Surat Lampung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Saltik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(38 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Teks Lampung}}
{{Infobox Writing system
|name=Surat Lampung
|altname={{script/Lampung|𞜑𞜔𞜎𞜇𞜜𞜏𞜌𞜜𞜊𞜔𞜖}}
|type=[[Abugida]]
|languages=[[Bahasa Lampung|Rumpun bahasa Lampung]], [[Bahasa Melayu|Melayu]]<ref name=":0">{{Cite web|title=Malay manuscripts from south Sumatra - Asian and African studies blog|url=https://blogs.bl.uk/asian-and-african/2015/04/malay-manuscripts-from-south-sumatra.html|website=blogs.bl.uk|access-date=2021-03-15|archive-date=2023-04-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20230401054558/https://blogs.bl.uk/asian-and-african/2015/04/malay-manuscripts-from-south-sumatra.html|dead-url=no}}</ref>
|fam1={{hipotesis abjad aram-brahmi}}
|fam2=[[Aksara Pallawa]]
|fam3=[[Aksara Kawi]]
| direction = rtl
|sisters={{keluargaKeluarga kawiKawi}}
|unicode=Belum terdaftar
|iso15924=
|imagesize=275px
|sample=Surat Lampung.png
|caption=[[Rupa huruf]] aksarasurat Lampung rekaan Koninklijke Joh. Enschedé (1907)}}
 
'''''Surat Lampung'''{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=}}'', juga disebut '''Aksara Lampung''', adalah sekumpulan [[aksara]] tradisional Indonesia yang berkembang di [[pulau Sumatra]] bagian selatan.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=}} Aksara ini digunakan untuk menulis [[Bahasa Lampung|rumpun bahasa Lampung]] dan [[bahasa Melayu]].<ref name=":0" /> Surat Lampung merupakan turunan dari [[aksara Kawi]]. Surat Lampung aktif digunakan dalam tulisan sehari-hari masyarakat Lampung sejak pertengahan abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20 sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin. Aksara ini masih diajarkan di [[Provinsi Lampung]] sebagai bagian dari muatan lokal, namun dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=60}}<ref name=":2" /> namun dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
 
Surat Lampung adalah aksara [[abugida]] yang terdiri dari tiga unsur, yaitu ''kelabaikĕlabay surat'' (19 aksara dasar), ''benahbĕnah surat'' (10 diakritik), dan tanda baca. Seperti aksara [[Rumpun aksara Brahmi|Brahmi]] lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren {{IPA|[a]}}, {{IPA|[ə]}}, dan {{IPA|[ɔo]}} yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu. Arah penulisan surat Lampung adalah dari kiri ke kanan. Aksara ini termasuk dalam rumpun aksara Sumatra bagian selatan (''[[Surat Ulu]]''). Rumpun aksara ini memiliki ciri khas, yaitu bentuknya lebih sederhana daripada keturunan aksara Kawi di [[Aksara Jawa|Jawa]] dan [[Aksara Bali|Bali]] serta tidak memiliki ''pasangan''.<ref>{{Cite web|title=Aksara Kaganga Bengkulu – Kantor Bahasa Bengkulu|url=https://kantorbahasabengkulu.kemdikbud.go.id/aksara-kaganga-bengkulu/|language=id-ID|access-date=2021-03-15|archive-date=2023-02-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230202122529/https://kantorbahasabengkulu.kemdikbud.go.id/aksara-kaganga-bengkulu/|dead-url=no}}</ref>
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Lampungic isolects.svg|jmpl|ki|200px|Bahasa-bahasa pengguna surat Lampung di Sumatra bagian selatan: {{color|green|'''Lampung Api'''}}, {{color|red|'''Lampung Nyo'''}}, dan {{color|blue|'''Komering'''}}.]]
 
Para ahli umumnya meyakini bahwa surat Lampung merupakan salah satu turunan [[aksara Brahmi]], berdasarkan studi perbandingan bentuk aksara-aksara Nusantara yang pertama kali dijabarkan oleh Holle dan Kern.<ref name="holle">{{Cite Journal|title=Tabel van oud-en nieuw-Indische alphabetten|last=Holle|first=K F|journal=Bijdrage tot de palaeographie van Nederlandsch-Indie|year=1882|place=Batavia|publisher=W. Bruining|oclc=220137657|url=http://dbooks.bodleian.ox.ac.uk/books/PDFs/590496015.pdf|access-date=2021-03-16|archive-date=2023-05-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20230519223932/http://dbooks.bodleian.ox.ac.uk/books/PDFs/590496015.pdf|dead-url=no}}</ref> dan Kern.<ref name="kern">{{Cite Journal|title=Eene bijdgrade tot de paleographie van Nederlansch-Indie|last=Kern|first=H|journal=Bijdrage tot de Taal-Land-en Volkenkunde van Nederlandsch-indie|year=1882|place=S' Gravenhage|publisher=Martinus Nijhoff}}</ref> Namun begitu, sejarah evolusi surat Lampung tidak dapat dirunut dengan pasti karena surat Lampung sejauh ini hanya ditemukan pada materi yang umurnya tidak lebih dari 400 tahun. Surat Lampung lazim ditulis pada media yang rentan rusak di iklim tropis, dan tidak ada prasasti atau peninggalan tua lainnya yang disetujui sebagai purwarupa langsung surat Lampung.{{sfn|Kozok|1996|pp=233–234}}
 
Kerabat paling dekat dari surat Lampung adalah rumpun [[surat Ulu]] seperti [[aksara Rejang]] dan [[aksara Incung]]. Baik rumpun [[surat Batak]] maupun rumpun [[surat Ulu]] berkembang di wilayah pedalaman Sumatra yang relatif lambat menerima pengaruh luar. Karena itu, ketika Sumatra menerima pengaruh [[Islam]] yang signifikan sejak abad ke-14, kedua wilayah tersebut mempertahankan penggunaan [[Rumpun aksara Brahmi|aksara turunan Brahmi]] selagi wilayah pesisir mengadopsi penggunaan [[huruf Jawi|abjad Jawi]]. Diperkirakan surat Lampung pertama kali berkembang di daerah hulu [[Sungai Komering]] tempat mayoritas penutur [[bahasa Komering]] bermukim. Hal ini tampak dari kemiripan antara bentuk surat Lampung dengan surat Ulu di [[Sumatera Selatan]]. Dari Komering, surat Lampung menyebar ke arah selatan dan timur hingga menyentuh pesisir [[Selat Sunda]].{{Citation needed}}
 
Salah satu deskripsi dan tabel surat Lampung paling awal oleh penulis asing dapat ditemukan dalam buku ''History of Sumatra'' oleh William Marsden yang dicetak pada 1784.<ref>{{Cite book|last=Marsden|first=William|year=1784|url=https://www.academia.edu/38062886/History_of_Sumatra_by_William_Marsden_F.R.S.1784.P-000179.pdf|title=History of Sumatra|place=London|page=159-166|access-date=2021-03-17|archive-date=2023-02-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230202161016/https://www.academia.edu/38062886/History_of_Sumatra_by_William_Marsden_F.R.S.1784.P-000179.pdf|dead-url=no}}</ref> Namun selain itu, tidak banyak yang diketahui mengenai bahasa, sastra, dan surat Lampung di luar masyarakat Lampung sendiri hingga pertengahan abad ke-19. Pada 25 Agustus 1868, atas dukungan dan izin dari Lembaga Penginjil Belanda, ahli bahasa [[Herman Neubronner van der Tuuk]] tiba di Pelabuhan [[Kota Bandar Lampung|Telukbetung]]. Dari Telukbetung, ia menempuh perjalanan ke pedalaman selama tiga bulan hingga akhirnya ia sampai di [[Bumi Agung, Lampung Timur|Desa Lehan]].<ref>{{Cite journal|last=Hollander|first=A. A. den|date=2003|title=review van: Een vorst onder de taalgeleerden; Herman Neubronner van der Tuuk; Afgevaardigde voor Indië van het Nederlandsch Bijbelgenootschap 1847-1873; Een bronnenpublicatie. [Bespreking van: K. Groeneboer (2002) Een vorst onder de taalgeleerden; Herman Neubronner van der Tuuk; Afgevaardigde voor Indië van het Nederlandsch Bijbelgenootschap 1847-1873; Een bronnenpublicatie.]|url=https://research.vu.nl/en/publications/review-van-een-vorst-onder-de-taalgeleerden-herman-neubronner-van|journal=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde|language=Dutch|volume=159|pages=629–631|issn=0006-2294|access-date=2021-03-17|archive-date=2023-02-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230202161050/https://research.vu.nl/en/publications/review-van-een-vorst-onder-de-taalgeleerden-herman-neubronner-van|dead-url=no}}</ref> Di sana, ia mempelajari bahasa dan surat Lampung. Aktivitasnya menelusuri pedalaman Lampung berlangsung hingga tahun 1869. Berdasarkan studi dan pengalamannya dengan masyarakat asli Lampung, Van der Tuuk menghasilkan materi komprehensif mengenai tradisi lisan dan tulis Lampung.<ref>{{Cite web|last=Lampung|first=Teras|date=2018-03-06|title=Van der Tuuk Meneliti Bahasa Lampung, Bahasa Batak, Hingga Bahasa Bali|url=https://www.teraslampung.com/van-der-tuuk-meneliti-bahasa-lampung-bahasa-batak-hingga-bahasa-bali/|website=Teraslampung.com|language=id-ID|access-date=2021-03-17|archive-date=2023-02-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230202161038/https://www.teraslampung.com/van-der-tuuk-meneliti-bahasa-lampung-bahasa-batak-hingga-bahasa-bali/|dead-url=no}}</ref>
 
==Media==
[[Berkas:A naturalist's wanderings in the Eastern Archipelago, a narrative of travel and exploration from 1878 to 1883 BHL46282805.jpg|jmpl|Pengembaraan Seorang Naturalis di Kepulauan Bagian Timur, Narasi Perjalanan dan Penjelajahan Tahun 1878 hingga 1883 ]]
Surat Lampung secara tradisional ditulis di sejumlah media, di antaranya yang paling lumrah adalah [[Bambu betung|bambu]], kulit kayu, tanduk binatang, rotan, dan kertas. Naskah dengan media-media tersebut dapat ditemukan dalam ukuran dan tingkat kerajinan yang bervariasi. Tulisan sehari-hari umum digurat pada permukaan bambu, rotan, atau tanduk dengan pisau kecil (''lading lancip''). Tergantung dari warna dasar media, guratan ini kemudian dilumuri untuk meningkatkan keterbacaan. Bila warna dasar media adalah putih, maka guratan akan dilumuri kemiri bakar. Bila warna dasar media adalah coklat/hitam, maka guratan akan dilumuri kapur sirih (''hapul'').{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=69}} Kebanyakan naskah Lampung Kuno yang ditemukan pada abad ke-18 dan 19 menggunakan kulit kayu sebagai media. Salah satunya adalah naskah milik Jo. Trefusis yang diserahkan kepada [[Bodleian Library|Perpustakaan Bodleian di Oxford]] pada [[1630]]. Naskah ini diyakini sebagai naskah bersurat Lampung Kuno tertua yang pernah ditemukan.<ref name=":0" /> Cara pembuatan naskah dengan media ini serupa dengan pembuatan ''[[pustaha]]'' di [[Sumatera Utara]]. Untuk membuatnya, kulit dalam pohon [[gaharu]] (''Aquilaria malaccensis'') dipotong sesuai keinginan. Setelah itu, dijemur beberapa saat dan kemudian diamplas dengan daun yang keras supaya halus. Terakhir. kedua permukaan (depan dan belakang) kulit dalam itu dilumuri dengan air beras. Berbeda dengan naskah bambu, rotan, dan tanduk, naskah kulit kayu ditulis dengan tinta menggunakan pena dari rusuk daun [[enau|aren]] (''Arenga pinnata'') yang disebut ''kemasi''. Tinta ''kemasi'' terbuat dari campuran buah ''deduruk'' (''[[Melastoma malabathricum|Melastoma malabathricum L.]]''), arang, dan getah kayu ''kuyung'' (''[[Damar (pohon)|Shorea eximia]]'').{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=67}}
 
Kertas baru umum digunakan pada abad ke-19. Kebanyakan kertas yang dipakai saat itu merupakan kertas Eropa yang ditoreh menggunakan pena biasa.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=66}} Walau begitu, bambu, tanduk, rotan, dan kulit kayu terus digunakan sebagai media utama penulisan surat Lampung hingga abad ke-20 ketika tradisi tulis surat Lampung berangsur-angsur mulai menghilang.
 
== Penggunaan ==
Baris 38 ⟶ 40:
Surat Lampung utamanya digunakan sebagai sarana komunikasi sesama penutur [[rumpun bahasa Lampung]]. Bahkan saat itu, orang Lampung akan merasa sangat malu bila tidak fasih membaca dan menulis surat Lampung.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=55}}
 
Selain sebagai sarana komunikasi, surat Lampung juga digunakan sebagai sarana pergaulan muda-mudi Lampung. Pemuda dan pemudi Lampung tidak bisa bergaul secara bebas karena pertemuan mereka diatur secara adat. Adat yang mengatur pertemuan mereka disebut ''manjaumanjaw muli.'' Dalam aturan adat ini, ada sebuah acara di mana muda-mudi Lampung bisa bersua ria di tempat orang yang sedang mengadakan upacara adat. Acara ini dinamakan ''miyos damaudamaw.'' Acara ini biasa diikuti secara beramai-ramai oleh muda-mudi Lampung. Dalam acara ini, para bujang dan gadis dapat saling bercakap-cakap, sindir menyindir, dan bersurat-suratan. Tidak jarang pula acara ini menjadi arena untuk saling menguji kepandaian bersastra, baik secara lisan maupun secara tertulis. Acara ini menjadi sangat menarik ketika mereka saling adu kepandaian menulis dan membaca surat Lampung. Bahkan ada beberapa cara menulis surat Lampung yang harus dikuasai para bujang dan gadis agar tidak menanggung malu dalam acara istimewa tersebut.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=56}}
 
Dalam dunia [[Sastra Lampung|kesastraan Lampung]], surat Lampung juga digunakan untuk menulis mantra, ''memangmĕmang'',{{efn|Doa dalam bahasa Lampung|group=catatan}} hukum adat, dan surat-surat penting seperti surat jual beli dan surat perjanjian.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=58}}
 
Pada zaman penjajahan Belanda, surat Lampung digunakan untuk menulis surat-surat resmi, seperti Surat Keputusan Pengangkatan Kepala Kampung, surat keterangan kelahiran dan kematian, serta surat resmi lainnya. Hal ini tidak terlepas dari tingginya angka melek huruf suku Lampung saat itu.{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=59}}
 
===Penggunaan dewasa ini===
Pascakemerdekaan Indonesia, surat Lampung tidak lagi digunakan untuk baca tulis secara fungsional. Fungsi surat Lampung secara ''de facto'' tergantikan oleh [[aksara Latin]]. Usaha untuk membangkitkan kembali penggunaan surat Lampung dilakukan oleh pemerintahpara provinsipemuka adat dengan menggelar musyawarah pembakuan surat Lampung pada tanggal 23 Februari 1985.<ref name=":3">{{Cite book|date=1992|url=https://www.worldcat.org/oclc/27821690|title=Tata bahasa bahasa Lampung dialek Pesisir|location=Jakarta|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=979-459-192-0|others=Nazaruddin Udin, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa|oclc=27821690|access-date=2023-02-02|archive-date=2024-08-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20240819131929/https://search.worldcat.org/title/27821690|dead-url=no}}</ref> Hasil musyawarah tersebut hingga hari ini masih menuai perdebatan dan ketidaksetujuan dari beberapa pihak, khususnya karena absennya ahli aksara atau filolog dalam musyawarah tersebut.
 
Surat Lampung bisa dijumpai pada lambang kabupaten/kota/provinsi, plang nama jalan, plat nomor rumah, dekorasi rumah, surat undangan pesta adat, hingga usaha [[ekonomi kreatif]] seperti jam tangan.<ref>{{Citation|title=Unik! Jam Tangan Bermotif AksaraSurat Lampung|url=https://www.youtube.com/watch?v=F1iosJgbstI|accessdate=2021-03-17|language=id-ID|archive-date=2023-02-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230202161042/https://www.youtube.com/watch?v=F1iosJgbstI|dead-url=no}}</ref> Pasanggiri menulis dan membaca surat Lampung mulai rutin digelar, baik oleh pihak pemerintah daerah maupun swasta.<ref>{{Cite web|last=Lampung|first=Poskota|title=Komunitas AksaraSurat Lampung Gelar Lomba Menulis Cerpen dalam AksaraSurat Lampung|url=https://lampung.poskota.co.id/plugin/article/view/3779/komunitas-aksara-lampung-gelar-lomba-menulis-cerpen-dalam-aksara-lampung|website=Poskota Lampung|language=id|access-date=2021-03-17|archive-date=2023-02-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230202161019/https://lampung.poskota.co.id/plugin/article/view/3779/komunitas-aksara-lampung-gelar-lomba-menulis-cerpen-dalam-aksara-lampung|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|title=Disdikbud Lamteng akan Gelar Lomba Sastra Daerah dan Kaligrafi AksaraSurat Lampung|url=https://www.radarlamteng.com/2019/11/19/disdikbud-lamteng-akan-gelar-lomba-sastra-daerah-dan-kaligrafi-aksara-lampung/|website=Radar Lamteng|language=id-ID|access-date=2021-03-17|archive-date=2023-05-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20230530045053/https://www.radarlamteng.com/2019/11/19/disdikbud-lamteng-akan-gelar-lomba-sastra-daerah-dan-kaligrafi-aksara-lampung/|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|last=Redaksi|date=2019-07-23|title=700 Pelajar Pesawaran Ikuti Lomba Menulis AksaraSurat Lampung|url=https://www.radarlamsel.com/700-pelajar-pesawaran-ikuti-lomba-menulis-aksara-lampung/|website=Radar Lamsel|language=id-ID|access-date=2021-03-17|archive-date=2023-02-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230202162522/https://www.radarlamsel.com/700-pelajar-pesawaran-ikuti-lomba-menulis-aksara-lampung/|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|last=Lampung|first=Poskota|title=Panitia Lomba Menulis Cerpen Gandeng Ahli AksaraSurat Lampung|url=https://lampung.poskota.co.id/plugin/article/view/3807/panitia-lomba-menulis-cerpen-gandeng-ahli-aksara-lampung|website=Poskota Lampung|language=id|access-date=2021-03-17|archive-date=2023-02-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230202161044/https://lampung.poskota.co.id/plugin/article/view/3807/panitia-lomba-menulis-cerpen-gandeng-ahli-aksara-lampung|dead-url=no}}</ref> Semua sekolah di Provinsi Lampung diwajibkan mengajarkan muatan lokal Bahasa dan Surat Lampung.<ref name=":2">{{Cite web|title=PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: 39 TAHUN 2014 - PDF Free Download|url=https://adoc.pub/gubernur-lampung-peraturan-gubernur-lampung-nomor-39-tahun-223e0ea4213f7bf260b2bb52a060bf4ee44459.html|website=adoc.pub|language=en|access-date=2021-03-17|archive-date=2023-02-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230202161049/https://adoc.pub/gubernur-lampung-peraturan-gubernur-lampung-nomor-39-tahun-223e0ea4213f7bf260b2bb52a060bf4ee44459.html|dead-url=no}}</ref> Kedepannya, surat Lampung diharapkan bisa digunakan di media elektronik seperti [[ponsel cerdas]] dan [[komputer jinjing]]/[[Komputer meja|meja]].{{efn|Usaha komputerisasi sudah mulai dirintis. Pada tahun 2016, aksarasurat Lampung didaftarkan ke [[Unicode]] oleh Anshuman Pandey.{{Sfn|Pandey|2016}} Untuk saat ini, para desainer [[Fon komputer|fon]] menggunakan [[ASCII]] sebagai dasar pengetikan aksarasurat Lampung.<ref>{{Cite web|title=Aksara di Nusantara|url=https://aksaradinusantara.com/|website=Aksara di Nusantara|language=en|access-date=2021-03-16|archive-date=2023-05-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20230530235537/https://aksaradinusantara.com/|dead-url=no}}</ref>|group=catatan}}
 
== Bentuk ==
=== Aksara dasar ===
Aksara dasar (''kelabaikĕlabay surat'')<!-- JANGAN UBAH KATA "SURAT"! Kata yang benar dan baku adalah "surat", bukan "sukhat". --> dalam surat Lampung merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /{{IPA|[a/]}}, /{{IPA|[ə/]}}, atau /ɔ/{{IPA|[o]}}.{{efn|Vokal inheren /a/ dalam [[bahasa Lampung Api|Pesisir]], /ə/ dalam [[bahasa Melayu Tengah|Melayu Tengah]], dan /o/ dalam [[bahasa Lampung Nyo|Pepadun]].|group=catatan}} Terdapat 19 aksara dasar dalam surat Lampung, sebagaimana berikut:
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | '''''KelabaiKĕlabay Surat'''''{{ref label|tabel dalam bahasa Lampung Api|1}}
!ka
!ga
!nga
!ca
|-
!a
! ka
! ga
! nga
! ca
! ja
!nya
!ta
!da
!na
|-
|[[Berkas:lam_a.png|70px]]
| [[Berkas:lam_ka.png|70px]]
| [[Berkas:lam_ga.png|70px]]
| [[Berkas:lam_nga.png|70px]]
| [[Berkas:lam_ca.png|70px]]
| [[Berkas:lam_ja.png|70px]]
|[[Berkas:lam_nya.png|70px]]
|[[Berkas:lam_ta.png|70px]]
|[[Berkas:lam_da.png|70px]]
|[[Berkas:lam_na.png|70px]]
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜀}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜁}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜂}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜃}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜄}}
|-
!ja
!nya
!ta
!da
|-
| [[Berkas:lam_ja.png|70px]]
| [[Berkas:lam_nya.png|70px]]
| [[Berkas:lam_ta.png|70px]]
| [[Berkas:lam_da.png|70px]]
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜅}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜆}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜇}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜈}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜉}}
|-
!na
!pa
! ba
! ma
! ya
! ra{{ref label|dibaca /x/, /ɣ/, /ʁ/, atau /χ/ di beberapa dialek|2}}
! la
!wa
!sa
!ha
!
|-
| [[Berkas:lam_palam_na.png|70px]]
| [[Berkas:lam_pa.png|70px]]
| [[Berkas:lam_ba.png|70px]]
| [[Berkas:lam_ma.png|70px]]
|[[Berkas:lam_ya.png|70px]]
|[[Berkas:lam_ra.png|70px]]
| [[Berkas:lam_la.png|70px]]
|[[Berkas:lam_wa.png|70px]]
|[[Berkas:lam_sa.png|70px]]
|[[Berkas:lam_ha.png|70px]]
|
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜉}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜊}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜋}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜌}}
|-
!ya
!ra{{ref label|dibaca /x/, /ɣ/, /ʁ/, atau /χ/|2}}
!la
!wa
|-
| [[Berkas:lam_ya.png|70px]]
| [[Berkas:lam_ra.png|70px]]
| [[Berkas:lam_la.png|70px]]
| [[Berkas:lam_wa.png|70px]]
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜍}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜎}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜏}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜐}}
|-
!sa
!ha
!a
| rowspan="3" |
|-
| [[Berkas:lam_sa.png|70px]]
| [[Berkas:lam_ha.png|70px]]
| [[Berkas:lam_a.png|70px]]
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜑}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜒}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜀}}
|
|-
| colspan="104" |'''Catatan'''
:1. {{Note|tabel dalam bahasa Lampung Api}} Tabel ini disajikan dalam [[bahasa Lampung Api|bahasa Pesisir]]
:2. {{note|dibaca /x/, atau/ɣ/, /χʁ/, diatau beberapa dialek/χ/}} Juga dibaca [[Konsonan desis langit-langit belakang nirsuara|/x/]] (kha), [[Konsonan desis tekak nirsuara|/χ/]], [[Konsonan desis langit-langit belakang bersuara|/ɣ/]] (gha), atau [[Konsonan desis tekak bersuara|/ʁ/]] (gra){{sfn|Anderbeck|2007|pp=14–15}}
|}
Pada musyawarah pemuka adat Lampung tahun 1985, terdapat satu huruf yang ditambahkan dengan menambah variasi dari huruf [ra], yaitu [gha/kha/gra].<ref name=":3" /> Walau begitu, huruf tambahan ini masih menjadi kontroversi. Setiap sumber sekunder memiliki persepsi yang berbeda terkait nama maupun bagaimana huruf ini diucapkan.{{efn|Misalnya, buku ''Tata Bahasa Bahasa Lampung Dialek Pesisir'' menyebutnya sebagai huruf [gha]. Namun, dalam prasasti di [[Museum Lampung]], huruf ini disebut [gra].|group=catatan}}
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" |
!gha/kha/gra
|-
| [[Berkas:lam_gha.png|70px]]
|}
 
=== Diakritik ===
Diakritik (''benahbĕnah surat'')<!-- JANGAN UBAH KATA "SURAT"! Kata yang benar dan baku adalah "surat", bukan "sukhat". --> adalah tanda yang melekat pada aksara utama untuk mengubah vokal inheren aksara utama yang bersangkutan dan/atau menutup suatu suku kata dengan konsonan. Terdapat 1210 diakritik dalam surat Lampung, sebagaimana berikut:{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=50}}<!-- JANGAN UBAH PENAMAAN ANAK SURAT! Penamaan ini telah mengacu pada dokumen resmi milik Depdikbud. Sertakan sumber valid apabila hendak mengubah! -->
 
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | '''''BenahBĕnah Surat'''''
! colspan="65" |Di atas aksara
|-
! -i{{ref label|/i/|1}}
! -e{{ref label|/e/|1}}{{ref label|diakritik baru|3}}
! -ĕ{{ref label|/ə/|2}}
!-n
Baris 141 ⟶ 154:
|-
| [[Berkas:lam_i.png|70px]]
| [[Berkas:lam_é.png|70px]]
| [[Berkas:lam_e.png|70px]]
| [[Berkas:lam_-n.png|70px]]
Baris 148 ⟶ 160:
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜓}}
|
| align="center" |{{script/Lampung|𞜕}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜗}}
Baris 155 ⟶ 166:
|-
! pi
! pe
! pĕ
!pan
Baris 161 ⟶ 171:
!par
|-
| [[Berkas:lam_pi.png|70x70px]]
| [[Berkas:lam_pélam_pe.png|70x70px]]
| [[Berkas:lam_pelam_pan.png|70x70px]]
| [[Berkas:lam_panlam_pang.png|70x70px]]
| [[Berkas:lam_panglam_par.png|70x70px]]
|[[Berkas:lam_par.png|70x70px]]
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜊𞜓}}
|
| align="center" |{{script/Lampung|𞜊𞜕}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜊𞜗}}
Baris 175 ⟶ 183:
| align="center" |{{script/Lampung|𞜊𞜙}}
|-
! colspan="32" |Di bawah aksara
! colspan="3" |Sejajar aksara
|-
!-u
!-o{{ref label|diakritik baru|3}}
!-w
!-y
Baris 185 ⟶ 192:
!virama
|-
| [[Berkas:lam_u.png|70px]]
| [[Berkas:lam_olam_-w.png|70px]]
| [[Berkas:lam_-wy.png|70px]]
| [[Berkas:lam_-yh.png|70px]]
| [[Berkas:lam_-hlam_nengen.png|70px]]
|[[Berkas:lam_nengen.png|70px]]
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜔}}
|
| align="center" |{{script/Lampung|𞜚}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜘}}
Baris 200 ⟶ 205:
|-
!pu
!po
!paw
!pay
Baris 206 ⟶ 210:
!p
|-
| [[Berkas:lam_pu.png|70x70px]]
| [[Berkas:lam_polam_pau.png|70x70px]]
| [[Berkas:lam_paulam_pai.png|70x70px]]
| [[Berkas:lam_pailam_pah.png|70x70px]]
| [[Berkas:lam_pahlam_p.png|70x70px]]
|[[Berkas:lam_p.png|70x70px]]
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜊𞜔}}
|
| align="center" |{{script/Lampung|𞜊𞜚}}
| align="center" |{{script/Lampung|𞜊𞜘}}
Baris 220 ⟶ 222:
| align="center" |{{script/Lampung|𞜊𞜜}}
|-
| colspan="65" style="background:#F8F8F8;font-size:small;text-align:left" | '''Catatan'''
:{{note|/i/|1}} Alofon dengan /é/.
 
:{{note|/eə/|12}} /eə/ sebagaimana e dalam kata "enakempat". Alofon dengan /o/.
|}
:{{note|/ə/|2}} /ə/ sebagaimana e dalam kata "empat"
Pada musyawarah pemuka adat Lampung tahun 1985, terdapat 2 diakritik yang ditambahkan agar surat Lampung dapat digunakan untuk menulis [[bahasa Indonesia]].<ref name=":3" />
:{{note|diakritik baru|3}} Diakritik baru. Tidak ditemukan di naskah bersejarah.
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" |
!-é
!-o
|-
| [[Berkas:lam_é.png|70px]]
| [[Berkas:lam_o.png|70px]]
|}
 
=== Angka ===
Surat Lampung tidak memiliki angka tersendiri. Angka yang digunakan dalam naskah dan cap bersurat Lampung adalah [[angka Arab]].<ref>{{Cite book|last=Gallop|first=Annabel Teh|date=2019|url=https://books.google.co.id/books/about/Malay_Seals_from_the_Islamic_World_of_So.html?id=v95HwwEACAAJ|title=Malay Seals from the Islamic World of Southeast Asia: Content, Form, Context, Catalogue|publisher=NUS Press|isbn=978-981-325-086-4|language=en|access-date=2023-02-02|archive-date=2022-12-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20221210045805/https://books.google.co.id/books/about/Malay_Seals_from_the_Islamic_World_of_So.html?id=v95HwwEACAAJ|dead-url=no}}</ref>
 
=== Tanda Baca ===
Surat Lampung hanya memiliki 2 tanda baca: bulatan matahari dan bulan. Keduanya berfungsi sebagai tanda bermula dan berakhirnya paragraf/teks. Pada musyawarah pemuka adat Lampung tahun 1985, terdapat 4 tanda baca baru yang ditambahkan.<ref name=":3" />
====Tanda baca rekaan====
Tanda baca di bawah ini merupakan salah satu hasil dari Musyawarah Pembakuan Surat Lampung {{Time ago| Feb 22 1985}}. Terdapat 5 tanda baca yang disahkan dalam musyawarah tersebut, sebagaimana berikut:{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=51}}
 
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" | '''Tanda baca'''
!titik
!koma
!tanya
!seru
|-
| [[Berkas:lam_beradu.png|70px]]
! kuma
| [[Berkas:lam_kuma.png|70px]]
! beradu
| [[Berkas:lam_ngulih.png|70px]]
! seru
| [[Berkas:lam_seru.png|70px]]
!ngulih
!ngemula
|-
| style="text-align: center" | [[Berkas:lam_kuma.png|70px]]
| style="text-align: center" | [[Berkas:lam_beradu.png|70px]]
| style="text-align: center" | [[Berkas:lam_seru.png|70px]]
| style="text-align: center" | [[Berkas:lam_ngulih.png|70px]]
| style="text-align: center" | [[Berkas:lam_ngemula.png|70px]]
|-
| style="text-align: center" |tanda koma
| style="text-align: center" |tanda titik
| style="text-align: center" |tanda seru
| style="text-align: center" |tanda tanya
| style="text-align: center" |tanda pembuka paragraf
|}
 
Walau begitu, hingga kini, jarang pengguna surat Lampung menggunakan tanda baca baru tersebut.
 
== Ortografi ==
=== Penulisan ''benahbĕnah surat'' konsonan ===
Apabila kombinasi ''benahbĕnah surat'' vokal dan konsonan berada di atas ''anak surat'', ''benahbĕnah surat'' konsonan ditulis terlebih dahulu.<ref name=":1" /> Penerapannya dapat dilihat sebagaimana berikut:
{| class="wikitable" summary="reordering"
! colspan="6" scope="col" |komponen
Baris 267 ⟶ 262:
! align="center" |keterangan
|- align="center"
| [[Berkas:lam_pa.png|pra=|al=Pa|30x30px]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;border-right:#aaaaaa hidden;" | +
| [[Berkas:lam_i.png|pra=|al=-I|30x30px]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;border-right:#aaaaaa hidden;" | +
| [[Berkas:lam_-ng.png|pra=|al=-Ng|30x30px]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;" |=
|[[Berkas:Lampung_syllable_ping.png|pra=|al=Ping|gada|30x30px]] atau [[Berkas:Lampung_syllable_ping_ver.png|pra=|al=Pong|gada|30x30px]]
| align="left" |pa + -i + -ng = ping
|- align="center"
| [[Berkas:lam_pa.png|pra=|al=Pa|30x30px]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;border-right:#aaaaaa hidden;" | +
| [[Berkas:lam_e.png|pra=|al=-U|30x30px]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;border-right:#aaaaaa hidden;" | +
| [[Berkas:lam_-n.png|pra=|al=-Ng|30x30px]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;" |=
|[[Berkas:Lampung_syllable_pen.png|pra=|al=Pong|gada|30x30px]] atau [[Berkas:Lampung_syllable_pen_ver.png|pra=|al=Pong|gada|30x30px]]
| align="left" |pa + -ĕ + -n = pĕn
|- align="center"
| [[Berkas:lam_pa.png|pra=|al=Pa|30x30px]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;border-right:#aaaaaa hidden;" | +
| [[Berkas:lam_i.png|pra=|al=-I|30x30px]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;border-right:#aaaaaa hidden;" | +
| [[Berkas:lam_-r.png|pra=|al=-H|30x30px]]
| style="border-left:#aaaaaa hidden;" |=
|[[Berkas:Lampung_syllable_pir.png|pra=|al=Pih|gada|30x30px]] atau [[Berkas:Lampung_syllable_pir_ver.png|pra=|al=Pong|gada|30x30px]]
Baris 296 ⟶ 291:
 
=== Penulisan suku kata tertutup ===
Pada penulisan suku kata tertutup yang berpola konsonan-vokal-konsonan, diakritik vokal yang normalnya berada di atas ''anak surat'' pertama ditempatkan ulang agar berada di antara ''anak surat'' pertama dan kedua.<ref name=":1">{{Cite web|title=UTN #35: Indonesian and Philippine Scripts and Extensions|url=https://www.unicode.org/notes/tn35/indonesian-philippine.pdf|website=www.unicode.org|page=24|access-date=2022-12-10|archive-date=2021-05-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20210512150239/https://www.unicode.org/notes/tn35/indonesian-philippine.pdf|dead-url=no}}</ref> Penerapannya dapat dilihat sebagaimana berikut:
 
{| class="wikitable" summary="reordering"
Baris 350 ⟶ 345:
 
== Contoh teks ==
Berikut adalah sebuah cerita berbahasa Lampung mengenai [[Harun Ar-Rasyid]] pada kertas Eropa dari koleksi Koninklijke Joh. Enschedé (1907).<ref>{{Cite web|title=Gevonden in Delpher - Letterproef van Oosterse schriften uit de lettergieterij van Joh. Enschedé en Zonen te Haarlem|url=https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMSFUBA02:000013312:00063|website=www.delpher.nl|language=nl|access-date=2022-12-10|archive-date=2022-12-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20221210063725/https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?coll=boeken&identifier=MMSFUBA02:000013312:00063|dead-url=no}}</ref>
{| class="wikitable"
|-
Baris 357 ⟶ 352:
! style="text-align: center"| Terjemahan
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜐𞜇𞜜𞜑𞜘𞜎𞜅𞜈𞜓𞜊𞜕𞜁𞜕𞜗𞜋𞜙𞜈𞜇𞜜}}
|''Wat say raja di pĕkonpĕkĕn Bardat,''
|Ada seorang raja di ''Pekon'' (Kerajaan) Baghdad,
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜂𞜕𞜏𞜙𞜉𞜓𞜎𞜅𞜒𞜎𞜔𞜉𞜙𞜎𞜑𞜓𞜇𞜜}}
|''Gĕlarni Raja Harunarrasit,''
|namanya Raja Harun ar-Rasyid,
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜌𞜎𞜓𞜐𞜇𞜜𞜀𞜉𞜁𞜜𞜉𞜓𞜎𞜔𞜐}}
|''Mari wat anakni ruwa,''
|memiliki dua orang anak,
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜑𞜘𞜋𞜕𞜋𞜘𞜑𞜘𞜋𞜁𞜑𞜜}}
|''Say bĕbay say bakas.''
|seorang putri dan seorang putra.
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜂𞜕𞜏𞜙𞜉𞜓𞜑𞜘𞜋𞜁𞜑𞜜𞜌𞜉𞜊𞜜}}
|''Gĕlarni say bakas Manap,''
|Anak laki-laki bernama Manaf,
|-
| align="center" |{{script/Lampung|𞜂𞜕𞜏𞜙𞜉𞜓𞜑𞜘𞜋𞜕𞜋𞜘𞜊𞜕𞜇𞜕𞜎𞜓𞜅𞜙𞜌𞜉𞜓𞜂𞜌𞜜}}
|''Gĕlarni say bĕbay PotĕriPĕtĕri Jar Manigam.''
|anak perempuan bernama Putri Jar Manigam.
|}
Berikut adalah ''[[Piil Pesenggiri|pi'il pusanggiri]]'', pantun yang sering digunakan untuk menggambarkan sifat [[Suku Lampung|bangsa Lampung]].<ref>{{Cite journal|last=Utama|first=Fitra|date=2019|title=Piil Pesenggiri Dalam Masyarakat Lampung : Antara Instrumen Bina Damai Atau Dalih Kekerasan|journal=Inovasi Pembangunan : Jurnal Kelitbangan|volume=7|issue=117|doi=10.35450/jip.v7i2.130}}</ref>
{| class="wikitable"
|-
! style="text-align: center" | Surat Lampung
! style="text-align: center" | Alih aksara Latin
|-
| rowspan="4" |[[File:Lampung script sample.svg|350px]]
|''Tandani hulun Lampung, wat pi'il-pusanggiri,''
|-
|''Agung hina sĕhitung, wat liyĕm rĕga diri,''
|-
|''Juluk-adĕk ram pĕgung, nĕmuy-nyimah muwari,''
|-
|''Nĕngah-nyampur mak ngungkung, sakay-sambayyan gawi.''
|}
 
Baris 394 ⟶ 404:
Berkas:Surat pantun cara Lampung.png|''Surat pantun cara Lampung,'' buku berbahan kertas yang ditulis pada 1812
File:Enschede-Lampong letters by JA Schmidlin.jpg|Ilustrasi tulisan tangan surat Lampung Kuno (1893).
File:A naturalist's wanderings in the Eastern Archipelago, a narrative of travel and exploration from 1878 to 1883 BHL46282805.jpg|Romansa dalam aksarasurat Lampung.
</gallery>
|}
Baris 427 ⟶ 437:
[[Kategori:Bahasa Lampung]]
[[Kategori:Surat Ulu]]
[[Kategori:AksaraSurat Lampung| ]]
[[Kategori:Aksara Nusantara|Lampung]]