Perang Siak–Pelalawan (1806-1811): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dappitsberg (bicara | kontrib) ←Membuat halaman berisi ''''Perang Siak-Pelalawan''' terjadi karena Siak ingin memperluas daerah kekuasaannya di pulau Sumatera {{Infobox military conflict | date = 1806-1811 | place = Sumatera, Indonesia | result = Kemenangan mutlak Siak | territory = Pelalawan,Asahan,Deli,Langkat,Temiang,Badagai,dan lainnya menjadi wilayah Kesultanan Siak | combatants_header = | combatant1 = Kesultanan Siak | combatant2 = Kesultanan Pelalawan | comman...' Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi |
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Referensi sebelum tanda baca) |
||
(11 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Perang
{{Infobox military conflict
| conflict = Perang Siak–Pelalawan
| date = 1806-1811
| place = [[Sumatera]], [[Indonesia]]
| result = Kemenangan
| territory = [[Keresidenan Sumatera Timur|Sumatera Timur]]{{efn|group=infobox|[[Pelalawan]], [[Asahan]], [[Deli]], [[Langkat]], [[Temiang]], [[Badagai]], dan lainnya}} menjadi wilayah [[Kesultanan Siak]]
| combatants_header =
| combatant1 = [[Berkas:Flag_of_Sultanate_of_Siak_Sri_Indrapura.svg|22x20px]] [[Kesultanan Siak]]
| combatant2 = [[Berkas:Bendera Kesultanan Pelalawan.png|25px]] [[Kesultanan Pelalawan]]
| commander1 = [[Berkas:Flag_of_Sultanate_of_Siak_Sri_Indrapura.svg|22x20px]] [[Sayyid Usman Syahabuddin]]<br/ >[[Berkas:Flag_of_Sultanate_of_Siak_Sri_Indrapura.svg|22x20px]] [[Sultan Syarif Ali dari Siak]]
| commander2 = [[Berkas:Bendera Kesultanan Pelalawan.png|25px]] [[Syarif Abdurrahman dari Pelalawan]]<br/ >[[Berkas:Bendera Kesultanan Pelalawan.png|25px]] Maharaja Dinda II
}}
== Latar belakang ==
Dalam memperluas kekuasaannya, Kerajaan [[Siak Sri Indrapura]] menjadikan [[Kesultanan Pelalawan]] sebagai daerah sasaran untuk di taklukkan,dikarenakan wilayah [[pelalawan]] merupakan daerah penting bagi [[siak]], dari aspek wilayah yang berdekatan serta perlunya kekuatan pertahanan dari arah selatan juga karena keingininan [[Kesultanan Siak]] yang sudah lama ingin menguasai [[Kesultanan Pelalawan]].<ref>D. Desi Purnama Sari, "Pemerintahan Sultan Syarif Harun di Kerajaan Pelalawan tahun 1940-1945," J. Ilmu Pengetah. Sos. Univ. Riau, 2013</ref>
Namun tawaran tersebut ditolak oleh Raja Pelalawan yakni Maharaja Dinda II, dikarenakan [[Kesultanan Pelalawan]] tetap pada pendiriannya yakni setelah terjadinya peristiwa berdarah yakni peristiwa ketika [[Sultan Mahmud Syah I]] dibunuh oleh [[Megat Sri Rama]] dan Datuk Bendahara naik sebagai sultan, tepat saat itu pula [[Kesultanan Pelalawan]] melepaskan diri, tak hanya itu, Pelalawan juga merasa tidak senang dengan politik dari [[Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah]] yang pada saat itu memerintah Kerajaan Melayu Riau-Johor (1722-1759M) yakni dengan merangkul bangsawan-bangsawan bugis yang menyebabkan berdirinya dinasti raja-raja di Selangor. Jalannya Perang antara [[Kerajaan Siak]] dan [[Kesultanan Pelalawan]]
== Penyerangan ke Pelalawan ==
penyerangan yakni berkisar pada tahun 1806, yang dimana pasukan.[[Kesultanan Siak Sri Indrapura]] dipimpin oleh [[Sayyid Usman Syahabuddin]]. Di sisi lain, [[Kesultanan Pelalawan]] juga telah bersiap-siap di benteng pertahanan [[pelalawan]] yang terkuat yakni di [[Kuala Mempusun]] tepat di hilir pelalawan, yang mana benteng pertahanan di [[mempusun]] telah dilengkapi dengan meriam, serta diatas [[sungai Kampar]], telah dilintangi batang-batang kayu yang diikat dengan rantai besi, disusun dari seberang sungai, dengan begitu perahu-perahu dan juga sampan terhalang mudik ke hulu.<ref>U. A. Ahmad Yusuf, Sejarah Kerajaan Pelalawan. Pekanbaru: Pemerintah Provinsi Riau, 1995</ref> Penyerangan terhadap [[Kesultanan Pelalawan]] dilakukan melalui [[Kuala Kampar]], namun serangan ini dapat dipatahkan oleh Pasukan Perang [[Kesultanan Pelalawan]], dan memukul mundur pasukan perang [[Kesultanan Siak]] sehingga menyebabkan kapal mereka tenggelam di sungai Kampar dan [[Sayyid Usman Syahabuddin]] serta pasukannya pun kembali ke [[Siak]].
Salah satu kapal pasukan [[Kesultanan Siak]] yang turut tenggelam yakni kapal yang dipakai oleh [[Sayyid Usman Syahabuddin]] yang bernama kapal "Beram" sering pula disebut kapal Baheram, tempat tenggelamnya kapal beram ini diabadikan penduduk sekitar dengan nama "Teluk Beram". Dengan kembalinya [[Sayyid Usman Syahabuddin]] Ke Siak, untuk sementara penyerangan terhadap [[Kesultanan Pelalawan]] pun dihentikan, namun walaupun penyerangan tersebut dihentikan usaha [[Kerajaan Siak]] untuk menaklukkan [[Kesultanan Pelalawan]] tetaplah ada. Setelah kembalinya Pasukan Siak, dan Kerajaan [[Pelalawan]] mendapat kemenangan dalam peperangan tersebut.<ref>T. D. Assegaf, Tenggelamnya Armada Beram. Pelalawan: Kabupaten Pelalawan, 1995.</ref>
Pada masa pemerintahan Sultan Tengku Syarif Ali (Sultan Assaidis Assyarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (1784-1810) ini lah dapat dikatakan bahwa kesultanan Siak telah berhasil menjadi sebuah pusat kekuasaan yang kuat. Dan pada masa ini pula kekuasaan kesultanan Siak tidak saja meliputi seluruh wilayah [[Riau]] daratan dan [[Pelalawan]] (termasuk daerah pedalaman wilayah orang Kubu) tetapi juga wilayah Asahan, Deli, Langkat, Temiang, Badagai, dan lainnya, maka dapat pula dikatakan kekuasaan [[kesultanan Siak Sri Indrapura]] juga meliputi wilayah Melayu di [[Sumatra Timur]] dan bagian Selatan [[Aceh]]. Tepat pada saat inilah masa kebesaran politik dialami oleh Kesultanan Siak Sri Indrapura<ref>D. M. Sari, "Citra Kabupaten Siak dalam Arsip," Jakarta Arsi Nas. Republik Indonesia 2019.</ref>
== Penyerangan ke Sambas ==
{{main|Perang Siak-Sambas}}
Di samping itu, [[Sultan Syarif Ali]] juga memimpin penyerangan ke [[Kesultanan Sambas]] di [[Kalimantan Barat]] dan berhasil menaklukkan ibukotanya tetapi tidak diduduki untuk waktu yang lama. Sebagai bukti penaklukan tersebut, di [[Sambas]] sekarang masih ditemukan sebuah perkampungan yang bernama Kampung Siak. Selain itu, di Siak terdapat barang-barang yang dibawa dari Sambas seperti piring-piring, senjata dan lain-lain. Ditemukan juga bahwa ada kesamaan antaran Tenunan Siak dengan Sambas. Semenjak itu, Sambas membayar upeti tahunan kepada Siak berupa bunga perak<ref>Muchtar Luthfi, Sejarah Riau, Percetakan Riau - Pekanbaru (1977), pp. 251-253.</ref>
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{notelist}}
*
*
*
[[Kategori:Sejarah Nusantara]]
|