Buddhisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(9 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{kegunaanlain|Buddha (disambiguasi)}}
{{infobox religion|name=Buddhisme|native_name=''{{nobold|{{lang|pa|Buddhasāsana}}}}''|image=Bodhi_Tree_Distant_View_-_panoramio.jpg|imagewidth=250px|caption=[[Pohon Bodhi]] di [[Bodh Gaya]], [[India]], markah suci umat Buddha|type=[[Agama|Agama universal]]|main_classification=[[Agama darmik|Darmik]]|scripture=[[Tripitaka]]|theology=[[Nonteisme]]|language=[[bahasa Pāli|Pāli]], [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]], [[Bahasa_Prakerta_Magadhi|Prakerta Magadhi]], [[bahasa Tionghoa Klasik|Tionghoa Klasik]], [[bahasa Tibet|Tibet]]|territory=[[Buddhis]]|founder=[[Siddhattha Gotama]]|founded_date=588 SM|founded_place=[[Bodh Gaya|Buddhagayā]], [[Sarnath|Isipatana]]|separations=[[Theravāda]], [[Mahāyāna]], [[Vajrayāna]]|members=[[Buddha menurut negara|488 juta (Pew, 2012),<br/>495 juta (Johnson & Grim, 2013),<br/>535 juta (Harvey, 2013)]]|primary_schools=}}{{Buddhisme|}}
'''Buddhisme''' ([[Pali]]: ''Buddhadhamma'', ''Buddhasāsana''; {{lang-sa|''Buddhadharma''}}),{{sfn|Wells|2008|p=}}{{sfn|Roach|2011|p=}} dikenal juga sebagai '''Agama Buddha''', '''Buddha Dhamma''', atau '''Dhammavinaya''', adalah suatu [[agama darmik]] dan sebuah tradisi [[filosofis]] yang berlandaskan kepada ajaran [[
Sang Buddha dikenal oleh para Buddhis sebagai Sang Maha Guru Agung yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan [[pengetahuan|wawasan]]-Nya untuk membantu [[makhluk hidup]] mengakhiri [[dukkha|penderitaan]] (''dukkha'') mereka dengan melenyapkan kebodohan batin/delusi (''[[tilakkhana|moha]]''), keserakahan (''[[tilakkhana|lobha]]''), dan kebencian/kemarahan (''[[tilakkhana|dosa]]''). Berakhirnya atau padamnya ''moha'', ''lobha'', dan ''dosa'' disebut dengan [[Nibbana|Nibbāna]]. Untuk mencapai Nibbāna, seseorang perlu mengikuti [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]].
Baris 11:
Setiap aliran Buddha berpegang kepada [[Tipitaka|Tripitaka]] sebagai referensi utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam tiga buku yaitu ''[[Sutta Piṭaka]]'' ("Keranjang Diskursus"), ''[[Vinaya Piṭaka]]'' ("Keranjang Disiplin") dan ''[[Abhidhamma Piṭaka]]'' ("Keranjang Dhamma Luhur"). Versi Tripitaka yang diakui oleh setiap aliran Buddhisme berbeda-beda. Aliran Theravāda mengakui keabsahan [[Tripitaka Pāli]], aliran Mahāyāna mengakui keabsahan [[Tripitaka Tionghoa]], dan aliran Vajrayāna mengakui keabsahan [[Tripitaka Tibet]].
Seluruh naskah aliran Theravāda menggunakan [[Bahasa Pali|bahasa Pāli]], yaitu bahasa yang dipakai di sebagian India (khususnya daerah Utara) pada zaman Sang Buddha. Cukup menarik untuk dicatat, bahwa tidak ada filsafat atau tulisan lain dalam bahasa Pali selain kitab suci agama Buddha Theravāda, yang disebut kitab suci [[Tipitaka]], oleh karenanya, istilah "ajaran agama Buddha berbahasa Pali" sinonim dengan agama Buddha Theravāda. Agama Buddha Theravāda dan beberapa sumber lain berpendapat
| url =http://www.becsurabaya.org/artikel/kumpulan-dhamma/320-perbedaan-dan-persamaan-antara-theravada-dan-mahayana.html
| title = Perbedaan Dan Persamaan Antara Theravada Dan Mahayana
Baris 173:
:e. racun
:a. Penipuan
:b. Ketidaksetiaan
Baris 253:
== Konsep Ketuhanan dalam Buddhisme ==
{{main|
Ketuhanan dalam Buddhisme tidak berdasarkan kepada suatu sosok Yang Maha Kuasa sebagai pencipta dan pengatur [[alam semesta]].<ref name=":0">Nasiman, Nurwito. 2017 (III). Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti untuk SMA Kelas X. pp. 175-176. ISBN 978-602-427-074-2. "Dengan memahami bahwa semua hal yang terjadi di dunia ini semata-mata hasil dari proses hukum kosmis, kita diharapkan dapat meninggalkan konsep yang salah tentang penciptaan bahwa dunia ini diciptakan oleh sosok pencipta yang disebut brahma, Tuhan, atau apa pun sebutannya."</ref> Buddhisme menyatakan bahwa [[alam semesta]] diatur oleh [[Hukum Alam (Niyāma)]], yakni Utu Niyāma, Bija Niyāma, Kamma Niyāma, Citta Niyāma, dan [[Dhamma]] Niyāma yang berjalan tanpa sosok pengatur tertinggi. [[Siddhartha Gautama|Sang Buddha]] sendiri tidak pernah menyebut diri-Nya sebagai [[Tuhan]] Yang Maha Kuasa. [[Buddha]] merupakan [[guru]] agung umat Buddha sebagai penemu [[Dhamma]], bukan pencipta [[Dhamma]].<ref name=":6">{{Cite web|title=Sutta reference for that Buddha discovered the Dhamma, not invented it|url=https://discourse.suttacentral.net/t/sutta-reference-for-that-buddha-discovered-the-dhamma-not-invented-it/26152|website=SuttaCentral Discuss & Discover|access-date=2024-02-08}}</ref>
Bila kita mempelajari ajaran [[Agama_Buddha|agama Buddha]] seperti yang terdapat dalam kitab suci [[Tripitaka|Tripitaka]], maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula.--><ref name=":1">{{Cite book|last=Wowor|first=Cornelis|date=1984|url=https://samaggi-phala.or.id/download/lain/ketuhanan.pdf|title=Ketuhanan Yang Mahaesa Dalam Agama Buddha|location=Jakarta|publisher=Akademi Buddhis Nalanda|url-status=live}}</ref>
▲Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Untuk memenuhi sila pertama [[Pancasila|Pancasila Indonesia]], maka [[Nirwana|Nibbāna]] sebagai keadaan dan tujuan tertinggi dapat diinterpretasikan sebagai Ketuhanan Yang Maha Esa. Nibbāna sebagai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam [[bahasa Pali]], sebagaimana dijelaskan dalam Tatiyanibbāna Sutta, Udāna 8.3, adalah "''ajātaṁ abhūtaṁ akataṁ asaṅkhataṁ''" dengan makna:
# Yang Tidak Dilahirkan (''ajāta'')
# Yang Tidak Menjelma (''abhūta'')
# Yang Tidak Tercipta (''akata'')
# Yang Tidak Terkondisi (''asaṅkhata'')
== Moralitas dalam ajaran Buddha ==
|