Câncio de Carvalho: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
PeragaSetia (bicara | kontrib) Menambah potret dan data tokoh |
PeragaSetia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(15 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox military person
| name
| office
| order
| predecessor
| successor
| party
| birth_date
| birth_place
| death_date = 5 Maret 2022 (umur 59
| death_place
| image
| termstart
| termend
| profession
| office2
| predecessor2
| termstart2
| termend2
| successor2
| monarch
| governor2
| governor
| president
| allegiance = [[Berkas: Mahidi
| serviceyears
}}
'''Câncio Lopes de Carvalho''', [[Sarjana Hukum|S.H.]] (1962 – 5 Maret 2022)<ref name="MoTCdC">Master of Terror: {{cite web|url=http://syaldi.web.id/mot/Cancio%20Lopes%20de%20Carvalho.htm |wayback=20181129020122 |title=''Cancio Lopes de Carvalho'' |archiv-bot=2019-08-30 20:45:33 InternetArchiveBot }}, diakses 28 November 2018.</ref> adalah mantan pemimpin [[Mahidi]], sebuah milisi pro-Indonesia di Timor Timur yang diduduki Indonesia.
== Awal kehidupan dan karir awal ==
== Karier ==▼
Câncio adalah anak keempat dari sepuluh bersaudara yang lahir dari pasangan Mateus de Carvalho dan Margarida Lopes de Carvalho. Ayahnya adalah seorang liurai di {{interlanguage link|Cassa (Ainaro)|de}} sekaligus anggota partai [[Asosiasi Demokratik Rakyat Timor|Apodeti]], sebelum kemudian pindah ke [[Partai Golongan Karya|Golkar]].<ref>{{Cite news|last=Kremb|first=Jürgen|date=22 Agustus 1999|title=Die Maske der Armee|url=https://www.spiegel.de/politik/die-maske-der-armee-a-8aee64b5-0002-0001-0000-000014255391|work=Der Spiegel|access-date=30 Mei 2024}}</ref>{{sfn|Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya|1984|p=131}} Mateus juga ikut serta dalam delegasi yang menyerahkan petisi integrasi di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] pada tanggal 7 Juni 1976.{{sfn|Gonggong|Zuhdi|1995|p=87}} Saat masih kecil, Câncio dipaksa oleh tentara Indonesia untuk membantu operasi militer dengan menjadi tenaga bantuan operasi (TBO). Setelah lulus SMP di [[Ainaro]], dia melanjutkan pendidikan SMA di [[Kota Kupang|Kupang]].<ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite web|last=Pratiwi|date=8 Oktober 1999|title=Catatan Perjalanan di Bumi Lorosa'e (10)|url=https://www.mail-archive.com/siarlist@minipostgresql.org/msg02273.html|website=Mail Archive|access-date=30 Mei 2024}}</ref>{{efn|Menurut sumber lain, Cancio tinggal bersama keluarga seorang tentara di Surabaya dan melanjutkan pendidikan SMA di sana. <ref name="MoTCdC">Master of Terror: {{cite web|url=http://syaldi.web.id/mot/Cancio%20Lopes%20de%20Carvalho.htm |wayback=20181129020122 |title=''Cancio Lopes de Carvalho'' |archiv-bot=2019-08-30 20:45:33 InternetArchiveBot }}, diakses 28 November 2018.</ref>}}
Câncio juga sempat tinggal bersama keluarga [[Arnaldo dos Reis Araújo]] di [[Jakarta]]. Arnaldo saat itu menjabat sebagai [[Daftar gubernur di Timor Timur|Gubernur Timor Timur]]. Namun, karena tidak senang dengan sikapnya yang sering bermain dengan perempuan, dia dikirim kembali ke [[Timor Timur]].<ref name="MoTCdC" /> Di sana, dia awalnya menganggur sebelum akhirnya bekerja di kantor [[Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia|Departemen Kehakiman]] di [[Dili]]. Pada tahun 1994, dia diangkat menjadi pegawai tetap dan pada bulan Mei 1998, Câncio pindah ke kantor Departemen Kehakiman di [[Kupang]].<ref name=":0">{{Cite web|last=Roosa|first=John|date=10 Februari 1999|title=Info on ABRI's Paramiliaries in East Timor|url=http://etan.org/et/1999/february/8-14/10info.htm|website=ETAN|access-date=30 Mei 2024}}</ref>
== Keterlibatan dalam kekerasan politik ==
Pada bulan Agustus 1998, Carvalho, bersama dengan pemimpin milisi [[João da Costa Tavares]] dan [[Eurico Guterres]], bertemu dengan Panglima Militer Indonesia untuk Timor Timur [[Tono Suratman]]. Para pemimpin milisi diberitahu bahwa mereka harus "melindungi" "integrasi" Timor Lorosa'e ke Indonesia.<ref name="MoTTS">Masters of Terror: {{cite-web|url=http://syaldi.web.id/mot/Tono%20Suratman.htm |wayback=20181128171650 |title=''Col (Inf) Tono Suratman F X'' |archiv-bot=2019-08-30 20:45:33 InternetArchiveBot }}, diakses 28 November 2018.</ref> Pertemuan tersebut dapat dilihat sebagai awal dari kekerasan milisi terhadap aktivis pro-kemerdekaan yang bekerja menuju referendum kemerdekaan setelah jatuhnya kediktatoran Indonesia pada bulan Mei.<ref name="MoTCdC" />▼
=== Aktivitas awal ===
▲Setelah [[pembantaian Santa Cruz]] pada bulan November 1991, Câncio menjadi informan Satuan Gabungan Intelijen (SGI), yang merupakan badan intelijen dari [[Kopassus]]. Bersama dengan para putra simpatisan atau anggota partai [[Asosiasi Demokratik Rakyat Timor|Apodeti]], dia mendirikan sebuah kelompok "sukarelawan" yang berbasis di Cassa sesuai instruksi SGI dengan tujuan mengintimidasi para aktivis pro-kemerdekaan.<ref name="MoTCdC" /><ref name=":0" /> Pada bulan Agustus 1998,
[[Berkas:54-Otonomi campaign-1 Mahidi Milizen.jpg|mini|Anggota Mahidi (1999)]]
=== Mendirikan dan memimpin Mahidi ===
Di bawah arahan SGI, Câncio menghidupkan kembali kelompok yang ia dirikan pada tahun 1991 dan menamainya [[Mahidi]] (Mati Hidup dengan Indonesia). Pada tanggal 1 Januari 1999, di hadapan Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) [[Kepolisian Resor Ainaro|Ainaro]], Letkol Pol [[Razali (polisi)|Razali]], dan Komandan Kodim (Dandim) 1633/Ainaro, Letkol Inf [[Paulus Gatot Rudianto]], Mahidi secara resmi didirikan. Mereka bermarkas di Cassa, kampung halaman Câncio. Beberapa anggota milisi dipaksa untuk bergabung di dalamnya. Kakaknya, [[Nemecio Lopes de Carvalho|Nemecio]] (juga Remecio atau Remesio), menjabat sebagai "perwira intelijen" di Mahidi.<ref name="MoTCdC" />
Mahidi dibentuk untuk melawan sentimen pro-kemerdekaan yang semakin militan di [[Kabupaten Ainaro]]. Pada bulan April 1999, Mahidi memiliki sekitar 1.000 sampai 2.000 anggota dan 500 pucuk senjata. Câncio mengatakan kepada [[British Broadcasting Corporation|BBC]] dalam sebuah wawancara bahwa dia menerima senjata otomatis dari Kodim di Ainaro.<ref name=":0" /> Mereka dilatih oleh tentara Indonesia.<ref name="MoTCdC" /><ref name=":0" />
Sejak bulan Desember 1998, Mahidi mulai menyerang para pendukung kemerdekaan. Tak jarang, aksi tersebut disertai penyiksaan, pembunuhan, pengusiran, dan penculikan. Câncio terlibat langsung dalam sebagian insiden dan juga secara langsung memerintahkan kejahatan tersebut. Misal, pada tanggal 25 Januari 1999, Mahidi menyerang Desa [[Galitas]] (di [[Kabupaten Covalima]]). Serangan tersebut menewaskan tiga orang dan lima lainnya terluka. Dalam penyerangan tersebut, turut menjadi korban seorang wanita bernama Angelina de Araujo yang saat itu tengah hamil. Anggota Mahidi membelah perutnya dan mengeluarkan janin yang ada di dalamnya. Dalam wawancaranya dengan BBC, dia berbicara tentang insiden itu dengan penuh rasa bangga.<ref name="MoTCdC" />
Câncio juga terlibat dalam [[pembantaian di rumah Manuel Carrascalão]], di mana dalam tayangan [[SCTV]], dia terlihat sedang menembakkan senapan [[M-16 (senapan)|M16]].<ref name="MoTCdC" /> Pada bulan April 1999, dia diangkat menjadi Komandan Persatuan Milisi PPI ([[Pasukan Pejuang Integrasi]]) di Sektor III. Dengan demikian, dia secara resmi bertanggung jawab atas milisi [[Mahidi]], [[Laksaur]], [[Ablai]] dan [[AHI]], dengan komando utama berada di tangan [[João da Costa Tavares|Jo]][[pembantaian di rumah Manuel Carrascalão|ã]]<nowiki/>o da Costa Tavares.<ref name="MoTCdC" /> Dia berulang kali mengancam akan mengobarkan "perang" jika orang [[Timor Timur]] memilih opsi merdeka dalam [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999|jajak pendapat]]. Sebelum pelaksanaan pemungutan suara pada tanggal 30 Agustus, Câncio memberikan kepada seorang anggota Mahidi daftar nama yang berisi sekitar 100 pendukung pro-kemerdekaan yang diketahui untuk dibunuh. Ketika kekalahan Indonesia dalam jajak pendapat menjadi terang, Mahidi melancarkan aksinya di Cassa.<ref name="MoTCdC" />
Dua puluh dua anggota milisi Mahidi didakwa melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan pada tanggal 28 Februari 2003, termasuk Câncio de Carvalho dan saudaranya Nemecio. Dakwaan tersebut menyoroti pembunuhan sebelas warga sipil dan penggusuran penduduk desa [[Mau-Nuno]] pada 23 September 1999, pembunuhan dua pemuda pada 3 Januari di [[Manutaci]], pembunuhan pendukung pro-kemerdekaan pada 25 Januari dan pembunuhan. dan Penganiayaan terhadap beberapa siswa di distrik Cova Lima pada tanggal 13 April. Namun saat itu, semua terdakwa tidak lagi berada di Timor Timur melainkan di Indonesia. Surat perintah penangkapan telah diajukan di [[Pengadilan Distrik]] Dili dan ke Kejaksaan Agung Indonesia dan [[Interpol]] diteruskan. Beberapa perwira milisi dijatuhi hukuman penjara.<ref name="MoTCdC" /><ref>[http://www.etan.org/et2003/february/23-28/283new.htm ETAN, 28 Februari 2003, 3 New indictments filed at Dili Court]</ref>▼
Pada tanggal 5 September 1999, Mahidi diperintahkan untuk membunuh siapapun yang menolak untuk pergi ke [[Timor Barat]]. Seorang penduduk Cassa, Fernando Gomes, menolak untuk pergi. Dia akhirnya dibunuh oleh Mahidi. Pada tanggal 12 September, Câncio menginterogasi seorang terduga pendukung kemerdekaan. Dia kemudian diserahkan kepada seorang anggota TNI dan kakaknya, [[Nemecio Lopes de Carvalho|Nemecio]], yang kemudian membunuhnya. Pada tanggal 23 September, sekitar 60 anggota Mahidi yang dipimpin oleh Nemecio, menyerang Desa {{interlanguage link|Mau-Nuno|de}} pada dini hari. Desa tersebut diserang karena penduduknya menolak untuk pergi ke [[Timor Barat]]. Akibatnya, 11 penduduk tewas dan sisa penduduk desa dipaksa untuk pergi ke Timor Barat. Rumah-rumah mereka juga dibakar dan ternak mereka dibunuh. Baru saat pasukan pasukan [[INTERFET]] tiba di Ainaro pada awal bulan Oktober kekerasan milisi dan [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia|ABRI]] dapat dihentikan.<ref name="MoTCdC" />
=== Buntut ===
Untuk menghindari penangkapan, Câncio melarikan diri ke [[Kota Kupang|Kupang]]. Dia menetap di sana dan membantu mereorganisasi PPI. Pada bulan Januari 2000, dia dan anggota milisinya mengancam akan membakar Kupang jika Indonesia memaksa para pengungsi [[Timor Timur]] untuk kembali ke tanah kelahirannya. Pada bulan Oktober 2000, Câncio mengatakan bahwa dia telah mengirim anggota Mahidi ke Timor Timur untuk "bergerilya". Pada saat yang sama, ia dan tiga pimpinan milisi lainnya (Nemecio, [[Domingos Pereira]], dan [[Joanico da Costa]]) menawarkan informasi kepada [[Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa|Sekjen PBB]] mengenai keterlibatan [[Kopassus]] dalam kekerasan 1999 dengan imbalan amnesti saat mereka kembali ke Timor Timur. Namun, negosiasi berhenti di tengah jalan saat Kepala Staf [[Administrasi Sementara PBB di Timor Timur|UNTAET]], [[Nagalingam Parameswaran]], berhenti dari jabatannya. Câncio, yang sebelumnya berencana untuk kembali ke tanah kelahirannya, akhirnya mengurungkan niat tersebut karena "alasan teknis". <ref name="MoTCdC" /><ref>{{Cite news|date=8 Januari 2003|title=Ex-Militia Leader Too Afraid to Return Home - Claim|url=http://www.etan.org/et2002a/january/06-12/07return.htm|work=Lusa|access-date=31 Mei 2024}}</ref><ref>{{Cite news|date=7 Januari 2002|title=Return of Mahidi Militia Chief Canceled for "Technical Reasons"|url=http://www.etan.org/et2002a/january/06-12/07return.htm|work=Lusa|access-date=31 Mei 2024}}</ref>
▲
=== Kehidupan di Indonesia ===
Câncio tergabung dalam Paguyuban Pejuang Timor-Timur (PPTT) dan sempat menjadi ketuanya. Pada bulan Juni 2020, dia dan beberapa perwakilan tokoh pro-integrasi menggelar jumpa pers di [[Atambua]]. Câncio meminta pemerintah Indonesia untuk memperjelas status hukum 401 orang, termasuk dirinya, yang didakwa sebagai pelanggar HAM berat atas tindakan mereka selama tahun 1999 oleh [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]].<ref name=":2">{{Cite news|date=21 Juni 2020|title=Cancio Lopes De Carvalho, S.H : Kami Usulkan Kepada Pemerintah RI Agar 4.115 Pejuang Dan Korban Politik Timor-Timur Untuk Diangkat Menjadi Veteran RI|url=https://bidiknasional.com/2020/06/21/cancio-lopes-de-carvalho-s-h-kami-usulkan-kepada-pemerintah-ri-agar-4-115-pejuang-dan-korban-politik-timor-timur-untuk-diangkat-menjadi-veteran-ri/|work=Bidik Nasional|access-date=31 Mei 2024}}</ref> Dia menganggap bahwa masuknya nama-nama tersebut di dalam daftar hanyalah sebatas "konspirasi" dan "sandiwara", sebab hingga saat itu mereka belum diadili juga.<ref>{{Cite news|date=21 Juni 2020|title=Cancio De Carvalho: Saya Baru Tahu! Dituduh Lakukan Kejahatan,Tapi Tak Diadili|url=https://gardaindonesia.id/2020/06/cancio-de-carvalho-saya-baru-tahu-dituduh-lakukan-kejahatantapi-tak-diadili/|work=Garda Indonesia|access-date=31 Mei 2024}}</ref> Selain itu, dia juga meminta agar pemerintah menetapkan 4.115 orang pro-integrasi sebagai veteran dan diberi kompensasi sesuai kemampuan negara.<ref name=":2" />
== Akhir kehidupan ==
Cancio meninggal dunia di kediamannya di [[Kota Manado|Manado]] pada tanggal 5 Maret 2022 akibat serangan jantung. Atas permintaan keluarga besarnya, jenazahnya dipulangkan ke Desa [[Litamali, Kobalima, Malaka|Litamali]] di [[Kabupaten Malaka]] untuk disemayamkan.<ref>{{Cite news|date=18 Maret 2022|title=Cancio Lopes de Carvalho Meninggal, Eurico Guterres Berduka|url=https://web.archive.org/web/20220318011600/https://www.suluhdesa.com/2022/03/cancio-lopes-da-carvalho-meninggal-eurico-guterres-berduka/|work=Suluh Desa|access-date=31 Mei 2024}}</ref>
== Kehidupan pribadi ==
Câncio memiliki tiga orang kakak dan enam orang adik. Salah seorang kakaknya, Francisco Lopes de Carvalho, memiliki pendidikan yang lebih baik dan bekerja sebagai seorang informan untuk [[Komando Pasukan Khusus|Kopassus]] melalui SGI. Francisco sebelumnya bekerja sebagai sekretaris pribadi Gubernur [[José Abílio Osório Soares]], sebelum bergabung dengan Gerakan Rekonsiliasi dan Persatuan Timor Timur (GRPTT) yang dibentuk oleh [[Manuel Carrascalão]] dan menjadi sekretaris jenderalnya.<ref>{{Cite journal|last=Pedersen|first=Jon|last2=Arneberg|first2=Marie|date=28 Maret 1999|title=Social and Economic Conditions in East Timor|url=https://fafo.no/images/pub/1999/929.pdf|journal=Fafo Institute of Applied Social Science|pages=120-121}}</ref> Adapun kakaknya yang lain, [[Nemecio Lopes de Carvalho|Nemecio]], ikut terlibat dalam kepemimpinan [[Mahidi]] yang ia dirikan. Saat menetap di [[Kota Kupang|Kupang]], dia menikah dengan seorang wanita [[Timor Barat]] beretnis [[Bahasa Tetun|Tetun]].<ref name="MoTCdC" />
== Referensi ==
{{reflist}}
{{notelist}}
== Daftar pustaka ==
*{{Cite book|last=Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya|date=1984|url=https://books.google.co.id/books?id=QxJXAAAAMAAJ&pg=PA131&dq=%22mateus+lopes+de+carvalho%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwj7mvuGoLeGAxVRyDgGHYtJG60Q6AF6BAgHEAI#v=onepage&q=%22mateus%20lopes%20de%20carvalho%22&f=false|title=20 Tahun Golkar|location=Jakarta|publisher=Golongan Karya|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Gonggong|first=Anhar|last2=Zuhdi|first2=Susanto|date=1995|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/24937/1/SEJARAH%20PERJUANGAN%20RAKYAT%20TIMOR%20TIMUR.PDF|title=Sejarah Perjuangan Rakyat Timor Timur|location=Jakarta|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|ref=harv|url-status=live}}
[[Kategori:Tokoh pro-integrasi Timor Timur]]
[[Kategori:Kelahiran 1962]]
[[Kategori:Kematian 2022]]
[[Kategori:Sejarah Timor Leste]]
|