Suraprabhawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perbaikan Pengetikan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
perbaikan pengetikan Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(8 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 30:
Diberitakan dalam ''[[Pararaton]]'', setelah Bhre Pandansalas menjadi raja selama dua tahun, keponakannya Bhre Kertabhumi melakukan kudeta untuk mengambil alih kekuasaan pada tahun 1468.
== Akhir Riwayat Kerajaan Majapahit ==
== Pemberontakan Bhre Kertabhumi ==▼
Menurut [[Pararaton]], pada tahun 1466 M, [[Girisawardhana]] dikabarkan wafat dan digantikan oleh [[Suraprabhawa|Singhawikramawardhana Dyah Suraprabhawa]], yang merupakan adik dari [[Girisawardhana|Giriśawardhana Dyah Suryawikrama]]. Hal ini menyebabkan kekecewaan anak-anak [[Rajasawardhana|Rājasawardhana Sang Sināgara]], diantaranya [[Kertabhumi|Bhre Kahuripan Sang Munggwin Jinggan]], [[Kertabhumi|Bhre Mataram Dyah Wijayakusuma]], [[Bhre Lasem]], [[Bhre Pamotan]], dan yang bungsu [[Kertabhumi|Bhre Kretabhūmi Dyah Raņawijaya]] untuk pergi atau minggat dari kedaton (sah saking kadaton) pada tahun 1468 M, kemudian mereka mendirikan benteng pertahanan di Jinggan. Hal ini berpuncak pada tahun 1478 M, berdasarkan [[prasasti Sidotopo]] dan [[prasasti Petak]] mereka berlima pun menyerang kedaton yang dibantu oleh Śrī Brahmārāja Ganggadhara. Perlawanan inilah yang membuat [[Suraprabhawa]] gugur di kadaton, lantas menjadi akhir riwayat dari [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]]. Selanjutnya menurut [[Suma Oriental]], yang menggantikan [[Suraprabhawa]] sebagai raja [[Wangsa Rajasa]] ialah Batara Mataram/Bhre Mataram, putra [[Rajasawardhana|Batara Sinagara]] yang dalam [[prasasti Jiyu III]] memiliki gelar, '''Śrī Mahārāja Bhatāre Kling Girīndrawarddhana Dyah Wijayakusuma Śrī Singhawarddhana''', yang kemudian memindahkan ibukota ke Kĕling/Daha/Kadhiri.<ref>Heri Purwanto (2023) ''Pararaton: Biografi Para Raja Singhasāri-Majapahit''</ref><ref>Nia K.S. Irfan (2008) ''Pararaton Revisited: Tafsir Baru Atas Sejarah Keluarga Majapahit''</ref> :<br/>
{{cquote2|'''''bhre paṇḍan salas añjĕnĕng ing tumapĕl, anuli prabhu i śaka brahmana-naga-kaya-tunggal, 1388 (1466M), prabhu rong tahun. tumuli sah saking kaḍaton. putranira sang sinagara, bhre koripan, {Bhre Lasem{?}, bhre mataram, bhre pamotan, pamungsu bhre kṛtabhūmi, kapĕrnah paman, bhre prabhu sang mokta ring kaḍaton i śaka śunya-nora-yuganing-wong, 1400(1478M).'''}}
(Terjemahan Ibu Nia K.S. Irfan) :
{{cquote2|'''''Bhre Paṇḍan Salas menjadi Bhre Tumapĕl, kemudian menjadi bhre prabhu pada śaka brahmana-naga-kaya-tunggal, 1388 (1466M). Ketika ia baru bertakhta dua tahun, pergilah dari istana, anak-anak Sang Sinagara, yaitu Bhre Kahuripan, Bhre Mataram, {Bhre Lasem{?}, Bhre Pamotan, dan yang bungsu Bhre Kṛtabhūmi, terhitung paman mereka, bhre prabhu yang meninggal di istana pada śaka śunya-nora-yuganing-wong, 1400(1478M).'''}}
(Terjemahan Bapak Hasan Djafar) :
{{cquote2|'''''Bhre Paṇḍan Salas menjadi Bhre Tumapĕl, kemudian menjadi bhre prabhu pada śaka brahmana-naga-kaya-tunggal, 1388 (1466M). Baru bertakhta dua tahun, kemudian pergi dari istana karena diserang anak-anak Sang Sinagara, yaitu Bhre Kahuripan, {Bhre Lasem{?}, Bhre Mataram, Bhre Pamotan, dan yang bungsu, Bhre Kṛtabhūmi, terhitung paman Bhre Paṇḍan Salas, adalah bhre prabhu yang meninggal di istana pada śaka śunya-nora-yuganing-wong, 1400(1478M).'''}}
Hal ini berlawanan dengan tafsir bapak Hasan Djafar (1972, 1975), beliau menyebutkan [[Suraprabhawa]], putra [[Girisawardhana]] bertakhta pada tahun 1466 M, baru bertakhta 2 tahun terusir dari kedaton/istana. Kemudian takhta [[Majapahit]] di ambil alih oleh [[Kertabhumi|Bhre Kretabhūmi]] (Paman nya) pada tahun 1468 M. Setelah terusirnya [[Suraprabhawa]] dari [[Majapahit]], anak-anaknya, yaitu [[Dyah Raṇawijaya|Girindrawardhana Dyah Raņawijaya]] dan [[Dyah Raṇawijaya|Dyah Wijayakaraņa]] menyusun benteng untuk memerangi [[Kertabhumi|Bhre Kretabhūmi]]. Jadi, menurut beliau yang pergi dari istana adalah [[Suraprabhawa]], bukan anak-anak [[Rajasawardhana|Sang Sinagara]]. Pak Hasan Djafar (1972, 1975) kemudian menghubungkan berita dalam [[Pararaton]] dengan [[Prasasti Jiyu III]] yang dikeluarkan oleh seorang raja bernama '''Girīndrawarddhana Dyah Raņawijaya''' yang mengadakan upacara Śraddha 12 tahun meninggalnya Bhatāra ring Dahanapura, yang ditafsirkan sebagai ayahnya, [[Suraprabhawa]]. Beliau menjelaskan bahwa sesudah di usir dari [[Majapahit]] pada tahun 1468 M, ia kemudian pindah ke Daha sehingga berjuluk Bhatāra ring Dahanapura, dan pada tahun 1473 M mengeluarkan [[prasasti Pamintihan]] yang menyatakan diri sebagai satu-satunya raja agung yang memimpin rakyat. Kemudian pada 1474 ia meninggal dunia dan digantikan putranya [[Dyah Raṇawijaya]] sebagai penguasa Daha. Tokoh ini pun menyerang [[Majapahit]], yang menyebabkan [[Kertabhumi|Bhre Kretabhūmi]] terbunuh di kedaton.<ref>Hasan Djafar (1972) ''Girīndrawardhana: Beberapa Masalah Akhir Majapahit''</ref> Belakangan teori ini dibantah oleh ibu Nia K. S Irfan (2008), yang mengidentifikasikan "Bhatāra ring Dahanapura, Sang Mokteng Indranibhawana" sebagai ibu dari [[Kertabhumi|Bhre Kretabhūmi Dyah Raņawijaya]] dan istri dari [[Rajasawardhana]], yaitu Manggalawardhanī Dyah Suraghāriņī.
== Kematian Suraprabhawa ==
Baris 45 ⟶ 57:
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi|jabatan=Raja Majapahit|tahun=
{{kotak selesai}}
|