Keyakinan dalam Buddhisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Faredoka (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(53 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{short description|unsur penting dari ajaran Buddha}}
{{about|kualitas mental dari keyakinan dalam agama Buddha|deskripsi praktik bakti Buddhis|Bakti Buddhis}}
[[Berkas:Buddhist Altar in Indonesia.jpg|jmpl|Altar di Pusdiklat Buddhis Sikkhādama Santibhūmi, [[Tangerang]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. [[Rupang Buddha]] sebagai simbol [[Buddha]], [[Dharmacakra]] di belakang kepala Buddha sebagai simbol [[Dhamma]], dan dua murid teladan-Nya ([[Sariputta]] dan [[Moggallana]]) di kedua sisi sebagai simbol [[Sangha|Saṅgha]].|300x300px]]
[[Berkas:九天禅院 释迦牟尼佛.jpg|jmpl|[[Ananda|Ānanda]] (kiri) dianggap sebagai murid teladan Buddha.|upright=1.2]]
{{Buddhist term|title=''Keyakinan'' atau ''Iman''
|pi=saddhā
Baris 22:
{{Buddhisme|dhamma}}
 
Dalam [[agama BuddhaBuddhisme]], '''keyakinan''' atau '''iman''' ({{lang-pi|'''saddhā'''|italic=yes}}, {{lang-sa|'''śraddhā'''|italic=yes}}) mengacu kepadapada komitmeniman untuk mempraktikkan ajarankepada [[BuddhaTiga Gautama|BuddhaPermata]] dan percaya kepada para makhluk tercerahkan atau mereka yang dianggap telah maju dalam pelatihan diri, seperti parayaitu [[Buddha]] atau, [[bodhisatwaDhamma]] (mereka yang beraspirasi untuk mencapai Buddha). Umat Buddha pada umumnya mengakui beberapa objek keyakinan, tetapi beberapa alirandan [[BuddhismeSaṅgha]] secara khusus membaktikan diri kepada tokoh tertentu, seperti Buddha tertentu. Keyakinan taktidak hanya berupa bakti terhadap suatu tokoh, tetapi juga terkait dengan konsep-konsep dalam ajaran Buddha seperti efikasi [[karma dalam agama Buddha|karma]], buah karma, dan kemungkinan mencapai [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]]. Keyakinan dipandang sebagai komitmen untuk mempraktikkan ajaran [[Buddha Gautama|Buddha]], seperti [[Dāna|bederma]] (''dāna''), [[Etika Buddhis|moralitas]] (''sīla''), dan [[Meditasi Buddhis|meditasi]] (''bhāvanā'') secara berkelanjutan.
 
[[Atthakatha|Kitab komentar]] untuk [[Abhidhamma Piṭaka]] menjelaskan definisi ''saddhā'' sebagai suatu [[Cetasika|faktor-mental]] dalam empat batasan:<ref name=":0" />
Keyakinan atau iman dalam agama [[Sejarah agama Buddha#Tahap awal agama Buddha|Buddha awal]] dan aliran [[Theravāda]] dipusatkan pada lima keyakinan utama:
 
* '''Karakteristik''' (''lakkhaṇa''): meyakini (''saddahana'') atau memercayai (''okappana'') objeknya.
# Keyakinan/iman terhadap Buddha, yaitu [[Siddhattha Gotama]] dan pencapaian [[Kebuddhaan]]-Nya di [[Nibbāna]]
* '''Fungsi''' (''rasa''): untuk menjernihkan (''pasādana'') hati dari kotoran-kotoran batin atau untuk melompati (''pakkhandana'') hal-hal sulit.
# Keyakinan/iman terhadap [[Dhamma]], yaitu ajaran yang disampaikan oleh Buddha
* '''Manifestasi''' (''paccupaṭṭhāna''): bebas dari kotoran (''akālussiya''), atau keputusan/ketetapan hati (''adhimutti'').
# Keyakinan/iman terhadap [[Saṅgha]], yaitu komunitas para pengikut yang dianggap maju secara spiritual atau komunitas rahib yang berupaya mencapai [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]]
* '''Sebab-terdekat''' (''padaṭṭhāna''): objek yang pantas untuk memunculkan keyakinan (''saddheyyavatthu''), yaitu Tiga Permata, atau faktor-faktor [[Empat tingkat kesucian|Pengarungan Arus]] (''sotāpattiyaṅga'').
# Keyakinan/iman terhadap ''kamma'', yaitu perbuatan berkehendak baik dan buruk
# Keyakinan/iman terhadap buah ''kamma'' (''vipāka''), yaitu akibat dari perbuatan berkehendak baik dan buruk
 
Keyakinan adalah faktor-mental yang memercayai (''saddahati'') objek. Faktor-mental keyakinan dalam Buddhisme bukanlah kepercayaan yang memerlukan kepatuhan buta (''amūlika-saddhā'') dengan mengesampingkan fakta, investigasi, dan kebijaksanaan. Seseorang juga tidak akan bisa menyakiti makhluk lain atas dasar keyakinannya.
Seorang umat awam disebut [[upasaka dan Upasika|''upāsaka'' atau ''upāsika'']]. Keyakinan dianggap sebagai langkah pertama menuju [[Paññā|kebijaksanaan]] dan [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]]. Sementara itu, agama Buddha awal secara moral tidak mengecam pemberian persembahan secara damai kepada [[Dewa#Agama Buddha|dewa-dewi]]. Sepanjang sejarah agama Buddha, pemujaan dewa-dewi, sering kali berasal dari keyakinan pra-Buddhis dan [[animisme|animis]], kemudian disesuaikan menjadi praktik dan kepercayaan Buddhis. Sebagai bagian dari proses itu, dewa-dewi tersebut dinyatakan sebagai bawahan dari [[Tiga Permata]], yang masih terus memegang peran utama.
 
Dalam [[Buddhisme awal]] dan aliran [[Theravāda]], keyakinan dipusatkan pada iman kepada [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]] Buddha (''tathāgatabodhi-saddhā'') atau, secara alternatif, kepada Tiga Permata (''ratanattaya-saddhā''):<ref name=":0">{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2019-09-01|url=https://books.google.co.id/books?id=2ZQXEAAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Manual Abhidhamma: Bab 2 Faktor-Faktor-Mental|publisher=Yayasan Dhammavihari|isbn=978-623-94342-7-4|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2020-02-01|url=https://books.google.co.id/books?id=XcHsDwAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=KAMMA: Pusaran Kelahiran & Kematian Tanpa Awal|publisher=Yayasan Dhammavihari|isbn=978-623-94011-0-8|language=id}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Wichian|first=Phurapha Phramaha|date=2016|title=An investigation of the concept of Saddhā in Theravāda Buddhism and its significance in the modern world.|url=https://oaji.net/articles/2016/1707-1464942419.pdf|journal=International Research Journal of Interdisciplinary & Multidisciplinary Studies (IRJIMS)|publisher=Ph.D. scholar, Centre for Buddhist studies, University of Hyderabad, Hyderabad, India|volume=II|issue=III|pages=17-20|issn=2394-7969}}</ref><ref>{{Cite book|last=Medhācitto|first=Tri Saputra|date=2022|url=https://syailendra.ac.id/public/uploads/buku-aspek-sosiologi-dalam-sigalovada-sutta.pdf|title=Aspek Sosiologi dalam Sigālovāda Sutta|location=Semarang|publisher=Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra|isbn=978-602-53319-9-2|pages=46-48|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Payutto|first=P. A.|date=2007|url=https://www.watnyanaves.net/uploads/File/books/pdf/principles_for_buddhists_starting_point_for_unity_towards_glory_thai-eng.pdf|title=The Buddhist's Tenets: A Starting Point and a Unifying Point—A Convergence for Success and Prosperity|location=Nakhon Pathom|publisher=Wat Nyanavesakavan|isbn=9749414381|pages=10-11|chapter-url=|url-status=live}}</ref><ol>
<li> '''Iman kepada Buddha''', yaitu meyakini para Buddha masa lalu, Buddha masa kini ([[Siddhattha Gotama]]), dan kedatangan [[bodhisatwa]] masa depan; juga pencapaian [[Kebuddhaan]]-Nya di [[Nibbāna]].</li>
#<li>'''Iman Keyakinan/iman terhadapkepada [[Dhamma]]''', yaitu meyakini ajaran yang disampaikan oleh Buddha.</li>
#<li>'''Iman Keyakinan/imankepada terhadap [[Saṅgha]]''', yaitu meyakini komunitas pararahib yang didirikan oleh Buddha; pengikutmereka yang dianggap maju secara spiritual (''ariya-saṅgha'') atau komunitas rahibkonvensional yang berupaya mencapai [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]] (''sammuti-saṅgha'').</li>
</ol>Pada jenis klasifikasi di atas, iman kepada [[Hukum Karma|hukum karma]] merupakan bagian dari iman kepada Dhamma. Akan tetapi, beberapa bagian [[Tripitaka|kitab suci]] juga secara spesifik merincikan iman kepada kepemilikan karma (''kammassakatā-saddhā''), yaitu meyakini bahwa semua makhluk bertanggung jawab atas perbuatan dan akibatnya masing-masing, sebagai dua poin tambahan:
<ol start=4>
<li> '''Iman kepada karma''' (''kamma-saddhā''), yaitu meyakini adanya perbuatan berkehendak yang secara moral dikategorikan sebagai baik atau buruk.</li>
#<li Keyakinan/iman>'''Iman terhadapkepada buah karma''kamma'' (''vipāka-saddhā''), yaitu meyakini adanya akibat dari perbuatan berkehendak yang secara moral baik danatau buruk.</li></ol>
 
Secara tradisional, pernyataan iman ditunjukkan dengan pengambilan perlindungan kepada [[Tiga Permata]] dalam syair "Tiga Perlindungan" (Tisaraṇa):<ref>{{Cite web|title=SuttaCentral: Saraṇattaya|url=https://suttacentral.net/kp1/|website=SuttaCentral|language=en|access-date=2024-05-22}}</ref><ref>{{Cite web|title=The Threefold Refuge: tisarana|url=https://www.accesstoinsight.org/ptf/tisarana.html|website=www.accesstoinsight.org|access-date=2024-05-22}}</ref><ref>{{Cite web|title=Refuge in the Buddha|url=https://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bodhi/bps-essay_21.html|website=www.accesstoinsight.org|access-date=2024-05-22}}</ref>
 
{{Verse translation|Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi,
Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi
Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi|Aku berlindung kepada Buddha
Aku berlindung kepada Dhamma
Aku berlindung kepada Saṅgha|attr1=Khuddakapāṭha 1, Khuddaka Nikāya}}
 
Seorang umat awam yang berlindung kepada [[Tiga Permata]] disebut [[upasaka dan Upasika|''upāsaka'' atau ''upāsika'']], sedangkan yang tidak berlindung kepada Tiga Permata disebut ''[[titthiya]]''.
 
SeorangSementara umat awam disebutitu, [[upasakaBuddhisme dan Upasikaawal|''upāsaka'' atau ''upāsika'']]. Keyakinan dianggap sebagai langkah pertama menuju [[Paññā|kebijaksanaan]] dan [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]]. Sementara itu, agama Buddha awal]] secara moral tidak mengecam pemberian persembahan secara damai kepada [[Brahma (Buddhisme)|brahma]] dan [[Dewa#Agama Buddha(Buddhisme)|dewa-dewi]]. Sepanjang sejarah agama Buddha, pemujaan brahma dan dewa-dewi, sering kali berasal dari keyakinan pra-Buddhis dan [[animisme|animis]], kemudian disesuaikan menjadi praktik dan kepercayaan Buddhis. Sebagai bagian dari proses itu, brahma dan dewa-dewi tersebut dinyatakan sebagai bawahan dari [[Tiga Permata]], yang masih terus memegang peran utama.
 
Pada masa berikutnya dalam sejarah agama Buddha, khususnya [[Buddha Mahāyāna]], keyakinan memiliki peran yang jauh lebih penting. Aliran Mahāyāna memperkenalkan [[Bakti Buddhis|bakti]] kepada para Buddha dan bodhisatwa yang berada di [[Tanah Murni]]. Dengan berkembangnya bakti kepada [[Buddha Amitābha]] dan [[Buddha Tanah Murni|agama Buddha aliran Tanah Murni]], keyakinan memperoleh peran utama dalam praktik agama Buddha. Agama Buddha aliran Tanah Murni versi Jepang, yang dipimpin oleh [[Hōnen]] dan [[Shinran]], bahkan meyakini bahwa satu-satunya praktik yang bermanfaat bagi umat Buddha adalah [[shinjin|keyakinan penuh kepercayaan]] kepada Buddha Amitābha, karena aliran tersebut menganggap [[Selibat|selibasi]], meditasi, dan praktik Buddhis lainnya sebagai praktik yang tidak lagi mujarab atau bertolak belakang dengan sifat utama keyakinan. Sementara itu, umat Buddha Tanah Murni pada umumnya mengartikan keyakinan sebagai sebuah keadaan yang mirip dengan pencerahan. Dampak keyakinan dalam religiositas umat Buddhis kemudian menjadi sangat penting dalam gerakan-gerakan [[milenarianisme|milenarian]] di beberapa negara Buddhis, yang terkadang mengakibatkan kehancuran dinasti-dinasti kerajaan dan perubahan politik penting lainnya.
Baris 329 ⟶ 349:
{{topik Buddhisme}}
 
[[Kategori:Kepercayaan, tradisi, dan pergerakan agama]]
[[Kategori:Buddhisme]]