Wargabinangun, Kaliwedi, Cirebon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gmrzki (bicara | kontrib)
Penulisan Desa Wargabinangun dan Memasukan Legenda serta Sejarah Desa Wargabinangun dari tokoh masyarakat sekitar.
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis VisualEditor
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: namun (di tengah kalimat) → tetapi
 
Baris 22:
Setiap kali diserang oleh gerombolan perampok, ia selalu menghindar, bahkan ia rela meninggalkan daerahnya sendiri menuju Indramayu, namun ia selalu mengamat-amati penduduk Desa Guwa dengan menancapkan tongkatnya di atas tanah yang kemudian menjadi seekor ular sebesar kendang, bisa juga menjadi Wot (Jembatan) untuk membantu menyeberangkan penduduk.
 
Pada suatu ketika Ki Madun Jaya dari Indramayu mau berkunjung menengok warganya, dengan membawa tongkat miliknya. Ketika sampai di tepi sungai Kedung Kelapa ia berhenti untuk membuang hajat dan tongkat itu diletakkan, namuntetapi dengan secara tiba-tiba tongkat tersebut hilang, kemudian beliau mengeluarkan ucapan: “nanti manakala di wilayah ini berpenduduk, wilayah ini dinamakan KALIMATI, kali artinya Sungai dan Mati diasumsikan terkena musibah”.
 
Setelah beberapa tahun kemudian terbuktilah ucapan ''Ki Madun Jaya'' bahwa ada masyarakat yang hidup bergerombol di pecantilan diantaranya blok Pesantren, blok Jerebeng, blok Bongkok, kesemuanya masih dalam pedukuhan Kalimati dibawah naungan wilayah Pemerintah Desa Guwa. Lama kelamaan penduduk semakin bertambah dan akhirnya masyarakat merasa perlu untuk menyatu dalam satu pedukuhan saja yaitu Kalimati tadi, sampai pada akhirnya para penduduk mengusulkan kepada Pemerintah Kecamatan untuk memisahkan diri dari desa induknya yaitu Desa Guwa.