Museum Adityawarman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ego.arianto (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
||
(2 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 19:
| website = {{URL|museumadityawarman.org/}}
}}
'''Museum Adityawarman''' adalah museum budaya
== Sejarah ==
Museum Adityawarman adalah museum umum yang penamaannya didasarkan pada Surat Keputusan [[Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia]] Nomor 01/1991 Tanggal 9 Januari 1991. Adanya penggunaan nama Adityawarman untuk mengingatkan kebesaran nama salah seorang Raja Minangkabau yang berkuasa pada abad ke-14.
Museum ini mulai dibangun pada tahun anggaran 1974/1975 dan diresmikan pada tanggal 16 Maret 1977 oleh [[Menteri Pendidikan dan Kebudayaan]] Republik Indonesia Prof. Dr. Syarif Thayeb.<ref name=":0">{{Cite web|title=UPTD Museum Adityawarman - Sistem Registrasi Nasional Museum|url=https://10.24.26.63/museum/profile/uptd+museum+adityawarman?page=5|website=Sistem Registrasi Nasional Museum Kemdikbud|language=en|access-date=2024-05-28}}</ref> Setelah otonomi daerah, tahun 2001 status Museum Adityawarman resmi dikelola Pemerintah Daerah [[Sumatera Barat]] di bawah naungan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya yang kini menjadi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Barat. Pada Desember 2016 sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2016 Unit Pelaksana Teknis Daerah Museum Adityawarman berada dibawah koordinasi Dinas Kebudayaan Sumatera Barat.
== Pembangunan ==
Museum ini berlokasi di komplek Lapangan Tugu Jl. Diponegoro Padang. Dibangun di atas tanah seluas 2,5 Ha ditumbuhi 100 jenis tanaman berupa pohon pelindung, tanaman hias dan apotek hidup. Lokasi ini dulunya dikenal dengan Taman Melati, sebuah taman tempat bermain warga Kota Padang. Pada zaman penjajahan Belanda di lokasi ini berdiri [[
Konstruksi museum dikerjakan pada tahun 1974. Peresmian museum ditandai oleh [[Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia]] [[Syarif Thayeb|Prof. Dr. Syarif Thayeb]].<ref name="aso">{{cite web |url=http://asosiasimuseumindonesia.org/anggota/48-museum-negeri-provinsi-sumatera-barat-adityawarman.html |title=Museum Negeri Provinsi Sumatera Barat "Adityawarman" |publisher=Asosiasi Museum Indonesia |accessdate=8 Mei 2014}}</ref> Sesuai dengan SK Pemda Tingkat II Padang No. 3071/SDTK/XVIII-74 tanggal 8 Agustus 1974. == Koleksi ==
Baris 47 ⟶ 53:
=== Salempang ===
[[Bundo Kanduang|Bundo kanduang]] sebutan bagi perempuan Minang sejati yang dituakan serta banyak memahami tentang adat dan budaya Minangkabau. Ia juga memiliki pakaian kebesaran yang dipakai pada upacara adat, salah satu kelengkapan pakaian bundo kandung tersebut adalah [[Selempang leher|salempang]] sejenis selendang yang dipasangkan / diselempangkan dari bahu kanan ke bawah tangan kiri. Hal ini melambangkan tanggung jawab yang dibebankan kepada bundo kandung yang harus dilaksanakan dengan baik. Salempang ini terbuat dari benang katun warna merah, bentuk empat persegi panjang. Dihiasi songketan benang emas dengan tehnik ATBM. Bidang kain bermotifkan saik galamai, pucuk rabung dan biku-biku. Pinggir bermotifkan atua bada, batang pinang, dan bijo antimun. Kedua ujung salempang diberi renda benang emas sehingga kelihatan lebih indah.<ref name=":0" />
== Dalam budaya populer ==
Dalam novel ''Andika Cahaya'' (2012), sastrawan [[Darman Moenir]] meggambarkan susana birokrasi di Museum Andika Cahaya yang dapat dirujuk sebagai Museum Adityawarman.<ref>https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/jentera/article/view/347</ref>
== Referensi ==
|