Nawawi al-Bantani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hadithfajri (bicara | kontrib)
Dasimarajo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 47:
 
== Biografi ==
Syekh Nawawi lahir di Kampung Tanara Desa Tanara, sebuah desa kecil di kecamatan [[Tirtayasa, Serang|Tirtayasa]] (dulu, sekarang Kecamatan [[Tanara, Serang|Tanara]]), Kabupaten [[Serang]], [[Banten]] pada tahun 1230 [[Hijriyah]] atau [[1815]] [[Masehi]], dengan nama Muhammad Nawawi bin 'Umar bin 'Arabi al-Bantani. Dia adalah sulung dari tujuh bersaudara, yaitu Ahmad Syihabudin, Tamim, Said, Abdullah, Tsaqilah dan Sariyah. Ia merupakan generasi ke-12 dari [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Maulana Hasanuddin]], [[Daftar Sultan Banten|raja pertama Banten]] Putra [[Sunan Gunung Jati]], [[Cirebon]]. Nasabnya melalui jalur [[Kesultanan Banten]] ini sampai kepada Nabi [[Muhammad]] {{SAW}}.
 
Ayah Syekh Nawawi merupakan seorang Ulama lokal di [[Banten]], Syekh Umar bin Arabi al-Bantani, sedangkan ibunya bernama Zubaedah, seorang ibu rumah tangga biasa.
Baris 53:
Syaikh Nawawi menikah dengan Nyai Nasimah, gadis asal [[Tanara, Serang]] dan dikaruniai 3 orang anak: Nafisah, Maryam, Rubi'ah. Sang istri wafat mendahului dia.{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=100}}
 
== SilsilahPendidikan ==
Berikut adalah silsilah Syekh Nawawi al-Bantani sampai kepada [[Rasulullah]] {{SAW}}:<ref>{{citeweb|last=Machrus|first=Mohammad|url=http://maahaddaarulfalah.blogspot.com/2014/03/silsilah-syekh-nawawi-tanara-al-bantani.html|title=Silsilah Syekh Nawawi Tanara al-Bantani|website=[http://maahaddaarulfalah.blogspot.com Yayasan Pondok Pesantren Daarul Falah - Ciloang]|date=2014|language=id|access-date=25 Mei 2017}}</ref>
# Syekh Nawawi al-Bantani bin
# Syekh Umar al-Bantani bin
# Syekh Arabi al-Bantani bin
# Syekh Ali al-Bantani bin
# Syekh Jamad al-Bantani bin
# Syekh Janta al-Bantani bin
# Syekh Masbuqil al-Bantani bin
# Syekh Maskun al-Bantani (Tubagus Mahmud /Tubagus Mas Kun) bin
# Syekh Masnun al-Bantani (Tubagus Wiranegara 1) bin
# Syekh Maswi al-Bantani (Pangeran Wiraraja / Pangeran Jagalautan) bin
# Syekh Tajul Arsy al-Bantani (Pangeran Sunyararas) bin
# [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Maulana Hasanuddin]] bin
# [[Sunan Gunung Jati|Sultan Syarif Hidayatullah]] bin
# [[Syarif Abdullah Umdatuddin|Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan]] bin
# [[Ali Nurul Alam|Sayyid Ali Nurul Alam Azmatkhan]] bin
# [[Jamaluddin Akbar al-Husaini|Sayyid Jamaluddin Akbar Azmatkhan al-Husaini]] (Syekh Jumadil Kubro) bin
# Sayyid Ahmad Jalal Syah Azmatkhan bin
# Sayyid Abdullah Azmatkhan bin
# [[Azmatkhan|Sayyid Abdul Malik Azmatkhan]] bin
# Sayyid Alawi Ammil Faqih ([[Hadramaut]]) bin
# [[Muhammad Shahib Mirbath|Sayyid Muhammad Shahib Mirbath]] ([[Hadramaut]]) bin
# [[Ali Khali' Qasam|Sayyid Ali Khali' Qasam]] bin
# Sayyid Alawi ats-Tsani bin
# Sayyid Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
# Sayyid Alawi Awwal bin
# Sayyid al-Imam 'Ubaidillah (diperdebatkan) bin
# [[Ahmad al-Muhajir|Sayyid Ahmad al-Muhajir]] bin
# Sayyid 'Isa Naqib ar-Rumi bin
# Sayyid Muhammad an-Naqib bin
# [[Ali bin Ja'far|Sayyid al-Imam Ali Uradhi]] bin
# [[Ja'far ash-Shadiq|Sayyidina Ja'far ash-Shadiq]] bin
# [[Muhammad al-Baqir|Sayyidina Muhammad al-Baqir]] bin
# [[Ali bin Husain|Sayyidina Ali Zainal Abidin]] bin
# [[Husain bin Ali|Sayyidina Husain]] bin
# [[Ali bin Abi Thalib|Sayyidina Ali bin Abi Thalib]] dan [[Fatimah az-Zahra|Sayyidah Fatimah az-Zahra]] binti
# [[Muhammad|Sayyidina Muhammad]] {{SAW}}
 
== pendidikan ==
Sejak berusia lima tahun, Syekh Nawawi sudah mulai belajar ilmu agama [[Islam]] langsung dari ayahnya. Bersama saudara-saudara kandungnya, Syekh Nawawi mempelajari tentang pengetahuan dasar [[bahasa Arab]], [[fiqih]], [[tauhid]], [[al-Quran]] dan [[tafsir]]. Pada usia delapan tahun bersama kedua adiknya, Tamim dan Ahmad, Syekh Nawawi berguru kepada K.H. Sahal, salah seorang ulama terkenal di [[Banten]] saat itu. Kemudian melanjutkan kegiatan menimba ilmu kepada [[Baing Yusuf|Syekh Baing Yusuf]] [[Purwakarta]].{{sfn|Majalah Alkisah edisi 14 September 2003|p=2}}<ref name=':3' />
 
Baris 134 ⟶ 95:
Selain pelajaran agama, Syekh Nawawi juga mengajarkan makna kemerdekaan, anti [[Kolonialisme]] dan [[Imperialisme]] dengan cara yang halus. Mencetak kader patriotik yang di kemudian hari mampu menegakkan kebenaran. Perjuangan yang dilakukan Syekh Nawawi memang tidak dalam bentuk revolusi fisik, namun lewat pendidikan dalam menumbuhkan semangat kebangkitan dan jiwa nasionalisme.
 
Di sampingDisamping itu, upaya pembinaan yang dilakukan Syekh Nawawi terhadap komunitas al-Jawwi di [[Mekkah]] juga menjadi perhatian serius dari pemerintahan [[Belanda]] di [[Indonesia]]. Produktivitas komunitas al-Jawwi untuk menghasilkan alumni-alumni yang memiliki integritas keilmuan agama dan jiwa nasionalisme, menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Belanda. Untuk mengantisipasi ruang gerak komunitas al-Jawwi ini maka pemerintah [[Belanda]] mengutus penasihat pemerintah, [[Christian Snouck Hurgronje]] untuk berkunjung ke Mekkah pada tahun [[1884]] - [[1885]]. Kedatangan Snouck ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut dan melihat secara langsung berbagai hal yang telah dilakukan oleh ulama Indonesia yang tergabung dalam komunitas al-Jawwi.<ref name=':3' />
=== Pendapat Penentangan di Arab Saudi ===
Meskipun saat itu [[Arab Saudi]] Kerajaan Arab Saudi melarang ziarah kubur dengan alasan bidah, namun Syekh Nawawi tidak menentang praktik ini. Pendapat ini dilandasi temuan Syekh Nawawi tentang ketentuan hukumnya dalam ajaran Islam. Syekh Nawawi bahkan menganjurkan umat Islam untuk menghormati makam-makam orang yang berjasa dalam sejarah Islam, termasuk makam Nabi {{SAW}} dan para sahabat. Menurut Syekh Nawawi, Mengunjungi makam Nabi {{SAW}} adalah praktik ibadah yang identik dengan bertemu muka (''tawajjuh'') dengan Nabi {{SAW}} dan mengingatkan kebesaran perjuangan dan prestasi yang patut untuk diteladani.<ref name=':3' />
Baris 253 ⟶ 214:
 
Terang saja kejadian tersebut mengejutkan para petugas. Mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Setelah diteliti, sang atasan kemudian menyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan. Langkah strategis lalu diambil, yaitu larangan dari pemerintah untuk membongkar makam Syekh Nawawi. Jasadnya lalu dikuburkan kembali seperti sediakala, dan hingga sekarang makam Syekh Nawawi tetap berada di Ma'la, [[Mekah]].{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=105}}
 
=== Shalat di Dalam Mulut Ular Besar ===
Suatu hari ketika dalam perjalanan, Syekh Nawawi istirahat di sebuah tempat untuk azan kemudian salat. Setelah ia azan ternyata tidak ada orang yang datang, akhirnya ia qamat lalu salat sendirian. Usai shalat Syekh Nawawi kembali melanjutkan perjalanan, tapi ketika menengok ke belakang, ternyata ada seekor ular raksasa dan mulutnya sedang menganga. Akhirnya ia tersadar bahwa ternyata ia salat di dalam mulut ular yang sangat besar itu.<ref>{{citeweb|last=Abdullah|url=http://www.nu.or.id/post/read/64902/kiai-nawawi-kisahkan-karomah-syekh-nawawi|title=Kiai Nawawi kisahkan Karomah Syekh Nawawi|date=11 Januari 2016|website=nu.or.id|language=id|access-date=25 Mei 2017}}</ref>
Baris 301 ⟶ 263:
[[Kategori:Ahli hadis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Banten|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Arab-Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Indonesia|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-14 H|Nawawi al-Bantani]]