Papua Tengah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Update data penduduk Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
k Mengembalikan suntingan oleh Axl7Rose (bicara) ke revisi terakhir oleh Afif Brika1 Tag: Pengembalian |
||
(15 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 8:
|koordinat =
|foto = {{multiple image|border= infobox|total_width= 300|image_style= border:1;
|perrow =
|image1=
|caption1=<center>Kawasan [[Timika]], [[Kabupaten Mimika]]
|image2=Tambang Grasberg Freeport.jpg▼
|image2=Puncakjaya.jpg
|image3=RUMAH TRADISIONAL EMAWA, NABIRE, PAPUA.jpg▼
|caption2=<center>[[Puncak Jaya]]
|caption3=<center>[[Tambang Grasberg]]
|caption4=<center>Rumah Emawa [[suku Mee]]
|image5=Dendrolagus mbaiso.jpg
|caption5=<center>[[Dingiso]]
}}
|motto = Gerbang cenderawasih<br/>{{small|Gerakan pembangunan yang cepat, nasionalis, damai, sejahtera, wibawa, dan kasih}}
|dasar hukum = [[s:Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2022|UU No. 15 Tahun 2022]]
Baris 28 ⟶ 31:
|desa = 1.148
|gubernurlink = Daftar Gubernur Papua Tengah
|nama gubernur = [[
|nama wakil gubernur = ''lowong''
|wakilgubernurlink = Wakil Gubernur Papua Tengah
Baris 52 ⟶ 55:
|rumah = {{ubl|Rumah Emawa|Rumah Karapao}}
|ISO = ID-PT
|TNKB =
|kode area = {{collapsible list|0901 - Timika, Tembagapura|0984 - Nabire}}
|dau =
Baris 70 ⟶ 73:
== Sejarah ==
=== Masa Kesultanan Tidore ===
[[Berkas:The uncivilized races of men in all countries of the world; being a comprehensive account of their manners and customs, and of their physical, social, mental, moral and religious characteristics. By (14767845895).jpg|jmpl|kiri|Ilustrasi Outanata (suku Kamoro dari [[Uta, Mimika Barat Tengah, Mimika|Uta]]) dengan senjatanya, 1870]]
Daerah barat [[Mimika]] sejak abad-18 menjadi jangkauan terjauh pengaruh "Uli Siwa" [[Kesultanan Tidore]] di pesisir barat selatan Pulau Papua. Wilayah ini dipengaruhi oleh tiga kelompok besar, yakni [[suku Koiwai]], [[Suku Kamoro|Kamoro]], dan [[Suku Asmat|Asmat]]. Hubungan perdagangan akan budak, peralatan besi, kain, dan ornamen tubuh yang terbentuk menanamkan banyak pengaruh terhadap penduduk lokal dengan ditandainya penggunaan gelar asal Maluku (''raja'', ''mayor'', ''kapitan'', dan ''orang tua'') dan juga kebudayaan Islamis masyarakat seperti penggunaan topi berbentuk surban dan kebiasaan tidak makan babi hingga pada tahun 1950-an.<ref name="Pouwer p. 119">{{cite book | last=Pouwer | first=Jan | title=Gender, ritual and social formation in West Papua : a configurational analysis comparing Kamoro and Asmat | url=https://archive.org/details/genderritualsoci00pouw | publisher=KITLV Press | publication-place=Leiden | date=2010 | isbn=90-04-25372-6 | oclc=808384659 | page=[https://archive.org/details/genderritualsoci00pouw/page/n133 119]}}</ref>
Baris 76 ⟶ 80:
=== Masa Hindia Belanda ===
[[Berkas:Dhr. J.V. de Bruyn (Jungle Pimpernel) bij de Ekari aan de Wissel-meren, KITLV 113778.tiff|jmpl|kiri|Pegawai kolonial J.V. de Bruyn bersama Suku Ekari ([[Suku Mee|Mee]]) di Wisselmeeren sekitar tahun 1945]]
Kawasan pedalaman Papua Tengah dihuni oleh suku-suku seperti Mee (Ekari) dan Moni. Orang Mee hidup secara tradisional dengan membuka ladang dan bertanam umbi-umbian, beternak babi, mencari ikan di danau dan berpesta. Mereka juga sudah membuka hubungan perdagangan dengan dunia luar menggunakan mata uang ''mege'' yang terbuat dari [[kerang]]
Saat [[Konferensi Meja Bundar]] tanggal 27 Desember 1949. Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan proklamasi yang menyatakan bahwa wilayah Papua yang dikuasai oleh Hindia Belanda akan berada di bawah yurisdiksi gubernemen yang disebut sebagai gubernemen Nugini. Kemudian pada tahun 1952 Nugini ditetapkan sebagai provinsi seberang lautan Belanda.<ref name=":1">{{Cite book|last=Renwarin|first=Herman|last2=Pattiara|first2=John|date=1984|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/13215/1/SEJARAH%20SOSIAL%20DAERAH%20IRIAN%20JAYA%20DARI%20HOLLANDIA%20KE%20KOTABARU-1910-1963.pdf|title=Sejarah Sosial Daerah Irian Jaya: dari Hollandia ke Kotabaru (1910-1963)|publisher=Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional|pages=69-74|url-status=live|access-date=2022-06-30|archive-date=2022-07-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20220704224458/http://repositori.kemdikbud.go.id/13215/1/SEJARAH%20SOSIAL%20DAERAH%20IRIAN%20JAYA%20DARI%20HOLLANDIA%20KE%20KOTABARU-1910-1963.pdf|dead-url=no}}</ref> Nugini Belanda secara resmi dibagi menjadi empat ''Afdeling'' pada tanggal 10 Mei 1952. Kabupaten Nugini Tengah merupakan salah satu dari empat ''afdeling'' tersebut dan meliputi [[Danau Paniai|Wisselmeren]] sebagai ''onderafdeling''. Meski demikian, tidak seperti kabupaten lainnya, ''Afdeling'' Nugini Tengah tidak memiliki ibu kota. Gubernemen Nugini mengalami reorganisasi lebih lanjut pada tahun 1954 dan ''Afdeling'' Nugini Tengah untuk sementara ditempatkan secara langsung di bawah pengawasan Residen Geelvinkbaai (sekarang [[Teluk Cenderawasih]]).<ref name=":1" />
Baris 122 ⟶ 126:
=== Topografi ===
[[Berkas:
Secara sederhana Papua Tengah dapat dibagi menjadi tiga wilayah besar, yaitu kawasan [[Teluk Cenderawasih]] berupa dataran rendah dan pesisir di utara yang menjadi lokasi ibukota provinsi yaitu Nabire, kawasan [[Pegunungan Tengah]] di bagian tengah, dan dataran rendah serta pesisir di bagian selatan yang menjadi lokasi Kabupaten Mimika. Pegunungan Tengah adalah rantai pegunungan di tengah [[Pulau Papua]] yang memanjang dari Papua Tengah hingga [[Papua Nugini]] dan memiliki berbagai puncak dengan ketinggian lebih dari 4.000 mdpl. Wilayah Pegunungan Tengah di Indonesia sering disebut dengan [[Pegunungan Jayawijaya]] dan ada juga yang memberi nama [[Barisan Sudirman|Pegunungan Sudirman]]. Puncak tertinggi Indonesia sekaligus [[Oseania]] berada di provinsi ini yaitu [[Puncak Jaya]] dengan ketinggian lebih dari 4800 mdpl serta tertutup salju. Pegunungan ini menjadi sumber air untuk sungai-sungai besar yang mengalir ke utara maupun selatan.<ref name=britannica>{{Cite web|url=https://www.britannica.com/place/New-Guinea|title=New Guinea|access-date=2024-03-02|website=www.britannica.com|publisher=Encyclopedia Britannica}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.papua-insects.nl/about%20Papua/Snow%20Mts/Snow%20Mts.htm|title=Sudirman Mountains (Snow Mountains)|website=www.papua-insects.nl|publisher=Papua Insects Foundation}}</ref>
Diantara gunung gunung itu terdapat berbagai lembah dengan ketinggian lebih dari 1.500 mdpl yang menjadi tempat pemukiman suku asli terutama [[Suku Mee]]. Ditengah kawasan ini terdapat tiga danau besar yaitu [[Danau Paniai]], Tigi, dan Tage. Ibukota Paniai dan Deiyai berada di tepian danau tersebut. Danau ini menjadi sumber perikanan air tawar bagi masyarakat. Tanah di lembah tersebut cukup subur dan membuat tempat ini cocok menjadi lahan perkebunan dengan komoditas utamanya adalah [[ubi jalar]] yang dijadikan makanan pokok, namun ada juga usaha untuk menanam tanaman lain seperti [[kopi]] jenis Moanemani di Lembah Kamuu Dogiyai.<ref name=britannica></ref><ref>{{Cite web|url=https://www.dogiyaikab.go.id/index.php?route=berita/view&kt=lJ0=|title=Kopi Moanemani Dogiyai-Papua Lebih Dikenal di Luar Negeri|date=2021-04-15|website=dogiyaikab.go.id|publisher=Pemerintah Kabupaten Dogiyai}}</ref> Walaupun subur, beberapa wilayah rentan terkena [[embun beku]] akibat suhu yang sangat dingin sehingga menyebabkan gagal panen. Akhirnya timbul [[bencana kelaparan]] yang memakan korban jiwa seperti yang pernah terjadi di Agandugume dan Lambewi di Kabupaten Puncak. Infrastruktur yang minim dan banyaknya aktivitas teroris [[Organisasi Papua Merdeka]] menyebabkan bantuan sulit dikirimkan.<ref>{{Cite web|url=https://ceposonline.com/r-puncak/27/07/2023/warga-agandugume-dan-lembewi-tak-sendiri-hadapi-bencana/?noamp=mobile|title=Warga Agandugume dan Lembewi Tak Sendiri Hadapi Bencana|date=2023-07-27|website=ceposonline.com}}</ref>
[[Berkas:
Wilayah dataran rendah di Papua Tengah memiliki topografi yang lebih datar sehingga perkembangannya jauh lebih pesat dan menarik banyak pendatang terutama Timika yang merupakan salah satu kota terbesar di Papua dan Nabire yang dijadikan ibukota provinsi. Nabire dan Mimika juga menjadi salah satu tujuan [[transmigrasi]], serta pembentukan sawah padi dan perkebunan [[sawit]]. Meskipun sama-sama berupa dataran rendah, wilayah selatan di Mimika lebih banyak ditemukan zona ekoregion hutan hujan dataran rendah yang mirip dengan [[Papua Selatan]] serta zona [[mangrove]] yang menjadi rumah bagi [[Suku Kamoro]] dan [[Suku Sempan]]. Pesisir Nabire termasuk dalam [[Taman Nasional Teluk Cenderawasih]] dengan pantai berpasir putih dan pulau-pulau serta perairan yang menyimpan keanekaragaman bahari yang tinggi seperti [[hiu paus]] dan [[terumbu karang]].<ref name="teluk"></ref><ref>{{Cite book|title=Atlas Sawit Papua : Dibawah Kendali Penguasa Modal|url=https://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2016/09/Atlas-Sawit-Papua.pdf|last=Franky|first=Y. L.|publisher=PUSAKA|isbn=9786029879414|location=Jakarta|last2=Morgan|first2=Selwyn|year=2015|access-date=2023-05-17|archive-date=2023-06-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20230608084740/http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2016/09/Atlas-Sawit-Papua.pdf|dead-url=no}}</ref><ref name=oneearth>{{Cite web|url=https://www.oneearth.org/bioregions/new-guinea-surrounding-islands-au13/|title=New Guinea & Surrounding Islands bioregion|website=oneearth.org|publisher=One Earth}}</ref>
Baris 133 ⟶ 137:
== Demografi ==
===Suku bangsa===
{{utama|Kelompok etnik di Pulau Papua#Provinsi Papua Tengah|l1=Daftar suku bangsa di Provinsi Papua Tengah}}
[[Berkas:Twilmakayame-20220718-0001.jpg|jmpl|ka|200px|Seorang perempuan suku [[Suku Mee|Mee]], penduduk asli Papua Tengah]]
Nabire dihuni oleh suku-suku di pesisir yang termasuk kedalam wilayah adat [[Saireri]], diantaranya suku [[suku Yaur|Yaur]], [[Suku Wate|Wate]], [[Suku Moor|Mora]], [[Suku Umari|Umari]], [[Suku Gwoa|Gwoa]], dan [[Suku Yerisiam|Yerisiam]]. Selain itu di wilayah pegunungan terdapat [[Suku Mee|Mee]]
Data dari [[Badan Pusat Statistik]] melalui [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]], kelompok suku bangsa di Papua dikategorikan sebagai [[Orang Asli Papua|orang Papua]] dan Non Papua atau bukan orang asli Papua. Dari data sensus tersebut, untuk wilayah Papua Tengah, penduduk berdasarkan suku bangsa menurut jenis kelamin [[laki-laki]], yakni sebanyak 349.634 jiwa atau 77,26% adalah [[Orang Asli Papua|orang Papua]] dan selebihnya sebanyak 102.916 jiwa atau 22,74% adalah non Papua. Sebagian besar penduduk di [[Kabupaten Mimika]] dan [[Kabupaten Nabire]] adalah pendatang atau bukan orang asli Papua.<ref name="SUKU">''[https://web.archive.org/web/20131113120644/http://papua.bps.go.id/yii/9400/index.php/site/page?view=sp2010 Jumlah Penduduk menurut Klasifikasi Suku - Provinsi Papua]'', Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Diakses 11 November 2022</ref>
Baris 296 ⟶ 301:
== Kebudayaan ==
=== Koteka ===
[[Berkas:
[[Koteka]] adalah penutup kelamin tradisional pria yang dipakai oleh beberapa suku pedalaman di pegunungan Papua Tengah, seperti [[suku Amungme]], [[suku Damal]], [[suku Mee]], [[suku Moni]], [[suku Wano]], dll. Koteka terbuat dari buah [[labu air|labu panjang]] (''Lagenaria siceraria'') yang isinya dibuang dan dibakar, di mana setiap suku dan mungkin kampung memiliki perbedaan bentuk koteka. Pemerintah pada masa Orde Baru meluncurkan [[Operasi Koteka]] untuk menghapuskan penggunaan koteka dan diganti dengan pakaian modern, salah satunya dengan menjatuhkan puluhan ton pakaian ke pedalaman menggunakan pesawat terbang. Berangsur-angsur penggunaan koteka di kehidupan sehari-hari semakin menurun, namun koteka tetap dipakai untuk kepentingan perayaan atau pariwisata. Koteka tercatat sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia]].<ref>{{Cite book|title=INVENTARISASI WARISAN BUDAYA TAKBENDA (WBTB) - KOTEKA|url=https://kebudayaanpapua.kemdikbud.go.id/file/dokumen%20kajian/dokumen_buku-WBTB-KOTEKA.pdf|last=Koridama|first=Jeremias|publisher=Balai Pelestarian Nilai Budaya Jayapura - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|location=Jayapura|year=2012|url-status=dead|access-date=2023-04-23|archive-date=2022-06-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20220617221022/http://kebudayaanpapua.kemdikbud.go.id/file/dokumen%20kajian/dokumen_buku-WBTB-KOTEKA.pdf|dead-url=yes}}</ref>
|