Leang Karampuang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 2:
{{Infobox cave
|name=Leang Karampuang
|discovery=2018 untuk lukisan cadas oleh Tim Survei Penyelamatan BPK (Balai Pelestarian Kebudayaan) XIX Makassar
|survey_format=
|survey=
Baris 47:
|label=
}}
'''Leang Karampuang''' ({{Lang-bug|ᨒᨙᨕ ᨀᨑᨇᨘᨕ}} & {{lang-mak|ᨒᨙᨕ ᨀᨑᨄᨘᨕ}}) atau '''Gua Karampuang''' adalah [[situs arkeologi]] berupa gua prasejarah yang terletak di perbukitan [[Karst Maros-Pangkep]], [[Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung]]. Secara administratif, [[gua]] ini terletak di wilayah [[Samangki, Simbang, Maros|Desa Samangki]], [[Simbang, Maros|Kecamatan Simbang]], [[Kabupaten Maros]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Pada 3 Juli 2024, sebuah [[jurnal ilmiah]] internasional terkemuka, ''[[Nature]]'' merilis hasil publikasi penelitian tentang lukisan gua di situs Leang Karampuang yang diteliti sejak tahun 20182019. Lukisan gua (cadas) tersebut diklaim berusia 51.200 tahun yang lalu dan menjadikan lukisan tersebut paling tua di dunia mengalahkan lukisan yang terdapat di [[Leang Tedongnge]] (45.500 tahun yang lalu). Lukisan gua tersebut bergambar tiga figur menyerupai manusia yang sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan. Selain menjadi yang tertua di dunia, lukisan ini juga menjadi bukti tradisi bertutur dan bercerita pada zaman prasejarah. Temuan ini merupakan hasil riset dari kerjasama antara [[Badan Riset dan Inovasi Nasional]] (BRIN), [[Universitas Southern Cross]], dan [[Universitas Griffith]].<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.tempo.co/dw/10176/lukisan-gua-51-200-tahun-di-sulawesi-muat-cerita-tertua-manusia|title=Lukisan Gua 51.200 Tahun di Sulawesi Muat Cerita Tertua Manusia?|last=Tim redaksi www.tempo.co|first=|date=5 Juli 2024|website=www.tempo.co|access-date=5 Juli 2024}}</ref><ref name=":5">{{Cite web|url=https://www.nature.com/articles/s41586-024-07541-7?fbclid=IwZXh0bgNhZW0CMTAAAR39ZVYY1LQPU1OSUQ8_fQt8qJ-m54bNVf5WKNl38ePzMr9krXIJiHUQE_w_aem_WicM8YUvcVUxy_wQ0zjzYw#Fig3|title=Narrative cave art in Indonesia by 51,200 years ago|last=Aubert|first=Maxime, dkk|date=3 Juli 2024|website=www.nature.com|access-date=6 Juli 2024}}</ref><ref name=":7">{{Cite web|url=https://www.reuters.com/science/worlds-oldest-cave-painting-indonesia-shows-pig-people-2024-07-03/?fbclid=IwZXh0bgNhZW0CMTAAAR3aQQ2paUvKn0b7QwvH8DqhZhWv6AsZJxz4NrHYQeCTc98aiNI3KwX48is_aem_Qmv4pmP96b8QZ5IU1NAEJQ|title=World's oldest cave painting in Indonesia shows a pig and people|last=Dunham|first=Will|date=3 Juli 2024|website=www.reuters.com|access-date=6 Juli 2024}}</ref><ref name=":8">{{Cite web|url=https://au.news.yahoo.com/mysterious-52000-year-old-image-unearthed-inside-tropical-island-cave-150108152.html|title=Mysterious 52,000-year-old image unearthed inside tropical island cave|last=Dahlstrom|first=Michael|date=3 Juli 2024|website=au.news.yahoo.com|access-date=6 Juli 2024}}</ref>
 
== Etimologi ==
Baris 66:
Ini merupakan sebuah penemuan mutakhir karena pandangan akademis selama ini menunjukkan bahwa lukisan gua figuratif awal hanya terdiri atas panel individual tanpa memperlihatkan adegan yang jelas. Kemunculan representasi gambar yang memiliki cerita baru muncul kemudian dalam seni hias Eropa. Publikasi ini sangat bermakna bagi narasi kebudayaan dunia dari berbagai aspek ilmu pengetahuan. Serta juga makin memperkuat nilai penting warisan arkeologi Maros-Pangkep sebagai kawasan yang sangat penting dilindungi dan dimanfaatkan untuk riset, pendidikan, termasuk pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat.<ref name=":6">{{Cite web|url=https://asumsi.co/post/93247/brin-temukan-lukisan-karampuang-berusia-51-200-tahun-gambar-hias-gua-tertua-di-dunia/|title=BRIN Temukan Lukisan Karampuang Berusia 51.200 Tahun, Gambar Hias Gua Tertua di Dunia|last=Makdori|first=Yopi|date=5 Juli 2024|website=asumsi.co|access-date=6 Juli 2024}}</ref>
 
;=== Latar belakang penemuan ===
Lukisan cadas dan bersifat naratif di situs ini pertama kali ditemukan oleh [[Balai Arkeologi]] ([[Balai Arkeologi Makassar]]) di bawah naungan Kemendikbud dan Tim Survei Penyelamatan BPK (Balai Pelestarian Kebudayaan) XIX Makassar tahun 2018. Kemudian penelitian lebih lanjut tahun 2022 dilakukan oleh Tim Arkeolog dari Universitas Griffith, Australia bekerjasama dengan [[BRIN]] yang dipimpin oleh Profesor Maxime Aubert bersama Adhi Agus Oktaviana. Tim ini menggunakan metode penanggalan LA-Useries untuk menentukan usia lukisan tersebut. Sebelumnya pada tahun 2021, tim yang sama menemukan lukisan babi di [[Leang Tedongnge]] yang berusia sekitar 45.500 tahun. Selain itu, mereka juga menemukan [[Lukisan Gua Leang Bulu' Sipong 4|lukisan]] di [[Leang Bulu' Sipong 4]] yang berusia sekitar 43.900 tahun. Penemuan-penemuan ini mengungkapkan bahwa Manusia Modern Awal di wilayah ini sudah mampu membuat seni dengan cerita dan representasi yang sangat maju pada masanya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan artistik dan naratif Manusia Modern Awal sudah berkembang jauh lebih awal dari yang sebelumnya diperkirakan.
 
;=== Tim peneliti ===
Sebanyak 23 peneliti terlibat dalam penelitian ini, yakni:
# Adhi Agus Oktaviana, Ketua tim peneliti, peneliti dari Pusat Kajian Prasejarah dan Austronesia & Pusat Riset Arkeometri, [[Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra]], BRIN
Baris 95:
# Maxime Aubert, Profesor/peneliti dari Pusat Penelitian Australia untuk Kajian Sejarah Evolusi Manusia di Universitas Griffith
 
;=== Konferensi pers ===
Pada Kamis 4 Juli 2024 pukul 10.00 WIB, Tim peneliti dari BRIN, Universitas Griffith, dan Universitas Southern Cross melakukan konferensi pers di Gedung BRIN, Jakarta terkait temuan gambar cadas bernarasi tertua di dunia yang ditemukan di Leang Karampuang, Indonesia. Sehari sebelumnya pada 3 Juli 2024, hasil penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Nature. Tim peneliti ini membuat suatu penemuan penting terkait lukisan gua di wilayah Sulawesi, Indonesia, yang diperkirakan merupakan lukisan gua tertua yang pernah ditemukan hingga saat ini. Lukisan cadas yang dimaksud terletak di gua kapur di Leang Karampuang, Kabupaten Maros, dan menggambarkan tiga figur menyerupai manusia yang sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan. Dalam menentukan umur lukisan gua tersebut, tim penelitian mengaplikasikan metode analisis mutakhir melalui ablasi laser U-series (LA-U-series) untuk mendapatkan pertanggalan akurat pada lapisan tipis kalsium karbonat yang terbentuk di atas seni hias tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa seni hias di bawah lapisan tersebut memiliki pertanggalan paling awal sekitar 51.200 tahun yang lalu, membuatnya sebagai gambar hias gua tertua di dunia sekaligus narasi seni paling awal yang pernah ditemukan.
 
;=== Sorotan dunia ===
Pasca publikasi temuan lukisan tertua di dunia ini, banyak surat kabar terkemuka dunia dan media [[daring]] terbesar merilis hasil temuan yang menyentakkan dunia ini.
 
Baris 146:
|}
 
=== Dampak ===
;Temuan arkeologis
Sejak diidentifikasi sebagai lukisan tertua di dunia dan pengungkapan lukisan yang bersifat naratif. Hal ini dapat memperkuat dan mempertegas bahwa peradaban manusia modern awal berada di Indonesia bukan di Eropa yang selama ini didengungkan berdasarkan temuan lukisan berusia 36.000 tahun di [[Gua Altamira]], [[Spanyol]]. Selain itu, jejak-jejak budaya Melanesia di Pulau Sulawesi mulai diidentifikasi.
 
;=== Temuan arkeologis ===
Lukisan yang ditemukan di Leang Karampuang, kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Hasil analisis terbaru menunjukkan bahwa seni hias di Leang (Gua) Karampuang ini telah berumur paling tidak 51.200 tahun. Babi besar itu berdiri dalam posisi tegak dengan mulut terbuka sebagian. Binatang yang dilukis dengan warna merah itu dikelilingi tiga sosok mirip manusia berwarna serupa. Salah satu sosok mirip manusia terbesar, yang berhadap-hadapan dengan babi itu merentangkan dua tangan, di mana tangan kirinya memegang semacam tongkat. Lukisan yang ditemukan di Leang Karampuang, kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, ini merupakan karya gambar hias gua tertua di dunia. Hasil analisis terbaru menunjukkan bahwa seni hias di Leang (Gua) Karampuang ini telah berumur paling tidak 51.200 tahun dan membuatnya sebagai narasi seni paling awal yang pernah ditemukan dan diteliti hingga saat ini.<ref name=":9">{{Cite web|url=https://www.kompas.id/baca/humaniora/2024/07/03/pesan-dari-cerita-bergambar-tertua-di-dunia-dari-sulawesi?fbclid=IwZXh0bgNhZW0CMTEAAR04bLGw2IoqDly1Gb6bp_SZNnq5jp99a6WFUH4HwOM8sM88myIuPMAi8uA_aem__Ee6z9L_CQrTka8JRs1now|title=Pesan dari Cerita Bergambar Tertua di Dunia dari Sulawesi|last=Arif|first=Ahmad|date=4 Juli 2024|website=www.kompas.id|access-date=6 Juli 2024}}</ref> Selain lukisan/gambar cadas, di Leang Karampuang juga ditemukan tinggalan arkeologis berupa fragmen tembikar, cangkang moluska, fragmen tulang manusia dan fauna dan konkresi tulang.<ref name=":980">{{Cite book|last=Alif|first=Muhammad, dkk|date=2023|url=|title=Aspek Fisik dan Distribusi Tembikar di Kawasan Prasejarah Karst Simbang, Kabupaten Maros (Jurnal Walennae, Vol. 1, No. 21)|location=|publisher=Walennae|isbn=|pages=47-64}}</ref>