Raden Wijaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
k Perbaikan Pengetikan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Kanzcech (bicara | kontrib)
 
(18 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pp-protected|reason=Penambahan isi halaman tanpa sumber|small=yes}}
{{Refimprove}}<!--JANGAN DIHILANGKAN selagi klaim-klaim di artikel masih tanpa sumber-->
{{Infobox raja
| name = Raden Wijaya
| title = Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana
| image = Harihara Majapahit 1.JPG
[[File:Harihara| caption Majapahit= 1.JPG|thumb|150px||''Arca [[Harihara'']], (paduanperpaduan [[Siwa]] dan [[Wisnu]]) perwujudanyang [[Kertarajasa]]menggambarkan Raden Wijaya, dari [[candi Simping]], [[Blitar]], kini. koleksiKoleksi [[Museum Nasional Republik Indonesia|Museum Nasional.]]]].
| caption = Ilustrasi Raden Wijaya
| succession = Raja Pertama[[Maharaja]] [[Majapahit]] ke-1
| reign = [[Berkas:Naval flag of Majapahit Kingdom.svg|22x20px]] [[Majapahit]] (1293 - 1309)
| coronation = 15 Kartika 1215 [[Saka]]<br /> (10 November 1293)
| full name = Nararya Sanggramawijaya
| predecessor =
| successor = [[Jayanegara]]
| suc-type =
Baris 30:
| mother =
| birth_name = Dyah Wijaya
| regnal name = Nararya Sanggramawijaya Sri NarpatiMaharaja Kertarajasa Jayawardhana
| birth_date =
| birth_place =
| death_date = 1309
| death_place = [[Berkas:Naval flag of Majapahit Kingdom.svg|22x20px]] Majapahit
| date of burial =
| place of burial = Didharmakan di [[candi simping]], [[Blitar]]
Baris 40:
}}
 
'''Raden Wijaya''' atau '''Dyah Wijaya''', atau yang dikenal dengan [[nama regnal]]nya, '''Kertarajasa Jayawardana''', adalah pendiri dan rajaMaharaja pertama [[Kerajaan Majapahit]] yang memerintah pada tahun [[1293]]-[[1309]], bergelarhingga '''Srikematiannya Kertarajasapada Jayawardana''',tahun atau lengkapnya '''Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana'''1309.
[[File:Harihara Majapahit 1.JPG|thumb|150px||''Arca Harihara'' (paduan [[Siwa]] dan [[Wisnu]]) perwujudan [[Kertarajasa]] dari [[candi Simping]], [[Blitar]], kini koleksi [[Museum Nasional Republik Indonesia|Museum Nasional.]]]]
Menurut [[Nagarakretagama]] Raden Wijaya adalah anak dari [[Dyah Lembu Tal]], cucu [[Mahisa Campaka]] atau Narasinghamurti. Kakeknya ini, adalah anak dari [[Mahisa Wonga Teleng]], putra dari [[Ken Angrok]] dan [[Ken Dedes]]. Ken Angrok atau Sri Ranggah Rajasa adalah pendiri Dinasti Rajasa yang kemudian menurunkan raja-raja Singhasari dan Majapahit. Naskah ini memuji Lembu Tal sebagai seorang perwira yuda yang gagah berani dan merupakan Ayah dari Raden Wijaya.
 
Menurut [[Nagarakretagama]] Raden Wijaya adalah anak dari [[Dyah Lembu Tal]], cucu [[Mahisa Campaka]] atau Narasinghamurti. Kakeknya ini, adalah anak dari [[Mahisa Wonga Teleng]], putra dari [[Ken Angrok]] dan [[Ken Dedes]]. Ken Angrok atau Sri Ranggah Rajasa adalah pendiri Dinasti Rajasa yang kemudian menurunkan raja-raja Singhasari dan Majapahit. Naskah ini memuji Lembu Tal sebagai seorang perwira yuda yang gagah berani dan merupakan Ayah dari Raden Wijaya.{{Butuh rujukan}}
Dari genealoginya, Wijaya juga merupakan keponakan Kertanagara, Adapun Kertanagara adalah keturunan dari [[Anusapati]], putra Ken Dedes dan [[Tunggul Ametung]].<ref> Slamet Mulyana, (1979). Nagarakretagama dan tafsir sejarahnya. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.[https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=457778]</ref>
 
Dari genealoginya, Wijaya juga merupakan keponakan Kertanagara, Adapun Kertanagara adalah keturunan dari [[Anusapati]], putra Ken Dedes dan [[Tunggul Ametung]].<ref> Slamet Mulyana, (1979). Nagarakretagama dan tafsir sejarahnya. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.[https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=457778]</ref>
Menurut [[Prasasti Kudadu]] (1294),tertulis bahwasanya Lembu Tal (ayah raden wijaya) adalah anak Narasinghamurti.
 
Menurut [[Prasasti Kudadu]] (1294),tertulis bahwasanya Lembu Tal (ayah raden wijaya) adalah anak Narasinghamurti. Menurut [[Prasasti Balawi]] (1305), [[Prasasti Sukamerta]] (1296), dan Kakawin ''Nagarakretagama'', Raden Wijaya menikah dengan empat orang putri [[Kertanagara]], raja terakhir [[Kerajaan Singhasari]], yaitu [[Tribhuwaneswari]], [[Narendraduhita]], [[Jayendradewi]], dan [[Gayatri]].
 
Dengan Tribhuwaneswari, Wijaya mempunyai seorang putra bernama, Jayanagara. Dengan Gayatri, Wijaya memperoleh dua putri. Putri sulung bernama [[Dyah Gitarja|Tribhuwana Wijayatunggadewi]]. Putri bungsu bernama [[Dyah Wiyat|Rajadewi Maharajasa]].<ref>Historia: Asal-usul Raden Wijaya.[https://historia.id/amp/kuno/articles/asal-usul-raden-wijaya-P14Rz]</ref>
 
== MendirikanKonflik Desadengan MajapahitMongol ==
{{Main|SerbuanInvasi Yuan-Mongol ke Jawa}}
=== Kematian Kertanagara ===
Pada tahun 1289, [[Kubilai Khan]] mengirim permintaan upeti kepada Kerajaan [[Singhasari]], namun permintaan tersebut ditolak oleh [[Kertanagara]], Raja Singhasari dan utusan tersebut dipermalukan dengan dipotong telinganya.<ref name=":6">{{Cite web|last=Fuaddah|first=Muflika Nur|title=Tega Mengiris Kuping Utusan Kubilai Khan dari Mongol, Raja dari Kerajaan Terkuat di Jawa Waktu Itu 'Wariskan' Kelicikan pada Bakal Pendiri Majapahit|url=https://intisari.grid.id/read/033181744/tega-mengiris-kuping-utusan-kubilai-khan-dari-mongol-raja-dari-kerajaan-terkuat-di-jawa-waktu-itu-wariskan-kelicikan-pada-bakal-pendiri-majapahit?page=all|work=Intisari Online|language=id|date=11 March 2022|access-date=27 December 2023}}</ref> Tak lama kemudian, terjadi pemberontakan melawan Singhasari di Kadipaten Gelang-Gelang (sekarang [[Kabupaten Madiun|Madiun]]) yang dipimpin oleh [[Jayakatwang]]. Kertanagara terbunuh dalam upaya memadamkan pemberontakan pada tahun 1292, dan Raden Wijaya melarikan diri ke [[Sumenep]], [[Madura]], bersama dengan gubernur wilayah itu, [[Aria Wiraraja|Arya Wiraraja]]. Di sana Raden Wijaya membuat rencana untuk mendirikan kerajaan baru. Wijaya berjanji akan membagi Jawa dengan Arya Wiraraja jika Arya Wiraraja dapat membantunya menggulingkan [[Kediri (kerajaan sejarah)|Kerajaan Kediri]] milik Jayakatwang. Saat masih muda, Wiraraja mengabdi pada Narasingamurti, kakek Raden Wijaya. Maka, ia pun bersedia membantu sang pangeran untuk menggulingkan Jayakatwang. Raden Wijaya bersumpah, jika ia berhasil merebut kembali tahta mertuanya, kekuasaannya akan dibagi dua, yaitu untuk dirinya sendiri dan untuk Wiraraja.{{Butuh rujukan}}
Menurut [[Prasasti Kudadu]], pada tahun [[1292]] terjadi pemberontakan [[Jayakatwang]] bupati [[Gelanggelang]] terhadap kekuasaan [[Kerajaan Singhasari]]. Raden Wijaya ditunjuk [[Kertanagara]] untuk menumpas pasukan Gelanggelang yang menyerang dari arah utara Singhasari. Raden Wijaya berhasil memukul mundur musuhnya. Namun pasukan pemberontak yang lebih besar datang dari arah selatan dan berhasil menewaskan Kertanagara.
 
Pada tahun 1293, pasukan Mongol datang untuk menghukum Kertanagara yang berani mencelakai utusan Kubilai Khan pada tahun 1289. Raden Wijaya sebagai pewaris Kertanagara bersedia menyerahkan diri asalkan ia terlebih dahulu ditolong untuk membebaskan diri dari Jayakatwang. Maka pasukan Mongol dan Majapahit pun bergabung untuk menyerbu ibu kota Kadiri. Saat itu, Kerajaan Kediri runtuh. Selanjutnya, Raden Wijaya berdasarkan masukan Wiraraja menyerang pasukan Mongol yang sedang merasakan euforia kemenangan melawan Kerajaan Kediri. Tak pelak, Wiraraja dengan berbagai taktiknya membawa kemenangan bagi Raden Wijaya untuk mengalahkan pasukan Mongol.
Menyadari hal itu, Dyah Wijaya melarikan diri, berlindung ke Terung di sebelah utara Singhasari. Namun karena terus dikejar-kejar musuh ia kemudian pergi ke arah timur. Dengan bantuan kepala desa Kudadu, ia berhasil menyeberangi Selat Madura untuk bertemu [[Arya Wiraraja]], penguasa ''Songeneb'' (nama lama [[Sumenep]]), penasehat raja Kertanegara yang merupakan murid dari Mahisa Campaka ([[Narasinghamurti]]), kakek Dyah Wijaya.
 
Inilah titik awal Raden Wijaya berkuasa dan menjadikan Tarik (Trowulan, Mojokerto) sebagai pusat kekuasaan yang kemudian menjadi Kerajaan Majapahit. Istilah Majapahit muncul karena di kawasan hutan Tarik banyak terdapat buah [[maja]] yang rasanya pahit. Raden Wijaya menjadi raja Majapahit pertama yang merdeka pada tahun 1293. Arya Wiraraja diangkat menjadi pasangguhan/senapati (panglima perang) Majapahit dengan gelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka.<ref name=":7">{{Cite web|last=Mudjirahardjo|first=Panca|title=Arya Wiraraja I, Raja I Sumenep|url=http://pancamr.lecture.ub.ac.id/history/arya-wiraraja-i-raja-i-sumenep-dan-rakryan-mantri-arya-wiraraja-makapramuka/|work=Brawijaya University Official Website|language=id|access-date=28 December 2023}}</ref>
=== Hutan Tarik dan Desa Majapahit ===
Bersama Arya Wiraraja, Raden Wijaya merencanakan siasat untuk merebut kembali takhta dari tangan Jayakatwang. Wijaya berjanji, jika ia berhasil mengalahkan Jayakatwang, maka daerah kekuasaannya akan dibagi dua untuk dirinya dan Wiraraja. Siasat pertama pun dijalankan. Mula-mula, Wiraraja menyampaikan berita kepada Jayakatwang bahwa Wijaya menyatakan menyerah kalah. Jayakatwang yang telah membangun kembali kerajaan leluhurnya, yaitu [[Kerajaan Kadiri]] menerimanya dengan senang hati. Ia pun mengirim utusan untuk menjemput Wijaya di pelabuhan Jungbiru.
 
Putra Arya Wiraraja, [[Ranggalawe]] menjabat sebagai salah satu [[adipati]] Wijaya, tetapi di kemudian hari ia memberontak terhadap raja baru tersebut. Perwira terkenal lainnya adalah [[Lembu Sora]] dan [[Nambi]], keduanya juga memberontak terhadap Wijaya setelah berdirinya kerajaan [[Majapahit]]. Pemicu pemberontakan adalah meskipun mereka yang memberontak telah diberi jabatan, mereka tetap merasa tidak puas.<ref name=":8">{{Cite web|last=Putri|first=Risa Herdahita|title=Ranggalawe Melawan Majapahit|url=https://historia.id/kuno/articles/ranggalawe-melawan-majapahit-PRykE/page/1|website=Historia|language=id|date=10 July 2018|access-date=28 December 2023}}</ref><ref name=":9">{{Cite web|last=Putri|first=Risa Herdahita|title=Pemberontakan Terhadap Majapahit|url=https://historia.id/kuno/articles/pemberontakan-terhadap-majapahit-DLNbL/page/1|website=Historia|language=id|date=6 July 2018|access-date=28 December 2023}}</ref> Nambi sendiri kemudian juga memberontak pada masa pemerintahan [[Jayanegara]], pemberontakan Nambi berhasil dipadamkan pada tahun 1316.<ref name=":10">{{Cite web|last=Ardiansyah|first=Rahmad|title=Peristiwa Pemberontakan di Kerajaan Majapahit|url=https://idsejarah.net/2020/12/peristiwa-pemberontakan-di-kerajaan-majapahit.html|website=Idsejarah|language=id|date=2 December 2020|access-date=29 December 2023}}</ref>
Siasat berikutnya, Wijaya meminta [[Tarik, Sidoarjo|Hutan Tarik]] di sebelah timur Kadiri untuk dibangun sebagai kawasan perburuan. Wijaya mengaku ingin bermukim di sana. Jayakatwang yang gemar berburu segera mengabulkannya tanpa curiga. Wiraraja pun mengirim orang-orang Songeneb yang dipimpin oleh anaknya, [[Ranggalawe]], untuk membantu Wijaya membuka hutan tersebut. Menurut ''Kidung Panji Wijayakrama'', salah seorang Madura menemukan buah maja yang rasanya pahit. Oleh karena itu, desa pemukiman yang didirikan Wijaya tersebut pun diberi nama [[Majapahit]].
 
== MenjadiMemerintah Raja Majapahit(1293–1309) ==
=== Hutan Tarik dan DesaPendirian Majapahit ===
{{Main|Serbuan Yuan-Mongol ke Jawa}}
Pada bulan November 1292, pasukan Mongol mendarat di [[Kabupaten Tuban|Tuban]], Jawa Timur, dengan tujuan membalas dendam atas penghinaan Kertanegara terhadap utusan Mongol. Namun, Kertanegara sudah meninggal dunia. Raden Wijaya, yang merupakan menantu Kartanagara, awalnya bersekutu dengan bangsa Mongol dengan tujuan menyerang Kediri yang telah menjadi kerajaa terkuat di Jawa. Jayakatwang dapat dikalahkan dan dihancurkan pada tahun 1293. Kemudian, Raden Wijaya pun berbalik dan menyerang pasukan Mongol. Bangsa Mongol yang sudah lemah karena [[penyakit tropis]], iklim, dan [[kekuasaan kekaisaran]], terpaksa meninggalkan Jawa.<ref>"Beginning of the Mongol Collapse," Columbia University, [http://afe.easia.columbia.edu/mongols/china/china4_a.htm Asian Topics Online ]</ref> Raden Wijaya kemudian mendirikan kerajaan Majapahit sebagai raja pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.<ref name="Coedes">{{Cite book |last=Cœdès |first=George |url=https://books.google.com/books?id=iDyJBFTdiwoC |title=The Indianized states of Southeast Asia |publisher=University of Hawaii Press |year=1968 |isbn=978-0-8248-0368-1 |authorlink=Georges Coedès}}</ref>{{rp|201,232–233}}
=== Perang melawan Jayakatwang ===
Catatan [[Dinasti Yuan]] mengisahkan, pada tahun [[1293]], pasukan [[Mongol]] sebanyak 20.000 orang yang dipimpin ''[[Ike Mese]]'', ''Kau Hsing'' dan ''Shih Pi'' mendarat di [[Jawa]] untuk menyerang [[Kertanagara]], karena pada tahun [[1289]] Kertanagara telah melukai utusan yang dikirim [[Kubilai Khan]] raja Mongol.
 
=== Kebijakan administrasi ===
Raden Wijaya memanfaatkan [[Invasi Yuan-Mongol ke Jawa|kedatangan pasukan Mongol]] ini untuk menghancurkan [[Jayakatwang]]. Ia pun mengajak Ike Mese untuk bekerjasama. Wijaya meminta bantuan untuk merebut kembali kekuasaan [[Wangsa Rajasa]] di Jawa dari tangan Jayakatwang, dan setelah itu baru ia bersedia menyatakan tunduk kepada bangsa Mongol.
Dalam memerintah Majapahit, Raden Wijaya mengangkat para pengikutnya yang dulu setia dalam perjuangan. [[Arya Wiraraja]] dan [[Ranggalawe]] sebagai pasangguhan, [[Nambi]] diangkat sebagai [[patih]] [[Majapahit]], [[Lembu Sora]] sebagai [[patih]] [[Daha]].
 
Pada tahun [[1294]] Wijaya juga memberikan anugerah kepada pemimpin desa Kudadu di wilayah [[Gunung Butak]] yang dulu melindunginya saat pelarian menuju [[Pulau Madura]]. Raden Wijaya juga membentuk [[Dharmaputra (jabatan)|Dharmaputra]], pasukan elit yang beranggotakan tujuh orang, yaitu [[Ra Kuti]], [[Ra Semi]], [[Ra Tanca]], [[Ra Wedeng]], [[Ra Yuyu]], [[Ra Banyak]], dan [[Ra Pangsa]].
Jayakatwang yang mendengar persekutuan Wijaya dan Ike Mese segera mengirim pasukan Kadiri untuk menghancurkan mereka. Namun pasukan itu justru berhasil dikalahkan oleh pihak Mongol. Selanjutnya, gabungan pasukan Mongol, Majapahit dan Madura bergerak menyerang [[Daha]], ibu kota Kerajaan Kadiri. [[Jayakatwang]] akhirnya kalah dan ditawan bersama putranya ''Ardharaja'' dalam kapal Mongol.
 
Pada tahun 1295, Raden Wijaya mengangkat anaknya, [[Jayanagara]], sebagai [[yuwaraja]] atau raja muda di Kadiri atau Daha. Pemerintahannya diwakili oleh Lembu Sora yang disebutkan dalam ''[[Prasasti Pananggungan'' menjabat]] sebagai patih Daha.
=== Perang melawan Yuan-Mongol (Tartar) ===
Setelah Jayakatwang dikalahkan, Wijaya meminta izin pada pihak Mongol untuk kembali ke Majapahit mempersiapkan penyerahan dirinya. Ike Mese mengizinkannya tanpa curiga. Sesampainya di [[Canggu, Jetis, Mojokerto|Canggu]], Majapahit, Wijaya dan pasukannya membunuh para prajurit Mongol yang mengawalnya.
 
Pada 19 April 1293, Raden Wijaya memimpin pasukannya menyerang tentara Mongol. Tentara Mongol yang sedang berpesta di Daha diserbu oleh pasukan Majapahit. Setelah kehilangan 3.000 orang tentaranya, Ike Mese memutuskan mundur. Sisa pasukan Mongol akhirnya meninggalkan Jawa pada 24 April 1293.
 
Kemudian Wijaya menobatkan dirinya menjadi raja Majapahit yang pertama dengan gelar '''Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardana'''. Menurut ''Kidung Harsa Wijaya'', penobatan tersebut terjadi pada tanggal 15 [[Kartika Masa|bulan Kartika]] tahun 1215 [[Saka]], atau bertepatan dengan [[12 November]] [[1293]].
 
== Masa Pemerintahan ==
Dalam memerintah Majapahit, Raden Wijaya mengangkat para pengikutnya yang dulu setia dalam perjuangan. [[Arya Wiraraja]] dan [[Ranggalawe]] sebagai pasangguhan, [[Nambi]] diangkat sebagai [[patih]] [[Majapahit]], [[Lembu Sora]] sebagai [[patih]] [[Daha]].
 
Pada tahun [[1294]] Wijaya juga memberikan anugerah kepada pemimpin desa Kudadu di wilayah [[Gunung Butak]] yang dulu melindunginya saat pelarian menuju [[Pulau Madura]]. Raden Wijaya juga membentuk [[Dharmaputra (jabatan)|Dharmaputra]], pasukan elit yang beranggotakan tujuh orang, yaitu [[Ra Kuti]], [[Ra Semi]], [[Ra Tanca]], [[Ra Wedeng]], [[Ra Yuyu]], [[Ra Banyak]], dan [[Ra Pangsa]].
 
Pada tahun 1295, Raden Wijaya mengangkat anaknya, [[Jayanagara]], sebagai [[yuwaraja]] atau raja muda di Kadiri atau Daha. Pemerintahannya diwakili oleh Lembu Sora yang disebutkan dalam ''Prasasti Pananggungan'' menjabat sebagai patih Daha.
 
===Pemberontakan Ranggalawe===
{{Main|Pertempuran Sungai Tambak Beras}}
Pada tahun [[1295]] seorang tokoh licik bernama [[Mahapati]] menghasut Ranggalawe untuk memberontak. Pemberontakan ini dipicu oleh pengangkatan Nambi sebagai patih, dan menjadi perang saudara pertama yang melanda Majapahit. Setelah Ranggalawe tewas, Wiraraja mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pasangguhan. Ia menagih janji Wijaya tentang pembagian wilayah kerajaan. Wijaya mengabulkannya. Maka, sejak saat itu, wilayah kerajaan Majapahit terbagi menjadi dua, di mana Majapahit sebelah barat dikuasai oleh Wijaya dan di timur dikuasai oleh Wiraraja dengan ibu kota di Lamajang (nama lama [[Lumajang]]).{{Butuh rujukan}}
 
Pemberontakan Ranggalawe tercatat pertama kali terjadi pada tahun 1295. Ranggalawe kalah dalam pertempuran melawan Kerajaan Majapahit dan tewas di tangan Mahisa Anabrang saat bertempur di sungai Tambak Beras. Pemberontakan Lembu Sora terjadi pada tahun 1301. Perang antara pasukan Majapahit dan pengikut Lembu Sora tidak dapat dihindari. Lembu Sora beserta pengikutnya Juru Demung dan Gajah Biru tewas dalam pertempuran ini. Nambi sendiri kemudian juga memberontak pada masa pemerintahan [[Jayanegara]], pemberontakan Nambi berhasil dipadamkan pada tahun 1316.<ref name=":10"/>
 
===Pembunuhan Lembu Sora===
{{Main|Ken Sora}}
Pada tahun [[1300]] terjadi peristiwa pembunuhan Lembu Sora, paman Ranggalawe. Pada saat pemberontakan Ranggalawe, Lembu Sora berada di pihak Majapahit. Namun, pada ''pertempuran Tambak Beras'' ketika Ranggalawe dibunuh dengan kejam oleh [[Kebo Anabrang]], Sora yang merupakan paman Ranggalawe merasa tidak tahan, kemudian berbalik membunuh Anabrang.
 
Peristiwa terbunuhnya Kebo Anabrang dijadikan alasan oleh Mahapati untuk menghasut Nambi, bahwa Lembu Sora akan memberontak terhadap Majapahit, sehingga terjadi suasana perpecahan antara Lembu Sora dan Nambi. Pada puncaknya, Lembu Sora dan kedua kawannya, yaitu ''Gajah Biru'' dan ''Jurudemung'' tewas dibantai kelompok Nambi sewaktu dalam perjalanan menuju istana Majapahit.
 
== Akhir HayatKematian ==
Menurut ''[[Nagarakretagama]]'', Raden Dyah Wijaya meninggal dunia pada tahun [[1309]].<ref name=":0">Riana, I. K. (2009). ''Kakawin dēśa warṇnana, uthawi, Nāgara kṛtāgama: masa keemasan Majapahit''. Penerbit Buku Kompas.</ref> Ia dimakamkan di Antahpura dan dicandikan di [[Candi Simping|Simping]], [[Blitar]], sebagai Harihara, atau perpaduan [[Wisnu]] dan [[Siwa]]. Ia digantikan oleh putranya, [[Jayanagara]] sebagai Maharaja selanjutnya.
 
=== Keluarga ===
Raden Dyah Wijaya digantikan [[Jayanagara]] sebagai raja penerusnya.
*Raden Wijaya merupakan cucu dari [[Mahisa Campaka]], anak dari Mahisa Wonga Teleng, anak dari Ken Angrok dan Ken Dedes.<ref name="SNI410">Poesponegoro & Notosusanto, hlm. 410.</ref> Ia merupakan putra dari Raden Lembu Tal, putra Mahisa Campaka (Narasinghamurti), penguasa Kediri bawahan [[Kerajaan Singasari|Tumapel]].
 
Raden Wijaya menikahi Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari sebagai permaisurinya. Ia juga menikahi [[Dara Petak|Indreswari]], seorang gadis Melayu. Meskipun demikian, ia juga mengambil beberapa selir, diantaranya: Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita dan Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri.
== Silsilah Dyah Wijaya ==
 
Dari pernikahannya dengan [[Dara Petak|Indreswari]], Wijaya mempunyai seorang putra bernama [[Jayanagara]] yang kemudian diangkat menjadi anak Tribhuwaneswari. Dari hasil pernikahannya dengan dengan Gayatri, Wijaya memperoleh dua putri: [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]] dan [[Dyah Wiyat|Rajadewi Maharajasa]].
=== Keluarga ===
 
== Referensi ==
'''Kakek'''
{{reflist}}
*Mahisa Campaka, anak dari Mahisa Wonga Teleng, anak dari Ken Angrok dan Ken Dedes.<ref name="SNI410">Poesponegoro & Notosusanto, hlm. 410.</ref>
== Bibliografi ==
 
'''Orang Tua'''
* Raden Lembu Tal, putra Mahisa Campaka (Narasinghamurti), penguasa Kediri bawahan Tumapel.
 
'''Permaisuri'''
*Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari.
 
'''Selir'''
*Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita.
*Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita.
*Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri.
 
'''Anak'''
*Dengan [[Dara Petak|Indreswari]], Wijaya mempunyai seorang putra bernama,
**[[Jayanagara]] (kemudian diangkat menjadi anak Tribhuwaneswari).
*Dengan Gayatri, Wijaya memperoleh dua putri.
**Si sulung bernama [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]].
**Si bungsu bernama [[Dyah Wiyat|Rajadewi Maharajasa]].
 
== Kepustakaan ==
* Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka
* R.M. Mangkudimedja. 1979. ''Serat Pararaton Jilid 2''. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
* [[Slamet Muljana]]. 2005. ''Menuju Puncak Kemegahan'' (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
* Slamet Muljana. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi|jabatan=Raja Majapahit|tahun=1293–1309|pendahulu=-|pengganti=[[Jayanagara]]}}