Surastri Karma Trimurti: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(9 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 13:
|birth_name = Soerastri Karma Trimoerti
|birth_date = {{Birth date|1912|5|11}}
|birth_place = <!-- dilarang menggunakan ikon bendera -->[[Kabupaten Boyolali|Boyolali]], [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Surakarta Hadiningrat]], [[Hindia Belanda]]<ref>{{cite news
| last = Nugraheni
| first = Naomy A.
Baris 23:
| accessdate = 12 Maret 2024 }}</ref>
|death_date = {{Death date and age|2008|5|20|1912|5|11}}
|death_place =
| last = Nugraheni
| first = Naomy A.
Baris 49:
=== Nama ===
Nama sebenarnya adalah Surastri. Namun sebagai wartawati sekaligus pejuang kemerdekaan, setiap kali menulis artikel di surat kabar ia menggunakan nama samaran ''Karma''
=== Awal Kehidupan ===
Baris 60:
Trimurti menjadi aktif dalam [[gerakan kemerdekaan Indonesia]] selama tahun 1930, secara resmi bergabung dengan [[nasionalisme|nasionalis]] [[Partai Indonesia]] (Partindo) pada tahun 1933, tak lama setelah menyelesaikan sekolahnya di Tweede Indlandsche School.
Trimurti memulai kariernya sebagai [[guru]] sekolah dasar setelah meninggalkan Tweede Indlandsche School. Ia mengajar di sekolah-sekolah dasar di [[Kota Bandung|Bandung]], [[Kota Surakarta|Surakarta]] dan [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]] pada 1930-an. Namun, ia ditangkap oleh pemerintah Belanda pada tahun 1936
Trimurti beralih karier dari mengajar ke [[jurnalisme|jurnalistik]] setelah dibebaskan dari penjara. Ia segera menjadi terkenal di kalangan jurnalistik dan anti-kolonial sebagai wartawan kritis. "Trimurti" sering digunakan berbeda, biasa digunakan sebagai [[nama samaran]], seperti "Trimurti" atau "Karma"''',''' dalam tulisan-tulisannya untuk menghindari penangkapan oleh pemerintah kolonial. Selama karier laporannya, Trimurti bekerja di sejumlah surat kabar Indonesia termasuk ''[[Pesat]]'', [[Kendang|''Genderang'']], ''[[Bedung]]'', dan ''[[Pikiran Rakyat]]''. Ia menerbitkan ''Pesat'' bersama suaminya. Saat [[sejarah Nusantara (1942-1945)|pendudukan Jepang]], ''Pesat'' dilarang oleh pemerintah militer Jepang. Ia ditangkap dan disiksa.
=== Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ===
Trimurti menjadi salah satu tokoh yang hadir dalam momen Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Bersama [[Fatmawati Soekarno]], ia berdiri di barisan depan dan menyaksikan langsung pengibaran bendera merah putih.
=== Paska Kemerdekaan ===
Trimurti, yang cukup lantang dalam memperjuangkan [[hak-hak pekerja]], diangkat sebagai [[Menteri Tenaga Kerja (Indonesia)|Menteri Tenaga Kerja]] pertama di Indonesia di bawah Perdana Menteri [[Amir Sjarifoeddin|Amir Sjarifuddin]]. Ia menjabat tahun 1947 hingga 1948. Ia aktif sebagai eksekutif di [[Partai Buruh Indonesia]] (PBI), dan memimpin sayap wanitanya.
Ia ikut mendirikan Gerwis, sebuah organisasi perempuan Indonesia, pada tahun 1950, yang kemudian berganti nama sebagai [[Gerakan Wanita Indonesia|Gerwani]].
Trimurti adalah anggota dan penandatangan [[Petisi Limapuluh|Petisi 50]] pada tahun 1980, yang memprotes [[Soeharto]] atas penyalahgunaan [[Pancasila (politik)|Pancasila]] terhadap lawan politiknya. Para penanda tangan Petisi 50 termasuk pendukung kemerdekaan Indonesia terkemuka serta pemerintah dan [[tentara Nasional Indonesia|pejabat militer]], seperti Trimurti dan mantan [[Daftar Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Gubernur DKI Jakarta]] [[Ali Sadikin]].
Pada tahun 1994, Trimurti mengalami kecelakaan mobil yang cukup parah, namun ia mampu bertahan meski sejak saat itu ia harus memakai tongkat untuk berjalan.
Hingga usia lanjut, Trimurti masih aktif menghadiri acara-acara kenegaraan. Pada tahun 2007, ia meluncurkan buku autobiografi ''95 Tahun SK Trimurti'', yang berisi kumpulan tulisan-tulisannya dari tahun 1939 hingga 1991.
=== Kematian ===
Baris 80 ⟶ 88:
Namun karena pada masa kemerdekaan keduanya memiliki perbedaan ideologi, akhirnya mereka bercerai. Mohammad Ibnu Sayuti menjadi anggota DPR dari Golkar, sedangkan Trimurti melanjutkan aktivitasnya di bidang politik dan jurnalistik.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/801810329|title=Ensiklopedi sastra Jawa|last=Prabowo, Dhanu Priyo.|date=2010|publisher=Kementerian Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa, Balai Bahasa Yogyakarta|others=Pradopo, Sri Widati., Rahayu, Prapti, 1959-, Balai Bahasa Yogyakarta (Indonesia)|isbn=9789791852357|edition=Cet. 1|location=Yogyakarta|oclc=801810329}}</ref>
Trimurti dan Sayuti memiliki dua orang putra, yaitu Musafir Karma Budiman dan Heru Baskoro.
== Lihat pula ==
|