Ahmad Rasyid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 59:
| Sufi_order =
| disciple_of = [[Abdul Karim Amrullah]]
| disciples = {{hlist|[[Duski Samad]]|[[Hamka]]|[[Soekarno]]|[[Malik Ahmad]]|[[Marzuki Yatim]]|[[wikidata:Q126021177|Oedin]]|[[Soekarno]]}}
| influences =
| influenced =
Baris 118:
 
== Ketua Umum Pusat Pimpinan Muhammadiyah ==
[[Berkas:Sukarno and Sutan Mansur in Jakarta.jpg|jmpl|200px|Soekarno dan dirinya saat menghadiri Muktamar Muhammadiyah, 1962.]]
Pada saat Kongres Muhammadiyah ke-32 di [[Purwokerto (kota)|Kota Purwokerto]], terdapat sembilan nama yang diusulkan oleh muktamirin untuk menjadi ketua [[Muhammadiyah]] yang baru. Seluruh kandidat menyatakan ketidaksediaannya dalam pencalonan.<ref>{{Cite news |url=https://news.detik.com/berita/d-2983365/di-muktamar-muhammadiyah-1953-tidak-ada-calon-yang-mau-jadi-ketua |title=Muktamar Muhammadiyah ke-47: Di Muktamar Muhammadiyah 1953, Tidak Ada Calon yang Mau Jadi Ketua |last=Abdurrahman |first=Muhammad Nur |work=Detik News |date=2015-08-04 |access-date=2024-05-04 }}</ref> Akhirnya, pengurus muktamar meyakinkan Ahmad Rasyid di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]] untuk menjadi ketua umum. Ia pun terpilih secara [[aklamasi]] sebagai [[Ketua Umum Pusat Pimpinan Muhammadiyah]] untuk masa jabatan 1953–1956.<ref>{{Cite news |url=https://www.minews.id/kisah/mengenal-semua-ketua-umum-muhammadiyah-dari-masa-ke-masa |title=Mengenal Semua Ketua Umum Muhammadiyah dari Masa ke Masa |last=Virgiawan |first=Ryan |work=MiNews |date=2019-11-19 |access-date=2021-10-04 |archive-date=2021-10-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211004044826/https://www.minews.id/kisah/mengenal-semua-ketua-umum-muhammadiyah-dari-masa-ke-masa |dead-url=yes }}</ref> Sejarah juga mencatat bahwa Ahmad Rasyid merupakan tokoh Sumatera pertama yang menduduki kursi eksekutif di Muhammadiyah. Menyelesaikan periode pertama kepemimpinannya, kemudian ia terpilih kembali dalam Kongres Muhammadiyah ke-33 di [[Yogyakarta]] selama tiga tahun menjabat untuk periode 1956 sampai 1959.<ref name="penasehat"/> Pada Kongres Muhammadiyah ke-35 tahun 1962 dan muktamar-muktamar berikutnya, ia diangkat sebagai penasihat Muhammadiyah hingga tahun 1980. Secara rutin pada hari minggu pascasubuh mendakwahi agama Islam, khususnya tauhid di sebuah balai Kantor Perwakilan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.<!---Pada masa kepemimpinannya, upaya pemulihan ruh Muhammadiyah di kalangan warga dan pimpinan Muhammadiyah digiatkan.<ref name="muhammadiyah" /> Oleh karena itu, Ahmad Rasyid memasyarakatkan dua hal, yakni merebut ''khasyyah'' atau rasa takut kepada kemurkaan Allah, merebut waktu, memenuhi janji, menanam ruh tauhid, dan mewujudkan akhlak tauhid, serta mengusahakan ''buq’ah mubarakah'' atau tempat yang diberkati di tempat masing-masing dengan mengupayakan shalat jamaah pada awal setiap waktu, mendidik anak-anak beribadah dan mengaji Al-Quran untuk mengharapkan rahmat-Nya, melatih [[Puasa Sunnah|puasa sunah Senin dan Kamis]], serta melatih puasa setiap tanggal 13, 14, dan 15 per bulan Hijriyah seperti yang diajarkan oleh Rasulullah dan tetap menghidupkan takwa. Selain itu, diupayakan pula hubungan silaturahmi antara pemimpin dan anggota di seluruh tingkatan.--->
 
Ahmad Rasyid dalam dua periode kepemimpinan di Muhammadiyah berhasil merumuskan landasan perjuangan Muhammadiyah atau disebut sebagai "Khitah Palembang". Kandungan dari Khitah Muhammadiyah, yaitu hakikat Muhammadiyah, lalu Muhammadiyah dan masyarakat, Muhammadiyah dan politik, Muhammadiyah dan ukhuwah Islamiah, serta dasar dan program Muhammadiyah. Antara poin-poin Khitah Palembang yang dijabarkannya adalah menanamkan setiap anggota dan pimpinan Muhammadiyah dengan memperdalam tauhid, menyempurnakan ibadah dengan khusyukkesungguhan dan [[tawadhu'kerendahan hati]], meningkatkan mutu akhlak, meningkatkan wawasan dalam ilmu pengetahuan, dan memajukan Muhammadiyah dengan penuh tanggung jawab. Dirincikan pula bahwa setiap anggota harus menjalankan kemuliaan akhlak, menjaga keutuhan organisasi dan menata birokrasi, meningkatkan amal, membentuk kader dengan mempertinggi kualitas anggota, menjaga tali persaudaraan, dan menuntun penghidupan bagi seluruh anggota Muhammadiyah.<ref>{{Cite news|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5725714/7-butir-khittah-palembang-muhammadiyah-siswa-madrasah-perlu-tahu/amp |title=7 Butir Khittah Palembang Muhammadiyah, Siswa Madrasah Perlu Tahu |last=Aisyah |first=Novia |work=[[Detik.com|detikcom]] |date=2021-09-16 |access-date=2021-10-04 }}</ref><ref>{{Cite news |url=https://www.sumbartoday.net/2018/01/31/buya-h-ahmad-rasyid-sutan-mansur-adalah-guru-dan-ulama-besar-minangkabau/#:~:text=Buya%20AR%20Sutan%20Mansur%20menjadi,PB%20Muhammadiyah%20periode%201956-1959. |title=Buya H. Ahmad Rasyid Sutan Mansur Adalah Guru dan Ulama Besar Minangkabau |last= |first= |work=Sumbar Today |date=2018-01-31 |access-date=2021-10-05 }}</ref>
 
Pascakemerdekaan, Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi Islam yang menghadapi krisis identitas terkait posisinya di dunia politik.<ref>{{Cite news |url=https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2010/07/100705_muhammadiyahleader.amp |title=Para pemimpin Muhammadiyah |date=4 Juli 2010 |access-date=21 April 2024 |work=BBC |location= |author1= |author2= |language=id |archive-date= |archive-url= |dead-url=no }}</ref> Salah satu peran Ahmad Rasyid di Muhammadiyah di bidang politik adalah keikutsertaan Muhammadiyah dalam politik praktis sebagai salah satu organisasi yang menyertai Masyumi dan berpartisipasi dalam [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|pemilihan umum 1955]].<ref>{{Cite news |url=https://muhammadiyah.or.id/2021/08/kisah-partai-masyumi-pengalaman-penting-bagi-muhammadiyah/ |title=Kisah Partai Masyumi, Pengalaman Penting bagi Muhammadiyah |author=Ilham |date=Agustus 2021 |work=[[Muhammadiyah]] |access-date=2024-04-20 }}</ref> Muhammadiyah tetap berada di Masyumi hingga pembubarannya pada 1960. Setelahnya, Muhammadiyah menjadi organisasi nonpolitik yang bergerak pada sosial keagamaan.
Baris 141 ⟶ 142:
 
Pada 1959, Ahmad Rasyid dinobatkan menjadi penasihat bagi Muhammadiyah sehingga ia beserta keluarga besarnya menetap di Jakarta.<ref name="wawancara"/> Selama di Jakarta, ia tinggal dengan keluarga inti dari istri pertamanya, Fatimah Karim Amrullah di Jalan Lontar Atas, [[Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat|Kebon Melati]], [[Tanah Abang, Jakarta Pusat|Tanah Abang]]. Sebagai ulama, ia memberi nasihat agama dan mengajar makna tauhid, serta jihad, kepada para tamu yang datang ke rumahnya,<ref>{{Cite news |url=https://jejakislam.net/jihad-di-mata-ar-sutan-mansur/ |title=Jihad di Mata AR Sutan Mansur |last= |first= |work=Jejak Islam |date=2017-02-09 |access-date=2021-10-05 }}</ref> seperti [[Mohammad Natsir]] hingga [[Kasman Singodimedjo]].<ref name="Tauhid Membentuk Pribadi Muslim">{{Cite web|date=2015-01-02|title=Buya AR Sutan Mansyur: Tauhid Membentuk Pribadi Muslim|url=https://www.tablighmu.or.id/2015/01/buya-ar-sutan-mansyur-tauhid-membentuk.html?m=1|access-date=2021-10-01|work=TablighMu|language=id|archive-date=2021-10-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20211001130003/https://www.tablighmu.or.id/2015/01/buya-ar-sutan-mansyur-tauhid-membentuk.html?m=1|dead-url=yes}}</ref> Bahkan, adik iparnya, [[Hamka]], juga datang untuk mempelajari ilmu agama kepadanya. Tidak hanya mengajar agama di kediamannya, ia juga berceramah di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, [[Menteng, Jakarta Pusat|Menteng]], dengan didampingi Fatimah Karim.<ref name="wawancara" /> Kiprahnya selama prakemerdekaan membawa namanya sebagai salah satu tokoh perintis kemerdekaan Indonesia bersama dengan adik-adiknya, [[Duski Samad|Duski]] dan Thahir, dengan mendapat hak pensiun.<ref name="wawancara" />
 
Pada 15 Maret 1977, Rasyid mengemukakan mengenai pilihan politiknya.<ref>''Persatuan Ummat Islam: Apa Kabar Pemuda Islam? Minyak Lebih Tajam dari Pedang''. 1 April 1977. Panji Masyarakat.</ref> Ia memberi dukungan terhadap gerakan politik [[Partai Persatuan Pembangunan]] (PPP) dan memilih tanda gambar [[Ka'bah]] pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1977|pemilihan umum]]. Ia beralasan bahwa pilihannya terkait dengan panggilan hati yang harus dipenuhinya. Pascapemilu, suara PPP di domisilinya, Tanah Abang, mendominasi suara pemilihan umum sebagai basis politik PPP yang berideologi [[Pan-Islamisme]].{{sfn|Supranto|1984}}
 
=== Kematian ===
Baris 221 ⟶ 224:
|ref = {{sfnRef|Chalid|2009}}
|id =
}}
* {{cite book
|last = Supranto
|first = J.
|editor-first =
|editor-last =
|authorlink =
|year = 1984
|title = Jakarta Dalam Angka
|url = https://books.google.co.id/books?id=0gMaPhv4La0C
|volume =
|publisher = Kantor Statistik Provinsi DKI Jakarta
|page = 13
|location = Jakarta
|oclc =
|ref = {{sfnRef|Supranto|1984}}
|id =
}}
* {{cite book
Baris 340 ⟶ 360:
[[Kategori:Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh pejuang Minangkabau]]
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]