Ihya Ulumuddin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pratama26 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Pratama26 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 4:
| title_orig =
| translator =
| image = Berkas:MinhajulqashidinIhya 'Ulumuddin jilid 1 Imam Khairul Annas.pngJPG
| image_caption = MukhtasarSebuah Minhajul Qashidin ringkasan Minhajul Qashidin revisi darikitab ''Ihya Ulumuddin''
| author = [[Al-Ghazali|Imam Al-Ghazali]]
| illustrator =
Baris 27:
}}
 
'''Ihya Ulumuddin''' ({{Lang-ar|إِحْيَاء عُلُوم ٱلدِّين|lit=KembaliMenghidupkan Hidupnya Ilmu-Ilmu Agama}}, terkadang disebut sebagai ''Al-Ihya'') merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa (Tazkiyatun Nafs) yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari Imam [[Al-Ghazali]]. Hanya saja kitab ini memiliki kritikan, yaitu meskipun Imam Ghazali merupakan seorang ulama namun dia bukanlah seorang yang pakar dalam bidang hadits, sehingga ikut tercantumlah hadits-hadits tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun maudhu. Hal ini menyebabkan banyak ulama dan para ahli hadits yang kemudian berupaya meneliti, memilah dan menyusun ulang terhadap takhrij hadits yang termuat di dalam Ihya Ulumuddin. Di antara ulama ahli hadits yang menyusun ulang kitab hadits berdasarkan Ihya Ulumuddin ini adalah Imam [[Ibnul Jauzi]] dan Imam [[Ibnu Qudamah Al-Maqdisi]] yang menulis kitab Minhajul Qashidin dan ikhtisarnya (Mukhtasar).<ref>Selain mereka berdua, berikut kitab-kitab yang ditulis berdasarkan kitab Al-Ihya berupa komentar maupun takhrij (hadits); Al-Hafizh [[Ibnu Hajar]] telah mengarang sebuah kitab yang berjudul: ‘Al-Istidrak ala takhrijul Ihya” karangan gurunya Al'Iraaqi, yang telah disebut-kan oleh Al Hafizh As Sakhawi dalam kitab Al Jawahir Wad Durar (153 a). Al-Hafizh Al-'Iraaqi telah mengarang tiga buah kitab untuk mentakhrij (hadits-hadits yang ada) dalam Kitab Al Ihya: Ikhbarul ahya bi akhbaril ahya secara panjang lebar Alkasyful mu’min an takhrij Ihya Ulumuddin, yang sedang Al Mughni an Hamlil Asfar fil Asfar fi takhrij ma fil Ihya minal akhbar dan yang ini adalah ringkasannya, ketiga Kitab di atas telah disebutkan oleh Ibnu Fahd dalam kitab Lahzhul Al-Haazh (hal. 230-231). Ibnul Munayyir Al Iskandari telah menulis sebuah kitab yang berjudul: “Adh-Dhoyaul mutaka lii fii ta’aqqubi al-Ihya lil ghazali” sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Az-Zabiidi dalam kitab Syahrul Ihya (1/33). Al-Hafizh Al Qasim bin Quthlubughaa pun telah mengarang sebuah kitab yang berjudul: Tuhfatul Ahya fii maa faata min takhrijil Ihya sebagaimana yang telah disebutkan oleh Al Haaj Khalifah dalam kitab Kasyfu Az Zunuun (I/24). Tajuddin As-Subki (771 H), Dia berkata dalam (kitab) Thabaqat Asy-Syafi'iyyah jilid 4 hal 145 dalam biografi Al-Ghazali: Di pasal ini aku kumpulkan semua hadits yang ada di kitab Al-Ihya yang belum aku dapatkan sanadnya.</ref>
 
== Topik pembahasan ==
Baris 33:
 
== Minhajul Qashidin ==
[[Berkas:Minhajulqashidin.png|jmpl|200px|''Mukhtasar Minhajul Qashidin'', ringkasan kitab ''Minhajul Qashidin'' yang merupakan revisi dari ''Ihya Ulumuddin'']]
Kitab ''Ihya Ulumuddin'' kemudian di teliti dan dikerjakan ulang oleh Imam [[Ibnul Jauzi]] (597 H) lalu hasil pengerjaannya tersebut diberi nama ''Minhajul Qashidin wa Mufidush Shadiqin''. Usaha Ibnul Jauzi dalam melakukan pengerjaan ulang kitab terhadap Ihya Ulumuddin ini dianggap begitu penting dan kompeten. Karena selain Ibnul Jauzi memiliki kesamaan dengan Imam Al-Ghazali di dalam hal disiplin keilmuan yang dikuasai. Imam Ibnul Jauzi memiliki kelebihan penguasaan yang ahli terhadap ilmu hadits, baik dari sisi riwayah maupun dirayah; [[sanad]] maupun [[matan]]nya. Pengerjaan ulang oleh Ibnul Jauzi berfokus kepada penelitian ulang derajat hadits-hadits yang ada, kemudian melakukan eliminasi terhadap hadits-hadits yang maudhu, dhaif dan mauquf dan kemudian dia gantikan dengan dalil yang shahih dan hasan, sehingga didapatkan sebuah kitab yang kokoh sebagai pegangan.