Buddhisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(24 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{kegunaanlain|Buddha (disambiguasi)}}
{{infobox religion|name=Buddhisme|native_name=''{{nobold|{{lang|pa|Buddhasāsana}}}}''|image=Bodhi_Tree_Distant_View_-_panoramio.jpg|imagewidth=250px|caption=[[Pohon Bodhi]] di [[Bodh Gaya]], [[India]], markah suci umat Buddha|type=[[Agama|Agama universal]]|main_classification=[[Agama darmik|Darmik]]|scripture=[[Tripitaka]]|theology=[[Nonteisme]]|language=[[bahasa Pāli|Pāli]], [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]], [[Bahasa_Prakerta_Magadhi|Prakerta Magadhi]], [[bahasa Tionghoa Klasik|Tionghoa Klasik]], [[bahasa Tibet|Tibet]]|territory=[[Buddhis]]|founder=[[Siddhattha Gotama]]|founded_date=588 SM|founded_place=[[Bodh Gaya|Buddhagayā]], [[Sarnath|Isipatana]]|separations=[[Theravāda]], [[Mahāyāna]], [[Vajrayāna]]|members=[[Buddha menurut negara|488 juta (Pew, 2012),<br/>495 juta (Johnson & Grim, 2013),<br/>535 juta (Harvey, 2013)]]|primary_schools=}}{{Buddhisme|}}
'''Buddhisme''' ([[Pali]]: '''''Buddhadhamma''''', '''''Buddhasāsana''''';
Sang Buddha dikenal oleh para Buddhis sebagai Sang Maha Guru Agung yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan [[
Dua aliran arus utama Buddhisme yang masih ada
Dalam Buddhisme Theravāda, tujuan utamanya adalah pencapaian kebahagiaan tertinggi [[Nibbana|Nibbāna]], yang dicapai dengan mempraktikkan [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]] (juga dikenal sebagai [[Jalan Tengah]]), sehingga melepaskan diri dari apa yang dinamakan sebagai [[Samsara (Buddhisme)|siklus]] penderitaan dan [[Tumimbal lahir|kelahiran kembali]].{{sfn|Gethin |1998|pp=27–28, 73–74}} Buddhisme Mahāyāna, sebaliknya, beraspirasi untuk mencapai [[
Setiap aliran Buddha berpegang kepada [[Tipitaka|Tripitaka]] sebagai referensi utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran Buddha
Seluruh naskah aliran Theravāda menggunakan
| url =http://www.becsurabaya.org/artikel/kumpulan-dhamma/320-perbedaan-dan-persamaan-antara-theravada-dan-mahayana.html
| title = Perbedaan Dan Persamaan Antara Theravada Dan Mahayana
Baris 22:
| quote = }}</ref>
Seluruh naskah aliran Mahāyāna pada awalnya berbahasa Sanskerta dan dikenal sebagai [[Tripitaka]], kemudian dilestarikan dalam bahasa [[Tionghoa klasik|Tionghoa Klasik]]. Oleh karena itu, istilah
== Sejarah ==
{{Main|Sejarah
=== Akar filosofis ===
[[Berkas:Ellora Caves, India, Religious meeting inside ancient Buddhist cave temple.jpg|jmpl|"Gua Tukang Kayu" Buddhis di [[Gua Ellora|Ellora]], [[Maharashtra]], India]]
Baris 33:
Pandangan ini didukung oleh penelitian di wilayah di mana gagasan ini berasal. Buddhisme tumbuh di [[Magadha]] Raya, yang terletak di sebelah barat laut dari [[Sravasti]], ibu kota [[Kosala]], ke [[Rajgir|Rajagaha]] di sebelah tenggara. Negeri ini, di sebelah timur [[aryavarta]], negeri bangsa [[Arya]], yang dikenal sebagai non-Weda.<ref>Satapatha Brahmana 13.8.1.5</ref> Naskah Weda lainnya mengungkap ketidaksukaan penduduk Magadha, kemungkinannya karena Magadha pada masa tersebut belum mendapat pengaruh Brahmanisme.{{sfn|Oldenberg|1991|p=}} Sebelum abad ke-2 atau ke-3 SM, penyebaran Brahmanisme ke arah timur memasuki Magadha Raya tidaklah signifikan. Pemikiran-pemikiran yang berkembang di Magadha Raya sebelum abad tersebut tidak tunduk pada pengaruh Weda. Ini termasuk [[tumimbal lahir]] dan hukum karma yang muncul dalam sejumlah gerakan di Magadha Raya, termasuk Buddhisme. Gerakan-gerakan ini mewarisi pemikiran tumimbal lahir dan hukum karma dari kebudayaan yang lebih awal.{{sfn|Bronkhorst|2007|pp=}}
Pada saat yang sama, gerakan-gerakan ini dipengaruhi dan dalam beberapa hal melanjutkan pemikiran filosofis dalam tradisi Weda, sebagaimana terefleksi misalnya di dalam [[Upanishad]].{{sfn|Warder|2000|p=30–32}} Gerakan-gerakan ini termasuk, selain Buddhisme, berbagai [[skeptis]] (seperti [[Sanjaya Belatthiputta]]), [[Atomisme|atomis]] (seperti [[Pakudha Kaccayana]]), [[materialis]] (seperti [[Ajita Kesakambali]]), [[Antinomianisme|antinomian]] (seperti [[Purana Kassapa]]); aliran-aliran terpenting pada abad ke-5 SM adalah [[Ajivikas]], yang menekankan aturan nasib, [[Lokayata]] ([[materialis]]), [[Jnana|Ajnanas]] ([[Agnostisisme|agnostik]]) dan [[Jainisme|Jaina]], yang menekankan bahwa jiwa harus dibebaskan dari materi.{{sfn|Warder|2000|p=39}} Banyak gerakan-gerakan baru ini berbagi kosakata konseptual yang sama seperti [[Ātman (Buddhisme)|''atman'']] ("diri"), [[buddha|''buddha'']] ("yang sadar"), [[dhamma|''dhamma'']] ("aturan" atau "hukum"), [[karma|''karma'']] ("aksi/perbuatan"), [[Nirvana (konsep)|''nirvana'']] ("padamnya nafsu"), [[samsara|''saṃsāra'']] ("lingkaran penderitaan"), dan [[yoga|''yoga'']] ("praktik spiritual").{{refn|group=note|name=ebbuddh|Encyclopædia Britannica Online. Buddhism: The foundations of Buddhism, the cultural context. Retrieved 19-07-2009.}} Para sramana menolak Weda, dan otoritas brahmana, yang mengklaim mereka memiliki kebenaran terungkap yang tidak bisa diketahui dengan cara manusia biasa mana pun. Selain itu, mereka menyatakan bahwa seluruh sistem Brahmanikal adalah penipuan: sebuah konspirasi para brahmana untuk memperkaya diri mereka sendiri dengan membebankan biaya terlalu tinggi untuk melakukan ritual palsu dan memberikan nasihat tak berguna.{{sfn|Warder|2000|p=33}}
Kritik terutama dari Buddha adalah pengorbanan hewan secara Weda.<ref group="web" name="auto2">{{cite web|title=Dharmacarini Manishini|publisher=Western Buddhist Review|url=http://www.westernbuddhistreview.com/vol4/kamma_in_context.html|access-date=2016-01-01|archive-date=2013-08-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20130808043640/http://www.westernbuddhistreview.com/vol4/kamma_in_context.html|dead-url=yes}}</ref> Dia juga menyindir "[[Purusha Sukta|gita manusia kosmis]]" dari Weda.{{sfn|Gombrich|1988|p=85}} Namun, Sang Buddha tidaklah anti-Weda, dan menyatakan bahwa Weda dalam bentuk sejatinya dinyatakan oleh "Kashyapa" kepada [[resi]] tertentu, yang melalui pertapaan berat telah memperoleh kekuatan untuk melihat dengan mata ilahi.{{sfn|Hardy|1863|p=177}} Dia menamakan para resi Weda, dan menyatakan bahwa Weda orisinil dari para resi{{sfn|Rhys Davids|1921|p=494}}{{refn|group=note|name=Vedic rishis|"Atthako, Vâmako, Vâmadevo, [[Vishvamitra|Vessâmitto]], [[Jamadagni|Yamataggi]], [[Angiras (sage)|Angiraso]], [[Bharadvaja|Bhâradvâjo]], [[Vasistha|Vâsettho]], [[Kashyapa|Kassapo]], and [[Bhrigu|Bhagu]]" in P. 245 ''The Vinaya piṭakaṃ: one of the principle Buddhist holy scriptures ..., Volume 1'' edited by Hermann Oldenberg}} telah diubah oleh beberapa Brahmin yang memperkenalkan pengorbanan hewan.
Sang Buddha mengatakan bahwa hal tersebut termasuk dalam pengubahan dari Weda sejati sehingga dia menolak untuk menghormati Weda pada masanya.{{sfn|Hardy|1866|p=44}} Namun, dia tidak meninggalkan ikatan dengan Brahman,{{refn|group=note|name=ancient way|Hāṇḍā: "Even so have I, monks, seen an ancient way, an ancient road followed by the wholly awakened ones of olden time....Along that have I done, and the matters that I have come to know fully as I was going along it, I have told to the monks, nuns, men and women lay-followers, even monks, this Brahma-faring brahmacharya that is prosperous and flourishing, widespread and widely known become popular in short, well made manifest for gods and men."{{sfn|Hāṇḍā|1984|p=57}}}} atau gagasan diri menyatu dengan Tuhan.{{sfn|Rāhula|1974|p=59}} Pada saat yang sama, Hindu tradisional sendiri secara bertahap mengalami perubahan mendalam, bertransformasi menjadi apa yang dikenal sebagai [[Hindu]] awal.
==
=== Empat Kebenaran Mulia ===
{{utama|Empat Kebenaran Mulia}}
Baris 65:
}}</ref>
* '''Kebenaran Ariya tentang ''Dukkha''''' (''Dukkha Ariya Sacca'')
Pada umumnya dukkha dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penderitaan, ketidakpuasan, beban. Dukkha menjelaskan bahwa ada lima kemelekatan kepada dunia yang merupakan penderitaan. Kelima hal itu adalah kelahiran, umur tua, sakit, mati, disatukan dengan yang tidak dikasihi, dan tidak mencapai yang diinginkan. Guru Buddha bersabda, "Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Dukkha, yaitu: kelahiran adalah dukkha, usia tua adalah dukkha, penyakit adalah dukkha, kematian adalah dukkha, sedih, ratap tangis, derita (badan), dukacita, putus asa adalah dukkha; berkumpul dengan yang tidak disenangi adalah dukkha, berpisah dari yang dicintai adalah dukkha, tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah dukkha. Singkatnya Lima Kelompok Kemelekatan merupakan dukkha."<ref name="catur"/>
* '''Kebenaran Ariya tentang Asal Mula ''Dukkha''''' (''Dukkha Samudaya Ariya Sacca'')
Samudaya adalah sebab. Setiap penderitaan pasti memiliki sebab, contohnya: yang menyebabkan orang dilahirkan kembali adalah adanya keinginan kepada hidup.
Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa sumber dari dukkha atau penderitaan adalah [[taṇhā]], yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya. Tanha dapat diibaratkan seperti candu atau opium yang menimbulkan dampak ketagihan bagi yang memakainya terus-menerus, dan semakin lama akan merusak fisik maupun mental si pemakai. Tanha juga dapat diibaratkan seperti air laut yang asin yang jika diminum untuk menghilangkan haus justru rasa haus tersebut semakin bertambah.<ref name="catur"/>
* '''Kebenaran Ariya tentang Terhentinya ''Dukkha''''' (''Dukkha Nirodha Ariya Sacca'')
Nirodha adalah pemadaman. Pemadaman kesengsaraan dapat dilakukan dengan menghapus keinginan secara sempurna sehingga tidak ada lagi tempat untuk keinginan tersebut.
Baris 173:
:e. racun
:a. Penipuan
:b. Ketidaksetiaan
Baris 196:
=== Kamma '''atau Karma''' ===
Selain nilai-nilai moral di atas,
Umat Buddha memandang hukum karma sebagai hukum universal tentang sebab dan akibat yang juga merupakan hukum moral yang impersonal. Menurut hukum ini sesuatu (yang hidup, yang tidak hidup, maupun yang abstrak atau yang ada karena kita buat dalam pikiran sebagai ide) yang muncul pasti ada sebabnya. Tidak ada sesuatu yang muncul dari ketidakadaan. Dengan kata lain, tidak ada sesuatu atau makhluk yang muncul tanpa ada sebab lebih dahulu.<ref>{{cite book
Baris 233:
=== Kelahiran Kembali ===
{{Main|Tumimbal lahir}}
[[Berkas:Kushinara1.jpg|jmpl|alt=Sebuah bukit yang sangat besar di belakang dua pohon palem dan sebuah bjalan raya, pejalan kaki hanya 1/5 dari tinggi bukit |Situs kremasi
Kelahiran kembali (Pali: ''Punabbhava'') merupakan '''suatu proses'' menjadi ada/eksis kembali dari suatu makhluk hidup di kehidupan mendatang (setelah ia meninggal/mati) sehingga lahir (''jati''), di mana proses ini merupakan akibat atau hasil dari kamma (perbuatan)nya pada kehidupan lampau.<ref>{{cite web
Baris 252:
Dalam [[Paticcasamuppada|Hukum Paticcasamuppada]] (Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan), proses menjadi ada/eksis atau ''punabbhava'' atau kelahiran kembali disebabkan oleh Kamma (perbuatan) yang kemudian menghasilkan kemelekatan kepada segala sesuatu termasuk kemelekatan pada hidup dan kehidupan. Jadi makhluk hidup apa pun yang mengalami proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali (punabbhava), merupakan makhluk yang masih memiliki kemelekatan pada sesuatu dalam kehidupan sebelumnya. Dan seperti yang diuraikan dalam Hukum Paticcasamuppada kemelekatan timbul karena adanya ''Tanha'' (keinginan/kehausan) dan juga ''Avijja'' (ketidaktahuan/kebodohan).
== Konsep Ketuhanan ==
{{main|Ketuhanan dalam Buddhisme Ketuhanan dalam Buddhisme tidak berdasarkan kepada suatu sosok Yang Maha Kuasa sebagai pencipta dan pengatur [[alam semesta]].<ref name=":0">Nasiman, Nurwito. 2017 (III). Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti untuk SMA Kelas X. pp. 175-176. ISBN 978-602-427-074-2. "Dengan memahami bahwa semua hal yang terjadi di dunia ini semata-mata hasil dari proses hukum kosmis, kita diharapkan dapat meninggalkan konsep yang salah tentang penciptaan bahwa dunia ini diciptakan oleh sosok pencipta yang disebut brahma, Tuhan, atau apa pun sebutannya."</ref> Buddhisme menyatakan bahwa [[alam semesta]] diatur oleh [[Hukum Alam (Niyāma)]], yakni Utu Niyāma, Bija Niyāma, Kamma Niyāma, Citta Niyāma, dan [[Dhamma]] Niyāma yang berjalan tanpa sosok pengatur tertinggi. [[Siddhartha Gautama|Sang Buddha]] sendiri tidak pernah menyebut diri-Nya sebagai [[Tuhan]] Yang Maha Kuasa. [[Buddha]] merupakan [[guru]] agung umat Buddha sebagai penemu [[Dhamma]], bukan pencipta [[Dhamma]].<ref name=":6">{{Cite web|title=Sutta reference for that Buddha discovered the Dhamma, not invented it|url=https://discourse.suttacentral.net/t/sutta-reference-for-that-buddha-discovered-the-dhamma-not-invented-it/26152|website=SuttaCentral Discuss & Discover|access-date=2024-02-08}}</ref>
Bila kita mempelajari ajaran [[Agama_Buddha|agama Buddha]] seperti yang terdapat dalam kitab suci [[Tripitaka|Tripitaka]], maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula.--><ref name=":1">{{Cite book|last=Wowor|first=Cornelis|date=1984|url=https://samaggi-phala.or.id/download/lain/ketuhanan.pdf|title=Ketuhanan Yang Mahaesa Dalam Agama Buddha|location=Jakarta|publisher=Akademi Buddhis Nalanda|url-status=live}}</ref>
▲Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Untuk memenuhi sila pertama [[Pancasila|Pancasila Indonesia]], maka [[Nirwana|Nibbāna]] sebagai keadaan dan tujuan tertinggi dapat diinterpretasikan sebagai Ketuhanan Yang Maha Esa. Nibbāna sebagai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam [[bahasa Pali]], sebagaimana dijelaskan dalam Tatiyanibbāna Sutta, Udāna 8.3, adalah "''ajātaṁ abhūtaṁ akataṁ asaṅkhataṁ''" dengan makna:
# Yang Tidak Dilahirkan (''ajāta'')
# Yang Tidak Menjelma (''abhūta'')
# Yang Tidak Tercipta (''akata'')
# Yang Tidak Terkondisi (''asaṅkhata'')
== Moralitas
Sebagaimana agama [[Kristen]], [[Islam]], dan [[Hindu]], ajaran Buddha juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemoralan.
Baris 326 ⟶ 318:
* Aku bertekad akan melatih diri menghindari makanan atau minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.
== Aliran dan tradisi
Umat Buddha secara umum mengklasifikasikan diri mereka sebagai [[Theravada|Theravāda]] atau [[Mahayana|Mahāyāna]].{{sfn|Keown|1996|p=12}} Klasifikasi ini juga digunakan oleh beberapa ahli{{sfn|Smith|2006|pp=}} dan merupakan salah satu penggunaan yang lazim dalam bahasa Inggris.
Baris 340 ⟶ 332:
Seorang Buddha bukannya dewa atau makhluk suci yang memberikan kesejahteraan. Semua Buddha adalah pemimpin segala kehidupan ke arah mencapai kebebasan daripada kesengsaraan. Hasil amalan ajaran Buddha inilah yang akan membawa kesejahteraan kepada pengamalnya.
Menurut [[Buddha Gautama|Buddha Gotama]], kenikmatan Kesadaran [[Nirwana]] yang dicapainya di bawah pohon Bodhi, tersedia kepada semua makhluk apabila mereka dilahirkan sebagai manusia. Menekankan konsep ini, aliran Buddha [[Mahayana|Mahāyāna]] khususnya merujuk kepada banyak Buddha dan juga ''bodhisattva'' (makhluk yang tekad "committed" pada Kesadaran tetapi menangguhkan Nirvana mereka agar dapat membantu orang lain pada jalan itu). Dalam [[Tipitaka]] suci - intipati teks suci Buddha - tidak terbilang Buddha yang lalu dan hidup mereka telah disebut "spoken of", termasuk Buddha yang akan datang, [[Maitreya|Buddha Maitreya]] .
{{utama|Theravāda}}
▲=== Buddha Theravāda ===
Aliran Theravāda adalah aliran yang memiliki sekolah Buddha tertua yang bertahan sampai saat ini, dan untuk berapa abad mendominasi [[Sri Lanka]] dan wilayah [[Asia Tenggara]] (sebagian dari [[Tiongkok]] bagian barat daya, [[Kamboja]], [[Laos]], [[Myanmar]], [[Malaysia]], [[Indonesia]] dan [[Thailand]]) dan juga sebagian [[Vietnam]]. Selain itu populer pula di [[Singapura]] dan [[Australia]].
Baris 349 ⟶ 342:
Theravāda berasal dari [[bahasa Pali]] yang terdiri dari dua kata yaitu thera dan vada. Thera berarti [[sesepuh]] khususnya sesepuh terdahulu, dan vada berarti perkataan atau [[ajaran]]. Jadi Theravāda berarti Ajaran Para Sesepuh.
Istilah Theravāda muncul sebagai salah satu aliran
==== Sejarah ====
Sejarah Theravāda tidak lepas dari sejarah Buddha
Diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei), berlangsung selama 2 bulan dipimpin oleh [[Mahakassapa|Y.A. Mahakassapa]] dan dihadiri oleh 500 orang [[Bhikkhu]] yang semuanya [[Arahat]]. Sidang diadakan di [[Gua Saptaparni]] di kota [[Rajgir|Rajagaha]]. Sponsor sidang agung ini adalah [[Raja Ajatasatu]]. Tujuan Sidang adalah menghimpun Ajaran Sang Buddha yang diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang berlainan dan dalam waktu yang berlainan. Mengulang [[Dhamma]] dan [[Vinaya]] agar Ajaran Sang Buddha tetap murni, kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. [[Upali|Y.A. Upali]] mengulang Vinaya dan [[Ananda|Y.A. Ananda]] mengulang Dhamma.
Baris 360 ⟶ 353:
Sidang Agung Sangha ke-3 (313 SM), Sidang ini hanya diikuti oleh kelompok [[Sthaviravada]]. Sidang ini memutuskan untuk tidak mengubah Vinaya, dan [[Moggaliputta-Tissa]] sebagai pimpinan sidang menyelesaikan buku Kathavatthu yang berisi penyimpangan-penyimpangan dari aliran lain. Saat itu pula [[Abhidharma|Abhidhamma]] dimasukkan. Setelah itu ajaran-ajaran ini di tulis dan disahkan oleh sidang. Kemudian [[Y.M. Mahinda]] (putra Raja Asoka) membawa [[Tipitaka]] ini ke Sri Lanka tanpa ada yang hilang sampai sekarang dan menyebarkan Buddha Dhamma di sana. Di sana ajaran ini dikenal sebagai Theravāda.
==== Kitab suci
Kitab suci yang dipergunakan dalam
== Hari raya ==
Terdapat empat hari raya utama dalam
=== [[Hari Waisak|Vesākha Pūjā (Waisak)]] ===
Penganut Buddha merayakan [[Hari Waisak]] yang merupakan peringatan 3 peristiwa. Tiga peristiwa tersebut meliputi hari kelahiran Pangeran
=== [[Kathina]] ===
Hari raya [[Kathina]] merupakan upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah menjalani Vassa. Jadi setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha memasuki masa Kathina atau bulan Kathina. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan persembahan jubah Kathina, umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan vihara, dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan
=== [[Asadha Puja|Āsādha Pūjā]] ===
Baris 381 ⟶ 374:
=== [[Magha Puja|Māgha Pūjā]] ===
Hari Besar Māgha Pūjā memperingati disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti Agama Buddha dan Etika Pokok para ''bhikkhu''. Sabda Sang Buddha di hadapan 1.250 Arahat yang kesemuanya arahat tersebut ditabiskan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu: Bhikkhu yang ditasbihkan sendiri oleh Sang Buddha), yang kehadirannya itu tanpa diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan yang lain terlebih dahulu, Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha.
Tempat ibadah
== Penyebaran di Asia dan Indonesia ==
[[Berkas:Penyebaran Agama Buddha.svg|jmpl|ka|628x|Peta penyebaran ajaran Buddha]]
Agama Buddha mulai berkembang di [[India]], yaitu tempat di mana Buddha
=== Penyebaran di India dan Asia Tengah ===
{{utama|Agama Buddha di India dan Asia Tengah}}
Dimulai dari India, tempat di mana Buddha
Selain melalui kaum biarawan,
=== Penyebaran di Asia Timur ===
{{utama|Agama Buddha di Asia Timur}}
Selama abad [[3 SM]], Raja Asoka mengirimkan misionaris ke barat laut India yaitu [[Pakistan]] dan [[Afganistan]]. Misi ini mencapai sukses besar karena kawasan ini segera menjadi pusat pembelajaran
Bentuk awal penyebaran
Ada pula biarawan Tiongkok yang pergi ke [[Semenanjung Korea]] untuk memperkenalkan
=== Penyebaran di Asia Tenggara ===
{{utama|Agama Buddha di Asia Tenggara}}
[[Berkas:Shah Alam Buddhist Society (2).jpg|jmpl|Persatuan Agama Buddha di [[Selangor]], [[Malaysia]].]]
Pada awal era [[masehi]], orang-orang di berbagai belahan [[Asia Tenggara]] datang untuk mengetahui ajaran Buddha sebagai hasil dari meningkatnya hubungan dengan para pedagang India yang datang ke wilayah tersebut untuk berdagang. Pedagang ini tidak hanya berdagang di Asia Tenggara, tetapi juga membawa agama mereka dan budaya dengan mereka. Di bawah pengaruh mereka, orang-orang setempat mulai mengenal
Sejak masuk di [[semenanjung Indocina]] (sekarang bagian Asia Tenggara), Buddhisme mulai masuk di [[Birma]], [[Siam]] (sekarang [[Thailand]]), [[Vietnam]], [[semenanjung Malaya]] (sekarang [[Malaysia Barat]]) dan kepulauan [[nusantara]] (sekarang [[Indonesia]]).
Baris 422 ⟶ 415:
==== Candi-Candi Peninggalan Kerajaan Buddha di Nusantara ====
{{lihat|Candi}}
Candi-candi peninggalan
* [[Situs Batujaya|Candi Batujaya]], stupa bata di [[Kabupaten Karawang]], Jawa Barat. Diduga mulai dibangun pada abad ke-4 M, salah satu bangunan Buddha tertua di Nusantara.
* [[Candi Kalasan]] atau Tarabhavanam, candi ini didirikan oleh Rakai Panangkaran pada tahun 778 M untuk memuja [[Tara (Bodhisatwa)|Dewi Tara]]. Candi ini terletak di Yogyakarta.
Baris 450 ⟶ 443:
''Mahāyāna'' memiliki 360 juta pemeluk; [[Theravada|''Theravāda'']] memiliki 150 juta pemeluk; dan ''[[Vajrayana|Vajrāyāna]]'' memiliki 18,2 juta pemeluk. Di luar Asia, jumlah umat Buddha sebanyak tujuh juta jiwa.
Menurut ''Johnson and Grim'' (2013),
[[File:Buddha123.jpg|thumb|Buddha]]
Sepuluh negara di dunia dengan populasi mayoritas Buddhis terbesar:
Baris 507 ⟶ 500:
* [[Filsafat Buddha]]
* [[Vajrayana|Ajaran Buddha Vajrayana]]
* [[Gautama Buddha|Gotama Buddha]] / [[Siddhartha Gautama|Siddhattha Gotama]]
* [[Agama Hindu dan Buddha dari A - Z]]
* [[Amitabha]]
Baris 529 ⟶ 522:
* [http://www.walubi.or.id/ Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi)]
* [http://www.dhammatalks.net/index2.htm#Indonesia Buddha dan Dhamma-Nya]
* [http://www.bhagavant.com/ Bhagavant.com (Ajaran Buddha
* [http://www.samaggi-phala.or.id/ Samaggi Phala (Buddhist Information Network)]
* {{en}} [http://www.buddhanet.net Buddhanet.net]
|