Ketidakkekalan (Buddhisme): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya) |
|||
(16 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Untuk|ketidakkekalan secara umum|Ketidakkekalan}}
{{Buddhisme|dhamma}}
'''Ketidakkekalan'''
Ketidakkekalan merupakan satu dari [[Tiga Karakteristik|trilaksana]] (tiga karakteristik keberadaan)—dua yang lainnya adalah [[dukkha|penderitaan]] (''dukkha'') dan [[tanpa-atma]] (''anatta'').<ref name="gombrich472">{{cite book|author=Richard Gombrich|year=2006|url=https://books.google.com/books?id=jZyJAgAAQBAJ|title=Theravada Buddhism|publisher=Routledge|isbn=978-1-134-90352-8|page=47|quote=All phenomenal existence [in Buddhism] is said to have three interlocking characteristics: impermanence, dukkha and lack of soul, that is, something that does not change.}}</ref>
Baris 8 ⟶ 9:
== Theravāda ==
===
{{Utama|Tilakkhaṇa}}
Ketidakkekalan dipahami
Semua peristiwa fisik dan mental, menurut ajaran Buddha, muncul dan lenyap.<ref name="DavidsStede1921p3552" /><ref>[https://www.britannica.com/topic/anicca Anicca Buddhism], Encyclopædia Britannica (2013)</ref><ref name="Billington2002p56">{{cite book|author=Ray Billington|year=2002|url=https://books.google.com/books?id=dACFAgAAQBAJ&pg=PA56|title=Understanding Eastern Philosophy|publisher=Routledge|isbn=978-1-134-79348-8|pages=56–59}}</ref><ref name="buswelllopez47">{{cite book|author1=Robert E. Buswell Jr.|author2=Donald S. Lopez Jr.|year=2013|url=https://books.google.com/books?id=DXN2AAAAQBAJ|title=The Princeton Dictionary of Buddhism|publisher=Princeton University Press|isbn=978-1-4008-4805-8|pages=47–48, Article on ''Anitya''}}</ref> Kehidupan manusia merupakan perwujudan dari ketidakkekalan dalam proses penuaan dan [[Saṁsāra|siklus kelahiran dan kematian]] yang berulang (''saṁsāra''); tak ada yang abadi, dan semuanya dapat rusak. Ketidakkekalan juga berlaku bagi semua makhluk dan lingkungannya, termasuk makhluk yang terlahir di [[Loka (Buddhisme)#
Segala sesuatu, baik fisik maupun mental, adalah suatu bentukan berkondisi (''[[
==== ''Saṅkhāra''
{{Main|Khandha}}
Lima
{{Tabel hubungan agregat}}
Seluruh [[Agregat (Buddhisme)|
==== Hubungannya dengan ''anatta'' ====
{{Lihat pula|Tanpa atma}}
Ketidakkekalan berkaitan erat dengan ajaran ''[[anatta
[b] {{cite book|author=Brian Morris|year=2006|url=https://books.google.com/books?id=PguGB_uEQh4C&pg=PA51|title=Religion and Anthropology: A Critical Introduction|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-85241-8|pages=51}}, '''Quote:''' "(...) anatta is the doctrine of non-self, and is an extreme empiricist doctrine that holds that the notion of an unchanging permanent self is a fiction and has no reality. According to Buddhist doctrine, the individual person consists of five skandhas or heaps - the body, feelings, perceptions, impulses and consciousness. The belief in a self or soul, over these five skandhas, is illusory and the cause of suffering."
Baris 34 ⟶ 36:
==== Hubungannya dengan ''dukkha'' ====
{{Lihat pula|Penderitaan (Buddhisme)}}
Ketidakkekalan ini adalah sumber ''dukkha''. Sang Buddha mengajarkan bahwa karena tidak ada objek fisik atau mental yang bersifat kekal, keinginan atau keterikatan terhadap keduanya menyebabkan penderitaan (''dukkha'').
Baris 39 ⟶ 42:
{{Blockquote|quote=<poem>
Selama masih ada
(...)
Jika [[nafsu
</poem>}}
|