Izz al-Dawla: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(2 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 32:
Pada tahun 970, Izz al-Dawla, untuk mengakhiri permusuhan antara Dailamiyah dan Turki di pasukannya, mulai melakukan beberapa pernikahan dengan orang Turki berpangkat tinggi untuk memperkuat hubungan Dailamiyah-Turki; putranya [[Marzuban ibn Bakhtiyar]] menikah dengan putri Bukhtakin Azadruwayh, dan putranya yang lain Salar menikah dengan putri Baktijur.{{sfn|Amedroz|Margoliouth|1921|p=302}}
 
Izz al-Dawla melanjutkan kebijakan ayahnya dalam memerangi Shahinid yang menguasai rawa-rawa Irak, namun ia tidak mampu mengatasinya. Pada saat yang sama, ia mengabaikan perbatasan dengan [[Kekaisaran Bizantium]], menganggap hal ini sebagai urusan [[khalifah]] yang harus ditangani. Ketika Bizantium di bawah pimpinan [[Ioannes I TzimiscesTzimiskes]] menyerbu sebagian besar [[Mesopotamia Hulu|Mesopotamia utara]] pada tahun 971, dia bahkan tidak kembali ke Bagdad.<ref>Bosworth (1975), p. 265</ref> Orang yang mengambil tanggung jawab untuk membela Irak adalah Sebük-Tegin, yang merasa dirinya semakin terasing dari BuyidBuwaihi. Dua tahun kemudian, Izz al-Dawla mengangkat [[Ibn Baqiyya]] sebagai [[wazir]]nya.
 
Izz al-Dawla juga mempunyai masalah keuangan; pada tahun 973 ia menginvasi Amirat Mosul, bertentangan dengan nasihat yang ditinggalkan ayahnya. Kampanye tersebut merupakan sebuah bencana; kaum [[Dinasti Hamdaniyah|Hamdaniyah]] di bawah pimpinan [[Abu Taghlib]] bergerak ke Bagdad, sementara Sebük-Tegin mungkin diam-diam mendukung mereka.<ref>Bosworth (1975), p. 266</ref> Amir Buwaihi kemudian mencoba menyelesaikan kesulitan keuangannya dengan merebut wilayah kekuasaan Turki yang sebagian besar berada di [[Provinsi Khuzestan|Khuzestan]]. Pada saat yang sama, ia memberhentikan Sebük-Tegin dari jabatannya. Orang Turki memberontak, memaksa Izz al-Dawla untuk bercokol di [[Wasith, Irak|Wasith]]. Dia menolak tawaran Sebük-Tegin untuk melepaskan Bagdad dengan imbalan Irak selatan. Orang Turki kemudian bergerak ke Wasit dan mengepung kota tersebut.
Baris 41:
 
=== Perang saudara dan kematian ===
Rukn al-Dawla meninggal pada tahun 976, membuat kerajaan Buwaihi berada dalam kekacauan. Izz al-Dawla menolak mengakui suksesi 'Adud al-Dawla ke posisi amir senior. Dia mengambil gelar baru untuk dirinya sendiri, dan menikahi salah satu putri khalifah, yang menandakan persetujuan khalifah terhadap kebijakannya. 'Adud al-Dawla kemudian bersiap untuk menyerang Irak. Meski telah mempersiapkan pasukan dan sekutunya, Izz al-Dawla dikalahkan di [[Provinsi Khuzestan|Khuzestan]] pada tahun 977 dan terpaksa mundur ke [[Wasith, Irak|Wasith]]. Di sana dia membentuk pasukan baru, tetapi kedua sepupunya kemudian mengadakan negosiasi. Setelah sekian lama, Izz al-Dawla diberikan kebebasan masuk ke [[Suriah]], dengan imbalan janji untuk tidak bersekutu dengan Hamdaniyah. Ketika dia melanggar perjanjian itu, permusuhan kembali terjadi. Baik Izz al-Dawla maupun Hamdaniyah dikalahkan di [[Samarra]] pada musim semi tahun 978, dan BuyidBuwaihi ditangkap. Dia dihukum mati segera setelah itu dengan persetujuan 'Adud al-Dawla.<ref>Kennedy (2004), pp. 272, 230</ref>
 
== Referensi ==