Al-Qur'an: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Arcizy (bicara | kontrib)
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Lina Sellin (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(6 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 23:
| footer = Kiri: Al-Qur’an abad ke-11 Afrika Utara di [[British Museum]]. Kanan: Al-Qur’an − di [[Mashhad]], Iran – ditulis oleh [[Ali bin Abi Thalib]].
}}
'''Al-Qur'an''' atau(bentuk tidak baku: ''al-quran'Kitab', Qur''alqur'an'', ''alquran'', (''kuran'', ''qur'an'')<ref>{{lang-ar|القرآنcite web|transliturl=alhttps://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/{{urlencode:Al-QurʾānQur'an|lit=BacaanWIKI}}),|title=Arti jugakata ditulis '''Alquran''Al-Qur'an|website=[[KBBI Daring]]|department=[[Badan Pengembangan dan '''Quran'''Pembinaan Bahasa]], [[Kemendikbudristek]]|access-date=25 Agustus 2024}}</ref> adalah [[kitab suci]] agama [[Islam]] yang, menurut kepercayaan umat [[Muslim]], diturunkan oleh [[Allah]] kepada nabi terakhir Islam, [[Muhammad]], melalui Malaikat [[Jibril]].{{sfn|Nasr|2007}} Kitab ini terbagi ke dalam 114 [[surah]] (bab), dan setiap surahnya terbagi ke dalam beberapa [[ayat]]. Selain memiliki makna keagamaan, karya ini secara luas dianggap sebagai karya terbaik dalam sastra [[Arab]] dan telah memengaruhi bahasa Arab secara signifikan.
 
'''Al-Qur'an''' atau '''Kitab Qur'an''' ({{lang-ar|القرآن|translit=al-Qurʾān|lit=Bacaan}}), juga ditulis '''Alquran''' dan '''Quran''', adalah [[kitab suci]] agama [[Islam]] yang, menurut kepercayaan umat [[Muslim]], diturunkan oleh [[Allah]] kepada nabi terakhir Islam, [[Muhammad]], melalui Malaikat [[Jibril]].{{sfn|Nasr|2007}} Kitab ini terbagi ke dalam 114 [[surah]] (bab), dan setiap surahnya terbagi ke dalam beberapa [[ayat]]. Selain memiliki makna keagamaan, karya ini secara luas dianggap sebagai karya terbaik dalam sastra [[Arab]] dan telah memengaruhi bahasa Arab secara signifikan.
 
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an difirmankan langsung oleh [[Allah]] kepada [[Muhammad]] melalui [[Malaikat]] [[Jibril]],<ref name=Lambert>{{cite book|last1=Lambert|first1=Gray|title=The Leaders Are Coming!|date=2013|publisher=WestBow Press|isbn=9781449760137|page=287|url=https://books.google.com/books?id=sV0mAgAAQBAJ&pg=PA287 }}</ref><ref name="Williams & Drew">{{cite book|author1=Roy H. Williams|author2=Michael R. Drew|title=Pendulum: How Past Generations Shape Our Present and Predict Our Future|date=2012|publisher=Vanguard Press|isbn=9781593157067|page=143|url=https://books.google.com/books?id=mygRHh6p40kC&pg=PA143 }}</ref> berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari; atau rata-rata selama 23 tahun, dimulai sejak tanggal 17 [[Ramadan]],<ref name="Prophetic Events 2001 p. 50">''Chronology of Prophetic Events'', Fazlur Rehman Shaikh (2001) p. 50 Ta-Ha Publishers Ltd.</ref><ref>[http://tanzil.net/#trans/en.arberry/17:105 Quran 17:105]</ref> {{sfn|Nasr|2007}}<ref name = LivRlgP338>''Living Religions: An Encyclopaedia of the World's Faiths'', Mary Pat Fisher, 1997, page 338, I.B. Tauris Publishers.</ref><ref name = QuranC17V106>{{Cite quran|17|106|style=nosup}}</ref><ref>https://media.neliti.com/media/publications/178165-ID-sejarah-al-quran-uraian-analitis-kronolo.pdf</ref> Umat Muslim menghormati Al-Qur'an sebagai sebuah mukjizat terbesar dari [[Muhammad]], sebagai salah satu tanda dari kenabian,<ref>{{cite book|last=Peters|first=F.E.|title=The Words and Will of God|year=2003|publisher=[[Princeton University Press]]|isbn=0-691-11461-7|pages=12–13}}</ref> dan merupakan puncak dari seluruh pesan suci (wahyu) yang diturunkan oleh Allah sejak [[Adam]] dan diakhiri dengan Muhammad.{{efn|[[Surah Ibrahim]]: 1, [[Surah Ar-Ra'd]]: 1, [[Surah Yunus]]: 108, [[Surah Al-'Ankabut]]: 49}} Kata "Quran" disebutkan sebanyak 70 kali di dalam Al-Qur'an itu sendiri.<ref name="Wheeler2002">{{cite book|author=Brannon M. Wheeler|title=Prophets in the Quran: An Introduction to the Quran and Muslim Exegesis|url=https://books.google.com/books?id=qIDZIep-GIQC|date=18 June 2002|publisher=A&C Black|isbn=978-0-8264-4957-3|page=2}}</ref>
Baris 30 ⟶ 29:
Menurut ahli sejarah,{{siapa}} beberapa [[sahabat Nabi]] memiliki tanggung jawab menuliskan kembali wahyu Tuhan berdasarkan apa yang telah sahabat lain hafalkan.<ref name="Donner-Companion">Donner, Fred, "The historical context" in McAuliffe, J. D. (ed.), ''The Cambridge Companion to the Qur'ān'' (Cambridge University Press, 2006), p. 31–33.</ref> Setelah kematian [[Muhammad]], para sahabat segera menyusun dan menuliskan kembali hafalan wahyu mereka. Penyusunan kembali Al-Qur'an ini diprakarsai oleh Khalifah [[Abu Bakar Ash-Shiddiq]] atas usulan dari [[Umar bin Khattab]] dengan persetujuan para sahabat senior.<ref>{{Cite web|date=2021-10-31|title=Sejarah Penulisan Alquran di Masa Abu Bakar|url=https://republika.co.id/share/r1tcd2366|website=Republika Online|language=id|access-date=2024-01-27}}</ref>
 
Al-Qur’an telah menjelaskan sendiri bahwasanya isi dari Al-Qur’an itu adalah sebuah petunjuk; terkadang juga dapat berisi cerita mengenai kisah bersejarah, dan menekankan pentingnya nilai-nilai moral.{{sfn|Nasr|2003|p=42}}<ref>{{Cite quran|2|67|end=76|style=nosup}}</ref> Al-Qur’an juga digunakan bersama dengan ''[[hadis]]'' untuk menentukan hukum [[Syari'ah]] dan yurispridensiyurisprudensi Islam (''[[fiqih]]'').<ref>''Handbook of Islamic Marketing'', Page 38, G. Rice – 2011</ref> Saat akan melaksanakan [[Salat]], Al-Qur’an dibaca hanya dalam bahasa Arab saja.<ref>Literacy and Development: Ethnographic Perspectives – Page 193, Brian V Street – 2001</ref> Beberapa pakar Barat pun ada yang{{siapa}} mengapresiasi Al-Qur’an sebagai sebuah karya sastra [[bahasa Arab]] terbaik di dunia.<ref>Alan Jones, The Koran, London 1994, ISBN 1-84212-609-1, opening page.{{quote|"Its outstanding literary merit should also be noted: it is by far, the finest work of Arabic prose in existence."}}</ref><ref>Arthur Arberry, The Koran Interpreted, London 1956, ISBN 0-684-82507-4, p. 191.{{quote|“It may be affirmed that within the literature of the Arabs, wide and fecund as it is both in poetry and in elevated prose, there is nothing to compare with it.”}}</ref>
 
Seseorang yang menghafal isi Al-Qur'an disebut ''[[Hafiz]]''. Beberapa umat Muslim membacakan Al-Qur’an dengan [[tartil]].<ref>[https://tokohwanita.co.id/tartil-al-quran-juz-30-ibu-nyai-hannah-zamzami-lirboyo/ Tartil Juz 30], ''Tokoh Wanita''. Diakses 12 November 2022.</ref>{{vg}} Peraturan tata cara membaca Al-Qur'an yan baik dan benar disebut sebagai ''[[tajwid]]''. Saat bulan suci [[Ramadan]], biasanya umat Muslim melengkapi hafalan dan membaca Al-Qur’an mereka setelah melaksanakan salat ''[[tarawih]]''. Untuk memahami makna dari Al-Qur'an, umat Muslim perlu menggunakan rujukan yang disebut ''[[tafsir]]''.<ref>Apocalypse And/or Metamorphosis – Page 81, Norman Oliver Brown – 1991</ref>
Baris 36 ⟶ 35:
== Etimologi ==
[[Berkas:Iqra.jpg|thumb|200px|Wahyu pertama Muhammad, Surah Al-Alaq, kemudian ditempatkan ke-96 dalam urutan Al-Qur'an (dalam gaya penulisan saat ini).]]
Terdapat dua pendapat berbeda mengenai asal -usul nama Al-Qur'an, apakah kata {{nq|{{lang|ar|القرآن}}}} merupakan kata asli (''jamid'') atau [[derivasi]] (''musytaqq'').{{sfn|Ar-Rumi|2005|p=19}} [[Asy-Syafi'i]], di antara yang berpendapat pertama, mengatakan
 
<blockquote>Aku membaca (Al-Qur'an–ed.) di hadapan Ismail bin Qistintin, dan dia dulu biasa mengatakan, "'Al-Qur'an' itu adalah isim, bukan ''mahmūz'' dan tidak diambil dari kata {{nq|{{lang|ar|قرأت}}}} ''qara’ta'' ("kamu membaca"). Seandainya diambil dari kata ''qara’ta'', semua yang dibaca pasti menjadi qur'an. Itu adalah nama untuk Al-Qur'an semisal Taurat dan Injil. Kata ''qara’ta'' berhamzah, sedangkan kata Al-Qur'an tidak berhamzah. Pada ayat Al-Qur'an <span dir=rtl>[[Berkas:Ra bracket.png|12px|link=]]&nbsp;{{nq|{{lang|ar|وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْءَانَ}}}}&nbsp;[[Berkas:La bracket.png|12px|link=]]</span>,{{Cite Quran|begin=no|17|45}} kata ''qara’ta'' berhamzah, sedangkan kata Al-Qur'an tidak berhamzah.{{sfn|Ar-Rumi|2005|p=19-20}}</blockquote>
Baris 42 ⟶ 41:
Yang perlu menjadi catatan di sini adalah bahwa Riwayat yang dibaca Asy-Syafi'i adalah riwayat Ibnu Katsir yang membacanya {{nowrap|Al-Quran}}, tanpa hamzah.{{sfn|Az-Zarkasyi|1957|loc=I/278}} Pendapat ini dibantah dengan argumen bahwa pembacaan kata "Al-Qur'an" tanpa hamzah (menjadi ''al-Qurān''), seperti dalam [[#Qiraat|Qiraat]] Ibnu Katsir, termasuk dalam hukum ''takhfīf'' (peringanan cara membaca) dan ''naql'' (pemindahan harakat [[hamzah]] ke huruf bersukun sebelumnya).{{sfn|Ar-Rumi|2005|p=21}}
 
Yang berpendapat dengan pendapat kedua, ada yang menganggapnya ''musytaqq'' dari huruf {{lang|ar|ق-ر-ن}} ''q-r-n''. [[Abu al-Hasan al-Asy'ari]] mengatakan, "Kata itu ''musytaqq'' dari kata ''qarantu al-syay’ bil-syay’'', yang artinya aku menggabungkannya ke yang satunya. ... Dari kata ini juga, [[haji]] yang digabung dengan [[umrah]] dalam satu ihram disebut ''qiran''."{{sfn|Ar-Rumi|2005|p=20}} Adapun [[Abu Zakariya al-Farra']] mengatakan, "Kata itu ''musytaqq'' dari kata {{lang|ar|القرائن}} ''al-qarā’in'', bentuk jamak dari {{lang|ar|قرينة}} ''qarīnah'' ("indikator")."{{sfn|Ar-Rumi|2005|p=20}} [[Al-Qurtubi]] sependapat dengan al-Farra' dengan alasan bahwa ayat-ayat Al-Qur'an itu saling membenarkan satu sama lain dan saling mirip.{{sfn|Az-Zarkasyi|1957|loc=I/278}}
 
Yang juga berpendapat bahwa kata al-Qur'an itu ''isim musytaqq'', ada yang menganggapnya ''musytaqq'' dari huruf {{lang|ar|ق-ر-ء}} ''q-r-’''.{{sfn|Ar-Rumi|2005|p=20}} Ibnul Atsir mengatakan, "(Kata 'Al-Qur'an') adalah ''mashdar'' ([[Modus infinitif|bentuk kata infinitif]], dengan pola) seperti {{lang|ar|غفران}} ''gufrān'' dan {{lang|ar|كفران}} ''kufrān''."{{sfn|Ar-Rumi|2005|p=21}} Kata ''qara’a'' sendiri dapat bermakna ''membaca'' atau bermakna ''mengumpulkan''.{{efn|Suatu kata dalam bahasa Arab bisa memiliki lebih dari satu makna. Dalam kasus ini, {{lang|ar|قرأ}} (''{{transl|ar|qara’a}}'') memiliki makna {{lang|ar|جمع}} (''{{transl|ar|jama'a}}'', mengumpulkan) dan {{lang|ar|تلا}} (''talā'', membaca). Dari kata {{lang|ar|قرأ}} diambil kata lain: {{lang|ar|القرية}} (''{{transl|ar|al-qaryah}}''), yang berarti ''desa'' karena di desa terkumpul keluarga-keluarga.}} Di antara yang berpendapat maknanya "mengumpulkan" adalah az-Zujjaj. Sementara itu, al-Lihyani menggunakan firman Allah, {{teks quran|75|17|18}} "Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu"{{Cite Quran|begin=no|75|17-18}} sebagai dalil bahwa makna "Al-Qur'an" bukan "mengumpulkan,", tetapi "membaca", karena penggunakanpenggunaan kata sambung "dan" mengharuskan adanya pergantian kata.{{sfnm|1a1=Ar-Rumi|1y=2005|1p=20|2a1=Az-Zarkasyi|2y=1957|2loc=I/277}} Jika al-Qur'an berasal dari kata ''qara’a'' yang bermakna ''membaca'', maka al-Qur'an berarti ''bacaan'', sedangkan jika bermakna ''mengumpulkan'', maka al-Qur'an berarti ''kumpulan'', karena AlquranAl-Qur'an itu berisi kumpulan kisah-kisah dan hukum.{{sfn|Al-Utsaimin|2001|p=3}}
 
== Mui ==
Baris 63 ⟶ 62:
{{quote|''"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Rasul {{saw}} penutup para [[nabi]] dan [[rasul]], dengan perantaraan [[Malaikat Jibril]] dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara [[mutawatir]], serta membaca dan mempelajarinya merupakan [[ibadah]], yang dimulai dengan surah [[Al-Fatihah]] dan ditutup dengan surah [[An-Nas]]"''}}
 
Pendekatan dari beragam disiplin ilmu menghasilkan beragam definisi yang menyoroti aspek-aspek istimewa dari Al-Qur'an.{{sfnm|1a1=Wahb|1y=2022|2a1=Ar-Rumi|2y=2005|2p=23}} Berbagai definisi secara istilah yang ada memiliki kesamaan maksud, yaitu wahtuwahyu Tuhan yang ditularkan turun-temurun sampai zaman kita, baik secara lisan, maupun tulisan.{{sfn|Wahb|2022}} [[Al-Qaththan]] mendefinisikan alAl-Qur'an sebagai "firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad yang dapat menjadi sarana ibadah dengan membacanya."{{sfn|Al-Qaththan|2002|p=16}}
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Sana'a1 Stanford '07 recto.jpg|thumb|180px|Manuskrip Sana'a, halaman kanan manuskrip biner Stanford '07. Lapisan atas adalah ayat 265-271 Surah Baqarah. Lapisan ganda mengungkapkan penambahan yang dibuat pada naskah pertama Al-Qur'an dan perbedaannya dengan Al-Qur'an hari ini.]]
Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif, dan tidak memihak.<ref>Rahman, A., (2007), ''Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran: Rujukan Terlengkap Isyarat-Isyarat Ilmiah dalam Al-Quran'', (terj.), Bandung: Penerbit Mizania, ISBN 979-8394-43-7</ref> Dengan demikian tradisi sains [[Islam]] sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat [[Muslim]] mampu membuat [[sistematika]] penulisan [[sejarah]] yang lebih mendekati landasan penanggalan [[astronomis]].<ref>{{Cite web|title=SINDOnews {{!}} Al-Qur'an Digital 30 Juz|url=https://kalam.sindonews.com/quran|website=SINDOnews.com|language=id-ID|access-date=2023-03-10}}</ref>
 
=== Sejarah pewahyuan ===
Baris 75 ⟶ 74:
=== Pengumpulan dan penulisan Al-Qur'an ===
{{utama|Sejarah Al-Qur'an}}
Penulisan ayat-ayat al-Qur'an dilakukan serta diselesaikan pada masa Muhammad yang merupakan seorang Arab,<ref>Surah Fussilat: 44</ref><ref>Surah Al-Hijr: 97, Luqman: 23, Muhammad: 2-3, Furqan: 30-31, Al-'Ankabut: 48-49, Al-A'raf: 2</ref><ref>Surah Al-Qiyamah: 16-19</ref> sementara pertanggungjawaban isi Al-Qur'an berada pada Allah, sebab kemurnian dan keaslian Al-Qur'an dijamin oleh Allah.<ref>Surah Ar-Ra'd: 19, Hud: 1, Al-Hijr: 1, Az-Zumar: 1, Ghaafir: 2, Al-Ahqaf: 2, Al-Hijr: 9</ref> Sementara itu sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa transformasi alAl-Qur'an menjadi teks saat ini tidak diselesaikan pada zaman Muhammad, melainkan proses penyusunan Al-Qur'an berlangsung dalam jangka waktu lama sejak masa [[Khulafaur Rasyidin]] hingga masa [[Utsman bin Affan]].
 
==== Masa Muhammad====
Menurut riwayat para ahli tafsir,{{siapa}} ketika [[Muhammad]] masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menulis Al-Qur'an yakni [[Zaid bin Tsabit]], [[Ali bin Abi Talib]], [[Muawiyah bin Abu Sufyan|Muawiyah bin Abu Sufyan,]] dan [[Ubay bin Kaab]].{{sfn|Tabatabi|1987}} Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.<ref>{{Cite web|last=Rakhmani|first=Amalina|date=2022-09-22|title=Muadz Bin Jabal, 1 dari 6 Sahabat Nabi yang Hafal Quran pada Masa Nabi|url=https://chanelmuslim.com/kisah/muadz-bin-jabal-1-dari-6-sahabat-nabi-yang-hafal-quran-pada-masa-nabi|website=Chanelmuslim.com|language=id|access-date=2023-10-07}}</ref>
[[Berkas:AndalusQuran.JPG|jmpl|ka|200px|Manuskrip dari [[Al-Andalus]] tahun 494 Hijriyah.]]
 
Baris 87 ⟶ 86:
 
===== Pemerintahan Utsman bin Affan =====
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni [[Utsman bin Affan]], terdapat keragaman dalam cara pembacaan alAl-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan [[dialek]] (''lahjah'') antar sukuantarsuku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (''rasam'') Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.{{cn}}
 
Mengutip hadis riwayat [[Abu Dawud]] dalam ''Al-Mashahif'', dengan sanad yang shahih:{{cn}}
{{cquote|''Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al-Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."''}}
 
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam ''Mahabits fi 'Ulum Al-Qur'an'', keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraisy, yaitu [[Abdullah bin az-Zubair]], [[Sa'id bin al-Ash]], dan [[Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam]]. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraisy tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al-Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Namun, terdapat keterangan bahwa dialek bahasa yang dipergunakan di Al-Qur'an merupakan dialek Arab murni.<ref>Surah An-Nahl: 103, Al-Qalam: 35-40</ref>{{fv}}
 
Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, Utsman mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Makkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan Madinah (mushaf al-Imam).{{cn}}
Baris 102 ⟶ 101:
{{utama|Tajwid}}
 
Pembacaan AlquranAl-Qur'an dengan pelafalan yang benar adalah kewajiban yang telah dikenal di kalangan muslim.{{sfn|Wahb|2022}} Kewajiban ini disebutkan dengan perintah jelas di dalam AlquranAl-Qur'an, "Dan bacalah Al-Qur`ān itu dengan perlahan-lahan."{{cite quran|73|4}}{{sfn|Wahb|2022}}
 
== Struktur ==
{{Main|Surah|Makkiyah|Madaniyah}}
 
Al-Qur'an terdiri atas 114 surah, 30 ''juz'', dan 62386.238 ayat menurut riwayat Hafsh,<ref name="hafsh">{{ar}} ''Mushaf al-Madinah an-Nabawiyah (bi-Riwayah Hafsh)''. Madinah: Mujamma' al-Malik Fahd li-Thiba'ah al-Mushaf asy-Syarif. Halaman Ba'.</ref> 62626.262 ayat menurut riwayat ad-Dur, atau 62146.214 ayat menurut riwayat Warsy.<ref>{{ar}} ''Mushaf al-Madinah an-Nabawiyah bi-Riwayah ad-Durr 'an Abi Amr al-Bashri''. Madinah: Mujamma' al-Malik Fahd li-Thiba'ah al-Mushaf asy-Syarif. Halaman Jim.</ref><ref>Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthy (849-911 H), al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an an-Nau’ at-tasi’ ‘asyar ‘adad suwar wa ayat wa kalimat wa huruf Al-Qur’an.</ref> Secara umum, Al-Qur'an terbagi menjadi 30 bagian yang dikenal dengan nama ''juz''. Pembagian ''juz'' memudahkan mereka yang ingin menuntaskan pembacaan Al-Qur'an dalam kurun waktu 30 hari. Terdapat pembagian lain yang disebut ''manzil'', yang membagi Al-Qur'an menjadi 7 bagian.
 
=== Surah ===
Baris 115 ⟶ 114:
[[Berkas:'The Visit of the Queen of Sheba to King Solomon', oil on canvas painting by Edward Poynter, 1890, Art Gallery of New South Wales.jpg|thumb|200px|Kunjungan [[Ratu Syeba]] ke Raja [[Salomo]]. Edward Poynter, 1890. Menurut Taurat, tujuh ratus istri dan tiga ratus selir menyesatkannya di masa tuanya dan menyuruhnya menyembah berhala. Salomo masuk Al-Qur'an sebagai nabi-raja yang memerintah manusia, jin dan alam.]]
 
Lafadz ''Bismillahirahmanirrahim'' ('''بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ''') merupakan ciri di hampir seluruh pembuka surah di Al-Qur'an selain Surah At-Taubah. Walaupun demikian, terdapat 114 lafadz ''Bismillahirahmanirrahim'' yang setara dengan jumlah 114 surah dalam Al-QuranQur'an, oleh sebab lafadzlafaz ini disebut dua kali dalam [[Surah An-Naml]]<ref>https://kalam.sindonews.com/surah/27/an-naml</ref>, yakni pada bagian pembuka surah serta pada ayat ke-30 yang berkaitan dengan sebuah surat dari [[Sulaiman]] kepada [[ratu Sheba]].
 
==== Makkiyah dan Madaniyah ====
Menurut tempat diturunkannya, surah-surah dapat dibagi atas golongan [[Makkiyah]] (surah [[Mekkah|Makkah]]) dan golongan [[Madaniyah|Madaniyyah]] (surah [[Madinah]]).<ref>A. Rippin, ''Bulletin of the School of Oriental and African Studies'', University of London, Vol. 45, No. 1. (1982), pp. 149-150.</ref> Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu yang diperkirakan terjadi penurunan surah maupun ayat tertentu, di mana surah-surah yang turun sebelum Muhammad beremigrasi ([[hijrah]]) ke [[Madinah]] digolongkan sebagai surah Makkiyah sementara surah-surah yang turun setelahnya tergolong sebagai surah MadaniyahMadaniyyah.{{cn}}
 
Surah yang turun di Makkah pada umumnya surah-surah dengan jumlah ayat yang sedikit, berisi prinsip-prinsip keimanan dan akhlaqakhlak, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan surah-surah yang turun di Madinah pada umumnya memiliki jumlah ayat yang banyak, berisi peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan, ataupun seseorang dengan lainnya (syari'ah) maupun pembahasan-pembahasan lain. Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini dianggap lebih tepat, sebab terdapat surah MadaniyahMadaniyyah yang turun di Makkah.<ref>Abu Ishaq Ibrahim bin Musa asy-Syatiby, Al-Muwafaqat, Kitab al-Ijtihad al-masalah ar-rabi’ah ‘asyarah tharf al-ijtihad al-khash bi al-’ulama wa al-’am bi al-mukallafin –at-Takallum ‘an ahwal at-Tasyri’ wa al-bad al-makkiy wa usul al-’amah-, Dar Ibnu Qayyim/ Dar Ibnu ‘Affan, 1424/ 2003</ref>
 
==== Penggolongan menurut jumlah ayat ====
Baris 141 ⟶ 140:
 
=== Terjemahan ===
Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal terhadap teks bahasa Arab Al-Qur'an tanpa disertai dengan usaha interpretasi lebih jauh. Al-Qur'an menggunakan suatu lafazhlafaz dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; kadang-kadang untuk arti hakiki, kadang-kadang pula untuk arti ''majazi'' (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.
 
Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia:
Baris 169 ⟶ 168:
[[Berkas:Alexander-Coin.jpg|thumb|left|150px|Koin yang menggambarkan [[Alexander Agung]] sebagai penakluk Mesir dengan tanduk [[Amun]] di kepalanya. Alexander dianggap sebagai putra dewa Amon berkepala domba jantan di Mesir. Menurut mayoritas komentator Qur'an, [[Żul Qarnain]] adalah Alexander.<ref>[http://turkoloji.cu.edu.tr/mine_mengi_sempozyum/ismail_avci_iskenderi_zulkarneyn_ve_hizir.pdf Dzul Karnayn] ({{pdf}}) and [[Aleksander Agung|Alexander the Great]] in Quran view, ''turkoloju.cu.edu''. {{In lang|en}}.</ref>]]
 
Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak masa [[Muhammad]], saat itu para sahabat dapat menanyakan kepadanya jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian setelah kematian Muhammad hingga saat ini, usaha menggali lebih dalam ayat-ayat al-Qur'an terus berlanjut. Metodologi yang umum digunakan para ''mufassirin'' berupa metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayatantarayat, dan dengan mengetahui ''asbabu nuzul-'' nya al qurAl-Qur'an, itu adalah salah satu cara untuk menafsirkan al qurAl-Qur'an.<ref>Ismail al-Faruqi dalam The Cultural Atlas of Islam (Atlas Budaya Islam) menjelaskan, "tidak mungkin seseorang bisa memahami ayat Alquran tanpa mengetahui sebab-sebab turunnya ayat Alquran, suatu hal yang mustahil untuk memahami suatu ayat tanpa mengetahui latar belakang dan konteks historis ayat tersebut, kapan turunnya, dan bagaimana keadaan waktu itu.”</ref>
 
Corak penafsiran yang dihasilkan berupa tafsir bercorak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat, teologis bahkan ilmiah. Akan tetapi, adanya berbagai ayat Al-Qur'an yang masih misterius bagi para ahli tafsir, membuktikan bahwa pengetahuan dan ilmu manusia yang terbatas tidak sanggup menandingi sebuah Kitab berasal dari Ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu.<ref>Surah At-Talaq: 12, Ta Ha: 98, Al-An'am: 80</ref> Serta terdapat keterangan bahwa inti ajaran Al-Qur'an adalah bagian-bagian tersurat yang mudah dipahami (''muhkamat''), sedangkan bagian-bagian tersirat yang rumit (''mutasyahabihat'') berada dalam Ilmu Allah.<ref>Surah Ali-Imran: 7, Al-Mudassir: 30-31</ref>
Baris 179 ⟶ 178:
 
* Pendapat pertama
Pendapat kelompok pertama meyakini seseorang diharuskan berwudhu sebelum menyentuh sebuah mushaf alAl-Qur'an. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari [[surah al-Waqi'ah]] di atas. Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al-Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang [[suci]]. Berdasarkan [[hukum]] pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan [[hukuman mati]].
 
* Pendapat kedua
Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud oleh surah al-Waqi'ah di atas ialah: "Tidak ada yang dapat menyentuh Al-Qur'an yang ada di [[Lauhulmahfuz]] sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para Malaikat yang telah disucikan oleh Allah." Pendapat ini adalah tafsir dari [[Ibnu Abbas]] dan lain-lain sebagaimana telah diterangkan oleh [[Al-Hafidzh Ibnu Katsir]] di tafsirnya. Bukanlah yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang Al-Qur'an kecuali orang yang bersih dari hadatshadas besar dan hadatshadas kecil.
 
Pendapat kedua ini menyatakan bahwa apabila memang benar demikian maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi: Tidak ada yang menyentuh Al-Qur'an kecuali mereka yang suci (bersih), yakni dengan bentuk ''faa'il'' (subjek/pelaku) bukan ''maf'ul'' (objek). Kenyataannya Allah berfirman: "Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur'an) kecuali mereka yang telah disucikan", yakni dengan bentuk ''maf'ul'' (objek) bukan sebagai ''faa'il'' (subjek).
 
"Tidak ada yang menyentuh Al-Qur'an kecuali orang yang suci."<ref>Shahih riwayat Daruquthni dari jalan Amr bin Hazm, dan dari jalan Hakim bin Hizaam diriwayatkan oleh Daruquthni, Hakim, Thabrani di kitabnya Mu'jam Kabir dan Mu'jam Ausath dan lain-lain, dan dari jalan Ibnu Umar diriwayatkan oleh Daruquthni dan lain-lain, dan dari jalan Utsman bin Abil Aash diriwayatkan oleh Thabrani di Mu'jam Kabir dan lain-lain. Irwaa-ul Ghalil no. 122 oleh Syaikhul Imam Al-Albani. Dia telah mentakhrij hadis di atas dan menyatakannya shahih.</ref> Yang dimaksud oleh hadis di atas ialah: Tidak ada yang menyentuh Al-Qur'an kecuali orang mu'minmukmin, karena orang mu'minmukmin itu suci tidak najis sebagaimana hadis Muhammad dalam Shahih riwayat [[Imam Bukhari|Bukhari]], [[Imam Muslim|Muslim]], [[Imam Abu Dawud|Abu Dawud]], [[at-Tirmidzi]], [[an-Nasa'i]], [[Ibnu Majah]], [[Ahmad bin Hambal|Ahmad bin Hanbal]], dan lain-lain dari jalur [[Abu Hurairah]],
<blockquote>"Rasulullah {{saw}} pernah menjumpaiku di salah satu jalan dari jalan-jalan yang ada di Madinah, sedangkan aku dalam keadaan junub, lalu aku menyingkir pergi dan segera aku mandi kemudian aku datang (menemui dia), lalu dia bersabda, "Kemana engkau tadi wahai Abu Hurairah?" Jawabku, "Aku tadi dalam keadaan junub, maka aku tidak suka duduk bersamamu dalam keadaan tidak bersih (suci)". Maka dia bersabda, "Subhanallah! Sesungguhnya orang mu'min itu tidak najis". (Dalam riwayat yang lain dia bersabda, "Sesungguhnya orang muslim itu tidak najis").</blockquote>
== Keutamaan Membaca Al-Qur'an ==
Berikut ini adalah pahala atau manfaat yang didapatkan dari membaca Al-quran menurut hadis:
* Al-Qur’an akan menjadi syafaat atau penolong di hari kiamat untuk para pembacanya.<ref>[https://ilmuislam.id/hadits/7603/hadits-ahmad-nomor-21126 Ilmuislam: Hadits Ahmad Nomor 21126]</ref>
* Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka kelak ia akan bersama para malaikat.<ref>[https://ilmuislam.id/hadits/18189/hadits-darimi-nomor-3234 Ilmuislam: Hadits Darimi Nomor 3234]
</ref>
 
== Hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab lain ==
{{Main|Hubungan Al-Qur'an dengan kitab lain}}
 
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum [[Muhammad]] yaitu Suhuf Ibrahim, [[Taurat]], [[Zabur]], dan [[Injil]], Di antara kitab-kitab suci tersebut, Allah secara khusus menyebut kedudukan "al-Kitab yang diberikan kepada Musa" memiliki kaitan paling erat dengan Al-Qur'an.<ref>Surah Al-Ahqaf:12, Al-Ahqaf: 30, Al-An'aam: 91-92, Al-Qasas: 44-50</ref> Terdapat berbagai ayat di alAl-Qur'an tentang penegasan kedudukan terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut adalah beberapa pernyataan Al-Qur'an, mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
* Bahwasanya Al-Qur'an menuntut kepercayaan umat [[Islam]] terhadap kebenaran kitab Al-Qur'an tersebut.<ref>"...dan mereka yang beriman kepada Al-Qur'an yang telah diturunkan kepadamu tidak Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya Akhirat. (Surah Al-Baqarah 2:4)</ref><ref>Surah Al-An'aam: 157</ref>
* Bahwasanya Al-Qur'an diposisikan sebagai penggenapan dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya.<ref>"...dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran yang sebenarnya, menggenapi apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang sesungguhnya yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Allah berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu Dia beritahukan kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu," (Al-Mā'idah 5:48)</ref>
Baris 269 ⟶ 263:
* Stowasser, Barbara Freyer. ''Women in the Qur'an, Traditions and Interpretation'', Oxford University Press; Reprint edition (1 June 1996), ISBN 978-0-19-511148-4
* Gibson, Dan (2011). ''Qur'anic Geography: A Survey and Evaluation of the Geographical References in the Qur'an with Suggested Solutions for Various Problems and Issues''. Independent Scholars Press, Canada. ISBN 978-0-9733642-8-6.
* {{Cite book| publisher = Cambridge University Press| isbn = 978-0-521-36470-6| last = McAuliffe| first = Jane Dammen| title = Qurʼānic Christians : an analysis of classical and modern exegesis| url = https://archive.org/details/quranicchristian0000mcau| location = New York| year = 1991| authorlink=Jane Dammen McAuliffe}}
* {{cite book |last1=Siljander |first1=Mark D. |first2=John David |last2=Mann |title=A Deadly Misunderstanding: a Congressman's Quest to Bridge the Muslim-Christian Divide |url=https://archive.org/details/deadlymisunderst0000silj |location= New York |publisher=Harper One |year=2008 |isbn=9780061438288}}