Lasem, Rembang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wadaihangit (bicara | kontrib) →Demografi: melengkapi halaman dengan foto #WPWP |
|||
(3 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{kecamatan
| nama = Lasem
| foto = Kantor Kecamatan lasem.jpg
|dati2=Kabupaten▼
| caption = Kantor Kecamatan Lasem
|nama dati2=Rembang▼
▲| dati2 = Kabupaten
|luas=45,04 km²▼
▲| nama dati2 = Rembang
|penduduk=47.868 jiwa (2005)▼
▲| luas = 45,04 km²
|kelurahan=20 desa▼
▲| penduduk = 47.868 jiwa (2005)
|nama camat=-▼
▲| kelurahan = 20 desa
|kepadatan=1.056 jiwa/km²▼
▲| nama camat = -
|provinsi=Jawa Tengah▼
▲| kepadatan = 1.056 jiwa/km²
▲| provinsi = Jawa Tengah
}}
'''Lasem''' ({{lang-jv|ꦭꦱꦼꦩ꧀}}, {{lang-zh|拉塞姆}}) adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Rembang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Merupakan kota terbesar kedua di Kabupaten Rembang setelah [[Rembang, Rembang|kota Rembang]].
Baris 15 ⟶ 17:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Chinese tempel TMnr 60043652.jpg|ka|jmpl|250px|Kuil Tionghoa di Lasem.]]
Dahulu Lasem dikenal sebagai "Tiongkok kecil" (atau "Little Chinatown") karena merupakan kota awal pendaratan orang [[Tiongkok]] di tanah Jawa dan terdapat perkampungan Tionghoa yang sangat banyak tersebar di kota Lasem. Di Lasem juga terdapat patung
Lasem juga dikenal sebutan "Kota Santri" tak lain karena banyaknya pondok pesantren di kota yang pernah menjadi Kadipaten sebelum Rembang. Bahkan, pada masa kemerdekaan, Mbah Sambu (Sayyid Abdurrahman) merupakan cucu dari Jaka Tingkir (Sultan hadiwijaya) yang memperjuangkan kemerdekaan di tanah Lasem. Masjid Jami’ Lasem juga disebut-sebut sebagai pusat perjuangan kemerdekaan, tempat Mbah Sambu dimakamkan.{{Butuh rujukan}}
Selain itu, Lasem juga dikenal sebagai kota pelajar dan salah satu daerah penghasil buah [[jambu]] dan [[mangga]] selain hasil dari laut seperti garam dan [[terasi]]. [[Batik Lasem]] sangat terkenal karena cirinya sebagai batik pesisir yang indah dengan pewarnaan yang berani.{{Butuh rujukan}}
== Geografi ==
Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan di pesisir pantai [[laut Jawa]] di kabupaten Rembang, berjarak lebih kurang 12 [[km]] ke arah [[timur]] dari [[ibu kota]] kabupaten Rembang, dengan batas-batas wilayah meliputi:{{Butuh rujukan}}
* Sebelah [[utara]] berbatasan dengan [[laut Jawa]]
* Sebelah [[timur]] berbatasan dengan [[Sluke, Rembang|kecamatan Sluke]]
Baris 28 ⟶ 30:
* Sebelah [[barat]] berbatasan dengan [[Rembang, Rembang|kecamatan Rembang]].
Kecamatan Lasem mempunyai luas wilayah mulai dari pesisir [[laut Jawa]] hingga ke selatan. Di sebelah timur terdapat [[gunung Lasem]]. Wilayahnya seluas 4.504 ha. 505 ha diperuntukkan sebagai pemukiman, 281 ha sebagai lahan tambak, 624 ha sebagai hutan milik negara. Letaknya yang dilewati oleh jalur pantura, menjadikan kota ini sebagai tempat yang strategis dalam bidang perdagangan dan jasa.{{Butuh rujukan}}
== Pemerintahan ==
Sekarang ini, Lasem hanya berbentuk Kecamatan. Kantor Kecamatan terletak di Jalan Sunan Bonang Km.01 atau Jalan Lasem-Tuban. Kecamatan Lasem terdiri atas 20 [[desa]] yang terbagi ke dalam 84 [[Rukun Warga]] (RW) dan 219 [[Rukun Tetangga]] (RT), dengan ibu kota kecamatan (gedung kecamatan) terletak di desa [[Soditan, Lasem, Rembang|Soditan]].{{Butuh rujukan}}▼
▲Sekarang ini, Lasem hanya berbentuk Kecamatan. Kantor Kecamatan terletak di Jalan Sunan Bonang Km.01 atau Jalan Lasem-Tuban. Kecamatan Lasem terdiri atas 20 [[desa]] yang terbagi ke dalam 84 [[Rukun Warga]] (RW) dan 219 [[Rukun Tetangga]] (RT), dengan ibu kota kecamatan (gedung kecamatan) terletak di desa [[Soditan, Lasem, Rembang|Soditan]].
Adapun desa-desa tersebut adalah:
Baris 58 ⟶ 59:
{{col-css3-end}}
Empat desa di antaranya berada di lereng [[gunung Lasem]] yaitu desa Gowak, Kajar, Sengangcoyo dan Ngargomulyo sedangkan 5 desa di antaranya merupakan desa pesisir yang berbatasan langsung dengan laut Jawa. Lima desa tersebut adalah: Bonang, Dasun, Binangun, Gedongmulyo dan Tasiksono. Dan 8 desa masuk dalam kawasan kota Lasem, yaitu: Dorokandang, Karangturi, Soditan, Gedongmulyo, Ngemplak, Babagan, Jolotundo dan Sumbergirang.{{Butuh rujukan}}
== Demografi ==
[[Berkas:Po_An_Bio_Temple.jpg|jmpl|Kuil Po An Bio Lasem, Rembang]]
Jumlah penduduk kecamatan Lasem sejumlah 47.868 jiwa (tahun 2005). 23.846 jiwa di antaranya berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 24.022 perempuan. Sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai [[petani]], pedagang dan [[nelayan]].{{Butuh rujukan}}
Di bidang pendidikan, di kecamatan Lasem terdapat:{{Butuh rujukan}}
* 33 [[Taman Kanak-kanak]] (TK) dan [[Raudlatul Athfal]]
* 35 [[Sekolah Dasar]] dan [[Madrasah Ibtidaiyah]]
Baris 71 ⟶ 73:
* 18 [[Pondok Pesantren]]
Di bidang keagamaan, di kecamatan Lasem terdapat 31 [[masjid]], 130 [[musala]] dan 11 [[gereja]] [[Protestan]], 12 gereja Katolik, 3 [[klenteng]] dan 3 [[wihara]] (1 wihara tak berpemeluk).{{Butuh rujukan}}
Etnis yang tersebar di Lasem adalah [[suku Jawa]], [[suku Tionghoa]], keturunan Campa dan perpaduan etnis-etnis tersebut yang melahirkan etnis Lasem. Selain itu juga ada etnis lain sebagai pendatang di kota Lasem seperti orang [[Sunda]], [[Batak]], dll.{{Butuh rujukan}}
== Julukan kota ==
Sebagai sebuah kota yang unik dan menjadi perhatian bagi para peneliti baik dalam negeri maupun luar negeri, [[Lasem]] mempunyai predikat atau julukan yang tidak sedikit. Di sini sekiranya menampilkan 5 julukan kota ini:{{Butuh rujukan}}
=== Lasem Kota Santri ===
[[Berkas:Masjid jami Lasem.jpeg|jmpl|250px|Masjid Jami' Lasem]]
Sejak dahulu kota kecamatan ini terkenal sebagai '''Kota Santri'''. Peninggalan pesantren-pesantren tua di kota ini dapat kita rekam jejaknya hingga sekarang. Banyak ulama-ulama karismatik yg wafat di kota yg terkenal dgn suhu udara yg panas ini. Sebut saja Sayid Abdurrahman Basyaiban ([[Mbah Sambu]]) yang kini namanya dijadikan jalan raya yg menghubungkan [[Lasem]]-[[Bojonegoro]], KH. Baidhowi, KH. Khalil, KH. Maksum, KH. Masduki dll. Sebagian makam tokoh masyarakat Lasem ini dapat Anda jumpai di utara Masjid Jami' Lasem. Maka tidak berlebihan jika Lasem berjuluk sebagai kota santri, mengingat banyaknya ulama, [[Pondok Pesantren]] dan jumlah santri yang belajar agama [[islam]] di kota ini.{{Butuh rujukan}}
Pondok Pesantren tersebut antara lain:
* [http://alwahdah-lasem.blogspot.com Al Wahdah] ([[Sumbergirang, Lasem, Rembang|Sumbergirang]])
Baris 104 ⟶ 107:
=== Lasem Kota Ilmu ===
Banyaknya Pondok Pesantren berimbas pada bidang pendidikan umum. Tercatat banyak [[Sekolah Menengah Pertama]] dan [[Sekolah Menengah Atas]] di kota ini. Sekolah-sekolah itu antara lain:{{Butuh rujukan}}
* [[SMA Negeri Lasem]] [http://www.smanela.sch.id/v1/index.php website] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090417083709/http://www.smanela.sch.id/v1/index.php |date=2009-04-17 }}, di Desa [[Ngemplak, Lasem, Rembang|Ngemplak]]
* [[MA Negeri Lasem]], di Desa [[Ngemplak, Lasem, Rembang|Ngemplak]]
Baris 124 ⟶ 127:
* SMP Katholik Hamong Putra, di Desa [[Gedongmulyo, Lasem, Rembang|Gedongmulyo]]
* SMP Kristen Dorkas, di Desa [[Babagan, Lasem, Rembang|Babagan]].
Sekolah-sekolah di Lasem tak kalah saing dengan sekolah-sekolah yang mendapat perhatian lebih dari pemkab seperti sekolah-sekolah di Rembang. Prestasi sekolah-sekolah di Lasem pun kerap kali mengharumkan nama 'Lasem' bahkan sampai ke jenjang Nasional bahkan Internasional. Selain itu, satu-satunya SMA Negeri di Lasem ([[SMA Negeri Lasem|SMA N 1 Lasem]]) mendapatkan predikat sebagai SMA Budaya dan SMA Pionir [[Nasionalisme]], sekaligus sebagai SMA Budaya dengan sering ditampilkannya grup [[Wayang Orang|Wayang Wong]] SMA N 1 Lasem pimpinan Bpk.H.Karnoto di beberapa event baik di dalam maupun luar kota.{{Butuh rujukan}}
Selain sekolah dasar dan menengah, di Lasem juga terdapat cabang [[Universitas Terbuka]] (UT) yang membuka kelas di Gedung Pondok Pesantren Kauman Lasem.{{Butuh rujukan}}▼
Pada masa Kerajaan, di Lasem terdapat beberapa tempat pertapaan yang menghasilkan para biksu maupun pendeta Hindu, di antaranya adalah{{Butuh rujukan}}▼
▲Selain sekolah dasar dan menengah, di Lasem juga terdapat cabang [[Universitas Terbuka]] (UT) yang membuka kelas di Gedung Pondok Pesantren Kauman Lasem.
▲Pada masa Kerajaan, di Lasem terdapat beberapa tempat pertapaan yang menghasilkan para biksu maupun pendeta Hindu, di antaranya adalah
* Pertapaan Pamulang di Situs Gunung Tapaan yang konon sebagai pusat pengajaran Ilmu Buddha maupun Hwuning/Kanung pada masa lampau
* Pertapaan Gebang di selatan Situs Gunung Tapaan yang konon sebagai pusat pengajaran Ilmu Hindu Siwa
Baris 135 ⟶ 139:
=== Lasem Kota Tiongkok Kecil ===
[[Berkas: Bangunan-lasem.jpg|jmpl|200px|Deretan bangunan bergaya Tiongkok di Pecinan desa Karangturi, Lasem]]
Salah satu tempat berkembangnya para imigran dari [[Tiongkok]] terbesar di Pulau Jawa abad ke-14 sampai 15 adalah Lasem (啦森 Hokkien: Lao Sam, Mandarin: La Sen) selain di Sampotoalang (Semarang) dan Ujung Galuh (Surabaya). Datangnya armada besar [[Laksamana]] [[Cheng Ho]] ke Jawa sebagai duta politik Kaisar [[Tiongkok]] masa [[Dinasti Ming]] yang ingin membina hubungan [[bilateral]] dengan [[Majapahit]] terutama dalam bidang kebudayaan dan perdagangan negeri tersebut, mereka memperoleh [[legitimasi]] untuk melakukan aktivitas perniagaannya dan kemudian banyak yang tinggal dan menetap di daerah pesisir utara Pulau Jawa. Bahkan menurut [[N.J. Krom]], perkampungan Tionghoa di masa Kerajaan [[Majapahit]] telah ada sejak 1294-1527 M. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya bangunan-bangunan tua seperti permukiman Pecinan dengan bangunan khas [[Tiongkok]]nya dan [[kelenteng]] tua yang berada tak jauh dari jalur lalu lintas perdagangan di sepanjang aliran Sungai Babagan Lasem (kala itu disebut Sungai Paturen) yang pada waktu itu sebagai akses utama penghubung antara laut dan darat, juga penguasaan tempat-tempat perekonomian yang strategis oleh mereka di kemudian waktu, seperti yang dapat dilihat pada pusat-pusat pertokoan di sepanjang jalan raya kota sekarang ini.{{Butuh rujukan}}
=== Lasem Kota Batik ===
Dalam beberapa literatur tentang batik juga yang terdapat di museum batik nasional, [[batik Lasem]] disebutkan sebagai salah satu varian klasik atau biasa disebut ''pakem'' dangan pola dan corak yang punya kekhasan tersendiri, yaitu paduan warna yang berani dan mencolok dengan motif-motif yang beraneka macam dan khas tetapi tetap indah serta elegan. [[Batik]] tersebut populer dengan sebutan batik tulis ''kendoro kendiri'' atau batik ''Pesisiran Laseman'', di mana batik ini berbeda dengan batik [[Jogja]] atau [[Solo]] yang sangat baku pada pakem keraton yang motifnya eksklusif dan khusus bagi golongan ningrat saja. [[Batik Laseman]] sangat liat bercirikan [[egalitarian]], yang mana batik ini lebih terbuka atau umum penggunaannya bagi segala kalangan atau lapisan masyarakat berikut macam [[etnis]]nya. Konon perkembangan [[Batik Laseman]] ini dipengaruhi oleh unsur-unsur [[seni]] dan budaya negeri seberang, yaitu [[Tiongkok]] dan [[Campa]]. Banyaknya orang-orang [[Tiongkok]] dan [[Campa]] yang menetap di [[Lasem]] dan membaur dengan penduduk lokal lambat laun melahirkan [[akulturasi]] kebudayaan yang positif dan kaya, salah satunya adalah seni batik itu sendiri. [[Batik Laseman]] sendiri pernah mengalami kejayaan dalam produksi dan pemasarannya. Kini [[Batik Laseman]] bisa kita temukan di sudut-sudut kota Lasem bahkan di daerah sekitar Lasem.{{Butuh rujukan}}
=== Lasem Kota Pusaka ===
Baris 145 ⟶ 149:
Potensi Pusaka Alam: Hamparan Pantai di Lasem, Pegunungan Lasem, Hutan di Lasem, dll.
Potensi Pusaka Budaya: Seni Laesan, Seni Kuda Lumping, Seni Barongsai dan Liong, Seni Wayang, Seni Wayang Wong, Seni Tari, Kehidupan Masyarakat Lasem, Batik Lasem, Tambak Garam, Industri Terasi dan Ikan Asin, Peninggalan hasil kebudayaan, dll.
Potensi Pusaka Saujana: Hamparan Tambak Garam dengan latar Pegunungan Lasem saat kita ke Lasem arah dari Rembang, Hamparan Kapal di Pelabungan Binangun dengan latar Laut/Pantai Lasem saat kita ke Lasem arah dari Tuban, hamparan Perkampungan di Pedesaan dengan latar kota Lasem dan Perbukitan Barat Pegunungan Lasem saat kita di perkampungan Pegunungan Lasem, dll.{{Butuh rujukan}}
== Budaya ==
Secara historis, budaya di Lasem merupakan perpaduan budaya dari masyarakat pribumi (Jawa), Tiongkok & Campa (dibawa oleh pasukan Laksamana [[Cheng Ho]]), Arab, dan Belanda. Wujud nyata dari perpaduan budaya ini dapat kita temui sampai detik ini pada [[batik Lasem]] motif Tiga Negeri maupun Empat Negeri.{{Butuh rujukan}}
Masyarakat Lasem banyak yang bekerja di sektor transportasi (truk besar, bus) sehingga menciptakan satu komunitas transportasi yang banyak menghabiskan waktu bekerja di jalan. Ini memunculkan budaya minum kopi di warung, sehingga muncul budaya kopi lelet.{{Butuh rujukan}}
=== Dialek ===
Dialek masyarakat [[Lasem]] yang dikenal adalah sebagai berikut:
- em / - nem = mu (bahasa Indonesia).{{Butuh rujukan}}
Contoh: Buku''em''/Buku''nem'' = Bukumu; Tangan''em'' = Tanganmu; Nggon''em''/Nggonan''em'' = Punyam; dll
(hurup "e" di kata ''e''m dibaca seperti kata "e" di kata p''e''rahu atau s''e''lasa)
Baris 206 ⟶ 210:
=== Seni pertunjukan ===
Seni Pertunjukan yang ada dan berkembang pesat di [[Lasem]] antara lain:{{Butuh rujukan}}
* [[Laesan Lasem]]
* [[Thong-thong Klek]]
Baris 220 ⟶ 224:
=== Event (acara) ===
* Haul [[Mbah Sambu]] (Sayid Abdurrahman Basyaiban/Pangeran Sam Bua Syayid Ngabdurrahman){{Butuh rujukan}}
* Penjamasan Bende Becak (Acara Selonan/di Bulan Selo (Bulan ke-11 pada kalender Jawa Hijriyah) di Desa [[Bonang, Lasem, Rembang|Bonang]]{{Butuh rujukan}}
* Kirab Budaya [[Mak Co]] [[Tian Siang Sheng Bo]]
* [[Festival Lasem]]{{Butuh rujukan}}
* [[Lasem Batik Carnival]]{{Butuh rujukan}}
* [[Sedekah Bumi]] / Bersih Desa{{Butuh rujukan}}
* [[Sedekah Laut]] / Lomban, dll{{Butuh rujukan}}
=== Seni rupa ===
[[Berkas:Kopi lelet rokok.jpg|jmpl|Orang sedang membatik batang rokok (nglelet)]]
* [[Batik Lasem]] yang khas dan berbeda dengan batik dari daerah lain{{Butuh rujukan}}
* Lelet, yaitu membatik dengan media batang rokok dan tintanya menggunakan ''lethekan [[kopi lelet]]'' (ampas kopi lelet/kopi Lasem yang dicampur susu krimer){{Butuh rujukan}}
* Kerajinan Kuningan{{Butuh rujukan}}
=== Seni arsitektur ===
[[Berkas:Lasem 2007-2.jpg|jmpl|Candi di belakang Wihara Ratanavana Arama Lasem]]
[[Berkas:Lassem.jpg|jmpl|Klenteng Cu An Kiong di Jalan Dasun, Lasem]]
Arsitektur bangunan-bangunan yang khas di Kota Lasem, antara lain:{{Butuh rujukan}}
* Bangunan [[Klenteng]] [[Cu An Kiong]], di timur [[Sungai Lasem]]
* Bangunan [[Klenteng]] [[Po An Bio]], di utara Sungai Kemendung
Baris 256 ⟶ 260:
* [[masjid jami]]
Masjid Jami Lasem memiliki nilai historis sebagai pusat pengembangan ilmu oleh Syekh Abdurrahman (mbah Sambu).
Hingga hari ini, peziarah terbanyak kota Lasem adalah pengunjung kompleks masjid dan makam Mbah Sambu yang selanjutnya akan sowan ke ndalem ulama Lasem sesuai sejarah keilmuan mereka ka{{Butuh rujukan}}
=== Potensi wisata alam ===
Baris 271 ⟶ 275:
=== Potensi wisata batik ===
Lasem terkenal sebagai [[Kota Batik]] terutama [[Batik Tulis Laseman]]. Hampir di setiap desa dijumpai pengrajin [[batik]]. Namun pusat-pusat industri batik terletak di{{Butuh rujukan}}
* [[Babagan, Lasem, Rembang|Babagan]]
* [[Gedongmulyo, Lasem, Rembang|Gedongmulyo]]
Baris 279 ⟶ 283:
* [[Ngemplak, Lasem, Rembang|Ngemplak]]
* [[Sendangasri, Lasem, Rembang|Sendangasri]], dll.
Selain itu juga terdapat di beberapa desa di sekitar Lasem yang terkenal sebagai desa wisata [[Batik Laseman]] seperti di{{Butuh rujukan}}
* [[Pohlandak, Pancur, Rembang|Pohlandak]]
* Dukuh Ngropoh [[Pancur, Pancur, Rembang|Pancur]]
Baris 303 ⟶ 307:
=== Potensi wisata sejarah ===
Banyak sekali situs-situs [[sejarah]] di area bekas [[Kerajaan Lasem]], [[Kadipaten Lasem]], maupun pada masa kedatangan [[Tiongkok]]-[[Campa]], [[VOC]] di Lasem bahkan situs [[arkeologi]]. Hampir semua situs sejarah tersebar di kawasan kota Lasem dan sekitarnya.{{Butuh rujukan}}
== Peninggalan bersejarah ==
=== Prasejarah ===
* Situs Kapal Kuno di [[Punjulharjo, Rembang, Rembang|Punjulharjo]], terletak di bagian barat Sungai Kahiringan. Dulu daerah ini masih masuk kawasan [[Lasem]], namun sekarang terletak di Kec.Rembang. Kapal yang ditemukan merupakan ''Bangaki Kapal Utuh'' beserta perabotan dan arca kepala, berdasarkan perhitungan secara [[radiokarbon]] diketahui bahwa [[kapal]] dari abad ke-7 M.{{Butuh rujukan}}
* Situs Tulang-belulang Manusia Purba Austronesia di daerah [[Bonang, Lasem, Rembang|Bonang]]-[[Leran, Sluke, Rembang|Leran]]{{Butuh rujukan}}
* Situs Purbakala [[Plawangan, Kragan, Rembang|Plawangan]] dan [[Terjan, Kragan, Rembang|Terjan]]{{Butuh rujukan}}
* Situs Megalitik Adon Ayam, [[Bonang, Lasem, Rembang|Desa Bonang]]{{Butuh rujukan}}
===
Peninggalan ''Benda Bergerak'':
* [[Lingga]]
Baris 338 ⟶ 342:
* Seni [[Beladiri]] [[Pathol]] (sekarang berkembang pesat di daerah Kragan dan Sarang)
===
Peninggalan ''Tak Bergerak'':
* Lokasi Bekas Istana Kadipaten Lasem di [[Binangun, Lasem, Rembang|Binangun]]
|