Suku Tanjung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(67 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''
== Sejarah ==
[[Berkas:Minangkabau royal seal.jpg|thumb|left|Cap Mohor]]
Suku Tanjuang merupakan salah satu suku
Menurut [[Tambo Minangkabau|tambo adat Minangkabau]], suku Tanjuang berasal dari [[Luhak Nan Tigo]] (Minangkabau daratan) dan merupakan salah satu suku yang terbesar di Minangkabau.<ref>Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau & Merantau dalam Perspektif Sejarah, Balai Pustaka, Jakarta</ref>. Selain itu, suku Tanjuang merupakan pecahan dari [[suku Piliang]], yang ini berarti jelas suku Tanjuang beserta adatnya merupakan bagian dari [[Lareh Koto Piliang]] dengan prinsipnya yaitu "bajanjang naiak, batanggo turun", seperti halnya suku-suku awalnya dari ''lareh'' ini yaitu [[suku Koto]] dan juga [[suku Piliang]] yang merupakan suku induknya.
[[Berkas:Rumah_Gadang_Baanjuang_Tanjung_Raya.jpg|thumb|right|150px|Rumah gadang baanjuang Tanjung Raya]]
Sama dengan suku-suku lain di Minangkabau, suku Tanjuang adalah penganut sistem kekerabatan [[matrilineal]] yang merupakan salah satu aspek utama dalam mendefinisikan identitas masyarakat Minang<ref>{{Cite journal|last=Yulianti|first=Yulianti|last2=Syahir Muharam|first2=Amung Ahmad|last3=Lestari|first3=Fathia|date=2020-07-30|title=Undang-Undang Sumatera Barat (Minangkabau) Tahun 1837-1862|url=http://dx.doi.org/10.15575/hm.v4i1.9185|journal=Historia Madania: Jurnal Ilmu Sejarah|volume=4|issue=1|pages=31–60|doi=10.15575/hm.v4i1.9185|issn=2723-4185}}</ref>. Adat dan budaya mereka menempatkan pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan<ref>{{Cite journal|last=Yanti|first=Wira|date=2014-07-01|title=Memahami Peranan Perempuan Suku Minang Perantauan dalam Menjaga dan Meneruskan Komunikasi Budaya Matrilineal|url=http://dx.doi.org/10.26623/themessenger.v6i2.191|journal=Jurnal The Messenger|volume=6|issue=2|pages=29|doi=10.26623/themessenger.v6i2.191|issn=2527-2810}}</ref>. Garis keturunan dirujuk kepada [[ibu]] yang dikenal dengan ''samande'' (se-ibu), sedangkan [[ayah]] mereka disebut oleh masyarakat dengan nama ''sumando'' ([[ipar]]) dan diperlakukan sebagai [[tamu]] dalam keluarga. Salah satu ciri matrilineal Minangkabau adalah garis keturunan yang ditarik berdasarkan garis ibu, yang secara lebih luas kemudian membentuk kelompok kaum (''lineages'') dan suku (''clans''), dan penguasaan harta pusaka ada di tangan kaum ibu yang dipimpin oleh seorang wanita senior yang disebut bundo kanduang.<ref>{{Cite journal|last=Arifin|first=Zainal|date=2013|title=Bundo Kanduang: (hanya) Pemimpin di Rumah (Gadang)|url=http://journal.ui.ac.id/index.php/jai/article/view/3968/3092|journal=Indonesian Journal of Social and Cultural Anthropology|volume=34|issue=2|pages=124|doi=https://doi/org/10.7454/ai.v34i2.3968|access-date=2022-02-05|archive-date=2022-06-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20220601190535/http://journal.ui.ac.id/index.php/jai/article/view/3968/3092|dead-url=yes}}</ref>
== Persebaran ==
Baris 14 ⟶ 15:
Suku ini juga menyebar ke berbagai wilayah rantau dan pesisir. Berdasarkan ruang geografis etnisitas yang disusun oleh Collet (1925), Cunningham (1958), Reid (1979) dan Sibeth (1991), di pesisir barat Sumatera Utara terdapat kelompok masyarakat yang bukan merupakan bagian dari etnis Batak<ref>{{Cite journal|last=Perret|first=Daniel|date=1995|title=Kolonialisme dan Etnisitas, Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut, École Franc̦aise d'Extrême-Orient|journal=École Franc̦aise d'Extrême-Orient}}</ref>. Kelompok ini merupakan para perantau dari Minangkabau yang telah bermigrasi ke pesisir barat Tapanuli sejak berabad-abad lalu<ref>{{Cite book|last=Drakard|first=Jane|title=A Malay Frontier: Unity and Duality in a Sumatran Kingdom|publisher=A Malay Frontier|url-status=live}}</ref>. Orang-orang yang bersuku Tanjuang di pesisir barat sumatera menggunakan nama suku di belakang namanya. seperti, dari Barus, Sibolga, Sorkam, Natal, Air Bangis, Tiku, Pariaman, Padang, Painan, dan Bengkulu, serta di [[Pulau Nias]]. Penambahan nama suku di belakang namanya bertujuan untuk menunjukkan identitas diri di tengah masyarakat pesisir yang majemuk. Di pesisir barat [[Sumatera Utara]] yang tidak lagi mengikuti adat [[matrilineal]], penambahan suku di belakang nama ini sebagian besar sudah mengikuti garis keturunan ayah atau patrilineal<ref>{{Cite web|title=Suku Tanjung Batak Berasal Dari Minangkabau Benarkah?|url=https://minangel.wordpress.com/2018/11/27/suku-tanjung-batak-berasal-dari-minangkabau-benarkah/}}</ref> yang dikenal dengan sebutan Marga Tanjung. Namun,beberapa kebudayaan mereka masih dipengaruhi budaya Minangkabau seperti adat sumando<ref>{{Cite book|date=1941|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-94-015-2672-2_32|title=Omzetting van Poesaka- in Pentjariangrond (1934)|location=Dordrecht|publisher=Springer Netherlands|isbn=978-94-015-1555-9|pages=392–395}}</ref>
== Pemekaran (Sub-suku) ==
Suku ini mengalami pemekaran menjadi beberapa pecahan suku yaitu:
*Tanjuang Pisang (Tanjuang Sipisang).
Baris 37 ⟶ 38:
== Pangulu ==
{{utama|Penghulu}}
Pangulu (kepala desa) ditujukan kepada niniak mamak 'pemangku adat' yang bergelar Datuak (keagungan)<ref>{{Cite journal|last=Isman|first=Mhd|last2=Butar-butar|first2=Charles|date=2023-04-30|title=Mutual Cooperation in the Batagak Pangulu Tradition (Information of Penhulu) in Minangkabau|url=http://dx.doi.org/10.47175/rissj.v4i2.682|journal=Randwick International of Social Science Journal|volume=4|issue=2|pages=428–434|doi=10.47175/rissj.v4i2.682|issn=2722-5674}}</ref>. Istilah pangulu berasal dari kata hulu 'hulu' yang kemudian diartikan kepala atau pemimpin<ref>{{Cite journal|last=Hakim|first=Lukmanul|last2=Meria|first2=Aziza|last3=Sandora|first3=Lisna|last4=Aisyah|first4=Siti|last5=Yulniza|date=2020-05-31|title=Dari Minangkabau Untuk Dunia Islam|url=http://dx.doi.org/10.37108/tabuah.v24i1.270|journal=Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora|volume=24|issue=1|pages=25–38|doi=10.37108/tabuah.v24i1.270|issn=2614-7793}}</ref> Gelar Datuak ini diberikan kepada pemimpin sebuah suku atau korong di wilayah populasi etnis Minangkabau. Gelar datuak disebut juga gelar sako di Minangkabau. Selain gelar datuak ada gelar yang diberikan kepada laki-laki di Minangkabau pada hari pernikahannya dan semenjak itu dianjurkan sekali bagi siapa pun untuk memanggil laki-laki tersebut dengan gelarnya. Jadi bukan lagi dengan memanggil nama kecilnya, sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang sudah dewasa. Bagi masyarakat Minangkabau, pangulu merupakan sebutan kepada ninik mamak pemangku adat yang bergelar datuak. Akan tetapi mengangkat kebesaran adat tidak dikatakan mengangkat datuak, melainkan mengangkat penghulu. Istilah penghulu berasal dari kata “ hulu “, artinya kepala. Yang dimaksud kepala di sini adalah pimpinan. Dengan demikian seorang penghulu sama artinya dengan pemimpin.▼
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Poserende_Minangkabause_adathoofden_in_adatkostuum_uit_Solok_TMnr_10005040.jpg|thumb|right|150px|Busana petinggi adat Minangkabau]]
▲Pangulu (kepala desa) ditujukan kepada niniak mamak 'pemangku adat' yang bergelar Datuak (keagungan)<ref>{{Cite journal|last=Isman|first=Mhd|last2=Butar-butar|first2=Charles|date=2023-04-30|title=Mutual Cooperation in the Batagak Pangulu Tradition (Information of Penhulu) in Minangkabau|url=http://dx.doi.org/10.47175/rissj.v4i2.682|journal=Randwick International of Social Science Journal|volume=4|issue=2|pages=428–434|doi=10.47175/rissj.v4i2.682|issn=2722-5674}}</ref>. Istilah pangulu berasal dari kata hulu 'hulu' yang kemudian diartikan kepala atau pemimpin<ref>{{Cite journal|last=Hakim|first=Lukmanul|last2=Meria|first2=Aziza|last3=Sandora|first3=Lisna|last4=Aisyah|first4=Siti|last5=Yulniza|date=2020-05-31|title=Dari Minangkabau Untuk Dunia Islam|url=http://dx.doi.org/10.37108/tabuah.v24i1.270|journal=Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora|volume=24|issue=1|pages=25–38|doi=10.37108/tabuah.v24i1.270|issn=2614-7793}}</ref> Gelar Datuak ini diberikan kepada pemimpin sebuah suku atau korong di wilayah populasi etnis Minangkabau. Gelar datuak disebut juga gelar sako di Minangkabau. Selain gelar datuak ada gelar yang diberikan kepada laki-laki di Minangkabau pada hari pernikahannya dan semenjak itu dianjurkan sekali bagi siapa pun untuk memanggil laki-laki tersebut dengan gelarnya<ref>{{Cite journal|last=Nur Fadilla|last2=Mayasari Mayasari|last3=Hidayati Hidayati|date=2024-01-05|title=The Symbolic Meaning In Minangkabau Bukittinggi Traditional Wedding : Semiotics Studies|url=http://dx.doi.org/10.61132/sintaksis.v2i1.289|journal=Sintaksis : Publikasi Para ahli Bahasa dan Sastra Inggris|volume=2|issue=1|pages=149–159|doi=10.61132/sintaksis.v2i1.289|issn=3031-3368}}</ref>. Jadi bukan lagi dengan memanggil nama kecilnya, sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang sudah dewasa. Bagi masyarakat Minangkabau, pangulu merupakan sebutan kepada ninik mamak pemangku adat yang bergelar datuak<ref>{{Cite journal|last=Wulandari|first=Yosi|last2=Merawati|first2=Fitri|date=2021-12-22|title=Ajaran Adat dan Pusaka Penghulu dalam Pantun Adat Minangkabau karya N.M. Rangkoto|url=http://dx.doi.org/10.24036/komposisi.v22i2.114318|journal=Komposisi: Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Seni|volume=22|issue=2|pages=137|doi=10.24036/komposisi.v22i2.114318|issn=2548-9097}}</ref>. Akan tetapi mengangkat kebesaran adat tidak dikatakan mengangkat datuak, melainkan mengangkat penghulu. Istilah penghulu berasal dari kata “ hulu “, artinya kepala<ref>{{Cite journal|last=Wibowo|first=Suryo Arief|date=2022-08-31|title=Peranan Penghulu Pada Masa Keresidenan Palembang Tahun (1299-1361 H/ 1831-1942 M)|url=http://dx.doi.org/10.19109/tanjak.v2i3.14027|journal=Tanjak: Sejarah dan Peradaban Islam|volume=2|issue=3|pages=282–296|doi=10.19109/tanjak.v2i3.14027|issn=2774-5392}}</ref>. Yang dimaksud kepala di sini adalah pimpinan. Dengan demikian seorang penghulu sama artinya dengan pemimpin.
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Poserende_Minangkabause_mannen_TMnr_10005045.jpg|thumb|left|Busana pemuda Minangkabau]]
Sebagai pemimpin, seorang panghulu (datuak) bertanggung jawab dan berkewajiban memelihara anggota kaum, suku, dan nagari<ref>{{Cite journal|date=2016-10-28|title=WUJUD KIAS DALAM TAMBO MINANGKABAU|url=http://dx.doi.org/10.22202/jg.2016.v2i2.736|journal=Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat|volume=2|issue=2|doi=10.22202/jg.2016.v2i2.736|issn=2442-8485}}</ref>. Penghulu (datuak) bertanggung jawab terhadap permasalahan yang terdapat dalam masyarakat, dan hal ini merupakan kewajiban penghulu“kusuik manyalasai, karuah mampajaniah“ (kusut menyelesaikan, keruh menjernihkan). Menurut Nasroen (dalam diktat LKAAM, 2002:208) menjelaskan bahwa penghulu (datuak) itu “digadangkan mangkonyo gadang” (dibesarkan makanya besar) sebagaimana dikatakan “tumbuahnyo di tanam, tingginyo dianjuang, gadangnyo diamba“ (tumbuhnya ditanam, tingginya disanjung, besarnya disegani). Maksudnya jabatan penghulu (datuak) itu diperoleh oleh seseorang karena diangkat oleh anggota kaumnya sendiri<ref>{{Cite journal|last=Amrizal|first=Amrizal|date=2011-10-20|title=ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM|url=http://dx.doi.org/10.25077/we.v2.i2.21|journal=Jurnal Elektronik WACANA ETNIK|volume=2|issue=2|pages=73|doi=10.25077/we.v2.i2.21|issn=2302-7142}}</ref>
====== ''Persyaratan penghulu'' ======
Berikut adalah beberapa [[Gelar datuk]] bagi suku Tanjuang:▼
Sesuai dengan pepatah masyarakat Minangkabau: ''dari niniak ka mamak, dari mamak ka kamanakan'', jabatan penghulu diwariskan sesuai dengan garis matrilineal. Semua lelaki di Minangkabau dapat menjadi penghulu berdasarkan hubungan pertalian kemenakan. Ada empat jenis kemenakan dalam struktur kebudayaan Minangkabau<ref>{{Cite journal|last=Yuniseffendri|first=Yuniseffendri|date=2014-09-01|title=REVITALISASI ‘ALAM TERKEMBANG JADI GURU’ DALAM BUDAYA BERBAHASA DI MINANGKABAU: ANALISIS PEMANFAATAN SIMBOL METAFORA DALAM PEPATAH-PETITIH MINANGKABAU|url=http://dx.doi.org/10.26740/parama.v1i2.1478|journal=Paramasastra|volume=1|issue=2|doi=10.26740/parama.v1i2.1478|issn=2527-8754}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Murniwati|first=Rahmi|date=2023-04-09|title=SISTEM PEWARISAN HARTA PUSAKO DI MINANGKABAU DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM|url=http://dx.doi.org/10.31933/ujsj.v7i1.315|journal=UNES Journal of Swara Justisia|volume=7|issue=1|pages=103|doi=10.31933/ujsj.v7i1.315|issn=2579-4914}}</ref>:
* [[Datuk Tan Dilangit]].▼
* Datuk Talangik.▼
* ''Kamanakan di bawah daguak'', merupakan kemenakan yang ada hubungan pertalian darah.
* Datuk Yang Basa.▼
* ''Kamanakan di bawah dado'', merupakan kemenakan yang ada hubungan karena sukunya sama, walaupun penghulunya berbeda.
* Datuk Rajo Intan.▼
* ''Kamanakan di bawah pusek'', merupakan kemenakan yang ada hubungan karena sukunya sama tetapi nagarinya berbeda.
* Datuk Rajo Ameh.▼
* ''Kamanakan di bawah lutuik'', merupakan kemenakan yang sebelumnya berbeda suku dan nagari tetapi telah meminta perlindungan dan menjadi warga suku tersebut.
* Datuk Rajo Indo.▼
* Datuk Gamuak.▼
▲Berikut adalah beberapa [[Gelar datuk|Gelar datuk/ pengulu]] bagi suku Tanjuang:
▲* [[Datuk Tan Dilangit|Datuak Tan Dilangit]].
* Datuk Kayo.▼
* Datuak Indomo (di [[Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam| Nagari Sungai Batang, Kec. Tanjung Raya, Kab. Agam]]).<ref>[[Hamka]] (2021). ''Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi''. Depok: Gema Insani. ISBN 978-602-250-916-5.</ref>
* Datuak Rajo Bandaro Basa (di [[Kuranji, Padang|Kec. Kuranji (wilayah adat Nagari Pauh IX), Kota Padang]]).
* Datuak Siri Mangkuto.
* Datuak Indo Marajo.
Baris 56 ⟶ 69:
* Datuak Bungsu.
* Datuak Bagindo.
==
{{utama|Perantau Minang}}
[[Berkas:Buka-cabang-di-amsterdam-dpr-apresiasi-ekspansi-bni-gql.webp|thumb|left|Legislator asal Sumatera Barat [[Andre Rosiade]] mengunjungi Restoran Padang di [[Den Haag, Belanda]], Warung Makan Lapek yang dikelola oleh perantau Minang Uni Suprapti Tanjung<ref>{{Cite web|title=Buka Cabang di Amsterdam, DPR Apresiasi Ekspansi BNI|url=https://ekbis.sindonews.com/read/807993/178/buka-cabang-di-amsterdam-dpr-apresiasi-ekspansi-bni-1656076014|website=SINDOnews Ekbis|language=id-ID|access-date=2024-08-14}}</ref>]]
Masyarakat Minangkabau semenjak zaman dahulu dikenal sebagai masyarakat perantau<ref>{{Cite journal|last=Romli|first=Khomsahrial|date=2019-09-09|title=DINAMIKA IDENTITAS BUDAYA PERANTAU ETNIS MINANGKABAU DI BANDAR LAMPUNG|url=http://dx.doi.org/10.24042/komunika.v2i1.4755|journal=KOMUNIKA|volume=2|issue=1|pages=29–41|doi=10.24042/komunika.v2i1.4755|issn=2615-5206}}</ref>. Tradisi ini menjadi menjadi semacam kewajiban bagi mereka yang mulai beranjak usia dewasa. Tradisi merantau di Minangkabau sudah ada sejak abad ke-7 ketika para pedagang Minangkabau meninggalkan kampung halaman mereka untuk berjualan emas di Jambi dan ikut mendirikan Kerajaan Melayu<ref>{{Cite journal|last=Sellato|first=Bernard|date=2000-07-20|title=Didier Millet, Indonesian Heritage [a series of ten volumes, with various editors]|url=http://dx.doi.org/10.4000/moussons.5743|journal=Moussons|issue=2|doi=10.4000/moussons.5743|issn=1620-3224}}</ref>.
Sebagai sebuah tradisi, merantau mengacu pada beberapa ajaran yang terkandung dalam petata petitih, yaitu peribahasa yang dikenal sebagai sastra Melayu. Karya sastra dalam petata petitih dapat berisi nasihat, pandangan, pedoman untuk kehidupan yang lebih baik, dan tuntunan hubungan sosial dalam masyarakat. Masyarakat adat Minangkabau sering menggunakan petata petitih untuk menyampaikan nasihat kepada keturunan mereka<ref>{{Cite journal|last=Siregar|first=Fatahuddin Aziz|last2=Yulika|first2=Febri|last3=Nofialdi|first3=Nofialdi|last4=Harahap|first4=Ikhwanuddin|last5=Ridwan|first5=Benny|last6=Syahputra|first6=Iswandi|date=2022-06-16|title=Merantau in The Ethnic Tradition of Minangkabau: Local Custom Without Sharia Basis?|url=https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/samarah/article/view/9954|journal=Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam|language=en|volume=6|issue=1|pages=115–138|issn=2549-3167}}</ref>
Maka oleh sebab itu, ada sebuah nilai yang terbangun di dalam kultur budaya Minangkabau bahwa merantau adalah bagian dari tanda kecintaan kepada kampung halaman. Hal ini sebagaimana yang tertuang di dalam ungkapan berikut:
''Sayang jo anak dilacuik i''
''Sayang jo kampuang ditinggakan''
''Ujan ameh di nagari urang''
''Ujan batu di nagari awak''
''Kampuang nan jauah dibantu juo''
Ungkapan di atas menggambarkan bahwa pemikiran yang dibangun oleh masyarakat minang kabau adalah bahwa merantau adalah bagian dari usaha untuk membangun kembali kampung halaman. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka orang Minangkabau di rantau memiliki motivasi yang lebih untuk memperbaiki kehidupan mereka<ref>{{Cite web|title=View of Tradisi Merantau pada Masyarakat Minang Kabau dalam Perspektif Teori Motivasi Abraham Masslow|url=https://ibriez.iainponorogo.ac.id/index.php/ibriez/article/view/99/88|website=ibriez.iainponorogo.ac.id|access-date=2024-08-14}}</ref>.
== Tokoh-tokoh Tanjung/Tanjuang ==
{{lihat pula|Daftar tokoh Minangkabau}}
<gallery class="center" classes="center" mode="nolines" caption="Beberapa tokoh dari suku Tanjung:">
File:Buya_Hamka_tanpa_tahun.jpg|[[Buya Hamka]],<ref>[[Hamka]] (2021). ''Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi''. Depok: Gema Insani. ISBN 978-602-250-916-5.</ref> [[Majelis Ulama Indonesia|Ketua MUI ke-1]]
Berkas:Samaun_Bakri.jpg|[[Samaun Bakri]], Wartawan dan pejuang kemerdekaan Indonesia
File:Irwan Prayitno Okt 2016.jpg|[[Irwan Prayitno]], [[Daftar Gubernur Sumatera Barat|Gubernur Sumatera Barat Ke-9]]
Berkas:Emraldjamalfoto.jpg|[[Emral Djamal Datuk Rajo Mudo]], Budayawan Minangkabau
Berkas:Asril_Hamzah_Tanjung.jpg|[[Asril Hamzah Tanjung]], Kepala Staf [[Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat|Kostrad]] 2004-2006
Berkas:Mayjen_TNI._Jonni_Mahroza.jpg|[[Jonni Mahroza]], Rektor [[Universitas Pertahanan]]
Berkas:Wakil_Menteri_Investasi_Yuliot.jpg|[[Yuliot Tanjung]], Wakil Menteri
</gallery>
{{reflist|group=a}}
* [[Syeikh Muhammad Amrullah Tuanku Abdullah Saleh]], [[ulama Minangkabau]], kakek Buya [[Hamka]].
* [[Hermanto (politikus)|Hermanto]] Politisi dan Akademisi
* [[Baharuddin R.]], Bupati [[Pasaman]] periode 2000-2005 dan bupati [[Pasaman Barat]] periode 2010-2015
* [[Jefri Nichol]], Pemeran dan model Indonesia
*[[Ajil Ditto]], penyanyi dan pemeran.
*[[Fina Phillipe]], aktris, presenter.
Baris 85 ⟶ 120:
*[[Mardison Mahyuddin|Drs. Mardison Mahyuddin, M.M.]], politisi dan Wakil Walikota Pariaman.
*[[Martias Mahyuddin|Drs. Martias Mahyuddin, M.Sc]], Walkot Pariaman (1993-1997) dan Wabup Padang Pariaman (2000-2005).
* [[Anwar Tanjung]] ,Tiktoker
* [[Chairul Tanjung]] Keturunan [[Minangkabau]] Di pesisir [[Tapanuli]]
*[[Raudal Tanjung Banua|Raudal Tanjung banua]], sastrawan Indonesia yang banyak menulis puisi dan cerita pendek.
*Rozac Tanjung, penyanyi dan penulis lagu.
Baris 95 ⟶ 132:
* [[Gelar Datuk Minangkabau]]
* [[Daftar Gelar Datuk di Kabupaten Solok]]
* [[
== Referensi ==
|