Museum Maritim Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
menghapus 3 artikel museum lain dalam artikel museum maritim indonesia
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(7 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Museum Maritim Indonesia.jpg|jmpl|Museum Maritim Indonesia]]
{{Original research|date=Mei 2024}}
'''Museum Maritim''' '''Indonesia''' adalah museum yang terletak di kawasan [[Pelabuhan Tanjung Priok]], Jakarta Utara, [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]] . Museum ini didirikan pada tahun 2018 yang ditargetkan akan menjadi pusat riset dan sumber pengetahuan maritim Indonesia. Konsep museum dibuat digital dengan menampilkan informasi mengenai sejarah kemaritiman Indonesia, pelabuhan dan perkapalan. Selain itu, keberadaan museum ini menjadi pelabuhan digital [[Pelindo|PELINDO]].<ref name=":1">{{Cite book|last=Pelindo|title=Selebaran: Museum Maritim Indonesia|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite web|last=Puspita|first=Sherly|date=25 Januari 2019|title=Museum Maritim Bukan Museum Bahari, Ini Bedanya...|url=https://jakarta-tourism.go.id/article/enjoy-peninggalan-sejarah/museum-maritim-bukan-museum-bahari-ini-bedanya|website=Enjoy Jakarta|access-date=11 Juli 2024}}</ref>
 
== Latar Belakang ==
PELINDO mengemban amanat dan perpanjanngan tangan pemerintah dalam menjalankan peran pelabuhan sebagai simpul jaringan transportasi, gerbang perekonomian, tempat kegiatan alih moda transportasi, penunjang kegiatan perdagangan, tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang serta mewujudkan wawasan nusantara dan kedaulatan Negara. Peran dalam memajukan edukasi dunia kemaritiman juga dijalankan PELINDO sehingga dibangunlah Museum Maritim Indonesia<ref name=":1" />
Sejak abad ke-9 Masehi, nenek moyang kita telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Ke Utara mengarungi laut [[Tiongkok]], ke Barat memotong lautan Hindia hingga [[Madagaskar]], ke Timur hingga [[Pulau Paskah]]. Kondisi itu membuat bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa penjelajah samudera. Kenyataan akan kejayaan maritim Indonesia di masa lampau memang bukan sekadar mitos yang dilebih-lebihkan catatan sejarah. Sejak dahulu, bangsa Indonesia telah menjadikan laut sebagai bagian penting dari kehidupan keseharianya. Sebelum kedatangan bangsa penjajah, laut Indonesia juga telah digunakan sebagai “titik temu” berbagai suku bangsa yang saling berinteraksi dalam hal ekonomi, percaturan politik, hingga pertukaran bahasa dan budaya. Di seluruh penjuru [[Nusantara]] telah tersebar berbagai bandar dagang dan pelabuhan-pelabuhan besar. Sejarah pun telah menyebutkan bahwa bersatunya Nusantara adalah karena kebesaran armada maritimnya.
 
== Bangunan dan koleksi ==
Cerita tentang kejayaan maritim Nusantara juga tercermin dalam kisah Kerajaan [[Sriwijaya]]. Sriwijaya merupakan negara maritim yang kuat, sehingga dapat menguasai seluruh [[Sumatra]] dan mengirimkan ekspedisinya ke [[Jawa]] serta menguasai [[Selat Malaka]] hingga [[Tanah genting Kra]].<ref name="Yuliati 2014">Yuliati. 2014. Kejayaan Indonesia sebagai Negara Maritim (Jalesveva Jayamahe). Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Universitas Negeri Malang melalui journal.um.ac.id</ref> Di puncak kejayaannya, [[Sriwijaya]] menjadi tuan atas [[Selat Malaka]] dan menguasai rute perdagangan yang melalui selat ini. Pada tahun 1178, seorang penulis [[Tiongkok]], Chou K’u-fei, melaporkan bahwa beberapa kapal asing yang lewat akan diserang jika tidak masuk pelabuhan Sriwijaya atau membayar tol. Kapal-kapal Sriwijaya melakukan pelayaran sendiri antara Tiongkok dan [[India]]. Ia juga mengirimkan utusan ke Tiongkok dan diakui sebagai negara penguasa di [[Asia Tenggara]].<ref name="Yuliati 2014"/>
Museum Maritim Indonesia berada dalam gedung bersejarah yang berada di wilayah PELINDO Regional 2 Tanjung Priok. Gedung ini dulunya kantor pengelola pelabuhan dibangun pada awal abad ke-20. Museum Maritim Indonesia mempunyai dua ruang pameran tetap di sisi timur dan sisi barat. Ruang pamer sisi timur menampilkan sejarah kemaritiman dan sisi barat menampilkan hal terkait pelabuhan di Indonesia.
 
Museum menampilkan koleksi berupa alat navigasi, keramik benda muat kapal yang tenggelam, replika prasasti dan kapal, barang-barang Ir. H. Djuanda yang digunakan selama hidupnya dan diorama peristiwa penting dalam kemaritiman dan perdagangan.
Setelah Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke-14, kekuatan maritim Nusantara digantikan oleh [[Kerajaan Majapahit]]. Segala kemegahan kekuatan maritim Majapahit diceritakan [[Pramoedya Ananta Toer]] dalam Novel [[Arus Balik]]'':'' di zaman Majapahit, ''Arus Balik'' peradaban berlangsung dari wilayah ''Bawah Angin'' di Selatan ke ''Atas Angin'' di Utara. [[Majapahit]] memang dikenal memiliki kehebatan sebagai kerajaan besar penguasa Arus Selatan hingga mampu menerjang penguasa kerajaan Utara. Majapahit menjadi kekuatan maritim terbesar pada abad itu (1350-1389 M) dan mengusai hampir seluruh wilayah Indonesia saat ini, hingga [[Singapura]] (Tumasik), [[Malaysia]] (Malaka), dan beberapa negara [[ASEAN]] lainnya.<ref>Toer, Pramoedya Ananta. 2002. Arus Balik: Sebuah Epos Pasca Kejayaan Nusantara di Awal Abad 16. Jakarta: Hasta Mitra</ref>
 
Namun, masih menurut Pramoedya, kini arus telah berubah ke arah sebaliknya: dari Utara ke Selatan. Arus zaman telah membalik, segalanya berubah: kekuasaan laut menjadi mengkerut ke pedalaman, kemuliaan menukik dalam kemerosotan, kejayaan berubah ke kekalahan, kecemerlangan cendekia menjadi kedunguan penalaran, persatuan berubah menjadi perpecahan yang memandulkan segala kegiatan. Penjajahan kolonial adalah penyebab malapetaka ini. ''Mindset'' masyarakat Indonesia yang semula berorientasi pada laut dialihkan perlahan-lahan ke darat. Bangsa Indonesia pun hidup semakin jauh dari jati diri azalinya sebagai bangsa maritim. Indonesia kini diatur oleh paham kontinental dengan watak khasnya yang bukan saja tak kenal, tetapi juga meminggirkan budaya maritim. Hal itu terus mengakar kuat hingga sekarang.
 
== Pentingnya Museum Maritim ==
Kehadiran museum bertema [[maritim]] di tengah persoalan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia –pudarnya budaya dan pola pikir maritim– sangat relevan. Budaya [[maritim]] yang begitu kaya membutuhkan ruang untuk terus lestari dan berkembang. Kekayaan dan keberagaman budaya maritim akan hilang apabila tidak dikomunikasikan kepada khalayak dan diberi ruang untuk terus hidup. Terlebih lagi, di tengah dinamika sosial dan budaya yang berkembang begitu cepat, museum bertema maritim dapat menjadi media alternatif pendidikan non-formal yang berfungsi untuk merekonstruksi pola pikir maritim dan wawasan [[Nusantara]]. Hal itu ditegaskan oleh [[Sutan Takdir Alisjahbana]] dalam tulisannya yang mengatakan bahwa museum sebagai alat pendidikan zaman modern akan senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan dunia modern itu sendiri.<ref name=":0">Sadzali, Asyhadi Mufsi. 2014. ''Museum untuk Kebangkitan Maritim Indonesia Kajian Kritis Komunikasi Museum Bertema Maritim di Indonesia''. Tesis Sarjana S-2 Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.</ref> Sama seperti museum-museum pada umumnya, museum bertema [[maritim]] di [[Indonesia]] juga memiliki tanggung jawab dan fungsi untuk melestarikan, membina, sekaligus mengembangkan budaya maritim baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Melalui pesan-pesan yang dirangkai lewat ''display'' dan ruang pameran, museum bertemakan maritim di [[Indonesia]] berfungsi sebagai sarana komunikasi dan jembatan penghubung yang dapat memicu kesadaran dan pengetahuan bagi masyarakat.
 
Keberadaan museum bertema maritim di Indonesia menjadi sangat penting mengingat museum tidak hanya memiliki fungsi sebagai pelindung benda [[cagar budaya]], melainkan juga sebagai tempat pembentukan ideologi, disiplin, dan pengembangan pengetahuan bagi publik. Hal itu juga ditegaskan dalam kode etik ''ICOM'', “Museum memiliki tugas penting untuk mengembangkan peran pendidikan dan menarik pengunjung lebih luas dari kalangan masyarakat, lokalitas, atau kelompok yang dilayaninya. Interaksi dengan masyarakat pendukung dan pembinaan serta promosi warisan yang diampunya merupakan bagian integral dari pendidikan yang harus dilaksanakan oleh museum.<ref>Rusdi, Fitriana Uli. 2013. Museum Transportasi Maritim Mengembalikan Kejayaan Maritim Indonesia di Masa Mendatang. Skripsi Sarjana S-1 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Lihat: S1-2013-285153-chapter1.pdf</ref>
 
== Menilai Kualitas Museum Maritim ==
Untuk menganalisis kualitas yang ada pada museum bertema maritim tersebut, dapat dilihat pada unsur dan model komunikasi yang diterapkan. Unsur dan model komunikasi dapat menjadi indikator seberapa efektif museum bertema maritim menjalankan fungsi dan perannya. Hal itu disebabkan karena unsur dan model komunikasi menjadi penghubung antara museum dengan publik secara langsung. Dalam bahasa sederhana, unsur dan model komunikasi museum menjadi ujung tombak keberhasilan museum dalam merekonstruksi pola pikir dan budaya masyarakat. Hal itu juga dibuktikan dalam sejarah perkembangan museum mengenai peran penting komunikasi museum dalam menciptakan daya tarik serta mempermudah pemahaman pesan yang disampaikan kepada publik.<ref name=":0"/> Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai kualitas museum maritim terutama dalam hal kosmunikasi adalah sebagai berikut:
{| class="wikitable"
|'''Unsur Komunikasi'''
|'''Deskripsi'''
|-
|Sumber (''Source)''
|Dalam komunikasi museum, sumber (''source'') diartikan sebagai personel atau keseluruhan sumber daya manusia yang ada di dalam museum, seperti ''director'', kurator, kelompok kerja, dan lain-lain.
|-
|Pesan
|Pesan diartikan sebagai simbol verbal maupun nonverbal yang berisi nilai, gagasan, atau informasi lain yang dikomunikasikan oleh unsur sumber kepada penerima.
|-
|Media
|Media disebut juga sebagai saluran atau alat atau wahana yang digunakan unsur sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima.
|-
|Pengunjung
|Pengunjung diartikan sebagai penerima pesan (''receiver''), yaitu mereka yang datang ke museum dan menafsirkan sendiri pesan-pesan yang disampaikan oleh unsur sumber menjadi gagasan atau informasi baru yang dia pahami.
|-
|Gangguan
|Gangguan atau disebut dengan hambatan diartikan sebagai rangsangan tambahan, baik berupa fisik maupun psikologis, yang tidak dikehendaki dan mengganggu pesan yang disampaikan oleh unsur sumber.
|-
|Efek
|Efek atau dampak diartikan sebagai sesuatu yang terjadi pada pengunjung setelah menerima pesan dari unsur sumber. Hal itu dapat dicontohkan seperti adanya perubahan mindest, pengetahuan, insirasi dan pola pikir
|}
 
== Museum Kapal Selam Senopati ==
Museum Kapal Selam Pasopati<ref name="Adiakurnia">{{Cite news|url=http://travel.kompas.com/read/2017/06/22/142100627/monumen.kapal.selam.surabaya.bukti.kejayaan.maritim.indonesia|title=Monumen Kapal Selam Surabaya, Bukti Kejayaan Maritim Indonesia|work=[[Kompas.com]]|language=en|access-date=2017-10-17|editor-last=Asdhiana|editor-first=I Made|first=Muhammad Irzal|last=Adiakurnia}}</ref> berada di [[Surabaya]], tepatnya di Jalan Pemuda, Embong Kaliasin, Genteng. Museum ini didirikan pada tahun 1995 atas inisiasi [[Gubernur]] [[Jawa Timur]] pada masa itu, Basofi Soedirman, dan pihak [[TNI Angkatan Laut]]. Di dalam Museum Kapal Selam Pasopati terdapat kapal selam asli bernomor lambung Pasopati 410 di bawah Korps Hiu Kencana TNI-AL. Pengelolaannya sendiri berada di bawah PUSKOPAL (Pusat Koperasi Angkatan Laut) yang merupakan bagian dari usaha [[Angkatan laut]] dalam mengelola aset-asetnya. Adapun pendirian Museum Kapal Selam Pasopati selain sebagai [[Objek wisata]] edukasi juga sebagai upaya untuk mengenang jasa Kapal Selam Pasopati pada masa baktinya.
 
Berikut ini penjabaran unsur-unsur komunikasi pada Museum Kapal Selam Pasopati:
{| class="wikitable"
|'''No.'''
|'''Unsur Komunikasi'''
|'''Deskripsi'''
|-
|1.
|Sumber (''Source)''
|Dalam komunikasi museum, sumber (''source'') diartikan sebagai personel atau keseluruhan sumber daya manusia yang ada di dalam museum, seperti ''director'', kurator, kelompok kerja, dan lain-lain.
|-
|2.
|Pesan
|Pesan diartikan sebagai simbol verbal maupun nonverbal yang berisi nilai, gagasan, atau informasi lain yang dikomunikasikan oleh unsur sumber kepada penerima.
|-
|3.
|Media
|Media disebut juga sebagai saluran atau alat atau wahana yang digunakan unsur sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima.
|-
|4.
|Pengunjung
|Pengunjung diartikan sebagai penerima pesan (''receiver''), yaitu mereka yang datang ke museum dan menafsirkan sendiri pesan-pesan yang disampaikan oleh unsur sumber menjadi gagasan atau informasi baru yang dia pahami.
|-
|5.
|Gangguan
|Gangguan atau disebut dengan hambatan diartikan sebagai rangsangan tambahan, baik berupa fisik maupun psikologis, yang tidak dikehendaki dan mengganggu pesan yang disampaikan oleh unsur sumber.
|-
|6.
|Efek
|Efek atau dampak diartikan sebagai sesuatu yang terjadi pada pengunjung setelah menerima pesan dari unsur sumber. Hal itu dapat dicontohkan seperti adanya perubahan mindest, pengetahuan, insirasi dan pola pikir
|}
Berikut ini dijabarkan analisis kualitas unsur-unsu Museum Kapal Selam Pasopati [[Surabaya]]:<ref name=":0" />
 
'''1.Sumber'''
 
Sumber daya manusia dalam Museum Kapal Selam Pasopati Surabaya berperan sebagai pelaksana dan pengelola museum. Berdasarkan sumber penelitian sebelumnya, sumber daya manusia yang mengelola dan menjalankan fungsi di [[Museum]] Kapal Selam Pasopati termasuk dalam kategori kurang memadai. Hal itu disebabkan oleh banyaknya ketidaksesuaian antara peran yang diampu dengan latar belakang pendidikan. Sebagai contoh, di Museum Kapal Selam Senopati Surabaya, peran kurator, tata pameran, dan konservasi tidak memiliki ''background'' pendidikan formal. Padahal, standar minimal untuk menjadi kurator adalah S1 Permuseuman atau bidang lain yang sejenis; standar minimal untuk tata pameran adalah D3 seni rupa; sedangkan standar minimal untuk konservasi adalah SMA jurusan IPA.
 
'''2. Pesan'''
 
Secara garis besar, pesan yang dikomunikasikan dalam museum tergolong belum dikonsep dengan baik. Hal itu dapat dilihat pada banyaknya pengunjung yang merasa kebingungan, tidak terinspirasi, dan tidak mendapat pengetahuan baru yang signifikan. Salah satu pesan yang disampaikan berupa film dokumenter terkesan tidak sesuai dengan tema besar yang dingkat Museum Kapal Selam Pasopati. Museum ini tidak mengangkat pesan mengenai Kapal Selam Pasopati secara spesifik, tetapi kebanyakan mengangkat tentang sejarah [[Tni AL]]. Sementara itu, hal-hal penting seperti misi Kapal Selam Pasopati berikut sejarah dan pembuatannya justru tidak banyak diangkat.<ref name="Adiakurnia"/>
 
'''3. Media'''
 
Media utama yang digunakan dalam Museum Kapal Selam Pasopati adalah Kapal Selam Pasopati itu sendiri. Kapal selam tersebut berpotensi menjadi media komunikasi pesan yang baik karena keunikan dan kelangkaannya. Bahkan, Kapal Selam Pasopati disebut-sebut sebagai satu-satunya di Indonesia dan [[Asia Tenggara]].<ref>{{Cite web|url=https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/menyelami-kejayaan-kri-pasopati-di-monumen-kapal-selam|title=Menyelami Kejayaan KRI Pasopati di Monumen Kapal Selam {{!}} IndonesiaKaya.com - Eksplorasi Budaya di Zamrud Khatulistiwa|last=Kaya|first=Indonesia|website=IndonesiaKaya|access-date=2017-10-17}}</ref> Oleh karena itu, media utama komunikasi Museum Kapal Selam Pasopati dapat digolongkan sebagai media komunikasi yang unik.
 
'''4. Pengunjung'''
 
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, 98% dari pengunjung museum menginginkan adanya pengetahuan baru mengenai perkembangan maritim dari museum. Pengunjung juga menginginkan adanya koleksi unik dan bernilai penting seperti kapal selam asli dan pelayaran yang maksimal. Di samping itu, pengunjung juga menginginkan penggunaan teknologi dalam komunikasi museum seperti audiovisual dan smart tablet.
 
'''5. Efek'''
 
Secara garis besar, efek atau dampak buruk masih banyak bermunculan sebagai akibat dari sumber daya manusia museum yang kurang kompeten, pesan museum yang tidak dirancang dengan baik, serta adanya potensi gangguan yang cukup tinggi. Hal-hal itu menyebabkan munculnya kebingungan pengunjung, tidak terinspirasi, dan pengunjung merasa tidak memperoleh tambahan pengetahuan yang signifikan.
 
'''6. Gangguan'''
 
Secara umum, masih banyak terdapat gangguan dalam unsur komunikasi Museum Kapal Selam pasopati. Gangguan itu dibagi menjadi gangguan fisik dan psikologis. Gangguan fisik terjadi akibat ukuran ruang kapal yang sempit, penuh, sesak, dan membuat pengunjung merasa tidak nyaman. Selain itu, panggung hiburan dan kolam renang yang berada di sekitar kapal selam juga menyebabkan ketidaknyamanan. Sementara gangguan psikologis muncul akibat adanya kebingungan pengunjung karena ''storyline'' yang ada tidak dikonsep dengan baik dan unsur sumber komunikasi museum tidak kompeten sehingga menimbulkan kebingungan pada pengunjung.
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
*
 
== Pranala luar ==
[https://maritimemuseum.id/ Situs resmi museum]
[[Kategori:Museum di Indonesia]]
[[Kategori:Museum di Jakarta]]