Keuskupan Tanjung Selor: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
TomLinardi (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 81:
Pada tahun 2021, keuskupan ini tercatat terdiri dari 15 [[paroki]], dilayani oleh 30 [[imam]], dan memiliki 55 ribu umat dengan persentase 5,7% terhadap seluruh penduduk.
==
=== Perkembangan misi ===▼
Bernardus Winokan adalah salah satu tokoh perintis keberadaan [[Paroki Santa Maria Assumpta, Katedral Tanjung Selor|Paroki St. Maria Assumpta]] yang kemudian hari akan berkembang sebagai Katedral St. Maria Assumpta. [[1954]] adalah tahun di mana Bernardus Winokan bertugas sebagai Sekretaris Kepala Daerah [[Bulungan]], kehadiran selaku umat [[katolik]] menggembirakan beberapa orang perantau katolik di wilayah Bulungan, Bpk. Winokan sejak kedatangannya di Bulungan mulai giat mengumpulkan para perantau katolik yang kebanyakan berasal dari [[Nusa Tenggara Timur]] dan kemudian membentuk sebuah persekutuan kecil umat katolik yang secara rutin mengadakan berbagai kegiatan di rumahnya. Seiring perjalanan waktu maka jemaat kecil itu akhirnya menjadi sebuah [[stasi]] dari paroki Tarakan setelah mengundang Pastor Padberg dari paroki Tarakan. Setelah dirasakan bahwa iman mulai tumbuh di wilayah Bulungan dirasakan perlu untuk memulai karya pewartaan di wilayah sekitar, maka dimulailah karya kerasulan itu, mula-mula Bpk. Winokan di dampingi Bpk Paulus melakukan perjalanan ke hulu [[sungai Kayan]] di daerah [[Long Lembu, Peso Hilir, Bulungan|Long Lembu]], di wilayah ini bertemu dengan Bpk. Laing, dari wilayah ini benih iman ditaburkan dan kemudian menyebar. Perkembangan luar biasa terjadi di daerah hulu Sungai Kayan yang kemudian justru lebih dulu berkembang menjadi sebuah paroki yaitu Paroki St. Petrus Mara Satu, Stasi Tanjung Selor menjadi salah satu stasi dari paroki baru tersebut. [[1978]]-[[1979]] stasi Tanjung Selor membangun gedung gereja yang sampai sekarang ini ([[2007]]) masih dipergunakan.▼
=== Pembentukan keuskupan ===▼
Hampir enam tahun kemudian tepatnya [[22 Desember]] [[2001]] Bapa Suci [[Yohanes Paulus II]] memutuskan untuk membentuk Keuskupan baru di Provinsi [[Kalimantan Timur]] Bagian Utara, keputusan ini kemudian diumumkan pada tanggal [[9 Januari]] [[2002]], Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF adalah uskup pertama untuk keuskupan ini dan Tanjung Selor ditunjuk sebagai pusat keuskupan, dengan ditunjuknya Tanjung Selor sebagai pusat keuskupan maka dengan demikian Paroki St. Maria Assumpta menjadi Paroki Katedral Wilayah Keuskupan Tanjung Selor yang terletak di Provinsi Kalimantan Utara meliputi lima kabupaten dan satu kota yaitu Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Malinau, Kab. Nunukan, Kab. Tana Tidung dan Kota Tarakan, dengan jumlah umat katolik kurang lebih 32.500 jiwa.▼
=== Garis waktu ===
* Didirikan sebagai '''Keuskupan Tanjung Selor''' pada tanggal 9 Januari 2002, memisahkan diri dari [[Keuskupan Samarinda]]
* Perpindahan metropolit dari [[Keuskupan Agung Pontianak]] ke [[Keuskupan Agung Samarinda]] pada tanggal 29 Januari 2003
== Waligereja ==
{{Incumbent bishop<!--/elected--><!--/sede vacante-->
| name = Paulinus Yan Olla
| order = M.S.F.
Baris 104 ⟶ 111:
;Administrator Apostolik Keuskupan Tanjung Selor
* Yustinus Harjosusanto, M.S.F. (16 Februari 2015 s.d. 22 Februari 2018, jabatan selesai)
▲=== Perkembangan misi ===
▲Bernardus Winokan adalah salah satu tokoh perintis keberadaan [[Paroki Santa Maria Assumpta, Katedral Tanjung Selor|Paroki St. Maria Assumpta]] yang kemudian hari akan berkembang sebagai Katedral St. Maria Assumpta. [[1954]] adalah tahun di mana Bernardus Winokan bertugas sebagai Sekretaris Kepala Daerah [[Bulungan]], kehadiran selaku umat [[katolik]] menggembirakan beberapa orang perantau katolik di wilayah Bulungan, Bpk. Winokan sejak kedatangannya di Bulungan mulai giat mengumpulkan para perantau katolik yang kebanyakan berasal dari [[Nusa Tenggara Timur]] dan kemudian membentuk sebuah persekutuan kecil umat katolik yang secara rutin mengadakan berbagai kegiatan di rumahnya. Seiring perjalanan waktu maka jemaat kecil itu akhirnya menjadi sebuah [[stasi]] dari paroki Tarakan setelah mengundang Pastor Padberg dari paroki Tarakan. Setelah dirasakan bahwa iman mulai tumbuh di wilayah Bulungan dirasakan perlu untuk memulai karya pewartaan di wilayah sekitar, maka dimulailah karya kerasulan itu, mula-mula Bpk. Winokan di dampingi Bpk Paulus melakukan perjalanan ke hulu [[sungai Kayan]] di daerah [[Long Lembu, Peso Hilir, Bulungan|Long Lembu]], di wilayah ini bertemu dengan Bpk. Laing, dari wilayah ini benih iman ditaburkan dan kemudian menyebar. Perkembangan luar biasa terjadi di daerah hulu Sungai Kayan yang kemudian justru lebih dulu berkembang menjadi sebuah paroki yaitu Paroki St. Petrus Mara Satu, Stasi Tanjung Selor menjadi salah satu stasi dari paroki baru tersebut. [[1978]]-[[1979]] stasi Tanjung Selor membangun gedung gereja yang sampai sekarang ini ([[2007]]) masih dipergunakan.
▲=== Pembentukan keuskupan ===
▲Hampir enam tahun kemudian tepatnya [[22 Desember]] [[2001]] Bapa Suci [[Yohanes Paulus II]] memutuskan untuk membentuk Keuskupan baru di Provinsi [[Kalimantan Timur]] Bagian Utara, keputusan ini kemudian diumumkan pada tanggal [[9 Januari]] [[2002]], Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF adalah uskup pertama untuk keuskupan ini dan Tanjung Selor ditunjuk sebagai pusat keuskupan, dengan ditunjuknya Tanjung Selor sebagai pusat keuskupan maka dengan demikian Paroki St. Maria Assumpta menjadi Paroki Katedral Wilayah Keuskupan Tanjung Selor yang terletak di Provinsi Kalimantan Utara meliputi lima kabupaten dan satu kota yaitu Kab. Bulungan, Kab. Berau, Kab. Malinau, Kab. Nunukan, Kab. Tana Tidung dan Kota Tarakan, dengan jumlah umat katolik kurang lebih 32.500 jiwa.
== Paroki ==
|