Khadijah binti Khuwailid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wadaihangit (bicara | kontrib) melengkapi halaman dengan foto dan infobox #WPWP |
k Bot: tetapi (di awal kalimat) → namun |
||
Baris 20:
Lamaran dari Khadijah kepada Rasulullah s.a.w . Muhammad Al-Amiin muncul di rumah Khadijah. Wanita usahawan itu Khadijah r.a. berkata: “Hai Al-Amiin, katakanlah apa keperluanmu!” (Suaranya ramah, bernada dermawan. Dengan sikap merendahkan diri tetapi tahu harga dirinya)
Muhammad SAW berbicara lurus, terus terang, meskipun agak malu-malu tetapi pasti. Muhammad SAW: “Kami sekeluarga memerlukan nafkah dari bagianku dalam rombongan niaga. Keluarga kami amat memerlukannya untuk mencarikan jodoh bagi anak saudaranya yang yatim piatu” (Kepalanya tertunduk, dan wanita hartawan itu memandangnya dengan penuh ketakjuban). Khadijah: ''Oh, itukah…. Muhammad, upah itu sedikit, tidak menghasilkan apa-apa bagimu untuk menutupi keperluan yang engkau maksudkan.
''Kepadanyalah aku hendak membawamu''. khadijah (Khadijah tertunduk lalu melanjutkan): ''Tetapi sayang, ada aibnya…! Dia dahulu sudah pernah bersuami. Kalau engkau mau, maka dia akan menjadi pengkhidmat dan pengabdi kepadamu''. Pemuda Al-Amiin tidak menjawab. Mereka sama-sama terdiam, sama-sama terpaku dalam pemikirannya masing-masing. Yang satu memerlukan jawaban, yang lainnya tak tahu apa yang mau dijawab. Khadijah r.a tak dapat mengetahui apa yang terpendam di hati pemuda Bani Hasyim itu, pemuda yang terkenal dengan gelaran Al-Amiin (jujur). Pemuda Al-Amiin itupun mungkin belum mengetahui siapa kira-kira calon yang dimaksud oleh Khadijah r.a. Rasulullah SAW minta izin untuk pulang tanpa sesuatu keputusan yang ditinggalkan.
Baris 36:
Nafisah: ''Khadijah!'' Nafisah berterus terang. ''Asalkan engkau bersedia, sempurnalah segalanya. Urusannya serahkan kepadaku!'' Usaha Nafisah berhasil. Ia meninggalkan putera utama Bani Hasyim dan langsung menemui Khadijah (r.a), menceritakan kesediaan Muhammad Saw. Setelah Muhammad Saw menerima pemberitahuan dari saudara-saudaranya tentang hasil pertemuan dengan Khadijah (r.a), maka baginda tidak keberatan mendapatkan seorang janda yang usianya lima belas tahun lebih tua daripadanya. Betapa tidak setuju, apakah yang kurang pada Khadijah? Ia wanita bangsawan, cantik, hartawan, budiman.
Dan yang utama karena hatinya telah dibukakan Tuhan untuk mencintainya, telah ditakdirkan akan dijodohkan dengannya. Kalau dikatakan janda, biarlah! Ia memang janda umur empat puluh, tetapi janda yang masih segar, bertubuh ramping, berkulit putih dan bermata jeli. Maka diadakanlah majlis yang penuh keindahan itu. Hadir Waraqah bin Naufal dan beberapa orang-orang terkemuka Arab yang sengaja dijemput. Abu Thalib dengan resmi meminang Khadijah r.a kepada saudara sepupunya. Orang tua bijaksana itu setuju.
Waraqah berujar:''Benar katamu, Khadijah, hanya saja ia tak berharta''.
|