Genjer-Genjer: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.05b - Perbaikan untuk PW:CW (Pranala sama dengan teksnya)
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6:
Pada akhir tahun 1950-an dan awal tahun 60-an, ''Genjer-genjer'' mendapatkan popularitas di seluruh Indonesia, dan kelompok kiri politik mulai tertarik pada lagu tersebut. Lagu ini bertemakan kesulitan dan ketekunan petani yang bergema di kalangan [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) pada khususnya. Pada tahun 60an, lagu ini semakin dikenal dan populer di kalangan masyarakat Indonesia karena sempat mengudara di televisi melalui [[TVRI]] dan radio melalui [[Radio Republik Indonesia|RRI]]. Musisi ternama juga datang untuk merekam ''Genjer-Genjer'', terutama [[Bing Slamet]] dan [[Lilis Suryani]].{{sfn|Hersri|2003}}
 
Pada tahun 1965, ''Genjer-Genjer'' terjerat dalam mitologi [[Orde Baru (Indonesia)|Orde Baru]] tentang [[Gerakan 30 September|Gerakan 30 September]], sebuah kudeta sayap kiri yang dianggap gagal, yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965. Selama kudeta, tujuh jenderal diculik oleh Gerakan 30 September dan kemudian dibunuh di sebuah situs bernama [[Lubang Buaya]]. Untuk memperkuat legitimasinya dan semakin mendiskreditkan kelompok Kiri Indonesia, Orde Baru mengarang cerita tentang bagaimana selama terjadinya pembunuhan anggota pemuda PKI ([[Pemuda Rakyat]] dan perempuan [[Gerwani ]]) menari dan ikut serta dalam pesta pora sambil memutilasi para jenderal sambil menyanyikan lagu-lagu, termasuk ''Genjer-Genjer''.{{sfn|Rossa|2006}}{{sfn|Chris|2002}} Namun, satu-satunya bukti yang diajukan Orde Baru atas penggunaan lagu tersebut selama pembunuhan tidak dapat diandalkan dan dibuat-buat, berasal dari pengakuan yang diperoleh melalui penyiksaan dan sebuah buku lagu daerah Indonesia yang menyertakan lirik untuk ''Genjer-Genjer'' ditemukan tertinggal di [[Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma|Pangkalan Udara Halim]] (markas kudeta).{{sfn|Chris|2002}}{{sfn|Hersri|2003}}
 
Mengingat kaitan Genjer-Genjer dengan politik dan budaya sayap kiri serta dugaan kaitannya dengan Gerakan 30 September, Orde Baru dengan cepat melarang lagu tersebut. Larangan terhadap lagu tersebut berakhir pada tahun 1998 dengan mundurnya Soeharto dan berakhirnya Orde Baru. Sejak tahun 1998, semakin banyak musisi Indonesia yang mulai membawakan lagu tersebut, meski stigma yang melekat pada lagu tersebut pada masa Orde Baru belum sepenuhnya hilang dari masyarakat Indonesia. Band rock Amerika [[Dengue Fever (band)|''Dengue Fever'']] juga merekam versi ''Genjer-genjer'' pada tahun 2016, meskipun dengan lirik dalam [[Bahasa Khmer|Khmer]].{{sfn|KEXP|2016}}