarung-karaeng-karunrung-6aeQM/page/1 Situs web historia.id].
Baris 352 ⟶ 373:
# [https://www.officielebekendmakingen.nl/ Situs Web All Government Organizations in The Netherlands]
# [https://www.nationaalarchief.nl/onderzoeken/archief/2.10.39 Situs web Nederlands Nationaal Archief].
# [https://www.delpher.nl/ Situs Web Koninklijke Bibliotheek] (Perpustakaan Nasional Belanda).<br />
# [https://kitlv-docs.library.leiden.edu/open/Metamorfoze/ situs Web KITLV Docs Library.]
# [https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/ Situs Web Digital Collections (Universiteit Leiden)].
# [https://repositori.kemdikbud.go.id/ Situs Web repositori.kemdikbud.go.id].
# [https://amsterdam.wereldmuseum.nl/nl/over-wereldmuseum-amsterdam/onze-collectie Situs Web Wereldmuseum  (World Museum Amsterdam)].
# Situs Web [https://borneoresearchcouncil.org/ Borneo Research Council].<br />
 
 
Baris 358 ⟶ 384:
__PAKSADAFTARISI__
 
{{Uncategorized|date=April 2024}}
{{URUTANBAKU:Wilayah Paser Menurut Catatan Hindia Belanda}}
[[Kategori:Sejarah]]
Baris 366 ⟶ 391:
[[Kategori:Kerajaan Pasir]]
[[Kategori:Kalimantan Timur]]
[[Kategori:Sejarah Kabupaten Paser]]
[[Kategori:Kesultanan Paser]]
[[Kategori:Sejarah Paser]]
[[Kategori:Kabupaten Paser]]
[[Kategori:Onderafdeeling Pasir]]
[[Kategori:Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo]]
[[Kategori:Zuider en Oosterafdeeling van Borneo]]
[[Kategori:Suku Paser]]
[[Kategori:Suku Bajau]]
[[Kategori:Borneo]]
[[Kategori:Kalimantan]]