Adaro Energy Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rian Sastra N (bicara | kontrib)
k Merapikan
 
(4 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 44:
}}
 
'''PT Adaro Energy Indonesia Tbk''' adalah sebuah [[Perusahaan induk|Perusahaan Induk]] yang melakukan bisnis melalui [[Anak perusahaan|Perusahaan Anak]] di sektor [[pertambangan]] dan jasa [[batu bara]], [[energi terbarukan]] dan tidak terbarukan, utilitas, [[mineral]] dan pengolahan mineral serta infrastruktur pendukung yang berkantor pusat di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]].<ref name=":0">{{Cite web|title=Laporan Tahunan ADRO 2023|url=https://www.adaro.com/files/news/berkas_eng/2198/AR%20BOOK%20ADARO%20ENERGY%202022%20Final.pdf}}</ref> Produk utama perusahaan adalah batu bara dengan nama dagang [[Envirocoal]] yang memiliki karakterisitikkarakteristik rendah polutan.<ref name=":0" />

Pada tahun 2022, Adaroperusahaan Energy Indonesiaini memproduksi sebanyak 62,88 juta ton batubarabatu danbara, menjadikannyasehingga sebagaimenjadikannya perusahaan dengan total produksi batu bara nomorterbesar 2kedua di Indonesia dalam hal produksi batubara.<ref>{{Cite web|last=Tempo|date=2023-07-07|title=11 Perusahaan Batu Bara Terbesar|url=https://koran.tempo.co/read/berita-utama/483067/11-perusahaan-batu-bara-terbesar|website=Tempo|language=en|access-date=2023-09-28}}</ref> Dalam daftar [[Top 2000 Global Forbes]] tahun 2023, perusahaan ini memilikmenempati peringkat ke-1.393 terbesar di dunia dan peringkat ke- 7 di Indonesia, serta menjadi salah satu dari dua perusaahaanperusahaan batu bara di Indonesia yang masuk di dalam daftar tersebut, <ref>{{Cite web|last=TUCKER"|first="ANDREA MURPHY"," HANK|title=The Global 2000 2023|url=https://www.forbes.com/lists/global2000/|website=Forbes|language=en|access-date=2023-09-28}}</ref>
 
== Sejarah ==
=== 1970 - 2004 ===
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada dekade 1970-an saat pemerintah Indonesia membagi [[Kalimantan Timur]] dan [[Kalimantan Selatan]] menjadi delapan blok batu bara. [[Enadimsa]] asal [[Spanyol]] kemudian mengajukan tawaran untuk Blok 8 yang terletak di [[Tabalong]]. Tidak ada perusahaan lain yang mengajukan tawaran untuk blok tersebut, karena saat itu blok tersebut dianggap terlalu jauh dan kualitas batu baranya rendah. Enadimsa kemudian mendirikan PT Adaro Indonesia (AI) untuk mengelola aktivitas pertambangan batu bara di blok tersebut. Nama Adaro dipilih oleh Enadimsa untuk menghormati [[keluarga Adaro]] yang berperan penting dalam kegiatan penambangan di Spanyol selama beberapa abad. Pada tahun 1982, AIAdaro Indonesia pun meneken [[Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara]] (PKP2B) dengan Pemerintahpemerintah Indonesia yang berlaku sampai 30 tahun setelah produksi batu bara dimulai.<ref>{{Cite news|last=Mulyana|first=Ridwan Nanda|date=2020-11-03|title=Arutmin dapat IUPK, Adaro (ADRO) segera ajukan perpanjangan operasi di tahun depan|url=https://industri.kontan.co.id/news/arutmin-dapat-iupk-adaro-adro-segera-ajukan-perpanjangan-operasi-di-tahun-depan|work=[[Kontan|Kontan.co.id]]|language=id|access-date=2021-05-28|editor-last=Perwitasari|editor-first=Anna Suci}}</ref> AI kemudian melakukan kegiatan penambangan di blok tersebut mulai tahun 1983 hingga 1989, saat sebuah konsorsium yang beranggotakan sejumlah perusahaan asal Australia dan Indonesia membeli 80% saham Adaro Indonesia dari Enadimsa. Pada awal dekade 1990-an, Adaro mengadakan [[studi kelayakan]] untuk menetapkan dasar pengembangan penambangan. Salah satu hal yang penting adalah menentukan rute transportasi untuk mengangkut batu bara, dan akhirnya diputuskan untuk membangun jalan pengangkutan batubara sepanjang 80&nbsp;km di sebelah barat [[Sungai Barito]], bukannya membangun jalan sepanjang 130&nbsp;km di sebelah timur Adang Bay di pesisir [[Pulau Kalimantan]]. Produksi batubara juga diputuskan untuk dimulai dari tambang Paringin, karena memiliki nilai panas yang lebih tinggi daripada tambang Tutupan, dan tambang tersebut juga memiliki lapisan penutup yang mengandung batulumpur yang cocok digunakan untuk pembangunan jalan.
 
Adaro Indonesia kemudian melakukan kegiatan penambangan di blok tersebut mulai tahun 1983 hingga 1989, saat sebuah konsorsium yang beranggotakan sejumlah perusahaan asal [[Australia]] dan [[Indonesia]] membeli 80% saham Adaro Indonesia dari Enadimsa. Pada awal dekade 1990-an, Adaro Indonesia mengadakan [[studi kelayakan]] untuk menetapkan dasar pengembangan penambangan. Salah satu hal yang penting adalah menentukan rute transportasi untuk mengangkut batu bara, dan akhirnya diputuskan untuk membangun jalan pengangkutan batu bara sepanjang 80&nbsp;km di sebelah barat [[Sungai Barito]], bukannya membangun jalan sepanjang 130&nbsp;km di sebelah timur Adang Bay di pesisir [[Pulau Kalimantan]]. Produksi batu bara juga diputuskan untuk dimulai dari Tambang Paringin, karena memiliki nilai panas yang lebih tinggi daripada Tambang Tutupan, dan Tambang Paringin juga memiliki lapisan penutup yang mengandung [[batu lumpur]] yang cocok digunakan untuk pembangunan jalan.
Pada bulan Mei 1990, AI mulai mendekati sejumlah bank untuk memperoleh pembiayaan sebesar US$28 juta. Namun semua bank yang didekati menolak memberikan pembiayaan, karena jenis batubara sub-bituminus yang ditambang oleh AI belum diperdagangkan secara internasional dengan volume yang signifikan, sementara pasar domestik saat itu masih relatif kecil. Bank juga meragukan kelayakan dari konstruksi jalan angkutan batubara, karena 27&nbsp;km dari jalan tersebut melintasi rawa, sehingga cukup memakan biaya. Akhirnya para pemegang saham AI meminjamkan dana untuk pembangunan sebesar US$20 juta.
 
Pada bulan Mei 1990, AIAdaro Indonesia mulai mendekati sejumlah bank untuk memperoleh pembiayaan sebesar US$28 juta. Namun semua bank yang didekati menolak memberikan pembiayaan, karena jenis batubarabatu bara sub-bituminus yang ditambang oleh AIAdaro Indonesia belum diperdagangkan secara internasional dengan volume yang signifikan, sementara pasar domestik saat itu masih relatif kecil. Bank juga meragukan kelayakan dari konstruksi jalan angkutan batubarabatu bara, karena 27&nbsp;km dari jalan tersebut melintasi rawa, sehingga cukup memakan biaya. Akhirnya para pemegang saham AIAdaro meminjamkanIndonesia danahanya untukmeminjam pembangunandana sebesar US$20 juta.
Pada bulan September 1990, konstruksi jalan angkutan batubara pun dimulai dan berhasil diselesaikan dalam waktu sekitar satu tahun. Sementara konstruksi sistem penghancuran, penimbunan stok, dan pemuatan tongkang yang berkapasitas 2 juta ton per tahun di [[Sungai Kelanis]] dimulai pada bulan Maret 1991.
 
Pada bulan September 1990, konstruksi jalan angkutan batu bara pun dimulai dan berhasil diselesaikan dalam waktu sekitar satu tahun. Sementara konstruksi sistem penghancuran, penimbunan stok, dan pemuatan tongkang yang berkapasitas 2 juta ton per tahun di [[Sungai Kelanis]] dimulai pada bulan Maret 1991. Pada bulan Maret 1991, tambangTambang Paringin dengan lapisan tunggal setebal 30 meter dibuka dengan menggunakan jasa kontraktor lokal. Sampel dari batu bara yang berhasil ditambang kemudian dikirim ke Australia untuk menjalani uji pembakaran. Hasilnya baik dan menunjukkan beberapa potensi penggunaan batubarabatu bara pada pemanas komersial. Tambang Paringin pun mulai ditambang secara penuh pada bulan Agustus 1991. Pada tahun 1991 juga, AIAdaro Indonesia resmi mendaftarkan "Envirocoal" sebagai [[merek dagang]]nya untuk produk batu bara dengan kadar abu dan sulfur yang ultra-rendah dan kadar nitrogen yang rendah. Pemesan pertama dari Envirocoal adalah [[Krupp Industries]] asal [[Jerman]]. Pesanan sebanyak 68.750 ton tersebut pun dikirim pada tanggal 22 Oktober 1991 dengan menggunakan MV Maersk Tanjong yang memiliki peralatan roda gigi dan pengeruk sendiri.
 
Pemesan pertama dari Envirocoal adalah [[Krupp Industries]] asal [[Jerman]]. Pesanan sebanyak 68.750 ton tersebut pun dikirim pada tanggal 22 Oktober 1991 dengan menggunakan MV Maersk Tanjong yang memiliki peralatan roda gigi dan pengeruk sendiri. Setelah uji coba lebih lanjut, pengiriman batu bara kembali dilakukan pada tahun 1992 ke beberapa pelanggan potensial. Setelah menyelesaikan pembangunan infrastruktur batubarabatu bara dan membentuk basis pelanggan, AIAdaro Indonesia pun mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 22 Oktober 1992. Pada tahun 1992 juga, AIAdaro Indonesia mulai memproduksi batu bara E5000 dari tambangTambang Paringin.
 
=== 2005 - sekarang ===
Pada tahun 2005, Adaroperusahaan Energyini resmi mengakuisisi AIAdaro Indonesia melalui [[pembelian terutang]] sebesar US$923 juta dan ekuitas sebesar US$50 juta. Pada tahun 2008, perusahaan ini resmi melantai di [[Bursa Efek Indonesia]]. Pada tahun 2010, perusahaan ini berekspansi ke luar [[Kalimantan Selatan]] dengan mengakuisisi 25% saham proyek IndoMet Coal, suatu [[perusahaan patungan]] dengan [[BHP Billiton]] yang terletak di [[Kalimantan Tengah]] dan [[Kalimantan Timur]]. Pada tahun 2011, perusahaan ini berekspansi ke [[Sumatera Selatan]] dengan mengakuisisi dua perusahaan batu bara, yakni PT [[Mustika Indah Permai]] dan PT [[Bukit Enim Energi]]. Pada tahun 2012, perusahaan ini meneken perjanjian opsi untuk mengakuisisi hingga 90% saham PT [[Bhakti Energi Persada]], sebuah perusahaan batu bara asal [[Kalimantan Timur]]. Pada tahun 2013, perusahaan ini mengakuisisi PT [[Semesta Centramas]], PT [[Laskar Semesta Alam]], dan PT [[Paramitha Cipta Sarana]] yang konsesi tambang batu baranya berada di dekat wilayah operasional AIAdaro Indonesia.

Pada bulan Juni 2016, bersama [[Japan Electric Power Development]] (J-Power) dan [[Itochu]], perusahaan ini mulai membangun [[PLTU]] dengan teknologi ''ultra-supercritical'' berkapasitas 2x1000 MW di [[Batang, Jawa Tengah]]. Perusahaan inipun menanamkan investasi sebesar US$4,2 milyar pada proyek pembangunan PLTU tersebut.<ref>{{Cite news|last=Umah|first=Anisatul|title=Mundur Gegara Covid, PLTU Batang Beroperasi Paling Telat 2022|url=https://www.cnbcindonesia.com/market/20210419162513-17-239016/mundur-gegara-covid-pltu-batang-beroperasi-paling-telat-2022|work=[[CNBC Indonesia]]|language=id-ID|access-date=2021-05-28}}</ref> Pada tahun 2016 juga, perusahaan ini menyelesaikan akuisisi terhadap 75% saham proyek IndoMet Coal. Pada tahun 2018, perusahaan ini berekspansi ke luar Indonesia dengan mengakuisisi tambang batu bara Kestrel di [[Australia]]. Pada tahun 2019, melalui PT [[Tanjung Power Indonesia]], perusahaan ini mulai mengoperasikan PLTU berkapasitas 2x100 MW di [[Tabalong]]. Pada kuartal kedua tahun 2020, untuk pertama kalinya, melalui [https://adarominerals.id/ PT. Adaro Minerals Tbk.], perusahaan ini mengirimkan batu bara kokas keras dari Tambang Maruwai ke pelanggan di [[Jepang]].<ref name="annual" /><ref name="profil">{{Cite web|url=https://www.adaro.com/pages/read/6/14/History|title=Sejarah Perusahaan|publisher=PT Adaro Energy Tbk|language=id|access-date=14 Januari 2022}}</ref>
IndoMet Coal. Pada tahun 2018, perusahaan ini berekspansi ke luar Indonesia dengan mengakuisisi tambang batu bara Kestrel di [[Australia]]. Pada tahun 2019, melalui PT Tanjung Power Indonesia, perusahaan ini mulai mengoperasikan PLTU berkapasitas 2x100 MW di [[Tabalong]]. Pada kuartal kedua tahun 2020, untuk pertama kalinya, melalui Adaro Metcoal Companies, perusahaan ini mengirimkan batu bara kokas keras dari konsesi Maruwai ke pelanggan di [[Jepang]].<ref name="annual"/><ref name="profil">{{Cite web|url=https://www.adaro.com/pages/read/6/14/History|title=Sejarah Perusahaan|publisher=PT Adaro Energy Tbk|language=id|access-date=14 Januari 2022}}</ref>
 
== Direksi ==
* Presiden Direktur: [[Garibaldi Thohir]]
* Wakil Presiden Direktur: [[Christian Ariano Rachmat]]
* Direktur: [[ChiaMichael AhP. Soeryadjaya, Hoo|Iwan Dewono Budiyuwono]], [[Mohammad Syah Indra Aman]], [[Julius Aslan]]
* Presiden Komisaris: [[Edwin Soeryadjaya]]
* Wakil Presiden Komisaris: [[Theodore Permadi Rachmat]]